part 9
-side story- POV Rina.
“Ma... mau ikut papa naik ga nih?”
“ga deh pa... mama di sini aja... mau nikmatin peju papa biar sampe ke rahim nih...”
“tapi kamu- sendirian?”
“Kan ada kunci mobil papa, lagi pula nih mama pake baju nih... masa ada yang berani gangguin”
“kamu yakin Rin?”
Aku pun mengangguk. Lalu suamiku akhirnya menarik nafas sebelum akhirnya meninggalkanku dengan ekspresi takut.
“Dasar papa... punya istri dua aja masih takut satu di jailinn orang...” gumamku dalam hatiku.
Namun belum lima belas menit menungging, aku terpaksa behenti. Seluruh bajuku sudah kembali basah karena udara panas parkiran yang membuat sumpek. Membuka jendela mobil pun tidak memecahkan masalah, apalagi dengan menyalakan mobil ditengah kenaikan BBM seperti ini. Dengan terpaksa aku berjalan keluar dari mobil untuk menuju kamar atas. Bertemu Alya, ibu Aryo itu dan anaknya yang tidak ku ingat lagi namanya. Semoga saja ia ramah. Kami belum pernah bertemu sejauh ini. Namun kenapa setelah tiga belas tahun menghilang ia kembali? Dia yang pertama meninggalkan suamiku dan anaknya sendiri.
Namun yang membuatku kesal adalah waktu yang suamiku pilih untuk kembali rujuk dengan mantan istrinya itu berdekatan dengan masa suburku. Tidak tahukah adia aku kesulitan selama sebulan ini menahan diri demi mendapatkan momongan untuk kita? Apakah mungkin dia takut ketika aku hamil, dengan kondisi rahimku yang lemah, dia tidak bisa melampiaskan nafsunya padaku? Ataukah karena dia sebenarnya sudah bosan dengan tubuh milikku yang sudah tidak kencang ini?
“sreett”
Namun lagi-lagi G-string merahku turun hingga tersangkut dipahaku. Karet benda ini sudah tidak lagi elastis akibat aku terlalu semangat saat menariknya di hadapan suamiku pagi tadi. Kini aku harus menyesal karena setiap kali berjalan G-string itu selalu melorot jika aku tidak hati-hati.
“kenapa Rina cuma ambil G-string merah ini doang ya... ughhh Rina nakal...” gumamku menggeleng-gelengkan kepalaku.
Aku lalu meloloskan G-string itu kebawah dan mendapati cairan kewanitaanku juga tertumpah bersamanya. Dan yang lebih membuatku takut, adalah cairan-carian sperma suamiku kini juga ikut-ikutan mengalir keluar saat aku memikirkan tentang Aryo... dan penisnya yang menjebol duburku. Kadang-kadang aku masih bisa merasakan ganjalannya membuatku semakin blingsatan.
“uggh papa kemana sih....” gumamku apda diri sendiri.
Seiring waktu berjalan sperma-sperma itu sudah tidak lagi mengalir melainka telah menetes membuat cipratan-cipratan kecil. Namun entah bagaimana, merasakan tetesan-tetesan jatuh menyentuh lantai beton, membuat cairanku membanjir dan membuat tetesan-tetesan sperma itu semakin banyak saja. Aku pun mulai takut perjuanganku selama sebulan ini sia-sia. Dengan sisa-sisa sperma yang ada aku mulai berlari menuju lift meninggalkan G-string merahku teroggok begitu saja.
Namun ketika aku sampai di depan lift, aku baru menyadari bahwa saat itu aku sama sekali tidak memegang kartu akses menuju unit tinggal. Aku pun bergegas menghubungi suamiku meski tidak segera diangkatnya. Namun karena hape milikku lowbatt, aku memutuskan hanya mengrimnya pesan teks saja. Untung-untung kalao Aryo ataupun papa membacanya.
Sambil menunggu keduanya membalas pesanku,Aku memutuskan bersembunyi di dalam salah satu ruangan gelap yang tidak terkunci dan mencari pojok sepi dimana aku bisa meninggikan panggulku tanpa gangguan dan membiarkan sperma-sperma papa membuahiku.
***
Aku terbangun merasakan jilatan-jilatan dan remasan-remasan lembut di sekujur tubuhku. Namun karena aku masih mengantuk aku tidak meghiraukan rangsangan-rangsangan itu dan mulai coba diam membiarkan suamiku merasakan nikmatnya tubuhku. Lagi pula ini hari terakhri masa suburku dan aku cukup senang bisa menghabiskannya dengan siraman-siraman sperma.
Namun apa ini? kenapa aku bisa berada di atas lantai yang dingin? Dan kenapa aku merasa seluruh bajuku tidak di buka habis? Karena penasaran aku pun mebuka mataku dan mendapati seluruh ruangan gelap gulita. Samar-samar aku bisa merasakan angin AC mengelitik putingku dan membuatnya menegang dengan keras.
“pa.. ” panggilku pelan.
Namun tidak ada jawaban membuatku bertambah panik. Apalagi ketika kemudian aku kembali merasakan jilatan-jilatan di memekku bergerak melintasi gundukan tembem yang terbelah dan bergerak menyisir rambut-rambut halus yang mulai tumbuh dalam dua hari ini.
“shhh” aku mendesah kegelian.
Mendengar desahanku tiba-tiba saja lidah itu berhenti bergerak dan segera menjauhi memekku membuatku blingsatan dan juga kentang karenayanya. Untung saja lelaki ini segera memahami bahasa tubuhku dan segera menggantikan lidah itu dengan sebongkah mulut yang bergerak menghisap kllitorisku dengan mesra. Lucunya mulut itu lau bergerak menghisap klitorisku keras-keras seakan-akan ingin mencabut keluar dari kulupnya. Perlahan aku bisa merasakan syaraf-syaraf sensitifku mulai membesar menimmbulkan sensasi geli yang tidak bisa ku lukiskan dengan kata-kata.
“Aryo?” panggilku lirih kali ini.
Namun lagi-lagi tidak ada jawaban. Namun mengingat ulahnya malam itu, aku kemudian memutuskan membiarkannya menjelajah tubuhku selama ia tidak bergerak menjebol memekku. Diam-diam aku cukup kangen akan sodokan-sodokan di lubang matahariku itu meski sakit namun itu juga memberikan kenikmatan yang membuatku tidak berhenti memikirkannya selama berhari-hari.
Lagipula seluruh tubuhku saat ini tidak bisa ku gerakkan karena tidak bertenaga. Sepertinya selama aku tertidur tadi, aku sempat mengalami cukup banyak orgasme lagi yang membuat liang senggamaku becek bahkan cairannya telah menggenang membuat pantatku dingin. Aku pun kembali mengantuk dan ingin kembali tidur. Namun sebelum aku tertidur, aku ingin menanyakan satu hal.
“jam berapa sayang?” tanyaku sambil menjauhkan kepala dari memekku.
“Eh?” Namun aku kaget karena rambut orang itu terasa sangat kasar dan tajam.
Jelas Mereka bukan Aryo.
Disaat aku kalut, lalu tiba-tiba saja muncul seberkas cahaya dari pintu yang terbuka. Bersamaan dengan itu terlihat beberapa orang laki-laki gagah berjalan masuk dan bergerak mengelilingiku.
Aku gemetaran.
***
“jadi ini orang mesum yang membuat ulah di apartemen kita?” ucap seorang lelaki dalam kegelapan.
“iya sepertinya... pas gw masuk udah ga pake daleman lagi bro. Memeknya juga penuh banjir peju.” Jawab suara yang terdengar berat.
“wahahaha lonte banget nih cewek. Padahal memeknya masih rapet.”
“Iya ya? Gimana mulutnya?” tanya si pria dengan suara berat.
“tenggorokannya sempit banget. Kaya ga pernah di pake aja” jawab lelaki itu lagi.
“belagu banget padahal Cuma 12 cm aja lo pake sampe tenggorokan segala.”
“hehehe- kok lo tau? Lo sering ngintipin gw ya? ”
“kampret! Nih cerita si Lena bego!” sahut si suara berat
“your cock better than Jupri or whateper gitu katanya hehehe” lanjut suara berat itu lagi
“Pinter lo bahasa inggrisnya cuk!”
“makanya nonton bo*** pake subtitle! Jago dah lho.”
Rina hanya bisa melongo mendengar percakapan kedua orang ini yang sudah bergerak menelanjanginya. Dalam kegelapan remasan-remasan keduany terkessan sembrono meski masih bisa memberikan kenikmatan setiap kali tangan-tangan orang-orang itu bergerak menjelajahi tubuhnya.
Selain dua orang yang berbicara, Rina samar-samar dapat mendengar tiga suara pergumulan di ruangan itu. Nampaknya ia bukan satu-satunya wanita yang sedang di garap disini. Buktinya dari sekian banyak orang yang masuk kedalam ruangan gelap itu, hanya sedikit yang bergerak menjamah tubuhnya. Atau mungkin sebagian mereka sedang melakukan tindakan sesama jenis? Aku bergidik membayangkannya dan berhenti mengocok kontol di mulutku.
“plakk”
Sebuah tamparan melayang ke pipiku.
“Lo kalo gak mau ngisepin kontol kita bilang! Tar kita garap lobang-lobang lo yang lain! Lonte aja belagu!” maki orang yang sedang ia kulum kemaluannya.
Aku pun terluka mendengarnya. Dan mulai menangis. Namun tamparan itu lagi-lagi mengenai wajahku dan akhirnya membuatku kembali bergerak memaju mundurkan kepalaku sambil bergerak menghisap batang ke-empatku hari ini. namun sebelum kau sempat mengulumnya dengan pilinan lidahku tiba-tiba pinggangku ditahan dan diangkat. Lalu sebuah benda tumpul mulai mengegesek-gesek pantatku dan coba menyodok-nyodok lubang belakangku itu. Lagi-lagi aku akan di anal dalam kegelapan oleh orang yang tidak bisa kulihat wajah dan juga ekspresinyanya. Untungnya kontolnya sedikit lebih kecil dari Aryo sehingga membuatku tidak mungkin menagih lagi kepadanya. Atau mungkin begitu pikirku kepadanya nanti.
“huhghhh” seru suara berat menekan pinggulnya ke pantatku.
“lonte baru, sempit banget!!!”
“shh ini bukan mau gw! Lepasin anus gw ngen***!” batinku dalam hati.
Aku mulai menggigit kontol di mulutku membuat lelaki didepanku lalu menendangku jatuh. Aku bisa merasakan tubuhku menghantam lemari logam yang bertebaran diruangan ini membuatku menjerit. Untungnya aku berhasil melepaskan kontol oria itu dari mulutku. Sialnya kontol lelaki dengan suara berat itu kini sudah masuk sepenuhnya dalam anusku. Dan lagi lelaki dengan suara berat itu muali menggenjotku dengan kecepatan tinggi dan membuat toked 36C milikku bergoyang-goyang heboh seiring irama genjotannya.
“hegh hegh hegh. uhhhh”
“Lonte makan nih genjotan ge! Makan nih! Sempit banget anus lo!”
Aku tidak lagi bisa menahan birahiku sebagaimana dirinya bergerak menyetubuhiku. Suara kami berdua lalu menggema ke seluruh ruangan membuat sinar-sinar senter bermuculan dari dalam kegelapan. Samar-samar dari sinar senter yang jumlahnya tidak kurang dari delapan itu, aku bisa melihat siluet-siluet kontol bergerak mendekatiku.
“Aduh gw musti lindungin wajah gw!” batinku panik.
“lapasin! Leapasingw anj****!” maki kasar.
Aku sudah hampir menangis lagi kalau saja otot-otot vaginaku tidak menegang. Dengan menahan kencing selama kami berpergian dua jam ini orgasmeku menyemprot tangan-tangan yang bergerak menyenteri wajahku. Habislah aku! Tidak ada lagi kesucianku disini. rutukku membatin.
Namunsepertinya aku salah karena sebelum senter itu mengenai dadaku cairan yang menyemprot itu membuat mereka kaget yang kemudian menyebabkan hape-hape yang mereka gunakan sebagai senter itu terjatuh ke atas tanah lalu mati. Namun melihat squirt yang kulakukan sudah cukup sebagai penanda betapa nikmatnya tubuhku dan potensinya dalam kemesuman di mata mereka. karena kini dalam kegelapan mereka mulai berebut menjamah tubuhku.
Sementara sebuha kontol masih sibuk mengaduk-aduk anusku, selurh tubuhku kini sedang digelitiki dan dijamah oleh tanga-tangan asing yang tidak kuketahui siapa pemiliknya. Ku merasa seperti sedang di kelilingi seribu tentakel seprti dalam cerita-cerita film barat mengenai gaya seks Asia.
“ughhh ugghh khe.. ughhh khonn” racauku tidak jelas mencoba menahan laju birahiku.
Aku bukanlah tipe yang berisik ketika sendang berhubunganbadan. Namun sumpah serapah seperti ini ternyata tidak terlalu buruk juga. Namun karena suamiku tidak pernah menyuakinya aku sebisa mungkin mencoba untuk tidak terbiasa dan membuat orgasmeku selalu berada di ujung tanduk. Hampir saja aku pertahananku goyah kalau saja tiba-tiba tidak terjadi sebuah kilasan cahaya di iringi dengan suara ledakan.
“Duar!!!”
“drrrt”
Bersama suara ledakan, tiba-tiba saja seluruh mesin langsung menyala dengan berisik, memghentikan aktivitas mesum kami. Lalu mulai muncul asap hitam yang membuat orang-orang di dalam ruangan ini berlarian keluar. Aku juga ingin bergerak menyusul mereka, kalau saja aku berhasil menemukan bajuku. Sayangnya aku tidak bisa menemukannya.
Sayangnya sepertinya nyawaku cukup sampai disini. Aku merasakan tubuhku berat karena terlau banyak menghirup asap. Disaat kesadaranku kabur, aku bisa merasakan seseorang menyelimuti tubuhku lalu menggendongku keluar diantara orang-orang yang berlarian. Wajahku dia tutupi seolah-olah sedang menyembunyikannku dari pandangan orang-orang. Anehnya aku merasa mengenalnya dan memanggilnya dengan satu nama.
“Aryo?” panggilku pelan sebelum pandanganku gelap.