Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PRING PETUK [2019]

Assholeman

Semprot Addict
UG-FR+
Daftar
7 Nov 2014
Post
485
Like diterima
885
Lokasi
tempat yang tidak tergambar dalam peta Indonesia
Bimabet
Waahhhh.. Setelah sekian lama ikutan daftar dan selalu gagal posting.. Akhirnya saya berhasil menyelesaikan cerita yang tidak memiliki inti cerita ini..

Jika ada kesamaan nama dan tempat berarti memang disengaja oleh saya. Dan jangan pernah membayangkan apa yang terjadi dicerita.. Karena saya juga susah untuk membayangkan..

Dah gitu aja..


:pandaketawa:
 
56ec141303251744.jpg






Sore ini langit menunjukkan raut temaram. Geluduk berbunyi keras saling bersahutan. Sementara angin yang biasanya sepoi melambai kini bertiup sangat kencang. Daun daun kering mulai tampak beterbangan dan tetes tetes air perlahan mulai dijatuhkan. Mungkin Malaikat Mikail lagi senewen untuk bagi-bagi rezekinya. Makanya Sang Malaikat lebih memilih untuk menurunkan hujan ke bumi.

Rintik yang perlahan kini berubah menjadi guyuran air maha lebat. Ku langkahkan kakiku keluar dari dangau. Aku tak perduli dengan semuanya kini. Ku biarkan tubuhku menggigil diterpa dinginnya air hujan. Bodo amatlah kalau nantinya aku terkena masuk angin. Toh sebagai orang pintar, aku tahu apa yang harus ku minum nanti. Biarlah untuk sekarang ini aku menikmati anugerah dari Yang Maha Kuasa.

Ku dongakkan kepalaku sambil menatap pedih langit yang tampak kelam. Aku mulai putus asa dalam menjalani takdirku. Hidup sendiri tanpa orang tua. Itupun masih ditambah miskin cinta. Sungguh sempurna sudah.Tuhan pun sepertinya enggan menulis ulang suratan-Nya untukku. Entah aku yang kebanyakan dosa, atau memang lagi ga ada voucher isi ulang untuk kebaikan umat manusia. Langit pun terlihat peka dengan kepedihan yang ku rasakan. Bukannya mengurangi intensitas jatuhnya air, malah tambah semangat untuk mengguyur basah semua mahluk di bumi. Kampret emang si Malaikat.

Ku buka mulutku lalu berteriak.

"Aaaaaaarrrggghhh..."

"Aaarrgghhh..."

Teriakanku kencang membahana di tengah sawah. Lega rasanya bisa berteriak sepuas ini. Aku yakin tak akan ada yang protes dengan ulahku. Kan aku lagi ada di sawah. Siapa yang akan marah coba ? Thor ? Ga mungkin lah suaraku terdengar sampai di Ashgard sana. Kalau iya, pasti palu sakti itu sudah terhantam ke kepalaku. Bayangin Thor ngamuk gara-gara teriakanku membuat otak warasku sedikit bekerja. Mungkin ada baiknya aku teriaknya agak sopanan dikit kali ya. Ya meskipun aku sendirian di tengah sawah, sapa tau aja ada indukan Siput yang lagi nina boboin anaknya. Kan ga enak kalo aku ganggu mereka. Ku ulangi lagi ketika mulutku sudah siap untuk berteriak lagi. Dengan mengucap kata Bismillah dalam hati, aku berteriak lagi dengan volume yang agak ku kecilkan. Yang penting aku bisa lega.

Ffiiuuhh..

Oh iya kalian pasti bertanya tanya siapa aku ini. Baiklah sepertinya akan lebih baik kalau aku bercerita. Siapa tau aja ada yang mengalami nasib yang sama denganku sehingga bisalah nanti kita bentuk komunitas.

Namaku Nurhadi. Cukup nurhadi saja tanpa ada embel embel dan kepanjangannya lagi seperti nama-nama bayi jaman sekarang. Ada temanku yang bercerita kalau namaku inilah yang membawa kesialan. Bagaimana tidak, menurutnya arti namaku ini tidak ada bagus bagusnya.

Nur berarti Cahaya dan Hadi artinya Kegelapan. Jadi Nurhadi berarti Cahaya Kegelapan. Busyet artinya anti mainstream banget coba. Entah apa maksud dari orang tuaku memberi nama ini. Mungkin saat mereka proses produksi dalam menciptakanku, lampu dikamar sengaja mereka matikan. Jadi namaku terinspirasi dari keadaan saat itu.

Ya meskipun asliku adalah Nurhadi, tetapi sebagai salah satu jagoan di daerah sudah pasti aku punya julukan. Nah untuk julukanku ini sebenarnya aku juga masih bingung, kenapa mereka memberikan nama itu. Mengingat nama dan juga kenyataan tidaklah sama. Julukan yang aku dapat dari mereka adalah "Bunga Hidung", atau istilah milinealnya adalah Upil. Bahkan aku juga masih bingung kalau Upilnya aja segedhe ini sebesar apa hidung yang bisa menampung upil ini. Sudah cukup untuk perkenalanku, yang jelas semua kesialanku sepertinya berhubungan dengan nama asliku. Sepertinya aku memang harus berganti nama menjadi menjadi Michel atau Alex. Selain lebih keren mungkin juga lebih berkah.

Hujan sudah menghilang dari langit dan kumpalan awan telah berlari entah kemana. Kini kulangkahkan kaki menuju sungai dekat tempat ku berdiri saat ini. Sepertinya sudah saatnya aku membersihkan diri. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku membersihkan diri dengan air, mungkin sekitar 4 hari an sejak terakhir aku dibasahi oleh air hujan. Memang bukan mandi yang sebenarnya sih, tapi memang beberapa hari ini rasanya malas sekali untuk berteman dengan air. Kalau saja air bisa digantikan dengan molekul lain mungkin aku akan lebih banyak berteman dengan air. Tapi untuk kali ini sepertinya aku harus mengalah dengan air. Badanku perlu menyegarkan diri. Dan sungai di depan adalah tempat yang paling cocok.

Jernih. Adalah kesan pertama yang aku tangkap dari apa yang terlihat di depan sana. Aku bisa melihat keseluruhan yang terdapat di dalam sungai itu. Batu, rumput & ikan semua terlihat jelas. Begitu jernihnya sungai ini. Belum tercemar dengan apapun yang membuat ekosistem ini tidak seimbang. Pasti segar banget kalau badanku sudah masuk ke air itu.

Aku lihat sekelilingku, sekedar untuk memastikan apakah ada orang lain selain aku atau tidak. Setelah dirasa aman segera aku buka seluruh pakaian yang menempel dibadanku, aku tidak mau ada orang yang melihat pusakaku gandul-gandul. Ini barang sangat langka. Karena memiliki ukuran yang tidak besar, namun terdapat tasbih kecil berjumlah 13 yang memutar dibagian ujungnya. Sudah kalian jangan membayangkan, karena bentuknya terlalu unik untuk aku share disini.

BYUUURRRRR

"Arrrrrrhggg."

Ternyata seperti ini rasanya air, bisa menyegarkan badanku. Kenapa kemaren aku terlalu takut dengan air jika memang rasanya seperti ini. Aku kembali melihat sekelilingku, Air disekitarku yang sebelumnya sangat jernih kini berubah sedikit keruh. Wihhhh ternyata hebat juga aku, bisa merubah warna air seperti itu. Sepertinya memang sudah bakat dari lahir, jika aku bisa mengendalikan air. Ditambah lagi kulitku yang sebelumnya berwarna hitam sekarang sedikit memutih setelah aku masuk ke dalam air.

Setelah tubuhku cukup bersih, aku amati aliran sungai tempatku membersihkan diri. Terlihat beberapa ekor ikan berukuran sekilo isi 3 sedang berkumpul berenang beriringan. Entahlah apa yang mereka bahas karena sepertinya mereka sedang asyik mengobrol. Atau mereka berenang sambil membicarakan bentuk penisku yang beda dari yang lain.

Ngomong-ngomong tentang ikan, sepertinya mereka sangat lezat jika aku jadikan sebagai santapan malam. Apalagi sejak pagi aku belum makan. Sejenak pikiranku melayang membayangkan betapa lezatnya mereka jika aku masak dengan bumbu kuning atau aku masak dengan saos Padang.

Kembali aku melihat kearah kerumunan ikan. Kali ini salah satu ikan melihat aku dengan mata melotot. Seperti hendak menantang untuk berkelahi. Mungkin dia belum tahu siapa musuhnya kali ini. Karena jika aku sudah marah aku bisa merubah dia menjadi ikan goreng, itu juga kalau aku masih baik, jalau sudah jadi jahat bisa-bisa aku rubah ikan itu jadi ikan bumbu rica. Sudahlah persetan dengan para ikan itu. Lebih baik aku kembali membersihkan tubuhku. Selama mereka tidak mengganggu aku tidak perlu memperdulikan mereka. Atau jangan-jangan para ikan itu adalah ikan betina yang sedang mengintip aku mandi. Atau bisa juga mereka adalah ikan jantan yang menatap iri penisku yang berbeda dengan milik mereka. Oh iya aku lupa kalau bentuk penis ikan itu sangat mungil, jadi pantes aja kalau mereka iri melihat ukuran penisku. Baiklah untuk kali ini akan aku abaikan mereka. Lebih baik aku kembali membersihkan sisa bakteri yang masih menempel ditubuhku. Setidaknya dengan aku mandi aku telah memberikan tontonan gratis untuk para ikan itu. Dan tentu saja memberikan makanan untuk para ikan kecil yang sedari tadi mengelilingi tubuhku.

Aku mengambil batu halus sebesar genggaman tangan. Aku mulai menggosokan setiap inchi kulitku. Mulai dari leher turun ke dada, lalu ke perut dan berakhir di penis. Penisku yang sedari tadi mengkerut karena kedinginan sekarang sudah mulai berbentuk kembali karena rabaan pelan dari tanganku. Dengan hiasan 13 butiran tasbih yang terpasang melingkar, kini semakin gagah setelah berdiri dengan tegak. Bentuknya kini hampir menyerupai Tugu Monas dengan ujung yang lebih tumpul. Kalau saja warna ujung penisku ini berwarna emas sudah pasti akan menjadi buruan para kolektor Penis.

Semakin ku gosok semakin enak rangsangan yang ada disekitar penisku. Ujung penis terasa geli karena tambahan sensasi air yang mengalir dengan deras. Beberapa ikan kecil yang sebelumnya mengerumuniku untuk mencari makanan kini beralih kebagian ujung penisku.

“Arrggghh.”

Elusan pada penisku kini berubah menjadi kocokan pelan. Ikan-ikan kecil terus mengelilingi ujung penis. Sesekali diantara mereka menggigit pelan lubang penis dan juga butiran tasbih dibatang penisku dan membuat sensasi berbeda dengan yang sebelumnya. Aku mempercepat kocokanku mengikuti irama air sungai yang semakin deras. Ikan-ikan kecil yang seharusnya lari karena kocokan tanganku semakin keras malah semakin banyak berdatangan dan menghampiri batang penisku. Bahkan aku amati seluruh batang penisku tertutupi oleh kerumunan ikan itu. Rasa geli menjalar dari ujang kaki sampai dengan ujung kepala. Semakin aku percepat kocokanku, semakin rasa geli meneyrang seluruh tubuhku. Rasanya ada sesuatu yang ingin keluar dari ujung penis dan..

BOOOMM


Aku terbangun di sebuah batu di atas pematang sawah, disebelah sungai tempatku berendam tadi. Aneh sekali memang, setelah suara ledakan yang sangat keras, tiba-tiba aku tidak sadarkan diri. Entah siapa yang memindahkanku dari dalam sungai ke sini. Karena tidak mungkin jika aku bisa berjalan dalam keadaan pingsan. Aku lihat sekelilingku tidak ada orang sama sekali, tetapi aku sangat yakin jika ada yang memindahkanku. Dan siapapun itu aku harus berterima kasih kepadanya karena dia telah menyelamatkanku. Setidaknya aku tidak mati tenggelam karena tidak bisa bernafas dan juga tidak kehilangan salah satu bagian tubuhku karena digigit oleh para Yuyu penghuni sungai itu.

Jika aku perhatikan tidak ada yang berubah karena ledakan yang yang keras tadi. Tapi sebenarnya ledakan apa tadi?, suaranya seperti suara Meteor yang menabrak bumi. Ya suaranya tidak asing, karena aku pernah mendengar suara itu di TV. Bukannya jika ada meteor jatuh seharusnya akan terjadi kerusakan. Atau setidaknya akan ada kepulan asap. Namun yang terjadi saat ini tidak seperti itu. Sungguh tidak keren sama sekali.

Lebih baik aku kembali pulang, karena setelah tadi aku hujan-hujanan, terus dilanjut mandi disungai kini badanku masih terasa basah.

Aku coba untuk menuruni batu besar tempat ku terbaring. Namun saat aku ingin melangkahkan kakiku turun rasanya masih sangat lemas. Aneh, padahal hari ini aku tidak melakukan kegiatan yang harus menguras tenagaku. Tetapi rasanya seluruh tenagaku sudah habis tidak tersisa. Dengan keadaanku saat ini sepertinya aku harus berteriak untuk meminta tolong. Namun setelah kucoba lagi-lagi tidak ada suara yang keluar dari bibirku.

Sekitar 1 jam aku masih terbaring disini, dan tidak ada satupun yang bisa membantuku. Sepertinya aku akan mati disini. Diatas batu raksasa.

Jika dipikir-pikir, pasti telah terjadi sesuatu yang tidak beres. Ledakan, batu raksasa dan juga lemas. Sepertinya memang ini sudah direncanakan oleh seseorang. Mungkin orang itu akan menjadikanku tumbal untuk pesugihan. Dan batu ini akan dijadikan sebagai altar pemujaan. Tetapi tunggu dulu, pemujaan macam apa yang akan dia lakukan di atas batu ini. Mungkin akan diadakan pesta sex untuk pemanggilan iblis cabul atau sebuah ritual yang pemanggilan iblis dengan cara lain misal aku akan diajak si pemanggil iblis untuk menari telanjang di atas batu ini. Ah tidak, sepertinya ritual ini harus segera dilakukan, jangan ditunda lagi.

Membayangkan hal itu aku semakin bersemangat, akhirnya aku bisa berguna untuk orang lain. Setidaknya dengan nyawaku akan ada orang yang menjadi kaya. Dan nanti aku akan dijadikan budak oleh si "pemberi" pesugihan. Wihhh tambah keren, semoga saja si "pemberi" pesugihan adalah seorang ratu, sehingga aku bisa dipelihara oleh seorang wanita cantik. Ya lumayan lah. Membayangkan apa yang akan terjadi mulutku tak kuasa untuk menahan senyum. Kali ini senyumku semakin merekah, sepertinya ini adalah senyum terindah yang pernah aku miliki. Karena dengan ini kematianku tidak akan sia-sia.

Sudah 3 jam aku terbaring di atas batu ini, namun masih saja orang yang akan menjadikanku tumbal belum juga datang. Sepertinya dia masih malu-malu untuk menampakan batang hidungnya. Padahal tenggorokanku mulai kering, sepertinya aku butuh asupan cairan. Jadi aku berharap sebelum aku dijadikan tumbal, setidaknya aku diberi minum dulu. Sukur- sukur ditambah dengan nasi rendang. Jadi aku tidak meninggal dalam keadaan kekurangan pangan. Karena tidak akan menjadi keren jika nanti di akhirat ditanya Malaikat penyebab aku meninggal.

12 jam sudah berlalu semenjak aku tergeletak di batu ini. Dan hingga detik ini belum ada seorangpun yang melewati tempat ini. Yang berarti aku juga masih belum tertolong. Masih tergeletak lemas dan tidak berdaya. Dengan perut yang keroncongan dan tenggorokan yang semakin mengering. Sepertinya orang yang ingin menjadikanku tumbal lupa kalau meninggalkanku disini. Apa iya aku harus mengingatkan dia agar dia bisa ingat kalau ada calon korbannya yang sudah setia menanti hingga hampir mati. Apalagi saat ini hari sudah berganti malam. Mataku hanya dapat melihat bintang dan mendengat suara aliran sungai saja. Bahkan suara binatang liar juga tidak terdengar.

Kalau saja ular raksasa atau binatang buas lain yang tiba-tiba melintas sudah dipastikan aku akan menjadi santapan yang sempurna. Karena calon korbannya ini bari bisa diam tanpa perlawanann. Dan dari pada aku menjadi santapan hewan liar lebih baik aku beneran jadi tumbal pesugihan.

KRIUK KRIUK KRIUK KRIUK

Sepertinya pagi sebentar lagi akan menyingsing. Terdengar suara ayam jantan sudah mulai berkokok. Tapi sebentar sepertinya ada yang aneh. Bukankah suara ayam Jantan adalah kukuruyuk?. Jika itu tadi bukan suara ayam jantan yang sedang berkokok, berarti suara apa dong?.

KRIUK KRIUK KRIUK KRIUK

Suara itu kembali lagi, sepertinya memang ayam jantan jaman sekarang suaranya sudah mulai berubah. Terbukti suaranya masih sama seperti apa yang aku dengar sebelumnya. Ngomong-ngomong tentang pagi, aku jadi ingat jika sudah sejak kemaren pagi perutku belum terisi apa-apa. Niat pertamaku ke sawah tadi adalah untuk mencari sayur serta lauk yang bisa aku jadikan makanan untuk makan malam. Namun yang terjadi saat ini adalah aku masih terlentang tidak berdaya karena ledakan aneh yang aku dengar tadi.

Entah karena terlalu lelah atau memang aku yang sudah terlalu ngantuk akhirnya mataku terpejam. Ketika aku sadar saat ini aku sudah terbaring di atas ranjang yang sangat empuk. Dengan kelambu merah yang menyelimuti ranjang ini.

Aku dimana ini, sepertinya tempat ini sangatlah asing. Atau mungkin ritual pesugihan mereka dipindahkan disini. Jika memang dipindahkan kesini berarti ritual ini akan berhubungan dengan Sex. Ya ampun baru membayangkan saja Penisku sudah berdiri. Tidak apa-apa jika aku harus menjadi tumbal, asalkan sebelum mati aku bisa enak-enakan dulu. Jadi paling tidak saat aku bereuni dengan teman-temanku dineraka, aku bisa bercerita ke mereka jika hidupku akhirnya berguna.

Mataku mulai beradaptasi dengan cahaya ruangan yang sedikit temaram. Ternyata jika dicermati ruangan ini seperti kamar pada umumnya. Hanya saja terlihat sedikit mewah karena ada kelambu merah yang mengelilingi tepi ranjang.

KRIEEETTTT

Suara pintu kamar terbuka. Terlihat seorang gadis cantik melangkah masuk mendekatiku. Seseorang yang belum pernah bertemu denganku sebelumnya. Baik, sekarang aku ikhlas jika harus ditumbalkan untuk pesugihan. Aku tidak menyangka orang secantik ini yang akan menjadikan aku bagian dari ritual pesugihannya. Kalau sudah rejeki memang tidak akan lari kemana.

"Sudah bangun mas?, kamu tertidur hampir dua hari."

"Apa mbak?, dua hari?. " ternyata aku sudah memejamkan mataku selama itu. Pantas saja mataku rasanya sangat lengket. Jika aku sudah tertidur selama dua hari, berarti perutku juga belum terisi selama dua hari. Wih kuat juga aku ternyata bias menahan tidak makan sampai 2 hari. Tapi kenapa baru 2 hari aku sudah bangun. Seharusnya aku genapin jadi 1 bulan saja. Kan lumayan aku bisa diet secara instan. Setelah bangun nanti badanku bisa menjadi kurus.

KRIUK KRIUK KRIUK KRIUK

Lah ini sudah siang tetapi masih saja ada ayam berkokok, sepertinya dunia ini sudah bertambah gila. Ayam berkokok dengan suara dan waktu yang tidak tepat. Sepertinya mereka sudah melupakan tugas dan tujuan mereka. Seharusnya mereka bertugas membangunkan orang yang sedang tidur, bukan malah siang-siang berkokok-kokok seperti itu.

Wanita itu menahan tawa saat mendengar suara kokokan ayam yang terdengar sangat berbeda dari biasanya. Lalu dia keluar kamar dan kembali dengan nampan berisi nasi ayam dan juga air putih.

“Ini mas, dimakan dulu, sepertinya kamu sangat lapar.”

Wih sakti, dia bisa tahu kalau aku sedang lapar. Sepertinya dia sudah sering melakukan ritual pesugihan ini, sehingga dia bisa membaca apa yang aku pikirkan. Atau makanan ini adalah bagian syarat ritual agar aku kenyang sebelum nanti dijadikan tumbal. Tanpa banyak bertanya aku melahap setiap makanan yang di bawa oleh wanita itu. Rasanya seperti sudah 3 hari aku belum makan. Nasi ayam yang tersedia dalam 2 menit sudah aku pindahakan ke dalam perut. Sekarang perutku sudah tidak lagi kelaparan. Dan aku sudah siap untuk menjadi tumbal pesugihan.

“Kapan ritualnya kita mulai mbak?.” Tanyaku penasaran karena sudah 3 hari ini aku menunggu tetapi belum juga di eksekusi.

“Maksud mas?”

“Bukankah aku akan dijadikan tumbal untuk ritual.”

“hahahahahah.” Bukannya menjawab wanita ini malah tertawa sejadi-jadinya.

“Jadi mas kira, aku akan menjadikan mas tumbal untuk ritual?, maaf mas sepertinya mas salah duga. Sebenarnya kemarin kami temukan mas sedang pingsan di atas batu deket sungai, makanya kami bawa mas ke rumah. Dan satu lagi jangan panggil mbak, cukup panggil aku Vhean, karena saya bukan mbak-mbak.”

“Em maaf mbak, eh Vhean, ternyata aku salah sangka. Kirain aku akan dijadikan tumbal, ternyata malah kamu sudah selamatkan aku dari tempat itu. Kalau saja gak ada kamu, aku pasti sudah menjadi santapan binatang buas.”

“Sudah gak papa, anggap saja kebetulan. Ngomong-ngomong siapa namamu dan kenapa kamu bisa pingsan ditempat itu?.” Lanjut Vhean.

Aku menceritakan setiap detail kejadian yang aku alami dan tentang apa yang aku bayangkan pada hari itu. Dan bukannya terharu Vhean malah tertawa lebih keras lagi, bahkan lebih keras dari ketawanya yang sebelumnya.

“Jadi kamu udah banyangin kalau mau di jadikan tumbal untuk pesugihan dan ritual Sex?, pantas saja sejak kami temukan itu yang ada diselangkanganmu berdiri terus tidak mau tidur.”

Eh sebentar, kok dia bisa tahu kalau punyaku berdiri, jangan-jangan dia mengintip terus grepe-grepe adikku. Haduh aku sudah ternoda. Sepertinya dia harus bertanggung jawab. Tetapi rasanya memang ada yang aneh, sejak aku bangun rasanya adikku bangun sendiri. Kalau diingat-ingat dia sudah terbangun sejak aku sadar dari pingsanku di atas batu itu. Bahkan saat aku dalam posisi lemas saat itu justru penisku yang masih dapat bergerak-gerak. Yang berarti sudah 2 hari penisku ini berdiri tegak.

Sepertinya ada yang aneh dengan adek kesayanganku ini. Aku perhatikan dengan seksama apa yang telah berubah. Kenapa dia menjadi nakal tidak mau tidur. Ya ampun bentuknya kini telah berubah penis berbentuk monas dengan 13 butir tasbih yang melingkar pada batang penisku sekarang sudah menghilang dan berubah bentuk seperti jamur dengan ukuran yang lebih besar dibagian ujung penis. Dan 1 yang menjadi masalah adalah ini penis tidak mau tidur lagi.


KRIEEETTTT

Pintu kamar kembali terbuka dan munculah sesosok wanita lain yang tidak kalah cantik dari Vhean. Rambutnya sedikit lebih pendek dibandingkan dengan Vhean. Matanya tajam menatapku, menatap curiga dengan apa yang aku lakukan. Sepertinya aku sudah pernah melihat tatapan ini, tetapi dimana, sudahlah biarkan saja, mungkin hanya perasaanku.

“Sini Yo, aku kenalin sama dia.” Kata Vhean sambil menunjuk ke arahku.

“Upil.” Kataku sambil menjulurkan tanganku

“Yora.” Jawabnya singkat tanpa mau menjawab tanganku.

Ya ampun, angkuh sekali wanita ini, ternyata di dunia ini masih ada wanita seperti dia. Aku pikir aku hanya akan berteman dengan Vhean saja, tetapi ternyata masih saja harus dipertemukan dengan wanita seperti ini.

“Udah bangun kamu?, kirain udah mati.” Kata Yora

Eh Bangke, enteng banget itu mulut kalau ngomong, untung saja cantik jadi bisa tak makhlumi, kalau saja tidak cantik pasti aku sudah tidak terima dengan apa yang dia katakan. Anggap saja dia baru halangan jadi agak judes. Sementara itu Vhean keluar kamar dan meninggalkan kami berdua.

“Ini di daerah mana sih Yo?, kok rasanya aku asing.” Tanyaku berbasa-basi dengan Yora.

“Iyalah asing, orang dari kemaren kamu cuma di dalem kamar aja, mana tahu diluar seperti apa.” Jawabnya kembali judes.

Haduh orang ini. Semakin dia judes semakin aku tertarik untuk menakhlukannya. Kalau saja aku diberi waktu lebih dari 1 bulan dapat aku pastikan aku pasti dapat membuatnya terkintil-kintil. Pasti.

Vhean sudah kembali masuk kedalam kamar dan membawakan beberapa lembar pakaian untuk aku kenakan. Owalah pantes aja dari tadi rasanya dingin, ternyata aku tidak mengenakan baju. Eh berarti dari tadi mereka juga dapat melihat penis yang berada di selangkanganku. Pantes Yora judes, mungkin dia terpukau dengan apa yang ada dihadapannya.

Setelah mengenakan pakaian aku diajak mereka untuk jalan-jalan Tempat pertama yang aku kunjungi adalah pasar. Pasar yang cukup beda dengan pasar yang biasa aku lihat selama ini. Biasanya orang-orang bertransaksi dengan uang tunai. Tetapi dari tadi aku perhatikan mereka bertransaksi dengan menggunakan mesin yang bentuknya kotak, dan pembeli menyerahkan kartu untuk digesekkan mesin itu. Bukan dengan uang yang lazim orang gunakan untuk transaksi. Barang-barang yang dijualpun berbeda dengan pasar pada umumnya. Disini mereka menjual barang-barang seperti gantungan kunci berbentuk boneka kecil dengan rambut panjang, batu kecil warna-warni dan juga barang seperti pedang yang sering digunakan oleh para petarung dari masa lalu. Menurut cerita Vhean dipasar ini juga ada tempat makan yang terkenal sangat enak dan hanya ada di pasar ini. Yah berhubung aku baru saja makan mungkin lain kali aku bisa mengajak dia kesini lagi.

Vhean lebih banyak aktif bercerita dari pada Yora, semenjak berkenalan tadi Yora lebih banyak diam sambil mengamati apa yang kami lakukan. Entahlah sepertinya ada yang aneh dengan orang ini. Tetapi sekali lagi karena dia cantik keanehannya pun dapat aku abaikan.

Setelah mengelilingi Pasar, Vhean mengajakku mengelilingi daerahnya yang sering dia sebut dengan kampung Mindi. Pemukiman yang dapat dibilang pemukiman elite. Karena jika aku perhatikan dengan seksama aku belum menemukan rumah yang terbuat dari anyaman bambu. Dimana kalau di daerahku rumah yang ada sebagian besar masih terbuat dari anyaman bambu. Ditambah lagi di setiap rumah terdapat kendaraan roda 4 yang terpakir rapi di bagian depan.

Saat melewati rumah mewah berlantai 2 dengan mobil SUV merah yang terparkir di depannya aku diajaknya untuk berhenti. Menurut cerita Vhean rumah tersebut adalah rumah keluarga Yora. Dan disampingnya berdiri rumah keluarga Vhean. Kalau rumah mereka berdampingan, terus tempatku tinggal tadi rumah siapa?, sudahlah biarkan saja, toh setelah nanti aku sehat aku akan kembali kerumahku dan meninggalkan tempat ini.

Vhean mengantarkanku kembali kerumah singgahku, sedangkan Yora langsung pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang Vhean banyak bercerita tentang kehidupannya dan juga daerahnya ini. Sebenarnya aku masih sedikit kebingungan dengan apa yang Vhean ceritakan, karena aku belum pernah mendengar daerah yang Vhean sebutkan tadi. Tapi sudahlah, mungkin aku yang kurang update tentang nama-nama daerah. Dan saat aku menanyakan tentang daerahku kepada Vhean justru dia juga kebingungan karena belum pernah mendengar tentang lokasi daerah asalku.

Setelah mengantarku pulang Vhean lalu berpamitan untuk kembali kerumahnya. Sedangkan aku hanya glundang-glundung diatas ranjang. Sambil membayangkan kejadian beberapa hari ini yang terasa sedikit janggal. Apalagi tentang penisku yang sampai saat ini masih belum bisa tertidur. Bagaimana bisa penis yang tidak mendapatkan rangsangan masih dapat berdiri tegak tanpa mau ditidurkan. Entahlah ini sebuah anugrah atau sebuah kutukan, tetapi aku memang menikmatinya.

Keesokan paginya Yora sendirian yang berkunjung ke rumah singgahku. Saat aku bertanya dimana keberadaan Vhean dia hanya menjawab jika Vhean sedang ada acara dengan keluarganya. Tatapan Yora lebih bersahabat dari pada tatapan yang kemaren. Entah apa yang membuatnya cepat sekali berubah, tetapi aku bersyukur setidaknya dia tidak semenyebalkan kemaren. Meskipun masih kaku tetapi tidak sekaku kanebo kering. Kali ini Yora mengajakku untuk makan ditempat makan yang menurutnya adalah tempat makan terenak ditempat ini. Dan untuk pembayarannya tentu saja aku dibayari, selain aku tidak punya uang aku juga tidak memiliki kartu yang digunakan untuk akses pembayaran ditempat ini. Lumayan lah bisa berhemat.

Ternyata tempat yang dimaksud oleh Yora adalah tempat tempat yang diceritakan oleh Vhean kemaren. Tempatnya berada di ujung Pasar, tidak ada papan nama di restoran itu hanya terdapat beberapa bulu-bulu berwarna hitam yang digunakan sebagai hiasan dipintu masuknya. Tetapi antrian pengunjungnya sangat ramai. Makanan apa yang sebenarnya disajikan ditempat ini sampai-sampai untuk makan saja harus mengantri ditempat ini. Apa iya ada makanan seenak itu, atau jangan-jangan ini adalah satu-satunya tempat makan yang ada disini, sehingga orang akan rela untuk antri panjang seperti ini.

Setelah hampir 2 jam menunggu akhrirnya makanan yang kami tunggu datang juga. Ternyata menu yang disediakan adalah sate, yah hanya sate saja, dengan kecap yang dicampur dengan potongan bawang merah dan juga merica. Ini makanan ditempatku ada banyak. Mungkin lain kali aku yang akan mengajak mereka untuk makan ditempatku. Tapi tentu saja menunggu aku punya uang dulu, karena disana tidak bisa dibayar dengan kartu seperti mereka.

Dengan lahap kau menyantap makanan yang ada di meja. Rasanya sesuai dengan lama kami menunggu. Dagingnya halus dan lebih enak dari daging kelinci. Kalau dilihat dari teksturnya ini adalah daging hewan muda yang usianya masih kurang dari 2 bulan. Karena serat dari dagingnya belum terlalu banyak.

“Enak Pil?.”

“Ehhhnyaaakkk.” Jawabku sambil mengunyah sisa makanan yang ada dalam mulutku.

“Daging apa ini Yo?, rasanya lembut sekali.”

“Itu daging burung Pil, masakan dan rasanya beda dari yang lain Pil, jadi pengunjungnya selalu banyak. Dan untuk ini kita tidak kehabisan, karena telat dikit aja kita pasti sudah tidak kebagian.” Jelas Yora

Owalah daging burung. Ngomong-ngomong tentang burung, ini burungku kenapa gak tidur-tidur sih, sudah berhari-hari lho padahal, apa iya tidak capek. Padahal kalau aku jadi dia 1 hari tidak tidur aja rasanya sudah capek banget, lha ini dia bisa bertahan 4 hari coba. Sebenarnya bukan masalah sih dia mau tidur kapan, Cuma yang sedikit mengganjal adalah akun tidak mempunyai celana yang ketat untuk setidaknya menyamarkan bentuknya. Seluruh pakaian yang diberikan Vhean adalah celana olah raga dan hanya 1 celana dalam saja dan tidak mungkin celana dalam itu aku pakai terus. Karena sudah aku pakai kemaren berarti hari ini tidak aku pakai lagi karena sedang aku cuci. Dengan demikian berarti penisku yang masih berdiri akan membentuk tenda dan bergoyang-goyang saat aku melangkahkan kaki. Pantas saja dari tadi beberapa orang berusaha melihat kearah selakanganku, ternyata karena itu.

“Burung apa sih Yo?.”

“Burung orang.”


Wiihhh, kalau burung orang berarti nanti burungku bisa disate juga dong. Tidak-tidak sepertinya aku salah dengar. Yora yang melihat ada perubahan dari mimik wajahku malah tertawa terbahak-bahak. Ini adalah tawa pertama sejak aku kenal dengan Yora. Biasanya mulutnya cemberut saat bersamaku, namun kali ini dia bisa tertawa dengan lepas. Cantik. Cemberut saja sudah sangat cantik, apalagi kali ini dia tersenyum seperti itu, rontok sudah pertahanan saya Tuhan.

“Itu burung yang terbang-terbang itu lho Pil, bukan burung manusia, kecuali burungmu bisa terbang, mungkin nanti bisa di sate sama yang punya rumah makan.”

Tukan bangke bener candaanya, receh tapi sadis banget lho ya. Ini burung memang tidak bisa terbang, tetapi bisa buat kamu terbang lho Yo. Kalau sudah kaya gitu jangan pernah salahin aku nanti.

Setelah bayar-membayar Yora mengajaku untuk pulang. Rumah makan ini sepertinya memang harus kembali didatangi, mungkin nanti aku ajakin Vhean kesini, kan lumayan mereka bisa mentraktir aku secara bergantian. Agar aku tidak kelihatan seperti memanfaatkan salah satu diantara Vhean maupun Yora. Jadi mereka bisa aku ajakin secara bergantian.

Langit yang mulai menggelap menggantikan warna kuning keemasan menandakan malam akan segera datang. Penerangan dijalan tidak menggunakan lampu tetapi masih menggunakan obor dan juga lampu botol. Aneh memang rasanya di daerah elite seperti ini tetapi penerangan masih menggunakan alat seperti itu. Atau mungkin para penduduk sini memang pecinta seni yang selalu memperlakukan apa yang mereka punya dengan tindakan seni. Dan salah satunya adalah penerangan jalan ini.

Yora masih melangkah disampingku, rasanya tangan ini ingin menggenggam tangan miliknya. Dan mengajaki dia untuk menjalani hari-hari hanya berdua. Fyuuhh mungkibaru juga diajak makan bayangannya udah jalan-jalan kemana-mana. Mungkin ini salah satu penyakit Jomblo sih ya, bisanya cuma berkhayal.

Setelah sampai di depan rumah aku terkaget ternyata Vhean sudah menunggu di teras rumah. Lampu rumah juga sudah dinyalakan. Sepertinya dia memiliki kunci serep dari rumah ini sehingga dia dengan mudahnya keluar masuk kerumah ini.

“Diajakin kemana tadi Pil?” Tanya Vhean

“Cuma makan aja Vhe, di pasar yang kemaren kamu ceritain. Besok kita makan bareng-bareng lagi disana ya Vhe, bareng sama Yora juga.”

Vhean hanya tersenyum mendengar jawabanku. Dan Yora kembali lagi dengan kesombongannya. Dia hanya diam saja mendengar jawabanku kepada Vhean. Dasar wanita, dari dulu tidak ada yang bener. Tetapi kenapa aku bisa jatuh cinta dengan wanita bukan dengan pria. Padahal wanita itu jahat. Eh eh eh, kok malah ngelantur kesana kemari.

Setelah berpamitan merekan meninggalkanku sendiri dirumah itu. Dan kembali lagi aku hanya glundang-glundung dan tidak berani memeluk guling. Karena boleh percaya boleh tidak, adik kesayanganku akan terasa mengganjal saat aku memeluk guling. Dan rasa itu sepertinya lebih baik aku hindari.

Sudah hampir 2 minggu aku berada ditempat ini. Dan aku semakin dekat dengan Vhean ataupun Yora, karena hampir setiap hari aku diajak mereka untuk menghabiskan waktu. Dan selama itu juga aku masih menjadi benalu untuk bertahan hidup. Karena secara bergantian mereka mengatarkanku makanan dan juga mengajakku makan diluar.

Perubahan juga semakin tampak dari Yora, dia semakin banyak tersenyum saat sedang berdua denganku, namun kembali menjadi judes saat Vhean ada bersama kami. Aneh memang, Tapi itulah yang terjadi karena wanita memang selalu susah untuk ditebak.

Hingga suatu pagi Vhean datang ke rumah singgahku dan mengajakku untuk berjalan-jalan. Kali ini Yora tidak bisa ikut karena sedang ada acara keluarga. Vhean mengajakku ketempat yang sebelumnya belum pernah kami datangi. Tanpa ragu dia menggenggam tangan dan menarikku mengikutinya. Aku diajaknya ke sebuah taman dengan hamparan bunga warna merah yang mengelilingi sebuah air mancur yang tepat berada di tengah taman. Disampingnya terdapat sebuah Gasebo yang menjadi satu-satunya bangungan di tempat itu.

Vhean menarik tanganku dan mengajak aku untuk duduk di gazebo. Dia banyak cerita tentang masa lalunya dan ternyata dia adalah seorang Janda yang ditinggal selingkuh oleh mantan suaminya. Sebenarnya ceritanya tidak terlalu menarik, tetapi untuk menghormatinya aku tetap mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut mungilnya. Sesekali dia tersenyum disela cerita yang dia sampaikan. Senyumannya inilah yang membuat aku tidak terlalu tertarik dengan ceritanya. Senyuman yang sangat tulus keluar dari bibir seorang yang sangat aku kagumi. Menurut penuturannya dia sama sekali tidak menyesal telah bercerai dengan mantan suaminya. Bahkan dia saat ini tengah berbahagia karena sedang dekat dengan seorang pria. Mendengar penuturannya mimikku langsung berubah menahan rasa cemburu yang tiba-tiba hadir dalam dadaku. Entahlah memang aku merasa cemburu karena aku mulai sayang dengan dia atau aku tidak ingin dia dekat dengan orang lain. Tetapi rasa ini belum pernah aku rasakan sebelumnya.

“Upil masih mau dekat sama aku?, aku seorang janda yang sudah kotor?.”

Wait, bersih dan kotor seseorang bukan ditentukan karena statusnya, tetapi ditentukan apakah dia sudah mandi atau belum. Mau apapun statusnya wanita itu, asalkan dia sudah mandi dan sukur-sukur sudah memakai parfum aku akan tetap menganggapnya bersih.

“Maksud kamu gimana Vhe?”

“Aku sudah bercerita banyak tentang aku Pil, dengan kondisiku saat ini apakah kamu masih mau dekat denganku.”

“Ya tentu saja Vhe, aku tidak pernah memandang sesorang dari masa lalunya. Karena sesorang sudah diberikan Jalannya oleh Tuhan.” Kata-kata itu terasa aneh saat meluncur dari bibirku. Namun kenyataannya aku telah mengeluarkan statementitu.

“Terima Kasih Pil.” Ucap Vhean bersamaan dengan air mata yang menetes dari matanya.

Ya elah kok malah nangis dianya. Baru kali ini aku berhadapan dengan situasi seperti ini. Situasi yang membuatku serba salah. Karena bisa jadi aku akan dianggap seorang yang gentleman, namun bisa jadi aku akan dianggap mengambil kesempatan dari kondisi saat ini.

Dengan mengabaikan kemungkinan yang kedua aku seka air mata yang menetes di pipi Vhean. Aku biarkan kepala Vhean bersandar di pundakku. Aku belai rambut panjang sampai Vhean tidak menangis lagi. Sesekali ada bisikan dari setan yang menyuruhku untuk mengecup pelan bagian atas kepalanya dan dilanjutkan untuk melakukan yang enak-enak. Apalagi adik kesayanganku sampai sekarang masih belum dapat tertidur. Masih saja berdiri gagah tanpa merasa dosa sedikitpun. Namun sekuat tenaga aku abaikan karena aku tidak mau merusak moment indah yang sudah tercipta.

Langit sudah terlihat gelap yang berarti berakhir sudah keindahan pemandangan dari taman ini. Sinar matahari perlahan mulai digantikan dengan cahaya bulan yang lebih redup. Aku mengajak Vhean udah kembali kerumah. Sebenarnya heran juga aku, ditempat ini setiap rumah memiliki mobil, tetapi semenjak aku berada disini belum pernah sekalipun melihat penghuninya mengendarai mobil ataupun kendaraan yang lain. Mereka memilih untuk jalan kaki menuju tujuan mereka. Buktinya saat ini aku dan Vhean juga jalan kaki, padahal kalau dipikir jarak rumah dan juga taman yang aku datangi saat ini sekitar 2 KM. Berarti kalau pulang balik adalah 4 KM. Bukanya jarak sejauh itu lebih baik kalau kita menggunakan kendaraan. Tapi sudahlah aku mau bertanya juga sudah tidak enak hati. Jadi lebih baik aku nikmati saja perjalananku bersama Vhean.

Kali ini aku yang mengantarkan Vhean pulang. Dia memintaku untuk mampir kerumahnya terlebih dahulu. Aku dibawanya ke dalam ruangan yang sangat Megah. Bahkan ini adalah tempat termegah yang pernah aku datangi. Tempat tidur berkelambu dengan warna emas kekuningan, tembok yang berlapiskan kayu mengkilat dan juga lantai dengan keramik yang sangat besar. Hanya saja ruangan ini tidak memiliki lampu listrik, penerangannya hanya menggunakan lilin yang diletakan di setiap sudut ruangan. Namun tetap saja tidak mengurangi kesan megah yang aku tangkap di Awal.

"Kesini dulu sini Upil." Perintahnya agar aku mengikutinnya yang sudah lebih dulu duduk di tepi ranjang.

"Apa tidak apa- apa jika aku disitu?."

"Memang siapa yang akan melarang jika kamu disini?." jawabnya

Tanpa menjawab pertanyaannya aku langkahkan kakiku menuju ranjang tempatnya duduk. Dan ketika sampai ditepian ranjang aku masih ragu apakah aku harus duduk atau aku cukup berdiri dihadapan wanita ini. Wanita yang baru hari ini aku kenal dan sudah memanggilku sayang. Memang berasa aneh jika mendengar dia memanggilku sayang, tetapi inilah kenyataannya. Setelah dia menyelamatkanku dari Sungai kini dia mengajakku untuk memasuki ruangan pribadinya.

"Apa tidak apa-apa jika aku disini?, kalau nanti orang tuamu tahu gimana?. "

"Sttt, sudah sini duduk saja, orang tuaku tidak akan marah." Jawabnya sambil tersenyum.

Karena senyumnya inilah aku tak kuasa untuk menolak permintaannya. Aku letakkan pantatku sejajar dengan tempat dia duduk. Dan yang terjadi selanjutnya aku tidak tahu harus berbuat apa. Yang jelas aku hanya berdua dengan dia diruangan ini. Ya mungkin bercerita tentang Nabi-nabi atau asal mula Danau Toba. Entah lah yang pasti hari ini akan terasa sangat panjang.

Kini kepalanya sudah menempel dipundakku. Aroma wangi tercium jelas dari rambutnya yang panjang terurai, sangat menggoda untuk mengelus rambutnya yang panjang terurai. Wangi ini belum pernah aku temukan sebelumnya. Entah hasil dari keramas atau memang rambutnya disemprot minyak wangi.

Andai saja wanita ini yang akan menjadi istriku nanti, pasti aku akan sangat berterima kasih kepada Tuhan. Tapi jika memang bukan dia yang menjadi jodohku setidaknya aku sudah pernah sedikit berbuat khilaf dengan wanita ini. Ya semoga saja, karena terkadang Tuhan lebih suka memainkan perasaan seseorang.

"Pil." Sapanya pelan membuyarkan lamunanku.

"Yes, bisa dibantu?. "

"Kamu bisa pijit gak?, kakiku berasa pegel semua."

"Aku tidak pandai memijat, tapi kalau kamu mau cobain sebenarnya gak papa sih."

Fix, kali ini pasti aku akan berbuat mesum, aku akan memberikan sedikit kenang-kenangan buat dia, yah setidaknya secelup dua celup boleh lah.

"Ya udah aku ganti baju sebentar, kamu jangan ngintip, dari pada nanti letak matamu aku pindah ke telinga. "

Wih lumayanlah kalau memang mataku bisa pindah ditelinga, setidaknya aku gak perlu tengok kanan dan kiri kalau mau menyeberang jalan. Belum lagi aku gak perlu lirak-lirik kalau ada cewek cantik lewat disampingku. Sepertinya tawaran yang menyenangkan.

Kini Vhean hanya menggunakan kemben untuk menutupi badannya. Putih, mulus dan tanpa cacat. Dengan putting payudara yang mengecap dibalik kemben yang dia kenakan. Tidak besar namun tidak juga kecil, sepertinya pas digenggaman tangan.

"Ayo Pil mulai pijit. " Perintahnya setelah dia tengkurap di atas ranjang.

Tanpa diperintah juga aku bakal langsung pijitin dia. Dimulai dari telapak kaki kanan, naik ke betis, berpindah ke telapak kaki kiri lalu naik lagi ke betis. Setelah itu pindah ke telapang tangan kiri sampai ke lengan. Berpindah ketelapak tangan kanan lalu lanjut sampai lengan. Dan terakhir adalah punggung. Dan selesai sudah tugasku.

"Sudah selesai Vhe, mungkin ada yang lain yang bisa kupijit lagi?." Tanyaku sangat bersemangat, karena seharusnya setelah bagian ini adalah acara puncat. Ya apalagi kalau bukan memijit seluruh badannya tanpa ada kain lagi yang dia kenakan.

Dia tidak menjawab, hanya berdiri dan melepaskan kemben yang saat ini dia pakai dan menggantinya dengan handuk. Setelah itu dia memasuki kamar mandi dan terdengar suara air berdecik.

Sungguh wanita yang sangat mencintai kebersihan, untuk bercinta saja dia harus terlihat wangi, padahal tanpa dia mandi pun dia masih terlihat bersih dan juga wangi. Atau katakanlah dia tidak wangi aku juga bakal tetap bersedia untuk menghabiskan hidangan utamanya. Sungguh wanita idaman.

Setelah beberapa saat dia keluar dari kamar mandi, dan kembali mengenakan baju yang dia pakai sebelum aku pijat. Nah lho, tanda apakah ini, kan belum mulai di hidangan utama, bagaimana bisa dia sudah kembali memakai pakaiannya kembali.

"Gak dilanjutin lagi pijetnya?."

"Sudah Upil, pijitanmu enak sekali, sekarang aku bisa mengajakmu untuk melihat-lihat daerah ini. Mungkin ada beberapa hal yang akan menarik perhatianmu."

Fix akhirnya gagal Crot juga, padahal aku sudah siap jika harus membagi sedikit spermaku dengan Vhean. Dengan demikian berarti aku bisa beramal karena telah menzakatkan 2.5% spermaku kepada orang lain. Tentu saja dengan hal ini aku bisa sedikit menyucikan seluruh kekayaanku. Mengingat saat ini harta berhargaku satu-satunya adalah penis yang melekat diselakanganku. Berarti dengan berbagi sperma aku sudah berhasil menyucikan hartaku.

Setelah acara selesai aku pamit pulang kepada Vhean. Dalam perjalanan pulang tanpa sengaja aku bertemu dengan Yora. Dengan ramah dia menanyakan aku habis dari mana. Kenapa jam segini aku masih diluar. Sepertinya dia khawatir jika nanti aku diculik oleh tante-tante cantik. Apalagi aku yakin hampir semua warga disini pasti sudah mendengar tentang keperkasaan adek kesayanganku yang sampai saat ini masih belum dapat tertidur.

Aku menceritakan tentang apa kegiatanku hari ini atau lebih tepatnya kegiatanku dan juga Vhean. Mimik Yora yang semula terlihat ramah sedikit mengalami perubahan. Memang tidak terlalu terlihat jelas, namun perubahan itu masih sedikit nampak.

“Kamu ngapain jam segini masih diluar Yo?, ini udah malem lho, apa gak takut nanti ada om-om genit yang godain kamu?.”

“Lha aku kan memang sengaja buat keluar jam segini biar nanti ada yang nawar, kan lumayan bisa buat tambahan uang jajan.”

Wiiihh, kalau saja aku punya uang sudah pasti aku yang akan nawar, cuma masalahnya hidupku saja masih numpang dengan Vhean dan Yora. Boro-boro mau nawar, buat makan aja sudah susah.

“Sudah yuk, aku anter pulang saja.” Tawarku kepada Yora.

“Boleh.” Jawabnya singkat.

Kami berjalan beriringan menuju rumah Yora. Tangannya menggenggam erat tanganku. Terbesit dipikiranku lelaki macam apa aku ini, setiap ada tangan yang mendekati selalu saja aku raih. Sepertinya semenjak ledakan hebat beberapa waktu yang lalu peruntunganku sudah banyak berubah. Buktinya dulu aku selalu kesulitan dalam mendekati wanita, namun kali ini sudah ada 2 wanita yang mendekat tanpa harus aku dekati. Ngomong-ngomong tentang ledakan sampai kapan aku harus bertahan ditempat ini. Memang sangat menyenangkan, tapi apa iya keluargaku tidak khawatir. Apalagi aku anak tunggal pewaris keturunan dari ayah dan ibuku. Sepertinya aku harus berpamitan kepada mereka dan berjanji untuk mengunjungi mereka lagi nanti.

Dalam temaram cahaya obor yang menerangi langkah kami. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh sesosok wanita yang sudah berdiri di depan kami. Mataku dan Yora saling tatap tidak percaya dengan apa yang kami lihat. Genggaman tangan yang semula sangat erat langsung dilepaskan oleh Yora. Vhean berdiri tegap di depan kami. Sorot matanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Belum genap 12 jam aku menggenggam tangan Vhean sekarang tangan ini sudah berganti dengan tangan yang lain. Memang lelaki yang beruntung.

“Kalian.”

“Eh tidak Vhe, ini tidak seperti yang kamu lihat.” Jawabku.

“Sepertinya harus kita selesaikan ya Yo.” Ucap Vhean kepada Yora.

“Iya Vhe, sepertinya memang harus kita selesaikan sekarang, lebih baik kita mencari tempat yang lebih lapang.” Jawab Yora kemudian.

Mampus mereka akan menyelesaikan masalah ini dengan cara wanita. Entah cara wanita seperti apa yang akan mereka gunakan. Bisa saling jambak atau mungkin saling maki. Sebelum kejadian itu beneran terjadi sepertinya memang harus segera aku cegah. Karena jika sudah kejadian pasti aku akan kebingungan harus memilih berpihak kepada siapa.

"Ayo Pil jangan ngalamun." Ajak Vhean yang telah lebih dulu melangkahkan kakinya. Entahlah dia mau mengajak aku kemana. Yang pasti tempat ini cukup asing bagiku. Karena sepertinya aku belum pernah menyambangi tempat ini.

Mereka memilih tempat yang agak luas dan mempersilahkan aku duduk dikursi panjang. Lelaki macam apa aku ini yang membiarkan dua orang wanita terlibat perkelahian sedangkan aku hanya duduk manis menikmati tontonan itu. Setelah aku duduk Yora dan Vhean menyusul duduk di samping kanan dan samping kiriku. Masing-masing dari mereka menggenggam tangan jari tangan kanan dan tangan kiri.

“Pil.” Vhean memulai pembicaraan kami.

“Sebenarnya kami bingung harus memulai dari mana, tapi sepertinya ini memang harus segera diselesaikan.”

“Maksudnya?.” Jawabku menimpali pernyataan dari Vhean.

“Aku dan Yora telah jatuh cinta kepada orang yang sama Pil, yaitu kamu, mungkin ada baiknya kamu harus memilih diantara kami berdua.”

Ini adalah sesuatu yang sangat sulit. Seharusnya aku tidak perlu memilih, karena jika keduanya sudah jatuh hati kepadaku dan akupun jatuh hati kepada mereka tentu saja kedua hati dapat bersatu. Dan hal ini akan menghindari adanya salah satu hati yang harus terluka.

“Kenapa aku yang harus memilih?, bukankah disini ada banyak pilihan untuk kalian berdua, bahkan aku hanyalah orang asing yang tiba-tiba datang diantara kalian. Bukankah tidak adil jika aku harus menyakiti salah satu di antara kalian.”

“Sudah Pil jawab saja. Dari awal kami sudah tahu jika harus ada hati yang harus terluka.” Imbuh Yora memotong jawabanku.

“Apakah aku bisa meminta waktu sebentar agar aku bisa bertanya kepada hatiku siapa yang harus aku pilih.”


Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku. Bahkan aku sendiri menjadi bingung sejak kapan aku bisa tiba-tiba paham dengan istilah cinta-cintaan. Karena kehidupan yang aku jalani selama ini tidak pernah sedikitpun mengajari tentang istilah Cinta.

“Kapan kamu bisa menjawabnya Pil?.” Tanya Vhean kembali.

“Sebenarnya aku ingin pulang ke rumah ayahku terlebih dahulu, dan aku janji setelah dari sana aku pasti memilihn di antara kalian.”

“Tapi masalahnya aku tidak tahu jalan menuju pulang kerumahku, bahkan dari kemaren aku cari masih saja tidak ketemu.”

“Baik Pil, biar besok aku yang menunjukan jalanmu untuk pulang. Tetapi kamu harus mau berjanji untuk memilih diantara kami berdua.” Jawab Vhean.

“Tapi Vhe.” Yora berusaha untuk menyanggah penawaran dari Vhean, namun Vhean hanya mengganggukan kepalanya untuk menyakinkan Yora bahwa pilihan yang dibuatnya adalah pilihan yang terbaik.

“Oke Pil, besok pagi kamu aku jemput dirumahmu, jangan sampai kesiangan karena perjalanannya akan sedikit memakan waktu.” Setelah Vhean menyelesaikan penjelasannya kami bertiga lalu membubarkan diri. Vhean dan Yora berjalan kearah rumah mereka sedangkan aku berjalan kerumah singgahku. Entah apa yang akan terjadi besok, tetapi fillingku mengatakan akan terjadi sesuatu yang kurang baik.

***

Keesokan paginya Vhean benar menepati janjinya. Dia datang sendirian ke rumah singgahku. Setelah berbincang beberapa saat Vhean mengajakku untuk memulai perjalanan. Dan sekali lagi kami hanya berjalan kaki. Namun kali ini dia tidak lagi menggandeng tanganku seperti kemaren. Entah hanya perasaanku atau memang benar sepertinya dari tadi ada seseorang yang terus mengikuti kami. Namu setiap aku melihat kebelakang selalu saja jejaknya tidak tampak terlihat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam akhirnya Vhean mengajakku untuk beristirahat terlebih dahulu.

Tempat apa ini, semua orang telanjang tanpa ada rasa malu. Dan lebih hebatnya lagi semua adalah wanita. Jika aku hitung jumlah orang yang mandi disini ada sekitar 8 orang. Semuanya tidak ada yang memakai busana. Dan ketika aku datang dengan Vhean mereka sama sekli tidak ada usaha untuk menutupi tubuh mereka. Baru kali ini aku menemukan tempat seperti ini. Rasanya aku seperti di Surga yang dikelilingi banyak bidadari.

"Ayo mandi dulu Upil." Ajak Vhean

Tentu saja aku masih kebingungan. Bagaimana mungkin aku harus mandi dengan mereka semua. Masa iya aku harus ikut-ikutan tidak berbusana. Bukan masalah aku takut dengan wanita. Tetapi aku kurang nyaman karena Jamur payung yang ada di bawah pusar masih tidak mau tidur dari kemaren. Jika sudah seperti itu siapa yang harus bertanggung jawab.

Dengan santainya Vhean melepas pakaian yang dia pakai. Hanya menyisakan celana dalam berwarna hitam untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Setelah aku perhatikan secara detail ternyata memang sangat mulus. Jika tadi di dalam kamar dia masih memakai kemben, sekarang dadanya sama sekali tidak tertutup oleh sesuatu. Payudara yang sangat indah. Bagian atas terlihat agak kempes tetapi bagian bawah terlihat sangat berisi dengan puting susu yang menyembul sebesar biji melinjo berwarna coklat agak kemerahan.

Belum selesai kekagumanku akan payudara Vhean sekarang dia sudah melepas pakaian terakhir yang menempel di tubuhnya. Seperti gerakan slow motion dia melucuti celana dalam yang dia pakai dan melenggang ke dalam sungai. Dan aku masih belum dapat mengedipkan mataku karena belum percaya dengan apa yang aku lihat. Dia terlalu cepat masuk ke sungai, seharusnya beri aku waktu 3 menit untuk melihat isi dari celana dalam yang tadi dia lepaskan.

"Aku gak usah mandi ya Vhe, biar aku nungguin disini aja, takutnya nanti ada yang ngintip. "

Ketika aku berkata tentang ngintip semua mata langsung tertuju kepadaku. Sepertinya mereka baru saja mendengar sebuah kata yang seharusnya tidak boleh di ucapkan.

"Kamu ikut mandi Pil, karena jika kamu tidak mandi berarti kamu lah pengintipnya."

Baik, aku akan ikut mandi, tapi jangan salahkan jika terjadi sesuatu dengan kalian semua. Aku lepas kaosku dan memperlihatkan badanku yang semi atletis. Tidak kotak-kotak tetapi lonjong dengan pusar yang sedikit menonjol. Seperti clorotis yang berpindah di perut. Jika kalian sudah melihat ini, kalian pasti akan berteriak histeris. Pasti.

Selanjutnya dengan sedikit keraguan aku lepas celana kolor yang masih menutupi bagian bawah dari tubuhku. Dan kini hanya menyisakan sempak merk "Ric Sony" yang memiliki kantong dibagian depan, yang biasa aku gunakan untuk menyimpan uang hasil judi 69. Dan benda ini adalah satu-satunya barang yang aku bawa sebelum aku pingsan karena ledakan dulu.

Sempak kebanggaan dengan sedikit lubang di pantat yang tambah memperlihatkan keseksian tubuhku dan saat ini adalah satu-satunya penghalang mata mereka untuk menikmati keindahan tubuhku. Aku melangkahkan kaki menuju sungai tempat para wanita yang tidak aku tau namanya sedang berendam. Ya benar aku tidak kenal mereka, aku hanya mengenal Vhean, dan mereka sudah melihat aku hampir telanjang. Sungguh tidak sopan memang. Tetapi setelah aku pikir, mungkin cukup adil, karena aku juga bisa melihat mereka telanjang. Bahkan tanpa pakaian sama sekali.

"Stop pil, kamu lepas sempakmu itu atau aku tidak jadi mengantakanmu pulang." Perintah Vhean dari ujung sungai.

Nah lho, sebenarnya bukan masalah jika aku harus telanjang bulat, karena aku yakin kemaluanku ini akan memukau mereka. Tetapi sepertinya kali ini bukan waktu yang tepat jika aku harus melepas sempak yang aku pakai. Karena jika aku melepasnya berarti mereka akan melihat sebuat jamur yang menggelantung seperti belalai gajah. Tidak besar, tetapi memiliki bentuk yang sangat elegan.

Baiklah jika memang Vhean memaksa, dengan sedikit kemaluan aku melepas sempak yang merupakan pelindung terakhir dari penisku. Sebenarnya ingin aku sebut pusaka ini dengan sebutan titit, namun sepertinya tidak sesuai lagi dengan bentuknya yang mulai berubah semenjak pak Mantri memotong ujung kulitnya. Sekarang bentuknya menjadi gahar. Jadi lebih baik aku sebut dengan sebutan penis. Agar terdengar sedikit dewasa.

Penis berwarna hitam dan berbentuk seperti Jamur yang mengkilap berdiri tegak sedikit bengkok ke kiri kini terpampang jelas dihadapan mereka. Yang begoyang ke atas dan ke bawah seirama dengan langkah kakiku menuju aliran sungai. Dan sesekali sang penis menengok ke kanan dan ke kiri memperhatikan 9 wanita yang sudah tidak memakai apa-apa lagi.

Kini cukup sudah tontonan bagi mereka. Aku pikir lebih baik aku berendam di tempat yang agak jauh dari kerumunan para wanita itu. Takutnya semakin aku mendekat, semakin tidak sopan bentuk dari penisku nanti. Karena kalau boleh jujur bentuk penis yang aku miliki dapat menyesuaikan bentuk dan warna sesuai dengan keadaan disekitarnya.

"Upil, sini, kalau kamu masih menjauh lebih baik kamu pulang sendiri saja. " lagi-lagi perintah dari Vhean tidak dapat aku tolak. Mulutnya seperti sihir yang dapat menghipnotis aku untuk selalu menuruti perkataanya. Tanpa disuruh dua kali aku langsung mendekati kerumunan wanita yang sedari tadi asyik bermain air.

Mereka tampak biasa saja dengan kedatanganku, bahkan jika aku perhatikan sama sekali tidak ada yang melirikku. Apa iya mereka tidak tertarik dengan keberadaan Penisku ini, sampai mereka tidak ada yang memperhatikan aku sama sekali. Namun perasaanku masih mengatakan jika ada yang mengawasi aku. Tetapi jika aku sapu pandanganku mengelilingi tempat ini hasilny masih saja nihil tidak menemukan sesuatu.

Sudahlah biarkan saja, kalau memang benar ada yang mengintip anggap saja itu adalah rejeki buat dia. Karena berarti dia bisa menjadi saksi keindahan bentuk dari adek kesayanganku.

Aku mencelupkan seluruh bagian tubuhku ke sungai. Dan berenang mengitari gadis-gadis yang telanjang bulat disekitarku. Andai saja penisku ini dalam keadaan tidur pasti akan sangat terlihat perbedaan saat aku mulai memperhatikan mereka. Namun baru kali ini aku dapat bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada Penisku akhir-akhir ini. Jadi meskipun aku bernafsu melihat mereka tetapi tidak ada perbedaan terhadap bentuk penisku.

Setelah puas berenang mengelilingi para gadis-gadis kali ini aku berenang berputar mengelilingi batu besar yang ada di tengah sungai. Dan mencoba untuk menggunakan gaya punggung. Bentuk penisku yang menjulang berdiri membuat bentukku kali ini terlihat seperti sirip ikan Hiu. Hanya saja jika sirip ikan hiu itu berbentuk pipih maka penisku ini berbentuk bulat lonjong. Dengan gaya punggung aku berenang mendekat kearah Vhean berada. Karena tidak melihat ke arah Vhean maka secara tidak sengaja tanganku menyentuh Payudara milik Vhean.


"Ahhhhh." dan" Plak." Teriaknya saat tanpa sengaja tanganku memegang dadanya. Dengan reflek sebuah tamparan melayang di pipiku. Rasanya lumayan panas, tetapi sepertinya memang aku yang salah. Karena tindakan bodohku. Tapi tidak dapat dipungkiri jika rasanya memang kenyal.

Dan sekali lagi seluruh mata kembali mengarah kepadaku. Namun kali ini bukan lagi tatapan kaget, tetapi mereka menertawakan aku. Haduh bodoh, kembali lagi terlihat kemesumanku. Baru 15 menit yang lalu aku dibuat mau karena penis yang tidak tahu aturan. Kini aku mendapatkan tamparan karena memegang payudara Vhean. Tapi aku rasa tamparan dari Vhean masih setimpallah dengan kekenyalan dari tetek yang "kenyotable" itu.

Hampir 1 jam aku bermain air dengan mereka, dan satu persatu dari mereka sudah menghilang dari sungai ini. Kini yang tersisa tinggal aku dan juga Vhean. Dengan keadaan kami yang sama-sama telanjang rasanya ingin sekali untuk memperkosanya. Apalagi kondisi penisku yang tidak mau menyusut meski kedingingan pasti akan kembali hangat jika aku bisa memasukan ke dalam Vagina Vhean.

Aku kembali berenang dan berusaha menyelam agar tidak terlihat Vhean. Tujuan dari penyelamanku tentu saja untuk melihat vagina Vhean dari jarak yang lebih dekat. Tetapi sepertinya Vhean juga tidak peduli dengan keberadaanku. Buktinya meskipun dari tadi aku selalu menyelam mengelilinginya, tetapi dia tidak pernah sekalipun menegur aku untuk menjauhinya. Dan untuk kali ini sepertinya memang Setan yang akan menang. Terbukti aku dapat mengumpulkan segala keberanianku untuk berenang lebih dekat lagi ke arah Vhean. Setelah Vhean berada di depan mataku, aku beranikan diri untuk memeluknya dari belakang. Dan respon yang aku dapatkan ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Vhean hanya terdiam saat tanganku melingkar didepan perutnya. Merasa tidak mendapatkan penolakan aku lanjutkan dengan ciuman kecil di leher dan daun telinganya. Dan kembali dia hanya terdiam dengan tangannya kini menggenggam kedua tanganku yang ada diperutnya. Badan kami sudah menempel tanpa busana, namun aku masih belum berani melangkah lebih jauh lagi. Satu hal yang aku takuti adalah aku dituduhnya berbuat tidak senonoh.

Saat aku berniat untuk menghentikan tindakanku, Justru Vhean yang memulai lagi dengan gerakan erotis. Dia bergerak seirama aliran sungai yang seperti memberikan alunan musik untuk berbuat lebih. Dia balikan badan sehingga saat ini kami saling tatap.

Entah siapa yang memulai dia memejamkan mata saat bibir kami mulai saling lumat. Bibir sensual seperti bibir ikan yang ternyata rasanya sangat manis. Aku mulai berani memainkan lidahku ke rongga mulutnya. Dan sesekali aku gigit bibir bagian bawahnya.

Masih saja matanya terpejam dengan perlakuanku itu. Entah dia menikmati ciuman kami atau memang dia masih mengantuk karena kurang tidur. Tetapi yang jelas dia terlihat sangat menggoda.

Tanganku mulai berani turun dan mengelus bagian dadanya. Seperti dugaanku di awal dadanya memang pas digenggaman. Aku putar puting susunya searah dengan jarum jam. Seperti sedang mencari siaran Radio.

"Ahhhhh."

Dia melenguh. Dan kali ini aku dapat pastikan suara itu keluar karena dia merasakan kenikmatan bukan kaget karena payudaranya aku sentuh.

Pelan namun pasti lidahku mulai menjilati seluruh bagian wajah dari Vhean. Dan tak lupa aku mainkan bagian belakang telinganya dengan ujung jariku.

Setelah itu jilatanku mulai turun kebagian leher disertai dengan elusan lembut di bagian paha dari Vhean.

"Aahhhh. "

Lagi-lagi hanya desahan yang keluar dari bibir mungilnya. Tanganku terus mengelus paha hingga mencapai pangkal dari bagian itu. Bersih tanpa bulu dan sangat lembab.

Kini tangannya tak lagi pasif. Dia mencoba meraih batang penis yang dari tadi sudah berdiri tegak. Sesekali dia sedikit mengocok batang kemaluanku.

"Aaahhh. " kini giliranku yang melenguh karena tindakannya.

" Sayang pindah atas ya." ajakku pindah ke atas batu ditepi sungai.

Aku rebahkan dia di atas batu dan kembali mengulangi perbuatan kami tadi mulai awal. Kali ini aku ambil sebuah ilalang dan memainkan ilalang itu disetiap jengkal tubuhnya. Dimulai dari bagian telinga aku mainkan ilalang itu memutar sehalus mungkin sambil kupilin puting kanan yang saat ini sudah mengeras.

Ilalang aku gerakan segaris lurus dari telinga melewati leher dan berakhir di dada Vhean. Aku putar sebanyak 3 kali dibagian areola dan masuk keujung puting.

"Geliii Pill. " kembali hanya desahan yang keluar dari mulut Vhean, aku lirik kewajahnya mulutnya sedikit menganga dan matanya terlihat sayu.

Setelah puas bermain di area dada, ilalang aku tarik ke bawah melewati tengah pusar dan berputar kembali ke atas mengelilingi pusar.

Tangan Vhean mulai aktif memainkan Penis diselangkanganku. Sesekali dia meremas batang dan mengelus ujung penisku. Rasanya sungguh tidak dapat aku deskripsikan, namun yang pasti lebih enak dari pada aku memainkan sendiri penisku.

Tubuh Vhean saat ini berebah di atas batu besar, sedangkan aku duduk bersimbuh disamping tubuhnya. Sehingga aku dapat mengexplore seluruh bagian Tubuh dari wanita ini.

Ujung ilalang kini sudah berada di pangkal paha milik Vhean, bergerak naik turun dan berputar dan sesekali aku mainkan di bibir vagina yang berwarna kecoklatan. Hal ini memberikan sensasi yang aku yakin belum pernah dirasakan oleh Vhean. Terbukti mulut Vhean tidak berhenti terus mendesah. Sampai dengan badannya mengejang, pinggulnya tertarik sedikit ke atas serta diikuti dengan lenguhan yang lebih panjang dari sebelumnya.

Vhean mulai mengatur nafasnya. Nafasnya yang sebelumnya tersengal kini sudah mulai teratur. Keringat mengalir dari seluruh badannya.

"Sudah Pil, sekarang giliranku ya yang kasih service ke kamu."

Aku memindahkan posisiku dengan Vhean, saat ini aku yang terlentang diatas batu, sedangkan Vhean duduk disebelahku. Dia memulai dengan menjilat daun telingaku bagian luar, lalu dilanjutkan masuk ke dalam dan sesekali dia hisap daun telingaku. Tangan kirinya memainkan puting susuku, di elus memutar dengan ujung jarinya.

Terasa aliran darahku mengalir kencang sampai ubun-ubun. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini.

Jilatannya turun dari telinga menuju leher, setiap jengkal kulitku terasa basah karena air liurnya. Dan tangan masih saja memainkan puting susuku. Namun kali ini dia tidak hanya mengelus tetapi seperti menggelitik ujung puting dadaku.

"Ohhh. "

Kali ini gantian aku yang dibuatnya tidak berdaya, aku hanya bisa menerima kenyataan bahwa aku sedang mengalami rasa keenakan yang belum pernah aku rasakan.

Lidahnya kini berpindah ke puting susuku, dan tangannya mulai mengelus daerah paha menuju pangkal paha. Rasa geli menjalar dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jilatan demi jilatan kini telah berubah menjadi hisapan. Tangannya yang sebelumnya mengelus pangkal pahaku kini telah berubah menjadi remasan dan sesekali mengocok batang penisku.

Kini kepalanya sudah berada tepat diselakanganku, entah apa yang dia lakukan tetapi rasanya ada benda lunak dan lembab berada di ujung penisku. Dia menjilati ujung penis lalu memasukan seluruh penisku kedalam mulutnya. Kepalanya naik turun seirama dengan rasa nikmat yang ada di penisku. Ketika aku lihat ke bawah, ku lihat mata sayunya coba melirik ke atas dengan mulut yang penuh dengan batang penis.

"Aaaahhh."

Kuluman bibirnya kini terlepas dan kembali berganti dengan jilatan-jilatan kecil yang mengelilingi setiap inchi bagian penis. Terus turun dan sampai tengan tepian anusku. Dan tanpa sedikitpun rasa jijik dia menyapu seluruh bagian anusku dengan jilatan lidahnya. Rasa geli menyebar keseluruh bagian tubuhku. Sensasi yang baru pertama kali ini aku rasakan. Dan membuat aku hampir saja membuat pertahananku bobol.

"Sudah Vhe, nanti aku keluar, kita mulai saja ya." pintaku kepada Vhean.

Vhean yang sepertinya sudah tidak tahan langsung mengambil inisiatif terkentang di atas batu. Kakinya mengangkang membuat bibir kemaluannya terlihat jelas. Aku arahkan ujung penisku kelubang senggama milik Vhean. Namun beberapa kali meleset meskipun lubang itu sudah sangat licin. Mengetahui aku kesulitan untuk memasukan penisku lubang senggamanya. Vhean memegang batang penisku dan mengarahkannya ke bibir senggamanya.

BLESS..

Ujung penisku berhasil masuk ke dalam lubang yang cukup hangat. Setelah terbiasa dengan keadaan lubang itu, aku dorong pinggulku sehingga seluruh batang penis terhisap dalam vagina Vhean.

"Aaaaahhh. " Vhean memekik tertahan

Aku goyangkan pantatku maju mundur seirama dengan goyangan pantat dari Vhean. Sesekali aku berikan sentakan liar sampai ujung penisku mentok di ujung rahimnya. Matanya terpejam dengan mulut yang terus mendesah. Dan kedua tangannya tidak berhenti memutar kedua puting yang berwarna coklat yang ada di dadanya.

"Aaaahhhh, terusss Pilll." Vhean memintaku untuk tidak menghentikan kocokan penisku. Pinggulnya terus berputar memberikan sensasi berbeda pada batang penisku.

Plok... Plok.. Plok...

Aku mempercepat irama kocokanku ke dalam lubang vaginanya. Dan gerakan pinggul Vhean pun semakin liar. Tangannya semakin cepat memainkan puting didadanya. Nafasnya sudah tidak teratur bersamaan dengan desahan yang semakin memanjang. Kini pinggulnya terangkat ke atas dengan bibir vagina yang semakin kuat mencekeram batang penisku. Dan terasa ada cairan yang mengalir dari dalam vaginanya yang membuat penisku terasa semakin hangat. Bersamaan dengan desahan panjang yang dia kaluarkan.

Aku menghentikan kocokan di dalam vagina Vhean. Dan membiarkan Vhean mengatur nafasnya kembali. Setelah nafasnya jembaki teratur, dia meminta aku untuk terletang menggantikan posisinya. Kini dia sudah duduk di atas perutku. Tangannya megarahkan ujung penisku ke bibir vaginanya. Kali ini lebih mudah dari yang pertama karena lubang senggamanya sudah basah. Pinggulnya perlahan mulai digerakan ke kanan dan kekiri. Sesekali diberikan sedikit putaran dengan menggerakannya ke depan dan belakang.

Payudaranya ikut bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya. Vhean membukukkan badannya dan mendekatkan bibirnya ke wajahku. Sambil menaik turunkan pinggulnya, bibirnya memangut bibirku secara perlahan. Lidahnya bermain dirongga mulutku dan sesekali mengajak lidahku untuk berbagi ludah. Tangan kirinya mencoba untuk memainkan clirotisnya sendiri.

Pinggulku bergerak mengimbangi gerakan pinggul milik Vhean, sesekali aku berikan irama cepat yang membuat wajah Vhean seperti terkaget. Ciumannya kini sudah terlepas dari bibirku. Badannya kembali tegak, Dengan terus menggerakkan pinggulnya Vhean berputar sehingga posisinya kini membelakangiku.

Aku mengangkat badanku dengan posisi terduduk dan selakangan kami masih menjadi satu. Tangan kiriku aku gunakan sebagai pijakan badanku agar mampu tetap berdiri, sedangkan tangan kananku mulai meremas payudara Vhean dari belakang dan lidahku sesekali mengecup leher jenjang milik Vhean.

"Lebih kerasss Pil. "

Entah apa yang Vhean maksud, entah memperkeras remasanku atau memperkeras kocokanku. Namun kini keduanya aku lakukan secara bersamaan.

"Aaaaahhhhh, terus Pil, terussss.. Enakkkk.."

Vhean menjerit semakin kencang. Lagi-lagi tubuhnya mengejang dan cairan basah terasa menetes diantara penisku. Sepertinya Vhean sudah 2 kali mencapai orgasme. Sedangkan aku masih belum ada tanda- tanda untuk keluar. Aku membiarkan tubuh Vhean bersandar di tubuhku. Kembali aku memberikan waktu buat dia untuk mengatu nafas.

"Kamu belum keluar Pil?. " tanya Vhean kepadaku. Aku hanya mengangguk mebjawab pertanyaannya.

"Kita coba sambil berdiri ya Pil." Ajak Vhean. Sebenarnya posisi ini adalah posisi favoritku saat bercinta. Karena dengan leluasa aku mampu mengexplore seluruh bagian tu uh milik pasanganku.

Dia turun dari batu tempat kami bercinta. Kedua tangannya berpengan disamping batu untuk menopang badannya. Pantatnya diangkat sedikit ke atas sehingga telihat lubang kemaluan miliknya. Aku mengarahkan ujung penis untuk memasuki bibir Vagina milik Vhean.

BLESS

"Aaaahhhh. " Desahan Vhean kembali terdengar saat Lenisku berhasil masuk dalam lubang Vaginanya. Aku mulai mengocok pelan Penisku dari belakang. Dengan posisi seperti ini tanganku lebih mudah untuk memainkan kedua Puting miliknya. Dan bibirku memberikan ciuman kecil antara leher dan telinga milik Vhean. Sesekali gigitan kecil aku berikan di daun telinganya yang membuat dia merintih tertahan.

Sambil terus memompa penisku dalam vagina, tangan kananku beralih memaikan clirotis milik Vhean sedankan tangan kiriku melingkar diperut Vhean agar Penisku tidak terlepas. Kini desahannya terdengar semakin kencang. Keringat dan air sungai bercampur menjadi satu karena gerakan yang kami lakukan.

Kini kepalanya menoleh kebelakang dan bibirnya kembali mengangut bibirku. Tangannya masih dijadikan topangan agar tubuhnya masih dapat berdiri. Sesekali aku berikan sedikit gigitan dibibir bawahnya. Senada dengan mempercepat kocokan dari batang penisku.

Wajah Vhean kembali menatap kedepan dengan hanya 1 tangan yang saat ini dijadikan topangan untuk berdiri. Sedangkan 1 tangan lagi dia gunakan untuk meremasa Payudaranya.

Aku semakin mempercepat ritme kocokanku. Dengan memberikan 1 kocokan luar dan 1 kocokan dalam. Dengan kocokan ini kali ini Vhean tidak lagi mendesah. Dia menjerit keras menandakan dia keluar lagi. Kali ini aku tidak memberinya ruang untuk istirahat. Aku terus mempercepat irama kocokanku sampai sesuatu sudah terasa di ujung penisku. Aku mencabut Penis dan memasukannya ke dalam mulut Vhean. Dan tanpa diperintah Vhean langsung melahap dan mengocok penisku dengan sangat cepat. Terasa lahar panas akan segera menyembur dan ..


"BOOOMMMM!!!." "

***
Aku terbangun di atas batu besar. Disampingku terdapat sepotong bambu dengan kedua mata ranting yang saling berhadapan dan seekor ikan mujair sebesar 5 jari dengan mulut yang menempel di kepala Penisku serta cairan kental yang masih menetes dari mulutnya.

***
“Saya sudah capek hidup seperti ini terus mbah, masa iya dari lahir gak pernah ngrasain jadi orang kaya, apapun akan saya lakukan mbah, asalkan saya bisa merasakan jadi orang kaya mbah.”

“Kamu yakin dengan apa yang kamu katakana le?.”

“Iya mbah, apapun pasti akan saya lakukan, asalkan saya bisa menjadi kaya.”

“Ya udah, kalau memang kamu mau kaya, besok kamu berjalan ke arah selatan, kamu cari sungai dengan batu besar yang disebelahnya terdapat pohon pisangnya. Kamu cobalah untuk berendam di sungai itu. Jika memang ada rejekimu nanti permintaanmu akan dikabulkan.”

“Baik mbah, terima kasih.”
 
maksud critanya gmana sih, ga mudeng...
Akhirnya ada yang baca cerita ane secara lengkap..

Terima kasih banyak suhu untuk waktunya.. Dan sebenarnya di atas juga udah ane jelasin sih kalau cerita ini gak ada intinya.. Mungkin tadi suhu bacanya kelompatan.. Jadi kalau suhu ngomong gak mudeng.. sama kaya ane sebenarnya juga gak mudeng..

:ampun:
 
Wkwkwk mantap ini. Bikin ngakak. Cerita ngalir enak dibaca.


Idenya keren. Sempet mikir bakal ada twist kalo wanita itu adalah janda ikan danau toba, tapi ternyata twist-nya beda.

Saya seneng karater Yora, feelnya dapet tapi sayang gak ada SS-nya. Memilih Vhean seolah menggabungkan realita dan imajinasi.

Meskipun ceritanya keren banget menurut saya. Mudah mudahan rank-nya di bawah cerita saya. ;):beer:
 
Wkwkwk mantap ini. Bikin ngakak. Cerita ngalir enak dibaca.


Idenya keren. Sempet mikir bakal ada twist kalo wanita itu adalah janda ikan danau toba, tapi ternyata twist-nya beda.

Saya seneng karater Yora, feelnya dapet tapi sayang gak ada SS-nya. Memilih Vhean seolah menggabungkan realita dan imajinasi.

Meskipun ceritanya keren banget menurut saya. Mudah mudahan rank-nya di bawah cerita saya. ;):beer:

Gapapa kalo rank nya dibawah om.
Itu hanya sekedar peringkat saja.
Yang penting, plis, vote lah cerita ini karena TS keselamatannya terancam kalo dapat vote dibawah 200

:pandaketawa:
 
:takut::takut::takut::panlok4::panlok4::panlok4:
:p:p:p:p

Nur = cahaya.
Hadi ( Adi ) = kebaikan

Nur Hadi = cahaya kegelapan ..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd