Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mengejar Cita dan Cinta(jalan kedewasaan)

Status
Please reply by conversation.
11. Putri dan Ksatria



.

.

.

.

.

Mobil merah itu melaju dengan kecepatan sedang membelah macetnya ibu kota. Didalam mobil tersebut sang putri sedang terkapar tidak berdaya.Penuh Luka dan darah. Ksatria yang membawa mobil dengan penuh gemetar, keringat yang bercucuran, wajah yang menujukan ekspresi panik. Takut akan kehilangan sang putri dari sisinya. Dia buyikan klakson mobil.

‘Tiiinnn.....Tinn.......Tinnnn...’

Tanda agar pengemudi lain bisa memberi dia jalan menuju rumah sakit terdekat. Ksatria yang panik itu berulangkali melakuakan umpatan. Terhadap semua orang yang menghalagi perjalananya untuk menolong sang putri.

‘All will be Fine!, Dee’

Dia seoalah menguatkan sang putri padahal dia mengguatkan dirinya sendiri.

Saat Sampai di rumah sakit. Bahkan sebelum mobil itu berhenti dengan sempurna di depan Unit Gawat Darurat dia sudah berteriak kepada petugas keamanan disana.

‘Pak TOLONG!’, teriaknya kencang, ‘ADA KORBAN KECELAKAAN DI MOBIL SAYA TOLONG PAK!’ tambahnya

Semua petugas yang berjaga langsung menghampiri mobil sang ksatria. Membawa emergency stretcher menolong sang putri yang dibantu oleh ksatria. Saat sang putri masuk kedalam ruang perawatan. ksatria pergi membawa mobilnya. Putri masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dokter serta perawat mulai membersihkan luka sang putri. Memasang alat bantu pernafasan mencoba melakukan hal terbaik untuk menolongnya. Ksatria panik berjalan dari ujung lorong kemudian kembali ke ujung satunya. wajah penuh kepanikan seraya berdoa

.

.

.

.

.



“Ksatria hanya berdoa kepada sang pencipta
Semoga semua baik seperti sediakala
Sahabat datang setelah mendapat kabar berita
bertanya bagaimana semua bermula
mereka berdoa agar tidak ada air mata”



-SuGoy-








-PoV Alexandria



Hari pertama ujian tengah semester. Aku sebagai mahasiwa salah satu universitas swasta yang merangkap juga sebagai salah seorang karyawan di bidang ekspedisi ini merasa sangat amat mendapat tekanan. Disatu sisi aku harus belajar dengan giat di sisi lainnya pekerjaan yang begitu memberikanku presur. Mana aku harus pulang sendiri dari kantor ke kampus. Karna pacarku hari ini katanya sedang tidak bisa jemput ada kerjaan kantor. Aku hanya mengiyakan saja.

Lagi pula sebenarnya sudah biasa aku pulang sendiri. Seperti biasa sebelum jam 17.00 aku sudah memesan stopjek karna ini jam sibuk takut aplikasinya error jadi aku order lebih awal begitu pukul 17.00 aku bisa langsung cuss ke kampus. Aku juga tetap berbalas pesan terhadap pacarku di sela sela kesempatan. Untuk tetap menjaga keharmonisan hubungan tentunya.

Kulihat jam ternyata sudah menunjukan waktunya aku pulang. Tentu aku segera pamit dengan semua teman dan juga atasanku. Berkat order lebih awal jadi abang stopjeknya sudah menunggu di depan kantor. Ya sesungguhnya uts masih satu setengah jam lagi. Tapi mengingat jalan ibu kota tidak dapat di prediksi jadi aku harus cepat. Di jalan aku ditemanin ngobrol sama ci kara di wasapp kebetulan dia juga masih terjebak macet sama sepertiku.

Sedangkan dado dan riko tidak bisa membalas pesan karna mereka membawa kendaraan. Mungkin riko sedang pulang dari kantor ke kosan karna hari ini dia tidak ada jadwal uts. Apa aku mampir ke kosannya ya hari ini?. sudah lama juga aku tidak ketemu untuk melepas kangen. Liat nanti deh.

Sampai kampus aku lihat jam menunjukan pukul 17.40 perjalanan yang lumayan macet untuk awal minggu. Saat turun kembali aku melihat devan yang sedang mengantar agne untuk naik stopjek. Kulihat devan yang tersihir oleh agne, ‘apakah mereka sudah jadian?, tapi orang seperti devan apa mungkin....’ fikirku melihat mereka berdua. Akhirnya aku tidak mengacuhkan mereka lalu masuk ke kampus lewat lobi. Karna aku mau menemui ci kara. Yang memang menungguku disana.



‘lama amat lu..’ sapanyaa melihatku datang

‘iyaa macet cii..... langsung naik aja yu’ ucapku padanya

Aku dan dia kemudian langsung naik ke lantai lima. Karna lift aga penuh jadi kami harus sedikit mengantri. Samaa seperti yang lainnya. Ujian pertama ini adalah ujian kewarganegaraan. Itu bukanlah matakuliah jurusanku melaikan matakuliah umum. Aku kadang binggung sama pendidikan negeri ini memberikan banyak mata pelajaran yang akan membebani siswa itu sendiri.

Akhirnya kami kedapatan naik kedalam lift. Ya walau tetap harus berdesak desakan tapi dari pada naik tangga aga capek juga. Karna nomor nim aku dan kara berjauhan maka kami mendapat ruangan yang berbeda. aku mendapat ruangan di 505 sedangkan kara di 504. Karna sudah jam 18.30 pengawaspun datang. Layaknya ujian pada umumnya. Pengawas kali ini ada dua orang. Satu wanita dan satu pria. saat kertas lembar soal dan jawaban di bagikan seisi ruangan mulai sunyi. Semua mengerjakan dengan tenang hingga sesi ujian ini berakhir.

Aku adalah orang yang kesekian yang dapat menyelesaikan pekerjaan ini. aku kumpulkan semua kertasku. Lalu aku keluar dari ruangan disana sudah menunggu dado bersama beberapa teman kelasku. Aku kemudian ikut bergabung dengan mereka. saat aku datang ada yang bertanya padaku untuk berbasa basi. Mengenai ujian hari ini. aku hanya menjawab sekenanya. sambil aku berbalas pesan kepada ibu yang menayakan kabar ujianku. Kembali aku melihat devan dari kejauhan bersama teman temanya. Mungkin dia tidak melihatku atau pura pura tidak melihatku aku juga tidak tau. Memeng laki laki itu selalu menyebalkan dari dulu.Akhirnya ci kara datang setelah selesai.

‘de yu turun...’ ajaknya untuk turun ke lobi.

‘yaudah, do ayu ikut ga lu?’ tanyaku dengan dado yang lagi asik ngobrol. ‘duluan ya semuaa...’ pamitku pada mereka semua.

Dado yang melihatku pamit dengan teman teman langsung bergegas ikut pamit juga. Akhirnya kami bertiga meninggalkan mereka untuk turun ke lobi. Di lift tidak terlalu banyak obrolan yang terjadi. Kami semua sibuk untuk main hp. Saat sampai lobi kuajak mereka ke apart dulu sebelum mereka pulang. kami berpisah sama dado yang mengambil motornya untuk parkir di apart. Sementara aku dan kara jalan menuju apart.

‘de eriko tadi ada kelas?’ tanya kara di sela tanganya yang aku gandeng saat berjalan menuju apart

‘engga ci, kenapa?’ balasku kepadanya.

‘engga tadi gua liat mobilnya di kampus..’

‘lagi ada metting buat koran kampus kali’ jawabku cepat

‘ohh yaudah de..’ jawabnya. ‘yang penting gua udh ngasih tau ya’ tambahnya

Aku hanya mengiyakan saja. Kemana ya dia dari sore tadi belum membalas pesanku sampai jam segini?. Apa semua cowok itu sukanya ngilang ya??. Aku juga tidak mengerti. Tapi entah kenapa aku selalu percaya bahwa eriko tidak pernah akan mempermainkanku. walau menurut sahabatku tidak. Sampai kamar aku langsung rebahkan badan di atas kasurku. Kara pun ikut berbaring di kasurku. Sementara dado sepertinya dia membuat mie instan di dapur.

‘ka ade, ci kara mau mie ga?’

‘ga do’ jawab kami secara bersamaan

Di kamar aku menggobrol banyak hal sama ci kara mulai dari cerita tingkah laku teman kantornya sampai rencana liburan kami saat pergantian semester nanti. Padahal itu masih dua bulan lagi. Aku juga mengecek chat dari riko. Teryata baru dia balas beberapa menit lalu. Katanya dia ketiduran tadi karna terlalu banyak pekerjaan di kantor. Dia juga tidak bilang bahwa hari ini dia mampir ke kampus.

‘ka ade riko hari ini ke kampus?’ tanya bado dari ruang tv yang sedang makan

‘engga, orang dia langsung balik ke kosan katanya’

‘soalnya gua liat mobilnya pas baru dateng tadi sore’ balas bado.’selingkuh kali dia ka ade’ tambah ade di akhiri oleh tertawa darinya.

‘engga lah!’ teriakku dari kamar. ‘emang lu engga suka aja kali do ama riko, jadi ngomongnya gitu’ balasku

‘serah ka ade aja yang penting gua udh ingetin yaa’

Bukanya aku tidak percaya kedua temanku. tapi Kara dan dado memang dari awal sudah tidak mendukung hubunganku dengan riko. Dia lebih mendukung bila aku dengan devan. Ya walau mereka tidak pernah bilang padaku tapi aku tau dari tingkah laku mereka. kadang mereka selalu bilang kalau aku menjalani toxicrelesionsip dengan riko. Padahal aku yang menjalankannya tidak pernah merasa seperti itu.

Hari ini ci kara di apartku tidak terlalu lama hanya sampai jam 22.30 lalu mereka pamit pulang. Setelah mereka pulang aku mulai melanjutkan membaca novel. Aku adalah seorang logophile. Selain suka menulis aku juga suka membaca novel atau buku apapun menurutku memiliki makna dari setiap kata yang terukir ditemani segelas icecoffie yang tadi kami pesan. Aku membaca lembar demi lembar, Kata demi kata dari novel yang berjudul reflection of a man.



Isi buku ini sangat menarik buatku. Karna Reflections Of A Man adalah sebuah buku yang dirancang untuk pria dan wanita agar dapat meningkatkan kualitas hubungan pribadi mereka. Buku ini mendorong para wanita untuk mengenali nilai yang sebenarnya dari cinta, untuk mengevaluasi kembali standarnya dan untuk membuat keputusan bahwa seorang wanita tidak akan lagi menerima sesuatu yang kurang dari seseorang yang mencintai, menghormati, dan benar-benar membuat wanita merasa bahagia.

Bagi para pria, buku ini tidak hanya akan mendorongnya untuk belajar lebih banyak tentang kebutuhan emosional wanita, tetapi juga memberinya wawasan yang jelas tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan wanita dari seorang pria, secara emosional, untuk menjadi bahagia. Melalui kata-kata indah puisi, kutipan yang kuat dan saran yang penuh dengan kebijaksanaan, Mr. Amari Soul menciptakan pengalaman yang benar-benar mencerahkan bagi pria dan wanita melalui Reflections Of A Man.

Sekarang sudah ada volume ke duanya. Tapi masih dalam tahap preorder maklum buku ini ditulis oleh penulis dari luar negeri. Dulu waktu aku ingin membeli buku pertama ini aku aga sulit mencarinya. Untung waktu itu aku di bantu devan untuk mendapatkan buku ini. itu adalah awal kuliah serta awal dari kedekatanku dengan devan. Bila di ingat kembali aku jadi suka tertawa sendiri. Walau kedekatan itu hanya sesaat dan cepat berlalu.

.

.

.

Sore ini aku akan di jemput riko dari kantor. Berhubung dia dan aku sama sama tidak sibuk. Aku meminta dia menemaniku untuk belanja beberapa kebutuhan. Karna aku tinggal sendiri dan jauh lebih hemat bila memasak sendiri. Walau aku tidak begitu pandai masak. Riko datang ke kantor tepat waktu pas jam 17.00. setelah keluar kantor aku langsung saja masuk ke mobil berniat menggagetkanya. Aku berjalan perlahan menuju mobil yang parkirnya mundur itu. lalu ku buka pelan pintu sebelah kiri.

‘hayoooo ngapaiin!!’ ucapku mengagetkan dia saat membuka pintu.’asik baget main hpnyaa..’ tambahku yang langsung masuk dan menutup pintu.

‘duhhh. Asatgaaa, andria kaget tau’ jawabnya masih dengan ekspresi kaget. ‘orangg masuk tuh bilang salam gitu’ tambahnya

‘oke, punteen aanya....’ godaku. ‘aa wa sama siapa??? Cewek lain yaa?’ tambahku

‘apansii....,’ jawabnya. ‘ yaudah yu jalan keburu macet bgt entar loh’.

Akhirnya kami jalan. Kami akan menuju salah satu mall di daerah barat ini. saat begitu keluar menuju jalan raya. kemacetan sudah menjalar. Yah mau bagaimana lagi weekday di ibukota. Sampai ada istilah. Kalo ga macet bukan ibukota namanya. Walau sekarang sudah ada trasportasi masal namun masih kurang untuk memecah kemacetan ibukota. Waktu selama macet kami habisakan untuk mengobrol dan mendengarkan musik dari radio. Berhubung aku sudah lama tidak di temani olehnya maka aku ingin membuat snapIg kaya orang orang gitu. Ku ambil sebentar tangannya, kugenggam sambil di foto. Saat ingin di upload aku tambahkan love.



‘tumben kamu update?..’ ucapnya sambil melihatku menggenggam tanganya.

‘gapapa kangen aja..’ jawabku.’kenapa ga boleh?? Aku apus lagi nihh...’

‘boleh sensi amat buu...’

‘eh iya aku mau jalan ama kara dan dado bsk yaa...’ ijinku kepadanya

‘serah si, tapi jangan malem malem pulangnya..’ jawabnya

Layaknya pacar aku selalu ijin bila ingin pergi keluar bersama teman. Walau kadang dia sering melarangku katanya aku takut terjadi sesuatu kepadaku. Maklum dia bertanggung jawab pada ibu Untuk menjagaku, dan melindungiku. kami sama sama merencanakan menikah setelah dia lulus. Entah kenapa semua cowok mudah sekali berjanji untuk mengajak perempuan menikah. Padahal menikah itu sulit. Akan banyak rintangan baik dari luar atau dari dalam diri.

Akhirnya aku sampai ke mall ini. setelah perjalanan setengah abad. Sungguh waktu yang lama bukan. Hahaa, itu adalah perumpamaan hiperbola warga ibu kota. Kendala lain bila kita pergi ke mall ialah tempat parkir yang sulit di jam atau hari tertentu. Apalagi kalian pergi ke mall yang sedang hits. Akhirnya kami mendapat parkir walau cukup lama mencari.

Beres riko parkir kami langsung masuk ke mall. Untuk pergi ke supermarket. Ya walau karna aku masih termasuk golongan wanita pada umumnya yang pasti mudah terdistract dengan sesuatu yang lucu. Jadi kami pasti mampir untuk liat liat. Dan riko pasti akan ngedumel karna aku kelamaan hahaa. Dia selalu acuh bila menemaniku belanja. Seolah sibuk dengan dunianya. saat aku bertanya pendapat dia selalu cuek. Dan menjawab sekenannya saja.

Setelah selesai membeli apa yang aku mau di supermarket kami pergi makan dulu sebelum kami pulang. Kami memutuskan makan masakan sunda. Di salah satu restoran di mall ini. sambil makan aku berbalas pesan dengan kara. Bilang kalau besok aku bisa pergi.

‘kamu besok mau kemana ko...?’ tanyaku padanya

‘engga kemana mana paling di kosan’ jawabnya cepat sambil menghabiskan makan.

Kalo dibilang riko ini anak rumahan yang tidak terlalu suka pergi keluar atau keluyuran. Dia lebih suka menulis blognya atau artikel untuk koran kampus. Ya bisa dibilang kecocokanku dengan dia. Dia suka menulis dan aku adalah orang yang suka membaca. Seperti semesta telah mempertemukan kami. Membuat kami bersatu. Sampai saat ini aku masih merasa nyaman dengannya. Walau aku kadang masih suka kepikiran sama devan.

Apa kabar ya dia sekarang. Walau sering bertatap muka tapi aku tidak pernah tau bagaimana kabarnya. Apa kesibukannya. Dan apa sudah ada perempuan yang dapat merubah persepsinya soal hubungan dengan status. Sesekali di saat malam kadang aku suka merindukannya.

Aku tidak bisa membohongi diriku dulu dia sempat singgah dan mengetuk hatiku hingga dia rusak dan pecahkan begitu saja. Kenapa aku jadi memikirkanya ada apa denganku. Padahal aku sedang bersama eriko. Orang yang benar benar tulus bersama denganku. Sangking asiknya memikirkan devan teryata makanku sudah habis. Lalu aku putuskan untuk pergi pulang karna besok kami masih ada rutinitas. Saat sampai apartment masih jam 22.00 jadi riko mau mampir dulu katanya. Begitu beres parkir aku langsung keluar di susul oleh riko yang membawa barang belanjaan.

Sampai lift aku bertemu lagi dengan anak itu. Kini ia berada di depanku masih menggunakan baju lusu yang sama dan muka pucat datar. Aku pura pura tidak melihatnya dan terus ngobrol dengan riko. Saat sampai lantai 27 aku langsung melewatinya tanpa menoleh ke belakang.

‘ko aku mau mandi duluyaa......’ ucapku sambil menutup pintu kamar dan menuju lemari di tempat dekat tempat tidur.

‘iyaaa....’ sambil membuka laptop di sofa.

Aku langsung mandi karna sudah teralalu gerah entah kenapa cuaca sangat panas hari ini.setelah selesai mandi aku keluar dan menghampirinya. Tentu aku sudah mengganti pakaianku di kamar mandi. Aku langsung ikut bersandar di pundaknya sambil memainkan hp dan melihat apa yang dia lakukan. Teryata dia sedang menulis untuk blognya.

‘yangg kamu bsk mau kemana sama kara..’ tanyanya membuka pembicaraan kami

‘hmmm mau ke kedai kopi deh kayanya, kenapa?’

‘gapapa nanya aja’ jawabnya lalu menaruh laptopnya dan sekarang dia memegang pundaku. ‘akukan harus menjaga kamu’ tambahnya kemudian dia mencium ku

‘cup’

Saat ku kira malam ini akan ada sex yang kami lakukan teryata dia mengghentikanya saat ciuman itu mulai berubah menjadi panas. Katanya bsk dia ada urusan pagi, kalo kami main satu ronde dulu dia nanti kemalaman pulangnya. Ya karna aku baik jadi ku iyakan saja. Padahal aku sudah rindu berhubungan dengannya. Kemudian malam itu hanya di habiskan dengan menonton tv dan menemani dia menulis. Riko akhirnya pamit pada jam 23.00 saat dia keluar aku langsung tidur juga karna hari ini terlalu melelahkan.

.

.



Sore ini aku sedang menunggu kara dan dado di sebuah kedai kopi. Harusnya mereka sudah sampai tapi tumben kenapa belom ya?. Aku hanya menunggu mereka sambil main hp aja. Mungkin aku juga terlalu cepat sampai sini. akhirnya setelah menunggu beberapa lama ci kara datang. Aku langsung memberikan tanda dengan mengangkat tangan dan melambai. Tidak lama dado juga datang.

‘wih ka ade tumben. lagi boleh ya sama bosnya...hahaaa’ ledek bado saat melihatku

‘apaan si doo’ jawabku cepat. ‘itu namaya perhatian tau...’ tolakku.

Obrolan pun dimulai layaknya teman bila bertemu maka obrolan akan ngelantur kesana kemari tidak jelas. Kemudian ci kara menyinggung masalah dua hari lalu. Apakah aku sudah bertanya pada riko. Aku jawab saja sudah. Karna aku tidak mau mereka terlalu mencampuri hubungan ku dengan riko. Karna aku yang merasakan dan menjalakan.

Kami sering menghabiskan waktu di kedai ini karna suasana yang sangat nyaman dan juga kedai ini tidak terlalu ramai. Seolah kami adalah pemiliki dari kedai kopi ini. mana ada free wifi yang makin membuat kami betah berlama lama di sini. Dado juga kembali curhat soal cewek yang dia taksir. Katanya dia adalah junior kami di koran kampus. Memang kegiatan kampus itu kadang bisa menjadi ajang cari jodoh.

‘do emang dia mau sama lu, udah gr aja lu...’ godaku padanya

‘mau lah ka ade dia aja udah mau gua ajak jalan jalan ke luarkota berdua doang..’ jawab dadoo bangga

‘astaga dado jangan jadi fuckboy do tobattt....’ kembali aku menggodanya. ‘dia itu alim dan polos jangan lu rusak...’ di iriingi tawaku dengan sedikit puas

‘yee ka ade emang gua riko yang hobi nyosor nyosor mulu..’ balasnya kesal.

Dimulai lah peretengkaran kami. Dengan adu argument yang tidak jelas. Antara aku dengan dia. Kami seolah seperti kakak ade yang saling bertengkar namun saling sayang. Walau dia selalu ngeselin tapi aku sayang dengan dia.



‘udah apa berantem mulu..!’ potongnya pada kami

Suasana langsung menjadi hening sesaat. Lalu dado menujukan video yang menurutnya kocak untuk kembali mencairan suasana. Entah dia selalu bisa menjadi orang yang mencairkan suasana layaknya seorang Jester atau Fool yang selalu bisa menghibur putri. Karna sudah malam akhirnya kami berpisah untuk pulang. Kara di antar oleh dado sementara aku naik stopjek menuju apart.

Sampai apart aku mampir ke mini market sebentar untuk membeli cemilan malam. Karna aku pikir malam ini aku akan melanjutkan tulisanku yang waktu itu terhenti. Setelah memilih aku lalu membayar dan seperti biasa menunggu lift untuk naik ke kamar. Dan saat masuk lift aku masuk sendirian. Tapi saat pintu lift tertutup aku kembali di temani oleh anak itu. Yang selalu menggunakan baju yang sama serta dengan ekspresi yang sama pula.

‘Kakak......’ ucapnya sambil memanggilku.

Aku yang kaget hanya meliriknya. Seolah perjalanan ke lantai 27 itu sangatlah lama.

‘kakak..’ kembali dia memanggilku. Kemudian tangannya memegang bajuku. Yang dia gerakan seperti orang yang merenggek

Aku hanya menarik nafas panjang lalu akhirnya sampai lantai tempat kamarku. Saat pintu lift itu terbuka anak tadi sudah menghilang. Bukanya aku tidak mau mendengarkan ceritanya namun untuk sekarang aku sudah sangat lelah mungkin lain waktu fikirku. saat aku masuk kamar dan rebahan di kasur ternyata aku tertidur begitu saja.

.

.

.

‘ADE...’

‘ADE.....’

‘ADE........’

Suara dari kejauhan memanggil manggil namaku. Aku kemudian bagun dari kasur ku ikut suara yang memanggilku. Suara itu berasal dari luar apartmentku. Saat kubuka pintu ternyata bukan lorong apartmentku. di depanku terhampar padang bunga yang hijau dengan bunga yang berwana warni. Di sana aku melihat bayangan seorang pria.



‘maaf bapak siapa!?’ teriaku kepada bapak yang berada di ujung sana.

Bapak itu tidak menjawab. Aku kemudian berjalan untuk menghampirinya. Walau aku takut namun rasa penasaran itu membuat aku tetap mendekati bapak tadi. Tiap langkah aku mendekat. Tiap detik itu pula aku makin bisa mendengar detak jantungku sendiri. Aku mulai menjulurkan tangan untuk menyentuh pundak bapak tadi.

‘maaf bapak, apa bapak yang membawa saya ke sini’ saat pundak bapak tadi aku pengang

Tiba tiba saat aku ingin melihat wajahnya. Bapak tadi hilang!. Bapak tadi tiba tiba lenyap di hadapanku. Aku yang kaget langsung jatuh terduduk di atas padang bunga itu. Kulihat ke belakang pintu kamar apartmentku tidak ada. Bunga bunganya berubah menjadi serpihan serpihan yang terbawa angin. Aku hanya terduduk mematung.

Sesuatu seolah bergerak di bawah tanah yang aku pijak. Aku bisa meraskanya namun tubuhku masih mematung tidak bisa bergerak. Tanah yang aku duduki kemudian runtuh!. Akupun terjatuh ke lubang yang tidak terlihat dasarnya. Aku hanya teriak dan memejamkan mata.

‘GEDEBUG..!’

Suara badanku yang jatuh ke lantai. Teryata aku hanya mimpi. Aku kembali bermimpi yang sama selama beberapa hari ini. dan juga aku selalu terbangun dengan menyakitkan. Pada saat mimpi pertama aku lalui aku berusaha mencari anak yang di lift kemarin tapi tidak pernah ku temui. Semoga itu hanya bunga tidur belaka. Dan bukan sebuah pertanda.

.

.

.

Pagi ini aku bangun dengan badan yang segar. Karna sudah hampir satu bulan dari mimpi padang bunga yang terakhir aku alami. ternyata benar mimpi itu hanyalah bunga tidur belaka. Sore ini aku ada janji untuk menemani riko. Saat aku tanya dia bilang ini rahasia. Tapi pokoknya aku harus menemaninya. Jadi aku tidak boleh menolaknya. Karna aku tidak ada kegiatan hari ini jadi aku iyakan saja. Jam sudah menujukan pukul 08.00 jadi aku harus berangkat ke kantor hari ini. Saat dikantor tiba tiba ci kara mentelephone ku.

‘dek..........’ suara dari ujung telephone yang terdengar sendu. ‘ a ma meninggal dek..’

Aku kemudan tersentak kaget mendengar hal itu. Langsung izin untuk pulang kepada atasanku padahal masih jam 15.00. aku putuskan untuk mentelephone dado karna sepertinya dia belum tau. Ternyata benar dia belum tau, jadi kusuruh dia untuk menjemputku di apartment. Karna aku ingin berganti pakaian dulu sebelum ke rumah duka.



Sampai apart aku langsung berganti baju layaknya orang untuk melayat dengan pakaian serba hitam. Aku juga ngabarin riko kalau a manya kara meninggal. Dan aku langsung akan kerumah duka. Dia masih belum membalas wa ku. Mungkin dia sedang sibuk. Jadi aku biarkan saja. Setelah menuggu beberapa lama. Dado datang juga. Dia wa kalau sudah ada di lobi apartment aku langsung bergegas turun.

Perjalana ke rumah duka jember tidak terlalu lama. Mungkin karna dado bawa motornya ngebut kali ya. Aku yang penik hanya berdoa di jalan berhadap kara kuat dan tabah. Saat sampai aku langsung ke ruang persemayaman. Begitu sampai langsung aku peluk kara dengan kuat. Nampak yang awalnya dia tegar saat aku peluk air matanya tumpah. Aku hanya menenangkannya sebisaku. Saat dia sudah aga tenang baru aku temui keluarganya yang lain.

Setelah beres mengucap belasungkawa aku langsung ke tempat kara lagi untuk menghiburnya. Saat aku mengiburnya satu persatu teman kampus datang. Mungkin dado yang memberi tau mereka. karna aku hanya ada di samping kara. Sekarang mba yuan menghampiri kami. Dia baru datang bersama pacarnya.

Tiba tiba hpku berbunyi itu dari riko. Aku lalu permisi kepada mba yuan. buat keluar tempat pesemayaman untuk mengagkatnya. Katanya dia sudah ada di parkiran. Jadi aku putuskan untuk menemuinya di atas. tapi karna aku sudah menahan ingin ke toilet aku putuskan untuk ke toilet dulu. Beres aku langsung naik ke atas. ternyata dia sudah menunggu di dekat mobilnya

‘hey maaf ya aku dari toilet dulu’ sapaku padanya.

‘gapapa’ jawbanya singkat. ‘ yaudah sekarang kamu pamit sama kara, kita pergi’ ajaknya

‘ kemana!?.’ Tanyaku.’aku ga bisa kara lagi butuh aku di sampingnya, kamu jagan egois dong ko’ tolakku

‘kara udah banyak yang nemenin andria, mending sekarang kamu ikut aku’ jawabnya sambil berusaha menarik tanganku ke mobil

‘kamu gila ya ko aku ga mau!!’ tolaku keras sambil berusaha melepaskan tanganku

Dari sana perdebatan kami di mulai aku dan riko sama sama tidak mau mengalah dengan argumen kami bahkan tanganku sampai sakit karna di genggam dengan keras oleh riko.

‘aww ko sakit....’ jeritku saat tangan ku di genggam begitu keras olehnya. ‘lepas ko...’ sambil terus berusaha meronta

‘udah kamu ikut aku sekarang, please ini ga boleh gagal’

‘Ga mau, aku tetep ga mau ikut kamu’

‘kamu harus ikut!. aku ga mau tau, atau’

Atau apa hah!?’ potongku cepat. ‘kamu mau mutusin aku?, mau nampar aku? ini tampar, fuckoff ko aku ga peduli. Kamu Cuma bisa ngeregek mulu. Maunya selalu di nomor satukan, di dahulukan, seolah kamu adalah tuhan!. Hey sadar kamu tuh Cuma laki laki biasa, yang bergaya seolah bisa melakukan segalanya. Padahal Notthink ko!!, kamu ga bisa apa apa. Bahkan membuat aku orgasme aja kamu tuh ga bisa !!!’

Ucapku panjang kepadanya. wajahnya terlihat kesal dan marah mendengar semua ucapanku tadi. Dia mau menggangkat tangannya seperti ingin menamparku.

‘tampar ko, tampar aku!!.’

‘PLAKKK....’

Suara tamparan tangan riko yang mendarat di pipi sebelah kananku. Aku yang kaget mulai menitihkan airmataku. Namun aku kembali seoalah menahan itu semua dan kembali menatap riko dengan tatapan marah. Kini kami kembali saling tatap namun sekarang sudah tidak ada suara antara kami berdua. Kembali riko mengangkat tanganya sepertinya ingin menamparku lagi. Saat tanganya siap di ayunkan aku hanya dapat memejamkan mata beriap mendapat tamparan ke dua pada pipiku.

Aku yang masih memejamkan mata menanti tampran dari riko. Kini aku mendengar suara seseorang yang berbicara

‘jangan sekali sekali lu nampar dia, di depan gua!’

‘lu siapa ikut campur masalah pribadi gua sama andria!’ jawab riko

‘gua temennya ade!’. Balas laki laki itu. ‘saat ini sahabatnya pacar lu lagi butuh dukungan dari pacarlu di sampingnya, jadi gua mohon lu lepasin dia dan cabut dari sini’ tambahnya setelah hening beberapa saat

Ade, barusan dia bilang ade, apa jangan jangan yang nolong aku devan?. Aku yang tidak percaya mulai membuka mata perlahan dan benar kulihat devan sedang saling tatap dengan riko. Tatapan mereka tajam seolah aura di sekitar mereka adalah aura saling bunuh.

Akhirnya riko melepaskan tanganku. Setelah devan melepas tangannya. Aku lalu di tarik devan agar lebih dekat dengannya. Tanpa mengucap banyak kata riko langsung meninggalkan kami.

‘kamu engga apa apa kan de?’ tanyanya memecah keheningan kami berdua.

Saat itu pula aku langsung memeluknya lalu menangis sejadi jadinya. Kupeluk dengan sangat erat seolah aku sangat kangen dengan dia. Seperti banyak yang ingin aku ceritakan padanya di balik tangisku ini. aku tidak menggira eriko menamparku. Aku mulai kembali memikirkan apa aku salah, apa aku kerlaluan. Bahkan saat devan menenangkanku dan mengajakau ke kantin rumah duka aku tidak menjawab. Karna aku sedang memikirkan tindakanku. Dan tindakanya padaku barusan.

Devan kemudian meninggalkanku sesaat untuk membilikan aku air mineral. Tanpa berkata apa apa dia langsung memberikan air itu padaku. Ku ambil air itu ku ucapkan terimakasih. Lalu aku meminumnya

‘iya dee gapapa santai aja..’ balas devan setelah menerima ucapan terimakasihku. ‘lu emang ada masalah apa sama riko?’ tanyanya padaku.

aku hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan devan. Tanpa sadar ternyata aku menitihkan airmata. Devan dengan sigap menahan air mata yang jatuh ke pipiku dengan jari telunjuknya lalu dia hapuskan air mata itu. Karna dia melakukan itu, kini aku jadi mengarahkan pandangan ku untuk melihatnya. yang biasanya dia selalu menghindar saat mataku melihatnya kini tidak kami saling tatap. Sudah lama aku tidak saling bertatap dengannya. Tatapan ini seolah ruang dan waktu di sekitar kami terhenti. Di dalam diam ada banyak kata yang ingin aku sampaikan. Mungkin dia juga begitu.

Akhirnya dia memalingkan wajahnya dariku. Entah sudah berapa lama. Mungkin satu menit, satu jam, satu tahun, satu lustrum, satu windu atau satu abad lalu entahlah. Kini kuputuskan untuk bersandar di bahunya. Berharap dulu aku memilihnya bukan riko. Apa ini sebuah penyesalan dariku?. Entahlah aku tidak tau. Mungkin memang kami tidak bisa di takdirkan bersama oleh tuhan. Fikirku positif sampai devan menyadarkanku.

‘dee entar lu di temenin dado yaa’ pinta devan padaku.

Aku hanya mengiyakan. lalu kembali berfikir apa benar yang aku lakukan?. Atau mungkin aku melakukan kesalahan. jadi haruskah aku meminta maaf padanya. Tidak aku tidak salah dia yang salah. Aku tidak akan meminta maaf pada riko.

Lalu bagaimana dengan devan?. Aku dulu bahkan sempat tidak ingin memaafkanya. Namun sekarang dia melindungiku. Apa sebenarnya aku memiliki persaan terhadap devan?. Tapi kenapa dia mau menolongku. Kenapa kamu begitu peduli van. Kenapa?. Rasanya ingin aku tanya semua kepadanya. kulihat dia berdiri dari sampingku. Ternyata dado sudah datang

‘Devan!!’ teriakku kepadanya supayaa dia tetap di sisiku sekarang. Namun kata kata itu tidak pernah bisa keluar walau aku sudah berusaha keras. Akhirnya aku mengucapkan

‘makasih’

Devan hanya mengiyakan sambil mengelus kepalaku. Sungguh sesuatu yang romantis. Sial. Kenapa kamu lakukan itu van why?.sangking asiknya aku bergulat dengan pikiranku. Sampai aku acuhkan dado yang ada di sampingku. Cukup lama.

‘do balik ke tempat kara yu’ ajaku kepada dado.

‘ka ade kenapa si...’ tanyanya lagi. Yang tidak aku jawab.

‘gapapa kok..’ sambil jalan pergi.



Lalu aku kembali ke tempat kara. Di ikuti dado yang sepertinya masih panik saat melihatku seperti itu. Saat sampai sana aku lihat ci kara masih termenung. Aku ikut duduk di sampingya dan menyandakan kepalaku di bahunya. Bahkan saat jalan kesini aku tidak sempat melihat devan masih ada atau tidak. Kini aku sudah pulang di apartment yanag baru di antar oleh dado. Saat ku cek hp teryata riko meminta maaf padaku. Lewat wa. Dan dia juga berencana untuk mengantarku ke kantor bsk. Tapi aku acuhkan. Aku kemudian tidur.

Esok paginya aku menghindar dari riko dengan berjalan lebih cepat dari biasanya. Karna aku masih belom bisa memaafkannya. Setiap harinya dia selalu berusaha meminta maaf kepadaku. Mulai dari menungguku pulang kantor. Menunggu ku di kampus. Tapi aku selalau menghidarinya selama satu minggu ini. bagaimana devan?. Dia masih sama saat aku bertemu dengannya. Tetap kembali acuh. Andai aku bisa berbicara lagi dengannya.

Pagi ini sama seperti pagi pagi seminggu ke belakang. Aku jalan lebih pagi untuk ke kantor. Saat aku ingin turun ke bawah lewat lift kembali aku bertemu dengan anak dengan baju lusu itu lagi setelah sekian lama.

‘kakak jangan pergi’ ucapnya padaku

‘kenapa?...kakak harus kerja’

‘kakak jangan pergi’

Dia hanya menggulang kata kata itu beberapa kali sampai aku tiba di lobi. Tanpa mendengarkan ucapan anak itu aku tetap jalan menuju kantor. Ku hampiri abang stopjek dan kusapa. Saat aku baru naik dan berjalan tidak jauh melewati kampus dekat dengan pertigaan aku hanya melihat sekilas ada sesuatu yang melaju kencang, tiba tiba

‘DARRRRR....’

Suara bentruran keras terdengar. Setelah itu tubuhku seperti terlempar entah seberapa jauh kemudian aku tidak dapat merasakan apapun lagi. Sampai aku kembali bisa membuka mata dan kulihat adalah wajah devan tepat di depan wajahku.

‘devan....’ kupanggil dia dengan sisa kesadaranku.



12. Null
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd