Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA JOE

Status
Please reply by conversation.
Chapter-1.jpg




Tidak ada yang mengira Lotus and Bee akan bertransformasi menjadi perusahaan agency terbesar di Indonesia. Semula perusahaan ini bernama Jansen Media, peusahaan kecil yang berasal dari kota kecil, bahkan namanya sendiri tidak sampai ke Jakarta. Namun sejak 1998, perusahan yang masih tergabung dalam Jansen Corp ini berhasil membuat gerah petinggi perusahan agency asing yang sudah terlebih dulu ada di Indonesia.

Memiliki kantor disebuah kota kecil bernama Dahlia city, membuat perusahaan yang sering disebut LnB itu seolah tanpa pesaing. Tetapi, alih-alih mendominasi pasar, LnB justru membuka pintu kepada perusahaan agency kecil lainya untuk berafiliasi dibawah group perusahaan yang didirikan seorang wanita bernama Renata Jansen

LnB sendiri dulu hanya berfokus pada penyedia jasa periklanan. Namun sejak mereka menobatkan diri sebagai a full servise agency, LnB juga menangai bidang yang lain. Mulai dari branding sebuah perusahaan hingga personal branding seorang politikus melalui salah satu sayap perusahaannya.

“Woy, itu mah gue juga tahu, kan itu kan ada di Google, yang gue tanya kerja disana itu kayak gimana? enak gak, terus loe digaji juga kan yah?”

Usai mengikuti kelas di hari jumat, Joe dihadang sejumlah senior kampusnya. Ia diminta menjelaskan bagaimana pengalamannya selama magang dua bulan ini.

Dua bulan ini memang banyak hal yang membuka pandangan Joe. Sebelum ini ia bahkan tidak tahu berjalan dibidang apa perusahaan yang ia kirim lamaran kerjanya melalui email. Bahkan dulu ia sempat menganggap perusahan agency sama seperti sebuah agensi gas LPG.

Namun kini ia bisa menjawab rasa penasaran seniornya. Hanya saja ia memang tidak pernah belajar bagaimana berbicara yang efektif. Sehingga yang ia katakan hanyalah hal-hal umum yang seharusnya sudah ada informasinya diinternet.

Magang di LnB membuat Joe terpaksa menjilat ludahnya sendiri. Dulu ia pernah sesumbar, tidak akan pernah banginya untuk bekerja dikantor. Seorang lelaki yang selalu merasa dirinya seniman itu, menganggap bekerja dikantor sama saja dengan menjebloskan diri ke dalam penjara.

Rutinitas kerja yang membosankan, kerja didalam bilik cubicle, berangkat pagi pulang sore merupakan tiga hal dari sekian banyak alasan kenapa ia tidak mau bekerja kantoran. Ia ingin bebas, merdeka, melakukan apapun yang ia suka. That not my style, honey

Sampai akhirnya, semua ekspetasi Joe selama ini dipatahkan, ketika pertama kali dirinya menginjakan kaki dikantor Lotus and Bee. Ia bersama sejumlah mahasiswa magang lainnya dibuat terpana oleh suasana kantor yang menurutnya seperti taman kanak-kanak. Beberapa menganggap kantor ini seperti café. Namun ada pula yang menyebut arsitektur kantor LnB lebih mirip seperti kantor perusahaan teknologi seperti Googe dan Apple

Lotus and Bee, memang tidak membatasi ruang keja semua pegawainya. Ada yang bekerja sambil ngopi di working lounge, ada yang meeting sambil duduk diatas bean bag, bahkan ada yang terlihat tidak bekerja dengan bermain arcade game disudut ruang. Mantaf, surantaf,Joe membatin

“Terus, gajinya berape, dari tadi lo cerita muter-muter mulu” cecar senior yang lainnya.

“Hmmmm… sini aku bisikin”

Mendengar bisikan Joe mengenai nominal gaji yang diteriama selama magang, membuat seniornya itu nyaris pingsan karena terkejut.Bukannya berlebihan, karena Joe pernah menunjukan gajinya pada teman satu kostnya yang sudah 3 tahun bekerja sebagai sales disebuah dealer mobil. Mendengar angka yang disebut membuat orang tersebut menangis dan berniat untuk resign.



~~~ JOE ~~~











“Gak nyangka yah Joe, udah dua bulan aja nih kita magang”

“Kalau aku sih nyangka yah, Bukanya kita bakal 6 bulan magang disini? Apakah kamu forget?”

Gadis pemilik senyum lebar itu selalu kesal setiap kali ngobrol dengan Joe. Bagaimana tidak, setiap perkataan atau tanya yang terlontar darinya selalu dijawab dengan asal-asalan dan diluar ekpektasi. Dia tanya apa, Joe menjawab apa. Setiap kali kali gadis itu tidak puas dengan jawaban yang didapat, ia selalu menepuk dahi lebar Joe seraya berseru.

“Bodoh”

Setiap kali mendengar kata ‘bodoh’ dari bibir sang gadis, Joe biasanya hanya nyengir kuda. Atau lebih sering lagi ia akan menowel hidun lancip sang gadis seraya berkat antonimnya.

“Pinter”

Setelahnnya mereka berdua akan senyum-senyum gak jelas atau bila situasi memungkinkan mereka akan tertawa.

Sejak pertama bertemu keduanya memang langsung akrab. Bahkan mereka sering terlihat duduk bersama disebuah working lounge untuk sekedar ngopi, atau hanya duduk sambil menunggu jam pulang kantor. Seharusnya hari ini Joe bisa memilih pulang. Tapi ia terlanjur janji dengan kawan barunya itu.

“Seharian tadi kemana aja?” Tanya sang gadis usai senyum itu mereda.

“Ini kan hari jumat, ya kuliah lah. Emangnya kamu enak, dah gak ada kuliah..”

“Salah sendiri, masih semester empat nekat buat magang.. jadi ribet sendiri kan? Kalau aku kan nyante, tinggal skripsi doang.” Jelasnya melayangkan pandang kesamping kiri

“He eeeh.”

“Oh ya Joe, gue baru nyadar. Ternyata tahun lahir kita sama yah. Tapi kok, kamu bisa dibawah aku dua angkatan sih?”

“Heem, soalnya …”

Joe sebenarnya malas untuk menjelaskan ini. Karena ia tahu persis apa respon Josie nantinya ketika tahu Joe pernah tidak naik kelas. Tetapi, walau baru kenal selama dua bulan, Joe tahu persis tabiat wanita berambut panjang itu. Josie pasti akan meneror dirinya dengan pertanyaan sama dikemudian hari.

Jadi, mau tidak mau lelaki itu akhirnya menceritakan, kalau benar, ia memang pernah tidak naik kelas. Bukan hanya sekali, melainkan sampai dua kali. Dulu Joe masuk SD terlalu cepat, karena ingin selalu berada bersama teman bermainnya. Sayang, Jolis. dianggap belum yalak karena belum bisa baca dan tulis. Akhirnya Joe terpaksa tinggal kelas dan mengulang kelas 1.

“Tuh kan bener dugaan aku, pasti gak naik gara-gara bego.”

“Iya, karena bego”

“Terus, yang satunya gak naik karena apa?”

“Huft … standar lah, gara-gara orang tua cerai, aku jadi hilang fokus belajar, jadinya gak lulus SD deh.” Jelas Joe singkat.

“Alesan aja nih, bego mah bego aja, dulu orang tua aku juga cerai. Tapi buktinya aku tetep aja rangking satu tuh.”

See, gak dirumah, gak dikampus, eh sekarang ditempat magang, ada aja orang yang bego-begoin aku. Emangnya aku sebego itu yah?? Hmmm …. Kayaknya sih emang bener, ah. Shit

“Jadi, orang tua kamu cerai juga?”

SLRUUUPPPPP

Achh.”
Mereka cerai waktu aku kelas 4 SD, penyebabnya.” Slruupppp. “ Ibu aku selingkuh sama partner kerjanya.” Jelas Josie yang dengan santainya menceritakan alasan orang tuanya bercerai sambil menyeruput Iced latte.” Kalau ortu kamu, Joe. Cerenya gara-gara apa?”

Kampret juga nih cewek, enteng betul nyeritain aib keluarnya sendiri.

“Sama, mama aku juga selingkuh.”

Tapi lebih kampret aku sih, padahal aku bisa memilih untuk gak jawab, tapi aku juga malah nyeritain penyebab papa dan mamaku bercerai. Jangan-jangan nih cewek penyihir lagi. Atau, emang bener aku tuh bego. Achhh Kampret.

“Yeee, kita sama anak broken home yang ibunya sama-sama selingkuh. hihi” Seru Josie dengan girang.

What…?

Normalnya seorang anak akan malu menceritakan penyebab orang tuanya bercerai. Tapi bukan orang normal, setidaknya itu yang ada dalam pikiran Joe. Tetapi hal itulah yang membuat mereka berdua dekat, layaknya orang yang sudah mengenal sejak lama. Atau, Josie adalah bukti nyata, bahwa Tuhan itu maha adil. Ia tidak akan menciptakan makhluknya terlalu sempurna.

Josie memang cantik dengan senyum lebar dan mata bulatnya. Ia juga gadis yang pintar dengan 3,8 IPK sebagai pembuktian. Tetapi didalam otaknya, mungkin ada jaringan yang putus, sehingga kelakuannya kadang tidak mencerminkan penampilanya. Lelaki yang tahu sifat aslinya itu mungkin akan mundur teratur. But, tidak dengan Joe.

“Si Mamet kemana yah Joe?seharian ini aku gak ngelihat dia.”

“Tadi siang sih, dia ngabarin. Kalau hari ini dia nemenin mas Evan ketemu klien.”

“Hmmm. Enak yah jadi Mamet ditempatin di bagian account

“Iyah, kerjanya keluar kantor mulu, gak kayak kita, didalem ruangan mulu.”

“Tapi kalau kantornya kayak gini sih, seharian dikantor juga gak masalah. Yah gak?”

Terbuat dari apa sih ni cewek. Cepet banget berubah pikiran.

“Tapi bener kata kamu, Josie, dimana lagi coba, kantor yang ngebebasin pegawainya ngerokok didalam ruangan” Ujar Joe, seraya membakar rokok putih kegemarannya.

“Betul, apalagi kita juga dibebasin mau pake apa ke kantor”. Balas Josie, seorang gadis yang memang memeiliki selera fashion yang bagus. Seriap harinya ia pasti terlihat dengan balutan busana yang berbeda-beda. Membuat dirinya mendapat julukan fashion queen dari orang-orang dikantor ini.

Setelah berucap, gadis yang ikut membakar rokok itu mengarahkan pandang kejendela kaca yang terbuka. Memandangi megahnya pantai selatan yang dapat terlihat jelas dari lantai 16 gedung ini.

“Joe”

“Apa lagi??” Jawab Joe memalas.

“Kamu inget gak momen pertama kali kita ketemu?”

“Memang kenapa?”

“Gak apa-apa, kadang suka ketawa aja kalau nginget hari itu. Hihihi..”

“Emang apa yang lucu sih, sampai bikin ketawa?”

“Yah lucu aja, saat itu, aku hampir ngerasa minder, gara-gara pakaian yang aku pake beda sendiri, sampai aku melihat sosok kamu yang masuk keruangan dengan songongnya.”


~~~ JOE ~~~


Saat itu Josie memilih menghindar dari kerumunan. Karena ia sadar, pakaian yang ia pakai siang itu sangat mencolok dan tentu berbeda diantara lainya yang memakai bawahan hitam dan atasan kemeja putih. Sebelum berangkat Josie merasa penampilannya hari itu sudah ok. OOTD banget. Dress terusan berwarna hitam, outer putih ivory yang menutup sampai batas paha, kaos kaki panjang selutut warna hitam, dan sepatu docmart, Yes, tidak salah, Dr. Martens yang itu.

Gadis itu beranggapan Lotus and Bee merupakan tempat orang-orang kreatif. Jadi mereka tidak akan mempermasalahkan penampilan seseorang. Tapi pemikiran diluar batas nalar tersebut, tentu tidak akan diterima begitu saja oleh puluhan mahasiswa yang juga menjadi calon pegawai magang seperti dirinya.

Tetapi pandangan sinis itu seketika beralih kepada sosok seorang pemuda yang baru saja masuk kedalam ruangan.

Pemuda urakan dengan rambut diikat layaknya pati Gadjah Mada, Celana jeans hitam yang robek dikedua lutut, sepatu senakers vans hitam, dan yang terakhir, kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai siku, berbahan linen sehingga menimbulkan kesan kusut.

Nih orang mau manggung apa mau ngelamar kerja. Batin semua orang yang memandangi Joe, berjalan melewati kerumunan dengan congkaknya.

Joe nampak tidak peduli apa yang dipikirkan orang tentang penampilannya siang itu. Atau lebih tepatnya, pemuda itu memang tidak pernah mempedulikan banyak hal. Namun sodoran tangan seorang gadis, membuatnya harus bersikap acuh.

“Josephine. Tapi panggil Josie saja yah.” Ucap sang gadis memperkenalkan diri.

“Eh, Joe..” Balasnya menyambut jabatan itu. “Panggil aja Joe.”

“ Kalau aku, Mamet.” Ujar seorang lelaki berambut klimis, yang tiba-tiba saja muncul dihadapan Josie dan Joe

HAHAHAHAHA!!!

Keduanya tertawa mengingat kejadian hari itu. Tidak disangka berkat kejadian itu membuat mereka menjadi dekat seperti sekarang

“Tapi, kalau di pikir-pikir yah, Joe. Perasaan yang penampilannya aneh kan cuma kita berdua, kenapa waktu itu, si Mamet ngerasa salah kostum juga ya?”

Celana kain hitam ketat menggantung diatas mata kaki, kemeja putih slim fit, sepatu slip on berwarna coklat, arlogi alexander cristie dilengan kiri, and last but not least, rambut klimis disisir samping. Penampilan Mamet membuat lelaki bermata biru itu terlihat seperti seorang evecutive muda, bukan seperti seorang mahasiwa atau anak SMA yang sedang PKL.

Hahahaha….

“Oh iya juga yah, kayaknya si Mamet dikira HRD deh, soalnya waktu itu orang-orang pada nyalamin dia gitu, hhihihi”

“Iyah, gara-gara itu juga kan dia akhirnya masuk ke timnya mas Evan.”

“Tapi, dari itu semua kejadian waktu itu, ada hal yang paling lucu,..” Ungkap Josie kembali melanjut obrolan.

“Apaan emang?”

“Yah kamu lah,”

“ ………….?”

“ Inget gak, dengan gaya sok cool, kamu ngenalin diri dengan nama Joe. Yah, emang sih kesannya cocok aja sama rambut man bun kamu itu. …. Tapi …. heee”

Sebelumnya ni cewek ketawanya nyenengin, tapi tiba-tiba nyengirnya itu bikin sebel, pengen kutarik deh tuh bibir.

Umumnya wawancara kerja dilakukan secara personal diruang tertutup. Tetapi bagian HR dari perusahaan ini nampaknya punya cara unik untuk mengetahui calon pegawainya. Satu persatu diantara mereka diminta perkenalkan diri dihadapan banyak orang.

Josephine Alinea Vader, orang pertama yang memperkenalkan diri. Ia dengan percaya dirinya menjelakan siapa dirinya, sepede dengan penampilannya yang paling berbeda dari semua peserta cewek. Begitu pula dengan puluhan mahasiwa lain, meski awalnya kaget karena tidak menduga akan menjalani proses yang tidak biasa. Tapi mereka bisa dengan lancar menyebutkannya serta menjelaskan apa visi mereka ingin magang di Lotus and Bee.

Nama saya …. Joko Eko Poernomo, usia 21 tahun, mahasiswa komunikasi semester 4 Universitas Widyanatha, dan motivasi saya magang di Lotus and Bee ….. Untuk mengisi waktu luang, karena semester ini saya hanya mengambil 2 mata kuliah saja, sekian.

Tidak ada yang salah dengan Joko Eko Poernomo, sebuah nama Jawa yang membuat pemiliknya terkesan gagah, tapi Joe kurang menyukai nama itu. Tidak ada maksud melukai hati kakeknya yang telah memberikannya nama tersebut. Hanya saja bila nama itu disebut diatas panggung, citranya sebagai seorang rocker yang sudah dibangun sejak SMA akan runtuh seketika.

‘Please welcome, Joko Eko Poernomo’

HAHAHAHA…


“Dua temen aku ini emang unik, pada gak mau ngakuin namanya masing-masing, yang satu tampang roker tapi namanya Joko … yang satunya lagi …. Hihihi …… bule namanya …. Slamet Alexander.”

Saat itu tidak ada satupun orang yang sanggup menahan tawa. Bahkan semua staff human resources sampai dibuat terpongkal-pingkal. Kejadian semacam itu mungkin hanya sekali seumur hidup, dimana seorang lelaki berparas bule tapi memiliki nama khas orang Jawa.

“Tapi aku salut loh Joe sama kamu tuh.”

“Salut kenapa?”

“Semua orang akan ngomong yang baik-baik kalau sedang job interview bahkan kalau perlu mereka akan sedikit berbohong. Ehh kamu, dengan jujurnya bilang kalau motivasi kamu, cuma buat ngisi waktu luang … kan bego namanya dan herannya orang macam kamu kepilih lagi, aku yakin mereka yang gak lolos pada sebel deh sama kamu … bego”

Hihihihi

Makin sering denger Josie ngomong bego, kok aku jadi tersinggung yah. Grrrr


Walau semua perkataannya nyelekit, entah kenapa setiap melihat wajah Josie. Rasa jengkel yang menyesakan dada tiba-tiba hilang gitu aja. Emang penyihir nih cewek

Setelah merampungkan tawanya Josie kembali bertanya, “Joe, kamu tahu gak sih. Aku tuh ngerasa, aku kamu sama si mamet, itu tuh, seperti tiga orang yang udah sahabatan lamaaaaaaaaaaaa … bang..”

Nyut,

Tidak mau menderita sakit kuping, dengan cekatan Joe memencet pipi Josie sampai bibir gadis itu monyong.”Banyak betul ‘a’ nya… heran”

“Ihhh, gak boleh megang pipi orang sembarangan tahu.”

“Habisnya, kalau gak gitu gak akan kelar.”

“Ehh… Tapi kamu nger…”

“Iya Josephine, Joe juga merasa seperti itu koq..”

“Nah gitu dong, sekali-kali pertanyaan Josie, dijawab dengan bener. “



~~~ JOE ~~~



Mejadi bagian Lotus and Bee merupakan impian besar banyak orang terutama anak muda. Sayangnya untuk bergabung di perusahaan ini sangatlah sulit, bahkan untuk sekedar magang saja harus melewati seleksi yang sangat ketat. Nilai akademisi, ketrampilan, pengalaman kerja, atau berasal dari universitas ternama, tidak menjamin seseorang akan diterima. Karena LnB membutuhkan orang-orang yang berkarakter, bukan sekedar mereka yang sukanya membangga-banggakan almamater

Itulah kenapa pemuda urakan seperti Joko Eko Poernomo bisa diterima magang disini. Ia memiliki kharakter, salah satunya jujur.

Secara umum perusahaan apapun tidak akan memberikan beban kerja yang sama kepada pegawai magang. Tetapi LnB sedikit berkebalikan. Semua pegawai magang diLnB diperlakukan sama, mereka diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang sama seperti pegawai tetap. Seperti Mamet yang hari ini diberi kepercayaan meneami Evan Koh, salah seorang Senior AE, Lotus and Bee

“Hmmm, seriously, Met? Kamu yang nemuin langsung?”




Wajar bila Josie terkejut seakan tidak percaya mendengar kabar kalau teman barunya itu baru saja mendapat proyek pertamanya, Mamet sendiri tidak menduganya sama sekali. Pemuda tampan itu mengira kalau hari ini ia hanya akan dimintai menenami Evan Koh untuk bertemu klien. Alih-alih belajar bagaimana cara account executive bekerja, Mamet malah diminta langsung menangani klien tersebut.

“Gak juga kok, Josie. Wong tadi kan aku yo dibantu sama mas Evan, ya toh mas?” Jawab Mamet merendah

No no, don’t believe him. Tadi saya cuma duduk-duduk saja kok, Mamet yang pegang kendali.” Ujar Evan Koh mengoreksi pernyataan Mamet.

Dua bulan ini Mamet dikenal pribadi yang pendiam dan jarang terlihat aktif. Bahkan Joe pernah bilang kalau Mamet bisa masuk kedivisi account servise hanya karena dia tampan dan rapih. Tetapi pria Singapura ini justru memberikan kepercayaan kepada Mamet untuk menangani klien secara langsung. Memang betul awalnya Evan yang memulai, tetapi Mametlah yang menyelesaikan.

Mamet nampak belum siap menerima pujian dari Evan, sehingga ia tidak tahu harus bersikap apa.”Tapi, makasih yah mas, udah dikasih kepercayaan.”

“…….” Pria bertampang Asia itu hanya mengangguk dan tersenyum kearah Mamet”Sama-sama, Saya juga senang kasih kesempatan ini kekamu. This is your moment Mamet.Eheeem. Evan membersihkan kerongkongannya,”Tapi kayaknya kamu harus berhenti magang.”

“ ……”

“Kamu bisa jadi bagian timku secara resmi, junior account mungkin?” Ungkapnya.

Sekali lagi, Mamet hanya bisa senyam senyum, ia belum tahu harus berkata dan bertindak apa menerima kenyataan ini. Yang jelas mata biru indahnya itu uterus berkaca-kaca.”Thanks before… Terima kasih ya, Mas.”

Weit. Jangan panggil mas, I don’t look goldy, right? Ucap Evan menyorong punggung Mamet.” Ini juga berlaku untuk kalian berdua. Oke… Jo Jo…!!!” Lanjutnya mengacungkan jari kearah wajah Josie dan Joe.

Ketiganya kembali duduk setelah Evan Koh meninggalkan working lounge lantai 16 gedung ini. Namun sepasang mata masih saja mengamati sisa jejak peninggalan pria yang mendapat predikat the hottest man in office itu.





“Wooy!!!. Orangnya dah pergi kali” Hardik Joe dengan menepuk pipi Josie.

“Apaan sih?” Balas Josie yang masih memangku wajahnya.

“Masih aja kamu naksir sama dia Joe? dah punya tunangan tuh” Lanjut Joe

Josie memang bukan satu-satunya perempuan yang mengagumi Evan Koh. Hampir separuh spesies perempuan dikantor ini juga mengagumi dan berharap ada keajaiban lelaki itu putus dengan tunangannya.

“Kan baru tunangan, selama bendera kuning belum berkibar, kan masih ada kesempatan.”

“Woy, bukannya janur kuning yah?” Timpal Joe

“Kalau baru janur kuning, iku masih bisa di tikung, Joe, tapi nek bendera kuning, berarti kan orangnya dah mati.”

“Tuh, Mamet aja paham, ahh kamu sih kelewat bego, weee” Ledek Josie menjulur lidah kearah Joe. “Eh Met, traktiran bisa kali??” Lanjutnya menepuk pundak Mamet.

“Iya iya, Josie mau ditraktir apa memangnya?”

“Hmmmm….. Apa yaaah…..”




~~~ JOE ~~~



Cukup lama Josie menentukan pilihan, karena saat ini gadis itu memang ingin mencoba nganyak hal. Sampai akhirnya gadis itu memilih ‘The Queen’ restoran daging yang sedang ramai dibincangkan. Josie bahkan berjingkrak-jingkrak saat mendengar Mamet mengusulkan restoran itu.

Ketiganya lalu beranjak dari working lounge lantai 16 ini, menuju arah koridor dimana lift berada. Cukup banyak orang mengantri giliran untuk naik lift.Namun saat tiba giliran mereka masuk, Joe malah berhenti, dan meminta kedua temannya untuk duluan.

“Aku nanti nyusul.”

Saat pintu lift, Josie menjulurkan lidahnya kearah Joe.Weeeee…

Huft….


Ada satu alasan lagi kenapa Joe pernah berkata ia tidak mau bekerja kantoran. Yup, karena biasanya sebuah kantor berada digedung bertingkat, dan gedung bertingkat pasti membutuhkan lift untuk naik dan turun. Sedangkan Joe, ia memiliki sedikit pobia dengan lift.

Sebelum magang di Lotus and Bee, Joe memang tidak pernah sekalipun menggunakan lift. Karena ia takut, seandainya terjadi malfunction, lift akan terbang bebas kelangit hingga menabrak stasiun luar angkasa.

Ia memang pernah masuk kedalam gedung bertingkat seperti mall atau apartement. Tetapi gedung itu hanya setinggi 6 lantai, tentu tidak akan jadi masalah sekalipun naik dan turun menggunakan tangga. Tetapi gedung J Tower memiliki total 30 lantai, dan tempat ia magang saat ini berada diantara dilantai 15 hingga 20, tentu butuh effort seandainya Joe memaksa naik turun setiap harinya.

Pada akhirnya ia mulai terbiasa menggunakan lift. Namun terkadang rasa takutnya kerap muncul tiba-tiba. Dan saat ini rasa itu sedang mendera. Makanya ia memutuskan tidak ikut masuk bersama kedua temannya itu. Karena ia malu orang lain mengetahui rasa takutnya ini.

Tampang rocker, naik lift aja genter

Tapi mau sampai kapan? Bagaimanapun caranya Joe menghindar ia pasti akan dihadapkan oleh rasa takutnya itu. Jalan terbaik melawan rasa takut, adalah dengan menghadapinya.

Didepan pintu lift bagian tengah, pemuda berbaju hitam itu berdiri. Ia memjamkan mata dan berulangkali menghirup nafas panjang.




“Dulu waktu kecil, aku juga takut naik lift.”

Sebuah suara lirih nan merdu terdengar dari sisi kiri Joe. Memaksa dirinya untuk membuka mata.

“Eh, mba Nadia..” Tanggap Joe menyadari wanita itu adalah Nadia.

Nadia Estella merupakan VP Production dari Lotus and Bee. Tetapi karena kerap merasa bosan dengan jabatannya sendiri, ia sering ikut campur urusan kerja divisi lain, terutama bagian human resource. Ia juga orang yang bertanggung jawab atas terpilihnya Joe sebagai pegawai magang LnB. Saat itu ada beberapa kandidat terakhir yang sebenarnya lebih kompeten dari Joe, namun Nadia meyakinkan staff dari bagian HR untuk lebih memilih Joe, dengan alasan lelaki itu memiliki kejujuran dan keberanian.

Memang benar, Joe saat itu terlalu jujur, hingga mengungkap alasan sesungguhnya ia magang diperusahaan ini.

Nadia cukup dekat dan dikenal ramah oleh semua orang dikantor ini. Meski jabatannya tinggi, tak lantas membuat wanita itu gila hormat. Ia tidak ingin dipanggil ibu, karena menurutnya 34 itu belum pantas untuk dipanggil seperti itu.

Joe dan beberapa anak magang lainnya, juga sangat akrab dengan Nadia. Karena wanita bertubuh tinggi dan sintal itu pernah beberapa kali mengajak makan malam anak-anak magang. Entah apa tujuannya, yang jelas melalui Nadia, Joe memahami satu hal, tidak selamanya orang dengan jabatan tinggi, akan selalu memandang rendah kepada mereka yang ada dibawah.

“Saat aku merasa takut, aku akan memegangi tangan ibuku. Dan biasanya rasa takut itu akan hilang.” Ujarnya melirik kearah mata Joe.

Tinggi badan Nadia hampir menyamai Joe, namun dengan stiletto 17 cm itu memaksa Joe sedikit mendongak ketika hendak membalas pandangan Nadia.

“Masa sih?” Jawab Joe, yang tiba-tiba terdengar seperti anak sd yang baru saja menangis

“Sini aku buktikan” Nadia menggenggam erat tangan kiri Joe, lalu tangan lainnya yang memegang handbag hitam keluaran Gucci, mencoba menekan tombol lift dengan telunjuk.

Ketika puntu lift terbuka, Joe masih saja terdiam. Membuat Nadia mengambil sebuah tindakan. Wanita itu sedikit menarik lengan Joe kedalam, sehingga lelaki itu tidak memiliki banyak pilihan kecuali mengikuti langkah kaki Nadia.

Didalam Nadia menekan tombol lantai tujuannya, lobby. Selepas itu Nadia kembali memandang Joe yang kembali memejamkan mata. Sebenarnya Nadia ingin sekali tertawa tetapi ia tahu, dulu iapun memiliki pobhia yang kurang lebih sama dengan Joe, sehingga ia menahannya sebisa mungkin.

Setelah turun beberapa lantai, Wajah Joe mulai terlihat tenang. Kedua matanya mulai terbuka dan kembali melirik kearah Nadia. Tentu, dengan wajah malu yang begitu kentara.

See, Mendingan kan?”

“ …. “ Joe mengangguk mengiyakan

Saat menganggukan kepalanya itu, Joe baru sadar kalau pakaian yang dikenakan Nadia terlalu terbuka. Gaun hitam ketat dengan belahan v yang terbuka sampai perut bagian atas, atau lebih mudah disebut dengan sexy. Nadia terlihat percaya diri mengenakan pakaian semacam itu, meskipun dibagian kiri dadanya terdapat tanda lahir berupa tahi lalat yang cukup besar.

Wanita itu segera menyadari, bahwa dirinya sedang dipandangi oleh Joe. Iapun berdehem, membuat sang pemuda membuang pandangan kedepan. Rasa kikuk membuat Joe hendak melepas genggaman tangan Nadia. Tapi wanita itu justru mempertahankan genggamannya, malah semakin erat.

Menjelang lantai tujuan mereka, lift berhenti sesaat, pintunya terbuka dan masuklah dua orang lelaki.

Melihat pakaian yang dikenakan Nadia dengan belahan begitu terbuka, membuat dua pasang mata itu melihat kearah yang sama. Nadia dengan cepat menutupi area dada yang terekspose dengan tas ditangan kirinya.

Kerika sampai di lantai lobby dan kedua orang tersebut pergi, Nadia kembali menurunkan lengannya tersebut. Joe sedikit melirik, begitupula dengan Nadia.

Sial, kenapa aku lakuin hal barusan. Bisa-bisa ni anak salah sangka lagi. Batin Nadia

Ternyata saran Nadia memang benar adanya. Berpegangan tangan memang bisa menghilangkan rasa takut. Joe pun bisa melangkah keluar lift dengan tenang. Setelah Nadia melepas genggamannya, merekapun berjalan bersama kearah luar gedung.

“Gimana? takutnya ilang kan?”

“Iya mba, jadi ilang, hehe.”Rasa takut memang hilang, tapi sekarang berubah jadi rasa malu. Joe tidak menduga akan bertemu Nadia tadi.God damn lah..By the way, ada pesta atau..?” Lanjut Joe mencoba mengalihkan topik.

“Ada yang ngundang dinner, biasa lah menjaga hubungan baik dengan klien. Gak bisa nolak kalau diundang. Mau ikut?”

“Ehh, makasih mba, lagian ada janji juga sama temen..”

“Pasti mau pada kumpul sama trio kwek kwek.”

“Siapa tu mba?”

“Yah kamu, Josephine, dan siapa tuh yang ganteng.. Mam…. Slamet.. hihi, udah kayak trio kwek kwek kan kalian bertiga.?”

“Hehe … iya mba”

Joe, Josie dan Mamet. Ketiganya memang sering terlihat bersama sejak magang dikantor ini. Kalau ada Josie pasti ada Joe, dan ditengah tengahnya ada Slamet. Atau orang-orang dikantor ini lebih sering memanggil mereka dengan sebutan Jojo and Mamet.

“Itu sepertinya taxi-ku. Ya sudah Joe, aku duluan yah.” Ujar Nadia yang melangkah kearah sebuah taxi yang baru saja berhenti diarea lobby.

“Iya mba, Have fun yaah…”

Nadia membuka kaca belakang taxi setelah ia berada didalam lalu berseru,” Joe, next time kalau aku ajak dinner mau yaah”

“Pasti mba..” Jawabnya dilanjut dengan senyum




back-2.jpg
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd