Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mantan Keras Kepala

Part 5.

Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Vela, saat memasuki kota P Vela yang tadinya memeluk saya tiba-tiba melepaskan pelukannya dan kini hanya memegang pinggang saya. Kenapa ya? apa dia udah nggak dingin? tapi saya rasanya masih kedinginan, tidak terlalu menghiraukan hal tersebut saya hanya fokus ke jalanan dan sesekali melihat kemungkinan tempat sarapan.
"Vel, bener kan lewat sini?"
"Bener Ben, ehh kok kamu tau?"
"Sok tau aja sih sebenernya, kalo salah pasti kamu komen, hehehe"
"Nanti arah luar kota habis timbangan kita belok kiri ya, nanti ada rel pelan-pelan, licin bgt disana"
"Oke, btw nggak sarapan dulu nih?"
"Nanti aja deket rumah gimana? enak-enak loh makanan di kampungku"
"Boleh deh, siapa tau coco
k juga"
Dan benar saja, saat melintasi ban motor saya pun selip padahal sudah cukup hati-hati, mungkin karena posisi rel yang sangat miring dengan arah jalan dan pagi itu jalanan masih rada basah. Ban motor saya pun belum termasuk kategori botak, masih diatas TWI.
Tapi yang membuat saya kaget waktu itu adalah saat motor saya hampir terjatuh, sontak Vela memegang lebih kuat, lebih tepatnya seperti mencengkram atau meremas, namun yang jadi korban adik kecil saya, Vela dengan refleks meremas kuat daerah terlarang itu, tentu saja saya jadi setengah berteriak.
"Aauu Vel, sakit!! tangan kamu"
"Maaf maaf Ben, nggak sengaja"
"Kalo mo pegang, pegang aja Vel, tapi jangan dicekek juga"
"Ben.."
Vela sepertinya cemberut dengan candaan saya
"Becanda Vel, jangan marah dong"
"Malu tau.."
"Lah kok harus malu?"
"Ini kita berhenti disini aja nih? nungguin kereta lewat?"
Dalam sisa perjalanan Vela sedikit menjaga jarak dengan saya dan tidak banyak bicara.
 
Part 5.1
Setibanya di rumah Vela, bokap Vela sedang dipijit oleh tukang pijit tradisional yang paling top disana, belakangan dikasih tau Vela. Nyokap nya dengan serius memperhatikan, saking seriusnya Beliau tidak sadar kami datang.
"Assalamualaikum ma, papa gpp kan ma?"
Mama Vela, tante Reni seperti tidak mendengar salam anaknya
"Maa" kali ini Vela sambil memegang bahu mama nya
"Astaghfirullah.. ehh nak, sama siapa?"
"Mama serius sekali"
"Iya, itu Papamu kayaknya enak banget dipijit, sampe ketiduran gitu"
"Berarti papa gpp kan ma?"
"Aman, tadi mama panik aja, makanya reflek nelpon kamu"
"Syukurlah, ehh ma.. ini Beni temen aku"
"Masuk Ben, Vela ini keterlaluan, temennya ditinggal diluar"
"Gpp tan, enak kok diluar, adem"
"Masuk masuk, tante bikinin teh buat kalian, belum pada sarapan kan?"
"Belum tan" "Belum ma" kami kompak menjawab
"Tadi tante udah minta tolong sepupunya Vela buat beliin bubur ayam, cuma kok belum balik ya?"
"Tadi Vela liat Aldo kok ma, kayaknya lagi antri"
"Seenak itukah Vel? sampe antri"
"Nanti kamu coba aja"
"Siap"
"Nah itu Aldo"
"Vel, gimana tadi di jalan? aman?"
"Pal pel pal pel, gw kakak lu"
"Beda setahun doang ribut amat, bang kok bisa tahan sama kakak saya?"
"Kenapa emangnya Al?"
"Pasti masih pinter nyimpen aib nih"
"Udah sana, makasih dah beliin sarapan" Vela mengusir Aldo
"Nahh, takut kan lu, pulsa 10 ya"
"Iya iya sana"
"Gitu kan enak"

"Kok aku jadi penasaran ya Vel"
"Udah nggak usah didengerin, emang suka cari lawan anaknya"
"Btw, kakak atau adek kamu mana? nggak balik juga"
"Belum dibikin, haha"
"Tunggal?"
"Hooh, Aldo juga tunggal, makanya kami dekat, dari kecil berdua terus, pisahnya ya pas kuliah ini, dia nggak mau lanjut"
"Ohh, i see.. Aldo informan valid lah ya"
"Nggak nggak, sesat"

Entah karena lapar atau buryam nya emang enak, 1 bungkus rasanya nggak cukup, tetapi demi menjaga imej, saya pura-pura kekenyangan XD.
"Duh, kenyang bgt aku Vel"
"Gimana? enak kan?"
"Juara.. bakal sering kesini ini mah"
"Kubilang juga apa"
"Btw, disini nggak ada tempat wisata Vel?"
"Ada, cuma kamu butuh istirahat nggak sih? kan kita nanti balik ke kota lagi"
"Kamu besok ada kuliah?"
"Nggak sih, besok free, hari ini harusnya ada kuliah"
"Balik besok juga boleh, nanti aku cari penginapan deket sini"
"Ehh ngapain, disini aja lagi, kecuali kamu nggak nyaman di gubuk kami"
"Sarkas sekali saudara"
"Haha, kamu sih.. masa' mau cari penginapan"
"Ya nggak enak aja sama tetangga Vel"
"Kamu liat sendiri kan? tetanggaku cuma Aldo, selain itu udah jauh jaraknya"
"Bener juga sih, jadi nanti kamu ajak aku kemana?"
"Nanti sore aja gimana? ada kafe view nya danau gitu Ben, bagus deh pokoknya"
"Aku mah ngikut aja"
"Kamu istirahat dulu aja, tapi kasurnya diluar gpp ya? kami nggak ada kamar tamu Ben, hehe"
"Anak kos mah, modal sebelah tangan juga bisa tidur Vel"
"Itu tempat tidur Aldo biasanya, dia yang pindahin dari rumah nya"
"Ehh, gpp aku tidur disana?"
"Gpp, dia aja udah lama nggak tidur disini, dulu waktu jaman sekolah, kalo pulang telat pasti teror aku buat bukain pintu, nggak berani pulang ke rumah dia"
"Ohh ngerti-ngerti"
"Bentar Ben, aku ganti alas nya dulu"
"Oke Vel"
tak lama berselang, Vela kembali muncul membawa sprei dan sarung bantal, dan yang membuat saya kaget adalah Vela sudah ganti baju dengan piyama tanpa dan tanpa hijab, sementara saya berusaha memberikan ekspresi sesantai mungkin, walaupun sesekali curi-curi pandang kedalam baju Vela dari celah pada ketiaknya, bagaimana tidak, biasanya saya melihat Vela yang berhijab meskipun sering bergaya kasual.
"Bantuin buka Ben" Maksudnya buka alas kasur yang lama
"Buka sekarang nih?" goda saya pada Vela, tetapi Vela menjawab dengan polos
"Iya, biar cepet juga kamu bisa istirahat nya"
"Iya iya"
Habis itu saya langsung rebahan disana, dan saya liat Vela langsung pergi ke kamarnya.
"Ben, bangun.."
"Mmm"
"Dah jam 2 Ben, enak banget tidurnya, kita makan dulu, aku dah masak loh, kamu cobain"
"Haaa..." saya langsung duduk dan liat jam di hp, benar sudah jam 2 siang, cukup lama saya tertidur, mungkin karena semalam juga tidur udah diatas jam 1 malam, dan subuh-subuh udah bangun lagi.
"Sana cuci muka dulu"
"Ya dimana neng? kan baru sekali kesini"
"Oiya, hehe"

Lalu Vela mengantar saya ke kamar mandi untuk cuci muka, saya mengikuti Vela dari belakang, tanpa sadar Vela menoleh ke arah saya yang sedang melihat pantatnya.
"Hey, liat apa kamu?"
"Eng, nggak ada Vel, kenapa?"
"Ini kamar mandinya, nanti kamu pake aja handuk warna biru muda, itu punyaku"
"Siap bos"
Sehabis cuci muka, saya pakai handuk Vela sesuai pesannya tadi, dan handuknya wangi sekali, sepertinya ini handuk untuk rambutnya, karena aromanya seperti aroma dari salah satu produk sampo terkenal di Negeri ini.

Kami makan berempat, bersama Bokap Nyokap nya Vela, beberapa kali bokapnya bertanya mengenai kampung, kuliah, dan hal ringan lainnya. Bokap Vela termasuk orang yang tegas tapi santai, kalo nggak ngomong buat nyapa pun saya rasanya takut, tapi kalo ngomong friendly sekali, tipikal orang yang unik.

Sehabis makan Vela izin kepada Bokapnya untuk menemani saya pergi ke kafe X.
"Pulangnya jangan malam ya, disana masih banyak semak belukar, siapa tau masih ada ular atau binatang lainnya, ntar nggak keliatan, tau-tau nya udah matok aja"
"Papa nggak bakat banget jadi duta pariwisata, kalo gitu turis pada kabur loh"
"Papa cuma realistis aja Vel, masuk akal kan Ben?"
"Bener om, nanti sebelum gelap kami udah kami pulang om"
 
Terakhir diubah:
kangen banget bisa lagi baca model cerita seperti ini. duh, rare banget. prolog apik betul. saya bacanya seakan hadir dan ikut merasakan. Semangat ya hu, pelan-pelan saja asal Tamat. Ganbatte :khappy::kuat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd