PART 13 B Fuckboy Finally Fuck Me
Sehabis menumpahkan spermanya setelah aku coliin, Si Fuckboy itu lalu mengambil tisu, membuatku melap tanganku yang belepotan sperma. Dia menatapku, dengan masih berdiri didepanku. Aku juga melap spermnya yang ada di bajuku. Ih jijik sekali, bajuku jadi kotor ada noda putih begini. Gimana mau kuliah lagi nih.
Sialnya memekku masih berdnyut-denyuk karena aku masih horny. Ntah kenapa nafsuku sangat tinggi sore itu, tidak biasanya.
Baru saja aku mau berdiri menuju kamar mandinya untuk membasuh bajuku, tiba-tiba dia mendorong tubuhku ketempat tidur membuatku terjungkal, telentang diatas kasur dengan tokedku kemana-mana. Dia langsung melumat dadaku yang terbuka lebar, mencium putingku, kiri dan kanan secara bergantian.
Serangan mendadak itu membuatku kelimpungan, karena payudaraku dilumat habis olehnya. Puting kiriku dijilat-jilat sama Ringgo dan juga puting kanan dipilin-pilin. Aku tak berkutik dengan serangan mendadak ini. Aku sekuat tenaga menahan desahanku, walau sebenarnya aku sudah pengen teriak saking enaknya kedua dada kenyalku dipermainkan seperti ini.
Aku menahan tangannya yang hendak menarik celana dalamku, tapi dia memaksa.
"Gue sudah pernah lihat meki lu. Pegang juga pernah. Buka dong. Pengen lihat lagi" Bujuknya.
"Jangan Ringgo"
"Pengen cium doang. Biar lu juga puas. Biar fair" Tambahnya lagi.
"Ayolah, lu juga horny kan. Nanti sakit kepala kalau tidak dituntaskan" Desaknya lagi.
Dan aku merasa horny sekali dari tadi sejak ringgo kasih minuman. Apakah dia masukkan obat perangsang? Aduh gila nih.
"Aku mau puasin kamu. Pakai jari doang Atau mulut"
Desakannya membuatku bimbang. Tapi libidoku harus terpuasakan. Akhirnya aku iyakan. Dia bersorak gembira.
"Dibawa rilex aja ya sayang...enjoy...aku buat enak..." katanya.
Ringgo mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok ku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepalanya yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku.
Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh.***k karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku.
Sesaat kemudian, ringgo menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap.
Dia lalu merapat ketubuhku, dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaan vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu meremas daging kenyalku.
"Tubuh kamu sempurna banget sayang..." Bisiknya, membuatku makin melayang. Aku merasakan chemistry terbagung, saat kata lu diganti kamu.
"Meki kamu bagus gini...pinkkkk.....masih kelihatan sempit...pasti jarang dipakai cowomu ya..." Katanya.
"Ssshhhhhh......." Desahku tak memperdulikan kata-katanya.
"Bisa aku masukin sayang?"
"Ja..jangan...Ringgo...please....aku ga mau"
"Kamu sudah horny juga sayang. Aku masukin ya...."
"Jangan. Kan perjanjiannya ga gitu." Tolakku, aku masih mencoba bertahan, walau kepala sudah mau gila rasanya.
"Ya udah aku gesekin aja ya"
Dia lalu membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah muda merekah diantara bulu-bulu hitam, seolah siap untuk menyambut yang akan memasukinya.
"Ingat ya. Hanya disesekin, ga boleh masuk" akhirnya aku pasrah. Biar aku dapat kenikmatan sedikit.
"Iya sayang..." Jawabnya meyakinkan lalu mengarahkan batanganya yang ternyata sudah tegang maksimal.
Aku masih menahannya.
"Tunggu dulu. Kamu Janji ya, Ringgo"
"Iya janji. Swear." Katanya mengacukukan kedua jarinya.
Aku sedikit tenang. Mataku tajam menatapnya, sambil bersiap-siap menarik pantatku kalau dia mencoba menerobas vaginaku.
Badanku tegang. Deg-degan, karena disatu sisi aku sebenarnya horny parah, tapi disisi lain tidak mau disamakan dengan cewe-cewe yang dengan gampang ditiduri si fuckboy ini
"Dibawa lemas dong. Tegang amat. Hehe.." Kata Si fuckboy ini.
Dia lalu mulai meraba dadaku, kiri dan kanan, mencoba membuatku rilex. Bahkan aku tak menolak saat wajahnya maju dan mencium bibirku. Aku malah membalas ciumannya. Dia lihat sekali frecsh kiss, aku ikutan terhanyut. Lidahku disedot-sedotnya, pintar sekali dia ciuman. Harus kuakui pacarku kalah ciumannya. Kurasakan cairan vaginaku mulai keluar dengan rangsangannya.
"Auhhhh....ringgo..." Desahku pelan, saat Ringgo gesek-gesekkan penisnya pada bibir vaginaku. Batangnya bergerilaya di labia mayoraku, naik turun dari atas ke bawah pinggiran vaginaku. Geliiiiiiiiiiiii.
Kontan birahiku makin naik.
Apalagi tangan kirinya bermain dengan nakal di putingku yang sebelah kanan.
Senyuman muncul disudut bibirnya, karena berhasil memancing libidoku sampai ke titik maksimal. Dia memang gentlement, tidak mau memaksa masuk. Padahal kalau dia tahu, saat ini aku sudah pasrah total. Hal itu terbukti dari vaginaku yang semakin banyak mengelurkan cairan. Disodok langsung pun, aku tak akan menolak. Malah didalam hatiku, justru berharap.
Sebagai cowo fuckboy yang pengalaman, dia paham benar menyerangku. Dan dia tahu sekali membuatku merasa nyaman. Perfect emang nih playboy. Pasti jam terbangnya sudah tinggi.
Dia arahkan ujung palkonnya ke klitorisku, digesek-geseknya dengan lembut, disitu aku tak kuasa untuk tidak mendesah. Titik ternikmat tubuhku dirangsangnya sedemikian rupa.
"Ahhhhhh....ouhhhhh.....sssssss......."
Makin kencang dia gesekkan, makin kencang aku mendesah. Mulutnya tak tinggal diam, diarahkan ke putingku yang sudah menegang maksimal, diemut-emut seperti mengemut permen. Memekku makin gatal, ingin rasanya segera digaruk. Ringgo makin kencang menggesek-gesekkannya, membuat libidoku sudah ga tertahankan lagi. FUCK!
Hingga akhirnya aku meraih batang itu dengan tangan kananku, keras sekali benda itu waktu kugenggam, dan segera aku arahkan ke liang vainaku. Aku dorong pantatku ke batangnya..... BLESSS... Masuk sudah penisnya kedalam liang pribadiku.
"Aaakkhh..!" erangku lirih sambil mengepalkan tangan kiri erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku.
Akhirnya aku sendiri yang menghianati perjanjian. Aku yang sudah tidak tahan, malah aku yang masukkan batangnya. Bodo amatlah image-ku yang coba jual mahal. Aku sampai lupa komitmen pribadiku ke pacarku. Maafkan aku, Billy sayang.
Ringgo tersenyum puas. Memang dia tak perlu memaksa, dia hanya merangsangku, dan membiarkan aku yang ambil keputusan. Batangnya sudah bersenyaman didalam rongga vaginaku. Nikmat sekali.
Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempitku. Batagnya dengan leluasa masuk ke liangku karena sudah sangat banjir sekali. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
"Lho katanya ga boleh masukin, ini kok kamu masukin sendiri?" Tanya ringgo tersenyum binal. Senyumnya penuh kemenangan.
"Puasin gue, Go. Lu harus tanggung jawab sudah buat gue becek begini" Brengsek memang nih orang, lagi enak-enak malah berhenti. Ngajak ngobrol pula. Shit!
"Tapi gue ga mau ML kalau ga sama pacar sendiri" katanya.
"Maksudnya?"
"Ya kita pacaran yuk" katanya
"Tapi aku kan sudah punya pacar"
"Gpp aku pacar kedua" katanya, masih mendiamkan batangnya, justru aku yang coba mendorong pantatku ke penisnya.
"Kita jadian ya..."
Aku hanya menganguk, biar ini cepat dituntaskan. Tanpa pikir panjang. Yang penting segera terpuaskan. Karena aku sudah mulai gila, maka akhirnya aku iyakan ajakannya untuk pacaran. Dia tersnyum penuh kemenangan.
"Kamu cantik sekali pas horny begini, pacarku sayang" Ujarnya.
Dia lalu mendekatkan mulutnya ke bibirku, kami berciuman dengan panas. Sementara di bawah sana penisnya mulai kembali menjarah vaginaku, semakin lama makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Perpecft.
"Ahhhhh...ahhhhh....terus.....yesss........" Desahaku yang tadi tertahan akhirnya aku keluarkan juga.
Kuperhatikan selama menggenjotku dia menatapku dengan tersenyum, badannya yang atletis sudah berkeringat, sungguh macho sekali. Aku takluk pada fuckboy ini. Suara desahanku bercampur baur dengan erangannya dan derit ranjang yang bergoyang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa panas sekali.
"Uugghh.... memek kamu emang enak banget sayang.. Harusnya dari dulu aku pake memek kamu..." Ujarnya
"Oohh.. Body kamu juga sexy sekali.... Kamu cewek paling cantik dan sexy yang pernah aku entotin" Kata Ringgo memujiku.
Pujiannya membuatku melayang tinggi. Aku bahagia. Wanita selalu lemah dipujian. Maka aku tertantang ingin memservicenya lebih. Aku lalu dorong tubuhnya hingga terduduk disudut ranjang, dengan batanganya yang sudah tegak menantang dengan lelehan cairan cintaku. Dengan tersenyum manis, aku naiki penisnya, sehingga aku sekarang diatas pangkuannya.
"Auhhhhh......" Desahku saat vaginaku secara perlahan menelan habis penisnya.
Dengan posisi ini penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Wajahnya takjub melihatku, perempuan yang sulit dia taklukkan sejak dulu, sekarang justru dengan binal menaik turunkan pantatku diatas penisnya.
"Anjissss...akhirnya kesampaian ngentotin marsha"
Dia merem-melek keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur.
"Jangan.... di..cupang...ringgo....nanti ada bekasnya....." Desahku.
"Biar saja. Biar pacar pertamamu lihat.." Katanya.
Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi punggung, pantat, dan paha, sementara mulutnya tetap mengeyot dadaku, seperti bayi yang kehausan. Rasa penasaraanya selama ini atas tubuhku dia puaskan.
Itu membuatku makin melayang, dan membuatku mendekati orgasme. Maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Dia yang paham kalau aku mau orgasme, ikut membantu menyodok-nyodokan dari bawah.
Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat.
"AHHHHHHH.........AHHhhhhhh...... Marscha....Ke....lu....arrrr...." Jeritku panjang. Nikmat sekali orgasme yang kurasakan saat ini.
Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengannya.
Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan tenaga sebentar, diambilnya air minum dari dispenser dan disodorkan ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih berangsur-angsur.
"Sudah segar lagi kan sayang? Kita terusin lagi yuk. Si Johni belum ngecrot nih!" Katanya menunjuk penisnya. Aku bersyukur sih sama gentlenya ini orang. Dia ga langsung maksa, malah membiarkanku istrirahat sebentar mengumpulkan nafasku.
"Kamu sexy banget pas orgasme tadi. Harusnya aku vidioin tuh muka kamu. Benar-benar cantik menggairahkan" Katanya sambil senyum-senyum. Tangannya mulai menggerayangi tubuhku kembali.
Aku hanya pasrah saat dia membalikkan tubuhku hingga telungkup. Kemudian ditariknya pantatku hingga aku dalam posisi menungging. Kepalaku masih terbenam dibantal saat dia membuka pahaku. Kurasakan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka vaginaku.
"Aauuhh..!" aku menjerit tertahan dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku. Kembali tubuhku ditungganginya. Aku hanya bisa pasrah menerima semua siksaan birahi yang ditimbulkan.
Dengan brutal dia menyodok dengan posisi doggy style. Aku sampai tidak bisa bersuara saking lemasnya. Dadaku bergoyang bebasa dengan indahnya saat sodokannya kencang dan dalam.
Kami bercinta terus sepanjang sore itu. Ringgo sampai keluar 3x. Tiap keluar, kami istirahat sebentar, lalu dia meminum sesuatu. Kemudian batangnya kembali tegang. Lalu kembali menggarap tubuhku yang sudah lemas. Aku hanya pasrah saja saat dia membolak-balikkan tubuhku sesuka hatinya yang selalu diakhiri dengan orgasmeku. Dia sepertinya kecanduan dengan tubuhku.
"Meki lu emang yang terbaik sayang. Lebih candu dari narkoba"
Ujarnya setelah menyemprotkan spermanya di tokedku. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi karena sangat lemas beberapa kali orgasme. Dia ratakan air maninya diatas dadaku, kemudian ikut berbaring lemas disebelahku.
Dan sejak itu, kami resmi berpacaran. Lebih tepatnya, selingkuh.
xxxxx
Aku terbangun setelah tertidur kelelahan digarap Ringgo. Aku lihat jam sudah jam 8 malam. Shit. Sudah ada banyak miscall di HP ku. Selain dari mamaku yang nanya pulang jam berapa, juga 8 miscal dari pacarku.
"Aku pulang ya" Kataku ke ringgo yang masih tertidur diranjang. Dia sepertinya ga ada niat mengantarku pulang. Aku sebaiknya naik taxy.
Ada penyesalan dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam karena aku sudah ML dengan cowo lain. Harusnya tubuh ini hanya milik pacarku saja. Betapa bodohnya kamu marsha, sudah seperti wanita nakal yang ngentot dengan sembarang pria. Aku menepuk jidatku.
"Kamu jangan lupa makan malam ya sayang. Jangan begagang. Istirahat yang cukup" Aku baca wa terakhir pacarku. Aku makin menyesal merasa menghianati pacarku yang luar biasa baik & perhatian itu.
Walau ada perasaan menyesal, tapi aku tidak menutupi kalau aku sangat menikmati kejadian hari ini. Ringgo harus aku akui memang sangat perkasa, berkali-kali vaginaku muncrat karena orgasme. Aku sampai tidak menghitung berapa kali.
Aku lalu beranjak kekamar mandi. Aku bersihkan memekku, juga dadaku dari ceceran sperma yang banyak. Saat aku membuang tisu ke dalam keranjang sampah, mataku tertuju ke sebuah kotak dalamnya. Aku ambil dan membuatku kaget. Ternyata sebuah kotak obat dari pabrikan Pfiz*r. Aku tidak polos-polos amat, karena tahu itu adalah obat perangsang L*dy Er*. Shit ternyata Ringgo membuatku terangsang dengan obat ini. Bangsat.
Perasaan bersalah yang tadi muncul akhirnya perlahan hilang. Aku tidak menyalahkan diriku, karena toh Ringgo yang menjebakku dengan obat perangsang itu.
Dan aku suka jebakan Ringgo.
BERSAMBUNG ke Part 14