Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Instant Action

Pulang lebih awal

Saat aku bangun , kepalaku terasa sakit. Tiba-tiba saja aku terbangun dengan baju tidur yang rapi , di kamar penginapan yang cukup besar. Ada secangkir kopi di dekat kasurku , dan aku melihat , sesosok wanita muda nan cantik duduk membelakangiku. Luna? Kuusap mataku , dan rupanya wanita itu , Jinny teman baik Luna.







“ Jinny?” panggilku pelan. Ia pun berbalik.







“ Edi? Kau sudah bangun? “ sapanya sopan.







“ Ya... apa yang terjadi? “







“ kau mabuk dan melakukan hal-hal yang mengerikan. Aku menyelamatkanmu sebelum kau ditangkap oleh penegak hukum “ Jinny lalu menceritakan apa yang telah aku lakukan. Astaga , seharusnya aku tidak meminim Whisky itu secara berlebihan.







“ cepat mandilah dulu , badanmu bau sekali. Atau , mau aku bantu? “ aku lekas-lekas menolaknya.







“ ah tidak usah , aku bisa sendiri. “







Sama halnya seperti penginapan zaman modern , penginapan itu punya kamar mandi sendiri di dalam kamar. Penginapan seperti ini pasti sangat mahal. Aku masuk ke kamar mandi dan langsung mencuci tubuhku.







“ maaf kalau aku lancang , tapi , kau sebaiknya jangan terlalu sering tidur dengan pramuria-pramuria itu. Kau bisa terserang penyakit “ Ucap Jinny ketika aku hendak mengenakan pakaian baruku.







“ Iya iya , maafkan aku “ sahutku pelan







“ kenapa tidak menikah saja? Kamu tampan , punya uang pula . “ dan aku hampir saja tertawa mendengar ucapannya.







“ jadi menurutmu aku tampan? “ dan pipinya pun tiba-tiba berubah merah.







“ aku tidak menikah , karena calonnya belum ada , Jinny. “ jawabku santai.







“ Si Pemburu hadiah itu? Dia cantik , dan dia sepertinya sangat menyukaimu. “ dan entah bagaimana anak ini mengenal Bona. Aku tiba-tiba ingat kalau ia juga hadir malam itu , malam ketika aku meninggalkan Luna sendirian.







“ sebelumnya maaf Jinny , kadang aku ... aku .... aku lebih senang tidur dengan pramuria saja. “ dan Jinny langsung melempar kepalaku dengan koran.







“ dasar mata keranjang , kukira kau akan bilang kalau kau masih suka dengan Luna. “ Gerutu Jinny.







“ Dia sudah jadi milik orang lain Jin. Mungkin ia akan lebih bahagia , jika hidup bersama Adipati itu “ Jinny hanya diam. Ia lalu keluar dan tak lama , kembali dengan dua potong roti.







“ Ayo sarapan dahulu. “







Dan aku pun menjalankan rutinitas harianku, sarapan dengan gadis cantik. Dan hampir selalu dengan roti dan secangkir kopi. Lalu aku harus menunggu Jinny mandi membersihkan tubuhnya. Karena bosan , aku akhirnya keluar dari kamar.







Penginapan ini bernuansa jawa , dengan alunan musik keroncong , dan pelayan-pelayan yang hanya mengenakan kemben , memamerkan belahan dadanya. Hampir seluruh pengunjung mengenakan baju batik. Rupanya aku bukan di penginapan , melainkan di sebuah rumah bordir , dan mungkin di kota magelang.







“ Hey ! bukankah itu Edi Koboi si Pemburu bayarang yang terkenal itu? “







“ Dia yang menciduk Benny Pitak? Kok macam Kasim saja penampilannya? “







“ Mana si pemburu bayaran cantik itu? Bukankah mereka selalu bersama?”







“ Alah! Bocah ingusan seperti itu! Ketara sekali dia cuma anak Manja ! ora iso opo opo! Hahahahaha! Yo wes main lagi!!! Beritane Ngeyel ( beritanya ngeyel) “







Aku paling tidak suka dibilang anak manja , tidak bisa apa-apa. Bajingan itu mengingatkanku pada seseorang. Kesal , langsung kuhampiri mereka , dan dengan dinginnya aku menyahut







“ Apa lu bilang ? Coba ulangi sekali lagi ? “







“ hahahaha! Jembut!!! Sampean gak terima? Anak man....”







“BRUK!!!!”







Kesal kuhantamkan kepalanya ke meja Poker, lalu kutusuk dengan belatiku.







“ KYAAAA!!”







Salah satu pelayan rumah bordir ketakutan bukan main. Temannya yang tidak terima lalu menerbabku dan berusaha menggorok leherku. Kupukul kepalanya dan berhasil menyelamatkan diri. Namun dari belakang ,







“ Tus!!”







Temannya yang satu lagi menutus kepalaku dengan botol bir. Andai saja kapak atau golok yang ia tutuskan , sudah hancur kepalaku dan melayanglah nyawaku. Namun botol itu membuat tubuhku terhuyung-huyung , lalu dengan sendirinya , tanganku merenggut Shotgun pompa yang disandarkan di dekatku.







“ DOR! DOR!! “







Aku kalah dalam perkelahian itu , namun aku berhasil menembak mereka berdua. Kepala mereka meletup karena mereka terlalu dekat dengan shotgun itu. Otak mereka berceceran , dan pakaianku jadi kotor karenanya. Aku bernafas terengah-engah , karena aku hampir mati dalam perkelahian itu. Amarahku hampir membunuhku. Tapi melihat mereka bertiga mati mengenaskan , aku cukup puas. Dan rupanya tersisa satu orang lagi yang ketakutan bukan main. Ia lalu melarikan diri dan pengunjung lain hanya geleng-geleng kepala.







“ Tembak saja anak ini “ Bisik salah satu pengunjung di sana.







“ Udah gila sampean?” Dan Jinny pun muncul di tengah hiruk pikuk itu.







“ EDI!!” Ia langsung berlari begitu melihat kepalaku berdarah. Ia segera menarikku keluar.







“ Aduh kamutu ya! Baru ditinggal bentar udah bikin kepala orang ilang! Emang kamu bisa balikin?” Gerutunya. Ia menggiringku naik ke dokar , di mana dua ajudan sewaannya sudah menunggunya.







“ Madam...” Sapa mereka.







“ kiiiikkk”







Dan tak lama , kuda hitamku muncul entah dari mana. Dan kami langsung melarikan diri dari Magelang , sebelum Penegak hukum sempat tiba di tempat kejadian. Kami berkendara ke bandung , lewat jalur selatan. Kami berkendara secepat mungkin dan akhirnya bermalam di kebumen. Sejauh perjalanan itu pula , kudaku setia mengikuti , tentu saja dengan bantuan ajudan sewaan Jinny







“ Ingat ya Edi, nanti di penginapan baru , jangan buat ulah lagi. Luka kamu belum sembuh tuh. Kita sewa satu kamar aja , biar murah. “ Aku sempat berusaha untuk berpisah , namun ia menolaknya







“ Aku bisa berkuda malam-malam kok, jadi gak perlu ngerepotin kamu. “ Dan Jinny langsung mematahkan omonganku







“ Berkuda apanya! Gak kasian apa ama kuda kamu? Lagian ngerepotin apanya. Aku khawatir kamu bikin masalah lagi tau!” Dan malam itu pun , aku lagi-lagi sekamar dengannya.







Penginapan itu penginapan kecil jadi tidak ada kamar mandi. Tapi Jinny tetap bersih keras ingin mandi , dan akhirnya ia menumpang kamar mandi milik pemilik penginapan, yah walau harus membayar lagi. Aku melamun cukup lama di kamar, dan tiba-tiba aku teringat bagaimana nasib Mia dan teman-temannya.







“ Mereka gimana yah? Mereka ntar bisa balik lagi gak ya ke Bogor? “ dan ditengah lamunanku , Jinny kembali dengan baju piyama yang tipis.







“ Kamu tadi dari kamar mandi , cuma pake baju itu? “ Ia mengangguk dengan polosnya. Ia bahkan tidak pakai bra sehingga seseorang bisa saja meremas buah dadanya , lalu memperkosa keperawananannya.







“ emang kenapa? “ Tanyanya polos.







“ enggak , lain kali pake baju normal dulu , terus di kamar baru ganti piyama “ Dan ia lagi-lagi melemparku dengan koran.







“ jadi kamu bisa ngintip aku ganti baju kan? Huh dasar mata keranjang. “ Jinny mungkin lupa kalau aku sudah pernah melihat tubuh polosnya. Ia pun berbaring di kasur yang satu lagi , dan membaca novelnya. Aku tertidur lebih dahulu.







Aku terbangun pagi-pagi sekali , dan pemandangan pertamaku pagi itu adalah , pinggul dan punggung polos Jinny. Tubuh perawannya memang sangat menggiurkan. Rasanya aku ingin mendekapnya , meremas buah dadanya dari belakang , lalu menggenjot keperawannya dengan kecepatan penuh. Namun tiba-tiba saja , aku sadar , jika aku bukan pria seperti itu. Aku dapat melihat bayangan buah dadanya dari pantulan kaca , dan ia hampir memergokiku. Aku pejamkan mataku dan saat kubuka kembali , ia sudah mengenakan pakaian lengkap. Aku pura-pura kembali tidur dan saat itulah ia membangunkanku.







“ Edi.... bangun. Kita mau berangkat pagi-pagi sekali. “







“ Ah iya .... “







Aku segera bangkit , dan kami pun segera melanjutkan perjalanan. Ketika turun , aku sempat melihat beberapa orang berseragam legiun duduk-duduk di dekat bar , dan menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. Kami saling bertatapan dan Jinny sempat takut akan terjadi keributan.







“ Udah sabar , jangan cari ribut terus ah! “ lalu Jinny mendorongku keluar dari penginapan.







Kami melanjutkan perjalanan. Hari itu perjalanan cukup singkat . Kami menginap tempat peristirahatan yang berada tepat di tengah jalur , Kebumen – Tasikmalaya. Ada sebuah penginapan dan sebuah rumah bordir untuk para pengelana yang kesepian. Ada juga kantor pos untuk mengirim surat , paket atau pun wikipedia. Lagi-lagi tidak ada kamar mandi di kamar jadi lagi-lagi Jinny menumpang untuk mandi. Tapi untuk jaga-jaga agar tidak ada bajingan yang mengintip apalagi memperkosanya , aku berjaga di luar kamar mandi.







“ eh itu gadis yang minggu kemarin nginep di penginapan ini kan?”







“ Iya , emang kenapa? “







“ Kayaknya dia tahu deh , kalau kita ngintip. “







“ LHO!! EMANG KENAPA!!”







“ Itu ajudannya sampa jaga di luar! Mati kita kalau ketahuan! Bisa digantung!”







“ ANJING! Kamu sih pake acara sambil coli segala , kan janjinya cuma ngintip aja! Kabur!!”







Dan dugaanku benar. Gadis perawan , numpang mandi di tempat umum , tentu saja hal buruk seperti ini bisa saja terjadi. Aku bisa saja mengejar dan memukuli mereka , namun perhatianku justru teralih kepada sekumpulan Legiun yang juga mampir di penginapan itu. Aku yakin sekali , mereka legiun yang menjelitiku di kebumen.







“ Edi... liatin apa ? ayuk naik ke kamar “







Kami naik ke kamar dan beranggapan semua ini hanya kebetulan. Aku kembali tidur sebelum Jinny terlelap tidur. Dan seperti biasa, pagi harinya , kami melanjutkan perjalanan. Legiun-legiun itu kembali menjelitiku sebelum kami pergi meninggalkan penginapan. Aku sudah dapat menerka , ada yang tidak beres dengan tatapan mereka, apalagi mereka tidak hanya mengantungi pistol FN 45, namun juga membawa senapan AKM , senapan AR-15 , bahkan senapan mesin dan pelontar granad
 
Musik Yang Indah


Kami melanjutkan perjalanan. Meski aku tahu marabahaya sudah dekat. Aku hanya berharap Ajudan sewaan Jinny bisa membaca marabahaya yang akan datang. Namun mereka nyaris tidak bersenjata. Mereka hanya menggunakan revolver Remington , sedangkan legiun-legiun itu dipersenjatai dengan persenjataan standar militer. Sampai tengah hari , marabahaya belum juga datang , meski aku sudah bersiaga.







“ Rtttttt!”







Rentetan senapan mesin seketika membunuh dua ajudan sewaan Jinny. Satu terjatuh namun satu masih terduduk di kursi kusir. Terkejut dengan suara tembakan , kedua kuda kami melarikan diri sehingga kereta melaju kencang . Termasuk kudaku yang berjalan sendirian. Ketika itulah , kucabut Remington ku , mengintip keluar dan







“ Dor! Dor! “ menembak mati dua legiun di kanan kami.







“ Dor! Dor! Rttttt!” mereka memberondong kami dengan AK dan senapan mesin. Kutundukkan kepala Jinny supaya ia tidak tertembak. Namun peluru itu menyerempet betis dan lengan kirinya.







“ Kyaaaa!!” tak lama setelah ia berteriak aku tertembak di paha kiri dan lengan kiri bagian atas. Aku terjatuh dari kereta yang tiba-tiba berhenti, dan ada tiga legiun yang hampir menembakku







“ Jedar! Jedar! Jedar!” kucabut Revolver Ruger dari sarung pistolku dan menembak mereka dengan kedua revolverku. Namun dua orang legiun keluar dari tempat persembunyian dan salah satunya sudah menodongkan pelontar granad ke arah kami. Ajudan bayaran itu kembali bangun , lalu dengan sekuat tenaga , ia membunuh keduanya.







“ Jedar!!”







dari jarak sekitar 800 meter, penembak runduk menembak kepalanya dengan senapan kaliber.50 . Kepalanya seketika meletus. Ia juga mengeker kepalaku lalu menembakku namun beruntung tembakannya meleset . Aku pun dapat melihatnya dari kejauhan. Saat itulah waktu serasa berhenti. Kukeker penembak itu dengan Rugerku , lalu







“ Jedar!!”







Bisa dikatakan aku beruntung. Butuh hampir 4 detik untuk peluruku agar tiba di kepalanya , namun aku berhasil menembaknya dari jarak 800 meter . Aku bernafas lega.







“ mati.... mati... mati.. “







Aku segera memeluk Jinny yang saat itu sangat ketakutan. Kuturunkan ia dari kuda , lalu kunaikkan dia ke atas kudaku. Kuobati luka tembakku apa yang kubawa saat itu , lalu kami berkendara ke tasikmalaya.







Jinny tidak mandi , bahkan tidak mengatakan apa-apa. Kejadian itu membuat ia terguncang. Ia langsung berbaring di kasur , dan tubuhnya masih gemetar. Ia tak berhenti-henti menangis. Kurasa itu pertama kalinya ia terjebak di insiden berdarah seperti itu . Kemudian ia tertidur , dan aku keluar , lalu menyewa pramuria untuk merawat lukaku.







“ aduh sayang , kalo lukanya parah gini , kenapa gak ke dokter aja ?” gumam Pramuria cantik yang kusewa malam itu.







“ kalo dengan dokter , gak bonus enak-enak sayang “ godaku.







“ luka kayak gini masi mau enak-enak. Kumaha atuh kang “ tentu saja malam itu kami tidak melakukan apa-apa dan aku langsung kembali ke kamar dan tidur . Pagi-pagi , ketika Jinny masih tertidur, aku turun untuk memesan teh , roti dan biskuit.







“ psst! Itu Edi koboi! Bocah si pemburu bayaran itu!”







“ masih hidup dia? Dia yang bikin Kolonel itu digantung kan? Kok mukanya kayak kasim gitu ya? “







“ psst! Jangan keras-keras ngomongnya? Bisa mati kita. Legiun aja dia sikat. Apalagi kroco macam kita! “







“ Alah , paling ntar disikat ama baret putih . Panglima mana terima bawahannya dihukum sehina itu.“







Mereka membicarakanku. Kurasa itu yang membuat Legiun AD ingin menghabisiku , karena aku berhasil membuat salah satu perwira tinggi digantung , karena ia terbukti terlibat perampokan yang dilakukan Benny Pitak. Dan membuktikan kalau Legiun AD tidak terlalu suci dari dosa seperti yang dikatakan oleh Panglima AD. Bahkan ada isu jika Legiun Salju Putih juga mengincarku. Baret Putih adalah istilah untuk legiun Salju Putih , tentara elite paling mematikan di kerajaan.







Lalu sambil menunggu sarapan itu datang , aku membaca berita di koran, berpura-pura tidak mendengar omongan mereka. Koran itu dipenuhi dengan berita kemenangan Kerajaan dalam menumpas TNI. Dan propaganda-propaganda kerajaan. Sama sekali tidak ada pemberitaan tentang Kolonel yang bekerja sama dengan Benny Pitak untuk merampok bank. Sama seperti masa lalu , angkatan bersenjata masih saja di dewa-dewakan . Aku termenung karena lagi-lagi , aku mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu. Berurusan dengan orang yang salah.







Saat sarapan tiba , aku bawakan sarapan itu ke kamar dan ternyata Jinny sudah berpakaian lengkap. Ia tersenyum lalu menyapaku dengan sapaan selamat paginya. Seolah tak terjadi apa-apa, kami pun sarapan berdua , dan segera melanjutkan perjalanan kami ke bandung. Kami berangkat dua jam setelah matahari terbit , lalu berkuda dengan kecepatan penuh menuju bandung. Selama perjalanan itu pula , ia memelukku erat , dan tak pernah melepaskan kecuali ketika kami istirahat sejenak pada waktu tengah hari dan sore hari.







Kami tiba berjam-jam setelah matahari terbenam. Jinny sangat kelelahan karena ia belum pernah menempuh perjalanan jauh dengan kuda sebelumnya. Ia selalu menggunakan kereta kuda, namun naasnya kejadian itu terjadi. Aku titipkan kudaku di kandang kuda paling dekat , lalu kami menyewa dokar ke rumahnya.







“ Aduh... akhirnya sampe.... kirain gak bakal sampe-sampe. “ gerutu Jinny.







Jalanan itu , jalanan kenangan bagiku. Rumah Luna hanya kelang beberapa rumah dari toko Jinny, aku mengantarnya sampai ke rumahnya dan ia mengajakku menginap di rumahnya. Aku tersenyum dan menolak tawarannya dengan halus. Ia tersenyum lalu memelukku , sebelum masuk ke dalam rumahnya.







“ Edi... kalau tidak keberatan... maukah esok , kau menemaniku menonton Musikal?” Aku belum pernah menonton musikal sebelumnya , jadi tentu saja aku menerima tawarannya







“ Tentu... besok jam berapa? “







“ Jemput aku jam 4 saja , “







Aku mengangguk lalu kami pun berpisah. Lalu aku sempat melihat rumah Luna dari kejauhan . Aku hanya bisa tersenyum . Kenangan itu telah berlalu. Setidaknya aku pernah memilikinya , walau cuma hitungan hari. Aku bahagia, jika ia , bahagia. Aku mampir ke rumah bordir terdekat , dan bermalam di sana.







Aku akui aku sangat rindu Luna malam itu , jadi di rumah bordir itu , aku mencari-cari pramuria yang paling mirip dengannya, untuk sekedar menemaniku malam itu. Ya , semenyedihkan itulah diriku malam itu. Menghabiskan waktu hingga lewat tengah malam , hanya untuk mencari gadis yang mirip dengan Luna. Pilihan terbaikku sebenarnya hanya Jinny atau pun Bona. Namun entah kenapa , aku tak ingin mereka berdua. Ramuan itu sepertinya tak hanya membuatku muda , tapi juga membuat sifatku kembali seperti anak kecil. Alih-alih tidur dengan pramuria cantik, akhirnya aku tidur sendirian di trotoar.







“ Oy Bung!! Bangun!! Anda tidak boleh tidur di sini! Hari sudah siang!!!”







penegak hukum membangunkanku nyaris tiga jam setelah matahari terbit. Pagi itulah aku menertawai diriku sendiri , dan sadar betapa menyedihkan diriku saat itu. Kutarik nafas dalam-dalam, kupejamkan mata , lalu kuhembuskan kembali. Saat itulah aku harus sadar , kalau aku tidak boleh kekanak-kanakan seperti ini , dan harus melanjutkan hidupku seperti biasa. Satu kencan terakhir dengan Jinny , dan aku selesai. Lagipula , aku sudah pernah merasakan cinta dan kasih sayang sejati di masa lampau , bahkan dua kali , Jisun dan Xiao xiao. Mungkin , tidak seharusnya ada cinta yang lain di dalam diriku. Mungkin tidak seharusnya aku jatuh cinta dengan Luna karena aku pernah merasakan cinta yang lebih kekal sebelumnya.







“ Hai Jinny...”







“ kamu sampe menyewa kereta untukku? “







Aku mengangguk. Aku menyewa dokar yang paling mewah untuk menjemputnya. Kami berdua mengenakan pakaian yang formal , karena panggung musikal itu , adalah yang paling mewah di kerajaan. Kami berkendara ke theater itu , namun kami menyempatkan diri untuk makan sore berdua di restoran khas sunda di dekat theater. Dan ketika matahari terbenam , kami mulai masuk ke dalam theater.







Pertunjukan pun di mulai. Ketika musik dimainkan , untuk sesaat kami sangat menikmati panggung musikal itu. Aktor dan aktris memulai pertunjukan yang spektakuler itu dan aku sangat terpana ketika aku melihat salah seorang aktris itu. Jinny juga ikut terkejut. Dia.... dia di sana. Tak kusangka kami bertemu di tempat itu.







“ Lunaku....”







Aku bahagia karena akhirnya , ia berhasil memenuhi mimpinya untuk menjadi penyanyi musikal. Ia menari , ia menyanyi , menghibur para hadirin di theater itu. Persis seperti yang pernah ia ceritakan dulu. Aku menangis haru, selain karena bahagia , juga karena kerinduan yang meluap di dalam diriku. Dugaanku salah. Rupanya , sudah pasti bukan dia yang menjadi selir baru si Adipati itu. Karena adipati , tidak mungkin mengizinkan selirnya , tampil di atas panggung seperti ini.







“ maaf... aku tak menyangka ia di sini..... “ gumam Jinny







“ Apa... apa ia tidak pernah menikah dengan adipati itu? “ Jinny mengangguk. Ia memang tidak pernah bercerita tentang Luna di suratnya, karena aku tidak pernah menanyakannya. Aku duduk di sana , di samping Jinny , menikmati suara merdunya yang sangat indah. Ada satu lagu, yang berhasil menyentuh hatiku , dan membuatku menangis malam itu. Lagu yang ia nyanyikan , ketika momen yang sedih hadir di cerita itu







“ Tertulis nama di hati



Sentuh rasa terdalam di jiwa



Tak ku duga jadi begini



Dalam ucap ku andalkan rasa



Rasa cinta ku dalam benci ku “





“ Sesungguhnya aku masih cinta



Sesungguhnya aku masih sayang



Yang terjadi dalam cinta kita



Karena angkuh hati”







“ Hanya aku yang persis merasa



Bunga cinta masih harap cemas



Walau ada yang lain telah hadir



Hati mu yang terpilih “



Rossa - hati yang terpilih








Aku sempat menerka , apakah lagu itu untukku atau untuk adipati itu. Namun ketika itulah , meskipun jauh, kedua mata kami bertemu. Ia menatap mataku , dan aku menatap matanya. Ia menatapku seperti ia menatap adipati itu , hari itu di restoran itu. Aku dapat melihat matanya mulai berkaca-kaca. Ia pejamkan matanya , dan air matanya mulai turun berlinang. Sambil menahan tangisnya , ia bernyanyi dengan penuh emosi , membuat hampir setiap hadirin , dapat merasakan rasa sesal , rasa sedih di lagu itu. Saat itulah , ia seolah berkata , kalau lagu itu mungkin untukku.





“ Benar-benar seorang Legenda “ gumam seorang bangsawan di sampingku. Para hadirin bertepuk tangan ketika lagu itu usai.





Pertunjukan akhirnya usai. Saat panggung mulai menutup , ia masih menatapku dengan tatapan yang penuh dengan kesedihan. Kupejamkan mataku , dan saat itu juga , aku menjadi ling lung. Di gandengan Jinny , aku berjalan kembali ke dokar sewaan kami.





“ EDI!!!!!!!”





Semua mata tertuju padanya saat ia berlari keluar dari panggung itu , dengan masih mengenakan kostum pertunjukan. Aku menoleh kepadanya, dan Jinny juga ikut menoleh. Air matanya berlinang . Jinny lalu menunduk . Lalu saat ia menoleh ke samping kanan , ia langsung melepaskan gandengannya. Malam itu , Jinny bingung apa yang harus ia lakukan.





“ Kali ini saja .... aku mohon ... jangan pergi lagi “ Ucapnya dengan bahasa mandirin , sehingga tidak ada yang mengerti ucapannya selain kami bertiga. Lalu tiba-tiba seseorang mendorong Jinny hingga terjatuh , dan tiba-tiba menarikku sekuat tenaga





“ Saatnya pulang!!! Aku rela kau kencan dengan anak ingusan itu tapi tidak dengan wanita itu!! “ Dengan wajah yang memerah dan air mata yang berlinang-linang, Bona entah bagaimana sudah di sana dan menarikku pergi menjauhi Luna.





“ HEI!!! “





Tak mau kalah , Luna lalu berlari dan ikut menarikku. Bona langsung memberinya tatapan yang penuh dengan kebencian , dan begitu juga sebaliknya. Saat itulah , cerita ini seketika berubah , menjadi kisah cinta segitiga seperti di serial Televisi.
 
Theater Kematian

“ Sebentar saja , Aku mohon , sebentar saja . Aku tidak akan merenggut dia darimu “



Masih dengan wajahnya yang memerah , Bona lalu melepaskan rangkulannya dan membiarkan aku berbicara sejenak dengan Luna. Bona berjalan menjuah, membiarkan kami berbicara berdua. Sambil menangis , Luna mengusap-usap pipiku.



“ Aku tahu siapa kamu ..... karena Telepon ini , aku jadi lebih mengenal kamu. Kau pemilik telepon ini..... Aku cuma ingin bilang kalau , aku .... aku tidak pernah punya hati untuk melukai hatimu. “ Dan Luna lalu mengembalikan telepon itu ke genggamanku.



“ Kumohon , ambillah kembali telepon ini. Aku merekam kenangan baru di dalamnya .... jika sudi , bukalah kenangan itu. 我爱你 ( wo ai ni ) , Edi. Andai aku bisa memilikimu. “



Aku ingin memeluk dan menciumnya tapi Bona di sana. Jinny juga di sana. Luna menunduk dan menangis , dan begitu juga dengan Bona. Semua orang melihat ke arah kami. Aku tak mampu berbuat apa-apa , aku tak mampu mengatakan apa-apa. Lagi-lagi , aku kembali ling-lung.



“ LUNA EDI AWAS!!!!”



“ RTTTTT”



Tiba-tiba Jinny menerbab kami sehingga kami terhindar dari tembakan. Sebuah mobil double cabin, dengan senapan mesin browning berkaliber .50 , tiba-tiba memberondong kami. Andai bukan karena Jinny, aku dan Luna tak kan sempat berlindung. Bona pun tidak akan sempat melompat ke tempat persembunyian. Namun orang di sekitar kami tidak begitu beruntung. Ada yang perutnya terburai, ada yang kakinya hilang , ada yang kepalanya meletus , karena rentetan peluru nyasar. Bona seketika keluar dari tempat persembunyian dan



“ DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!”



Menembak enam orang sekaligus. Ia kembali bersembunyi dan mengisi ulang pelurunya. Semua orang berlarian ketakutan. Laskar penegak hukum memilih menyingkir. Belasan orang kembali maju dan memberondong kami dengan peluru. Mereka menggunakan AKM dan FN 45. Aku tidak membawa senjata jadi aku masih tiarap dengan Luna dan Jinny disisiku. Hanya Bona yang melawan dengan revolver Schofield



Bona kembali keluar dan kali ini menyerang maju dengan revolver di tangan kanannya. Ia menembak enam peluru dan semuanya mengenai dan berhasil membunuh mereka di tempat. Ia merebut pistol FN yang tergeletak di jalanan lalu melemparnya kepadaku. Lalu ia bersembunyi di balik mobil dan kembali melakukan perlawanan.



“ Jinny , bawa Luna masuk! “



Secara serentak kami semua bangun berbarengan dan aku langsung menembakkan pistolku ke arah mereka. Satu meleset dan tujuh lainnya tepat mengenai kepala mereka. Bona kembali keluar dari tempat persembunyian dan menembak enam peluru. Tiga tepat mendarat di kepala dan tiga hanya melukai musuh. Sadar mereka kehilangan terlalu banyak korban jiwa, mereka berlari sambil menembakkan Senapan AKM mereka ke arah kami. Bona terserempat di lengan kiri sedangkan aku beberapa kali terserempet di lengan dan kaki. Bona menembak dua orang yang mencoba melarika diri dan aku menembak satu tepat di kepala. Kami lalu masuk dan menghampiri Jinny dan Luna yang berlindung di dalam Theater. Lalu kami melarikan diri bersama-sama.



“ Kukira kau membenciku.... “ bisik Luna kepada Bona.



“ Aku tidak akan membiarkan orang tak berdosa mati sia-sia. “ Sahut Bona. Dan kami langsung melarikan diri dari tempat itu.



Senapan AKM , pistol FN 45 , bahkan senapan mesin browning adalah senjata standar militer , yang mustahil bisa digunakan oleh sembarang orang. Meskipun esoknya , penegak hukum melalui surat kabar , menyebutkan kalau pelaku penembakan itu adalah sekelompok pemburu hadiah , sudah jadi rahasia umum kalau Legiun AD yang membekali mereka , dengan senjata-senjata itu.



“ Lindungilah gadis itu. Menginaplah di rumahnya. Kau tidak mau kesalahan yang sama terulang dua kali bukan? “ Bona menyarankan agar aku menginap saja di rumah Luna malam itu



“ Apa.... apa kau tidak apa-apa?”



“ Soal perasaan bisa kita urus nanti. Aku tidak mau , perempuan itu mati sia-sia “ dan kami pun sepakat, untuk menetap di bandung sementara waktu. Aku menginap di rumah Luna , dan Bona menginap di rumah Jinny. Jinny tak mampu menolak , karena ia takut sekali dengan Bona. Akhirnya aku tidur di sofa itu lagi , setelah beberapa bulan.



“ oh , jadi dia biasa tidur di sofa itu “



“ iya , gitulah Ci. Udah kebiasaan sejak dia di sini.”



“ maaf, terus , setelah Edi pergi , kamu tinggal sendirian gitu di rumah ini? “



“ Gak kok Ci , aku tinggal ama Cici aku. Tapi sekarang cici udah pindah ke Surabaya. Makanya aku tinggal sendirian “



“ aduh gak usah panggil Cici. Panggil Bona aja. “



Pagi itu aku mendengar suara Bona dan Luna. Aku buka mataku , dan ketika aku bangun , mereka berdua sedang menyiapkan sarapan , sedangkan Jinny duduk di dapur , kebingungan menatap mereka . Bagaimana tidak, bagaimana bisa dua orang ini tiba-tiba jadi akrab.



“ Luna , Edi udah bangun tuh” ucap Bona.



“ Eh , iya Ci. Maksudku , Bona “ Lalu Luna ke ruang tengah dan membawakanku teh dan roti.



Kami sarapan berempat. Bona tidak lagi marah-marah tak karuan jika di depan Luna, malah berubah jadi ramah. Jinny masih takut , sekaligus bingung. Sepanjang sarapan itu , dia hanya diam. Sedangkan Luna dan Bona , tak henti-hentinya basa-basi di depan kami.



“ kamu bisa main piano Lun?”



“ Iya Bona , aku bisa main piano sejak sekolah dulu. Aku juga biasa main gitar.” Sahut Luna.



“ Oh gitu , bolehlah ajarin aku. Aku belum jago-jago banget sih main Piano. “ Sahut Bona ramah. Luna lantas tersenyum.



“ boleh-boleh , kita coba sekarang yuk. “ dan mereka berdua bersama-sama main piano. Luna yang memainkan piano sedangkan Bona melihat dan mempelajarinya. Aku dan Jinny makin dibuat bingung.



“ pssst , Jin. Kok bisa akrab gitu sih ? “ tanyaku bingung



“ mana aku tahu. Pagi-pagi aja , dia ngajak aku ke rumah Luna. “



Mereka asik bermain piano , sambil bernyanyi-nyanyi , sedangkan kami berdua , kebingungan bukan main. Aku alihkan perhatianku dengan membaca koran, dan saat itulah aku membaca berita tentang insiden tadi malam. Pangdam Siliwangi ( Banten dan Pasundan ) juga mengutarakan jikalau beliau mengecam oknum siapapun yang bertanggung jawab atas kerusuhan tadi malam. Sekitar 20 warga sipil tewas mengenaskan sedangkan puluhan lainnya cacat seumur hidup. Kejadian itu akhirnya dikenang sebagai Malam Theater Kematian.



Dan hari itu , aku dan Bona mengawal ia ke Theater , dan berjaga di sana sampai Luna selesai bekerja. Sedangkan Jinny menyewa lima Ajudan untuk menjaga tokonya. Semua itu untuk berjaga jika kejadian itu terulang lagi , karena penegak hukum seolah tutup mata , dengan segala yang terjadi malam itu.
 
Melepas Rindu




“ Jikalau senjata sudah diperjual belikan di lingkungan masyarakat , resikonya sudah pasti seperti itu. Kita lihat saja dari kasus penembakan di setiap tahunnya . Saya rasa , satu-satunya nilai positif yang dapat kita ambil dari zaman Republik dulu adalah tidak dijualnya senjata secara bebas sehingga kasus seperti ini jarang sekali terjadi. Sampai kapan kita ingin kasus penembakan terus terjadi ? “







Pangdam Siliwangi bahkan menggunakan kasus ini sebagai momen untuk mengatur kebebasan bersenjata sebagai alat untuk melindungi diri. Tujuannya tentu juga jelas , (maaf) seperti di masa lalu , agar rakyat tidak memiliki alat untuk menentang pemerintahan. Kebebasan bersenjata adalah sebagai lambang untuk mengenang bahwa hampir semua individu ikut berjuang dalam terwujudnya Kerajaan yang adil nan makmur ( katanya )







“ kenapa ya , kebanyakan aparat Militer itu Arogan ? “ Bona berkomentar saat ia ikut membaca berita itu.







“ Bona , gak semua aparat Militer itu arogan kok. Aku pernah jadi salah satu dari mereka. Aku kenal orang-orang baik , orang-orang yang benar-benar berjuang demi bangsanya , juga orang-orang busuk yang hanya mengincar jabatan dan kekuasaan. Terkadang , jika kita punya jabatan , sering kali pada akhirnya kita menyalahgunakannya “ sahut menasihati Bona.







“ Seperti Panglima itu. Sudah berapa kali ia berusaha membunuh kita , bahkan orang tak berdosa seperti Luna. Apa kita ... apa kita akan diam saja ? “ aku hanya menggelengkan kepalaku.







“ maafkan aku Bona , kemampuanku hanya sampai disitu. Jika kita saling bunuh seperti itu , semua ini tidak akan berakhir. “ Bona sepertinya tampak tidak puas dengan perkataanku.





“ begitu ya “ sahutnya dingin. Ia harus mengerti kalau aku tak ingin kejadian rumit terulang lagi.







“ maafkan aku Edi , belakang ini , aku menjadi serakah. Aku ingin , aku ingin kau menjadi milikku sendiri. “ bisiknya pelan . Kurangkul dia , lalu kusandarkan kepalanya di pundakku.







“ suatu hari nanti , aku yakin, kau akan mendapat laki-laki yang layak untukmu “ dan lagi-lagi Bona tampak tidak senang dengan perkataanku.







“ kenapa ? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang menarik? Kenapa kau lebih menyukai gadis itu ? “ bentak Bona geram.







“ Bona.... aku pun tidak memilih gadis itu ... “ Bona makin merajuk.







“ oh yang benar aja . “ Bona seolah tak percaya dengan perkataanku.







“ Tidak.... aku serius Bona , aku... aku salah .... aku lupa jikalau aku , tidak muda lagi. Jadi kurasa , lebih baik jika aku.... sendiri “ Bona pun tertawa sinis.







“ Lalu kau akan lari meninggalkan kami semua ? Membiarkan orang-orang itu mengincar kami ? “ aku menggelengkan kepalaku.







“ Tentu tidak Bona , aku akan selesaikan masalah ini. Namun maksudku , aku .... “







“ aku tidak mengerti jalan pikiranmu Edi. Kukira kau akan melepas semua masa lalumu dan memulai hidup baru sebagai orang yang baru. Bukan malah bertindak seperti kau masih berumur ratusan tahun. Lepaskan masa lalu itu , kau berhak .... kau berhak bahagia . Kau sudah terlalu menderita.... “ Bona seolah menyuruhku untuk melepas , semua yang terjadi di masa laluku. Ia menyuruhku beranjak ke kehidupan baru , dan merelakan kenangan-kenangan itu berlalu. Aku tidak berkomentar apa-apa.







“ Edi .... maaf , kurasa.... kurasa aku serakah lagi “ lalu tiba-tiba saja , ia pegang kedua pipiku kuat-kuat , lalu ia lumat bibirku. Aku tercengang. Bona memejamkan matanya dan mulai mencumbu-cumbu bibirku dipinggir Jalan. Lalu , ia menghentikan lumatan bibirnya dan berbisik







“ Paling tidak , jangan tinggalkan aku sendiri .... “ Lalu ia kalungkan kedua tangannya di leherku dan kembali mencumbu bibirku. Aku masih tercengang , sementara bibirnya terus melumat dan mencumbu bibirku , di bangku itu. Dan ketika Luna kembali , kami bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa







“ Kalian menunggu berjam-jam di luar sini?” Tanya Luna.







“ begitulah “ sahut Bona ramah







“ Kalau begitu , bagaimana kalau kita makan malam bersama-sama ? “ Bona mengangguk







“ Boleh kenapa tidak , ayo kita ajak Jinny juga “







Malam-malam itu , kami naik trem , menjemput Jinny di rumahnya , lalu makan malam di sebuah cafe tak jauh dari rumah kami. Luna yang mentraktir kami semua. Namun di makan malam itu , Bona membiarkan aku dan Luna makan satu meja , sedangkan dia satu meja dengan Jinny. Semua orang memperhatikannya karena Bona , adalah pemburu bayaran paling disegani di bandung.







“ jujur .... aku senang kau kembali . “ bisik Luna ditengah makan malam itu







“ aku pun begitu , “ sahutku. Luna tersenyum , ia ingin menyentuh pipiku lalu sejenak ia teringat jika Bona di sana. Meski Bona tidak melihat kami , tapi Luna kelihatannya masih takut dengannya.







“ Kapan kau akan pergi lagi ? “







“ aku tidak tahu .... “ sahutku.







“ Aku ingin , aku ingin kita kembali seperti dulu. Apa itu salah , Edi ? “ bisik Luna pelan. Aku hanya diam , namun tak lama ia menjawab pertanyaan itu sendiri.







“ Kurasa ... kurasa kau milik gadis itu sekarang “ wajah Luna berubah murung. Ia genggam tanganku , lalu ia kembali berbisik.







“ Aku cuma ingin kau ingat , bahwa di sini , ada gadis yang bersedia menerima kamu. Ada rumah yang selalu terbuka untuk kamu. Dan ada hati , yang akan selalu menunggu kamu. Maaf jika aku meminta terlalu banyak , tapi .... aku tidak ingin kau menjauh , apalagi sampai melupakan aku. Aku ingin .... aku ingin kamu .... “







Luna berusaha keras menahan tangisnya karena Bona dan Jinny di sana. Baiklah satu hari , ada dua gadis yang berbicara seperti itu padaku. Aku bingung. Yang kulakukan saat itu , hanyalah memegang tangan Luna , erat-erat , lalu berbisik







“ mari , habiskan makan malamnya , lalu , mari kita pulang “ Luna lantas tertawa terbahak-bahak. Bona menoleh heran. Lalu ia dan Jinny ikut tertawa terbahak-bahak







“ apaan sih ! hahahahahaha “ sahut Bona







“ Iya nih! Aneh banget bocah-bocah ini “ Sahut Jinny sambil meminum jusnya.







Pada akhirnya , kami menggabungkan kedua meja itu , dan makan bersama-sama. Kami lalu memesan barbeque dan memanggang daging bersama-sama. Kami makan selahap-lahapnya , sampai cafe itu tutup , di sekitar pukul 11 malam.







“ Kalian pulanglah , kami akan lanjut main game “ Ucap Bona







“ apa itu game ? “ tidak menjawab pertanyaan Luna , seolah tak sabar Jinny pun menarik Bona ke rumahnya.







“ sekarang cuma kita berdua “ bisiknya. Kami lalu bergandengan pulang. Luna lalu mengunci pintu depan rapat-rapat dan ketika aku hendak duduk di kasur itu , Luna tiba-tiba merangkulku.







“ Tidurlah denganku malam ini , aku ..... aku takut.... suka ada hantu “ bisiknya manja. Aku hanya menjawab satu kata , yang akhirnya membuat ia sendiri , ketakutan







“ amin “







“ Apaansi gak peka . Aku usir keluar nih! “







“ eh enggak dong enggak ! hahahahaha “







Dan untuk pertama kalinya , aku dan Luna tidur berdua , satu kasur satu kamar. Meski bisa dikatakan , hubungan kami saat itu , sangat menggantung atau bisa dikatakan tidak jelas.







“ Aku rindu kamu Edi ... “







Luna langsung memelukku setelah aku menutup pintu kamar itu. Ia sandarkan kepalanya didadaku , dan aku dapat merasakan air matanya menetes. Kudekap dia , lalu kuusap-usap pelan kepalanya. Wajahnya lalu menoleh padaku , lalu ia pun menjinjitkan kakinya . Ia pejamkan matanya dan mulai melumat bibirku perlahan-lahan.







Kudekap tubuhnya , membalas lumatan bibirnya. Kurebahkan tubuhnya diatas kasur itu , lalu kutindih tubuh mungilnya. Ia kalungkan kedua tangannya dan kami pun terus bercumbu satu sama lainnya. Perlahan , kubuka kemejanya dan ia pun pasrah. Jemarinya pun mulai menanggalkan pakaianku.







Kami masih saling bercumbu mesra , sementara tubuh polos kami saling bersentuhan satu sama lain. Kukecup lehernya , sambil menghirup aroma wangi tubuhnya. Lidahku mulai membasahi lehernya dan ia mulai mendesah. Ia dekap punggungku erat-erat , membiarkanku melakukan permainanku. Kecupanku perlahan semakin liar, dan desahannya pun mulai menggema.







Wajah kami kembali saling berhadapan. Wajahnya sudah memerah. Kubelai rambut halusnya dan kami pun kembali bercumbu. Kedua kemaluan kami mulai saling bersentuhan. Aku dapat merasakan bibir vaginanya yang sudah becek, dan ia mulai mendesah saat penisku menyentuh-nyentuh bibir vaginanya. Pelukannya makin erat , dan perlahan kutusukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya.







Kupompa penisku perlahan-lahan. Jemarinya mulai mencakar-cakar punggungku , dan wajahnya masih memerah. Bibirku kembali mengecup lehernya , dan hujaman penisku mulai menyepat. Lirih dan desahannya makin menggema dan pelukannya semakin erat. Ia membiarkan penisku menghujam keluar masuk kemaluannya dan kedua kakinya pun mulai mengapit tubuhku. Kupercepat hujamanku hingga tak lama , ia mencapai puncak kenikmatannya.







“ mmh... sayang..... aku gak kuat “ lirihnya malu. Namun aku masih meneruskan hujamanku . Ia berusaha mendorong tubuhku sampai tak sengaja , penisku meledak di dalam lubang kemaluannya. Aku berbaring di sampingnya dan ia pun kembali mendekap tubuhku dan menyembunyikan wajahnya di dadaku. Kami menarik selimut dan tak lama , kami berdua terlelap tertidur.







Pagi hari itu , untuk pertama kalinya aku bangun dipelukan Luna. Sudah lama sekali sejak aku terbangun dipelukan seorang wanita. Tiba-tiba aku teringat bagaimana rasanya terbangun dipelukan Jisun dan terbangun dipelukan Xiao xiao. Aku mulai berbisik di dalam hati , “ apakah gadis ini yang selama ini aku cari ? “ dan ditengah lamunan itu, Luna kembali terbangun dan menyapaku







“ selamat pagi sayang “







“ selamat pagi Luna “







Begitulah jawabanku. Ia kembali memelukku dan kami kembali bercumbu. Lalu ia bangkit , melilit tubuhnya dengan handuk , dan turun untuk mandi di bawah. Aku kembali tidur , dan ketika bangun , ia sudah menyiapkan sepotong roti dan secangkir teh untukku.







“ ayo sarapan dulu “







Kami sarapan berdua . Kututupi tubuhku dengan selimut lalu aku duduk dan mulai sarapan dengannya. Ia menyandarkan kepalanya di sampingku , lalu ia cium pipiku dengan manja. Lalu aku turun dan membersihkan tubuhku di kamar mandi bawah. Bona dan Jinny tiba tidak lama setelah aku mengenakan pakaianku kembali.







“ Pagi Luna “ Bona langsung memeluk Luna, dan begitu juga dengan Jinny. Dan tiba-tiba semua teman-teman Luna muncul di rumah, dan rumah itu pun sekejap berubah gaduh seperti tempat penitipan anak-anak. Mereka mengobrol , bergosip , berlari-larian persis seperti anak PAUD. Aku segera keluar , dan menenangkan diriku dengan membaca koran.







“ PANGDAM SILIWANGI DITEMUKAN TEWAS TANPA KEPALA DI PEMANDIAN UMUM “







Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapi berita itu. Kejadian itu terjadi tadi malam , kurang lebih pukul 1 atau pukul 2. Surat kabar memastikan jika Panglima malang itu , tewas akibat tembakan shotgun pendek ( atau sawed-off shotgun ) , yang jelas sekali ilegal di kerajaan. Sempat terdengar letupan dari kamar panglima dan ketika petugas keamanan menghampiri kamar tersebut, panglima sudah ditemukan tewas. Menurut surat kabar ini , pelaku diduga membius terapis yang seharusnya melayani panglima , lalu masuk dan menembak panglima tepat di kepala , dalam jarak yang sangat dekat. Masih diselidiki bagaimana pelaku masuk dan keluar.







Semua orang tampak terkejut dengan kematian sang Panglima. Warga sipil mati atau hilang secara misterius , itu sudah biasa. Tapi , ketika anggota atau bahkan petinggi militer tewas , apalagi secara mengenaskan seperti ini , itu sangat luar biasa. Bahkan bisa dikatakan , pelaku memiliki nyali yang tinggi , karena militer tidak akan tinggal diam. Kurang lebih seperti masa lalu. Namun siapa yang melakukan hal senekat itu? Shotgun pendek , bukanlah senjata yang mudah dibuat dirumah. Butuh keahlian dan peralatan yang rumit untuk merakitnya.







Sementara gadis-gadis ini , mereka tampak tidak peduli. Termasuk Bona. Biasanya , membaca koran adalah kegiatan yang ia lakukan setiap pagi dan ia pasti akan langsung membicarakannya denganku. Aku sempat berandai-andai, apa dia yang melakukannya. Namun aku tiba-tiba sadar , Bona tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa mengabariku lebih dahulu. Lagipula , semalam ia bermain Video game dengan Jinny. Ketika aku menoleh kembali, Bona masih asik bermain-main dan mengobrol dengan gadis-gadis itu.







Aku senang , ia akhirnya mendapat teman akrab , dan mulai bergaul dengan orang lain. Aku kembali membaca berita itu , dan tidak ada yang menarik kecuali berita yang mengagung agungkan sang Panglima. Semoga saja , kematian bajingan itu , tidak akan berdampak apa-apa bagiku. Karena aku tahu , sejak ditangkapnya Benny Pitak dan Kolonel korup itu , Legiun AD terus mengincar kami.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd