Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Chapter 11 - Misi Rachel 2

Gue ditarik mendekat ke mandragora, gue digantung di udara dengan posisi kaki kanan di atas, dan kepala gue menghadap ke tanah.

Rachel yang sempat melihatku saat hendak berbelok, dikagetkan olehku karena tiba-tiba menghilang.

Rachel "Ari, kamu dimana? Apa yang terjadi?!" <khawatir>

Setelah berbelok, Rachel kaget melihat gue yang tergantung di udara, dengan kaki kanan terikat oleh tentakel mandragora.

Kedua mandragora nyerang gue dengan tentakel-tentakelnya, tentakel tersebut mencambuk seluruh tubuh gue dari berbagai arah.

Ughh!! Ahhhkkkk!! Gue mencoba untuk melindungi diri dengan menutupi bagian-bagian vital tubuh dengan kedua tangan dan kaki kiriku.

Gue "Brengsek!! Walaupun ga sesakit saat gue dikroyok di training ground. Tapi tetap saja rasa sakitnya sangat menganggu, apalagi gue ga ada niatan untuk mati disini. Gue harus segera mencari celah" <bertahan, berpikir, mencoba mencari celah>

Rachel "Kyaaaaaa!! Mengapa semua ini bisa terjadi?! Tidak... Ari...." <kaget, terjatuh, duduk lemas, menangis>

Gue dikagetkan dengan teriakan Rachel, pikiran gue kacau, satu-satunya yang gue pikirin adalah agar Rachel selamat dari sini.

Gue "Rachel, apa yang kamu lakukan?! Cepat menjauh dari sini! Aku akan baik-baik saja!" <panik, bertahan, teriak>

Rachel "A-aku... Aku tidak akan meninggalkanmu! Aku akan menyelamatkanmu! Ari, tolong bertahanlah. <tersadar, bergegas melawan mandragora dengan tubuh yang ketakutan>

Dengan memberanikan diri, Rachel berlari sambil menahan air matanya mendekati kedua mandragora, dia mencoba memotong tentakel-tentakel yang menyiksa Ari.

Gue "Bodoh! Apa yang kamu lakukan?! Kamu akan menarik perhatian mereka!!" <emosi>

Seperti dugaan gue, tentakel-tentakel yang tadinya sibuk mencambuk gue, tiba-tiba bergerak cepat ke arah Rachel.

Gue "Rachel, awas belakangmu!!!" <teriak>

Rachel "Huh?! Kyaaaaaaa!!!" <menengok kebelakang, kaget>

Rachel diserang oleh mandragora, kedua tanganya terikat ke atas oleh salah satu tentakle mandragora, kemudian tentakel tersebut mengangkat Rachel ke udara.

Hal ini menyebabkan Rachel tidak dapat bergerak, kedua tangannya lemas, genggaman tangannya melonggar, belatinya jatuh ke tanah.

Satu demi satu tentakel yang lainnya menyusul, mengikat kedua kaki Rachel yang berusaha menendang tentakel-tentakel itu menjauh.

Rachel tergantung di udara dengan keadaan seperti huruf Y yang terbalik. Tentakel-tentakel yang lain mendekat ke arah Rachel.

Rachel "Kyaaaa!! Pergi-pergi! Jangan mendekat..!!" <strugle, menangis ketakutan>

Anehnya tentakel-tentakel ini tidak mencambuk Rachel, melainkan melilit tubuh Rachel seolah menggrepe-grepe tubuhnya.

Gue yang awalnya panik dan emosi, kaget melihat keadaan Rachel saat ini. Rachel terlihat sangat erotis, mirip seperti adegan-adegan hentai dengan tentakel yang menggerayangi tubuhnya.

Perlahan tentakel-tentakel itu masuk dari bawah celah pakaian Rachel, melilit dan meremas dada Rachel.

Karena dada Rachel cukup besar, dan lilitan tentakel cukup kuat, tali perekat pelindung dada Rachel putus, pakaian Rachel sobek, payudara Rachel terpampang jelas.

Rachel "Ahh! Ahnnn... Tidak, bajuku!! A-apa yang monster ini lakukan?! Ahhhnn~" <kesakitan, malu, nangis>

Gue "Njiiiiirrrr!! Gede bangettttt!" <kaget dalam hati>

Gue yang terpana ngeliat pemandangan ini, ga bisa menahan gejolak jiwa mudaku, gue konak.

Payudara Rachel bergerak layaknya jelly yang kencang dan kenyal akibat remasan tentakel-tentakel mandragora. Tidak sampai disitu, tentakel-tentakel ini lanjut meremas dada Rachel dan mulai memainkan kedua putingnya.

Kali ini ditambah salah satu tentakel yang masuk dari bawah celana Rachel, tentakel itu tembus ke atas celana Rachel dan melilit pinggangnya, bergerak seolah menggelitiki Rachel.

Rachel "Ahhnnnnnn~ ahhhhh... Tidak.... Jangannnn...." <strugle, malu, nangis>

Tentakel yang melilit pinggang Rachel mulai menampar pantat Rachel yang bulat nan indah.

Gue "Fakkkk!! Hardcore anjinnnnngggg!!! Apa ini musim kawinnya mandragora?!" <kaget dalam hati, terpana, konak>

Rachel "Ahnn... Hentikan!! perasaan apa ini... Aku... Aku ga bisa menahannya.... Ahhhhhhhhnnnnnnnnn~" <malu, nangis, menggeliat>

Rachel menggeliat kejang, kemudian dia berhenti memberontak. Dia menangis, wajahnya menunduk malu, tubuhnya bergetar lemas.

Rachel "Ari.. Tolong selamatkan aku..." <ketakutan, pasrah>

Gue "B-bertahanlah Rachel! Aku akan segera kesana!!" <tersadar, membuka inventory untuk mengambil belati>

Tiba-tiba tentakel yang menampar pantat Rachel barusan, bergerak masuk ke dalam celana Rachel, seolah-olah akan melakukan penetrasi (bersenggama).

Gue berhasil menggunakan belati, gue kaget dan murka dengan situasi ini.

Gue "BAJINGAAAANNN!! BERANI-BERANINYA LOE MAU MENCURI KEPERAWANAN RACHEL DARIKU!!! [Increase Agi]" <menyadari gerakan mandragora, emosi dan merapal dalam hati>

Badan gue diselimuti oleh angin, gue memutus ikatan tentakel yang ada di pergelangan kaki kanan gue. Gue salto dan berhasil mendarat di permukaan tanah dengan selamat, kemudian gue bersiap untuk berlari menyelamatkan Rachel.

Mandragora dikagetkan oleh perbuatan gue, mereka memutuskan untuk meninggalkan Rachel hanya dengan satu tentakel yang mengikat kedua tangan Rachel di udara.

Mandragora meluncurkan serangan bertubi-tubi ke arahku, mencoba untuk menembus tubuhku dan membunuhku dengan tentakel-tentakelnya.

Gue berlari sambil menghindari tentakel-tentakel tersebut. Gue berhasil menghindarinya dengan jarak yang sangat tipis, menyebabkan sayatan-sayatan tipis disekujur tubuhku.

Tentakel-tentakel mandragora meleset dan menembus permukaan tanah, tentakel-tentakel itu tertancap sangat dalam di tanah.

Tanpa memperdulikan rasa sakit ini, gue terus berlari ke arah Rachel, gue melompat, memeluk Rachel yang terbujur lemas, gue potong tentakel yang mengikat kedua tangan Rachel, dan berhasil mendarat dengan selamat.

Gue "Syukurlah gue datang tepat waktu." <lega dalam hati, berhasil menyelamatkan keperawanan Rachel>

Gue "Rachel, maafkan aku.. Tolong bertahanlah.." <menyesal>

Gue menggendong Rachel yang lemas, tidak berdaya berlari ke area selanjutnya.

Karena Mandragora adalah monster pasif, tidak dapat bergerak, dan hanya mengandalkan tentakelnya untuk menyerang, mereka ga bisa mengejarku.

Gue lolos dari monster mandragora, gue mencari spot aman di area selanjutnya, kemudian berstirahat dan menutupi tubuh Rachel dengan mantel novice ku.

Rachel hanya duduk tertunduk menyembunyikan tubuhnya, menangis, ketakutan, sedih dan malu atas kejadian yang menimpanya.

Rachel "Hiks.. Hiks.. A-aku telah ternodai.. Bahkan aku telah melihatkan semuanya ke Ari.." <nangis>

Gue "Rachel.. Maafkan aku.. Seharusnya aku bisa menolongmu lebih cepat..." <menyesal, menghampiri Rachel, mencoba menghibur Rachel, ingin memeluk Rachel>

Rachel "Pergi! Jangan mendekat! Aku.. Aku adalah gadis yang hina! Hiks.. Hiks.." <mendorong Ari, menangis>

Gue "kau adalah gadis yang suci! Kau adalah gadis yang terbaik yang pernah kutemui! Kau adalah bidadariku! Aku mencintaimu Rachel!" <bertahan, memegang kedua bahu Rachel dengan erat, mencoba memeluk Rachel>

Rachel "Hentikan! Aku tidak layak menerima cintamu! Aku.. Aku.. Hiks.. Hiks.." <memukukul dada Ari, mencoba menghentikan pelukan Ari, nangis>

Gue menyesal karena ga datang membantu Rachel lebih awal, gue menyesal telah menikmati kejadian barusan, di lain sisi gue juga kesal melihat tingkah Rachel.

Gue putusin untuk memegang kedua telinga dan kepala Rachel, menengadahkan wajahnya, membuat Rachel untuk melihatku, kemudian gue mencium bibirnya. Mmm...

Rachel "A-ari.. Apa yang kamu.." <kaget, memberontak>

Gue lanjut mencium Rachel hingga Rachel lemas dan terjatuh. Mmmmmmmmmm...

Kami berbaring di tanah, berciuman cukup lama, memaksa lidahku untuk masuk ke mulut Rachel, yang kemudian menari memainkan lidahnya. Rasanya sangat nikmat, sangat manis.

Rachel terbaring lemas, dia sudah tidak memberontak lagi seperti sebelumnya, gue menghentikan ciuman, dan memandang wajah Rachel dengan tatapan yang serius.

Gue "Rachel, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku ingin menikahimu."

Rachel "A-ari.. Aku... Hiks.. Hiks.." <malu, mulai nangis>

Gue "Rachel, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan membuatmu terluka untuk yang kedua kalinya." <memeluk Rachel>

Gue peluk Rachel sembari mencoba untuk menenangkannya, Rachel menangis dipelukkanku.

Setelah cukup lama kami berpelukkan, Rachel sudah kembali tenang, gue mencium kening Rachel, kemudian bangkit untuk duduk di sampingnya. Rachel kemudian menyusul untuk duduk di sampingku.

Gue "Rachel, apa perasaanmu sudah membaik?" <senyum, membelai rambut Rachel>

Rachel "Mm. Makasih Ari. Ahh! Tubuhmu penuh dengan luka, apa kamu baik-baik aja?" <senyum, kaget>

Gue "Aku ga apa-apa kok, cukup dengan meminum potion, aku akan segera pulih. Makasih sudah mengkhawatirkanku Rachel." <senyum, mengambil potion dari tas>

Rachel "Engga, kamu juga harus membasuh seluruh luka-lukamu dengan potion. Sini biar aku bantu." <khawatir>

Gue "Ahhh.. Uhmmm.. Baiklah Rachel, mohon bantuannya." <membuka pakaian, malu>

Rachel membasuh seluruh luka-lukaku, mulai dari punggung, lengan, hingga dadaku. Rachel melakukannya dengan sangat lembut, seolah takut untuk membuatku merasa kesakitan.

Wajahnya yang cantik, khawatir, dan tersipu malu saat membasuh lukaku, membuatku ikut malu untuk memandangnya. Dia benar-benar seperti malaikat, sangat cantik.

Usai merawat luka-lukaku, gue mengenakan kembali pakaian ayah mertua. Suasananya tiba-tiba menjadi agak canggung, gue mencoba untuk membuka topik pembicaraan.

Gue "Rachel, apa kamu haus? Ini minumlah." <memberikan botol minuman dari tas kepada Rachel>

Rachel "Mm. Makasih Ari." <menerima botol minuman, minum, memberikan kembali kepada Ari>

Gue menerima botol minuman dari Rachel, tanpa sadar gue ikut minum dari botol minuman bekas Rachel minum barusan. Entah mengapa wajah Rachel semakin memerah, dia salah tingkah, kemudian menunduk malu.

Gue ketawa lihat tingkah Rachel, dia sangat imut dan lucu. Mungkin dia teringat saat kami berdua saling berciuman? Hehe~

Gue "Hmm.. Kenapa Rachel? Apa kamu ingin aku cium lagi? Haha~" <menggoda Rachel>

Rachel "iiihhh... Apaan sih... Dasar.." <ngambek malu, lalu senyum dan ikut ketawa>

Kami berdua saling bercanda dan tertawa lepas, kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk beristarahat sambil ngobrol hal-hal yang ga begitu penting. Meskipun begitu, ini membuat hati kami sangat senang dan bahagia.

Setelah merasa sudah cukup untuk beristirahat, kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.

Ini adalah area terakhir sebelum menuju reruntuhan gereja tempat Father Rubalkabara berada. Reruntuhan gereja berada di pojok kanan atas area ini, berbeda dengan reruntuhan gereja yang ada di kota Morroc, reruntuhan gereja ini memiliki areanya sendiri seperti yang ada di Ragnarok Online.

Untuk area terakhir ini, bentuknya cukup unik. Kita hanya bisa berjalan turun ke selatan melewati hutan yang cukup curam, setelah itu kita akan mendapati area hijau yang luas, di area itu terdapat beberapa bukit batu yang membagi jalan menjadi 3 bagian.

Menurut gue, jalan yang paling aman adalah jalan bagian atas, karena Choco sering muncul di jalan bagian tengah. Untuk bagian bawah sendiri gue ga begitu merekomendasikannya, selain jaraknya yang terlalu jauh, jalan ini juga sering dilintasi Choco.

Rachel "Apa yang kita lakukan sekarang Ri?"

Gue "seperti biasa, kita tidak akan menghadapi para Yoyo, kita akan mengalihkan perhatian mereka dengan pisang. Setelah kita melewati hutan ini, kita akan mengambil jalan ke arah utara. Jangan khawatir, aku akan memandumu dan aku tidak akan membiarkanmu terluka." <senyum>

Rachel "Mm. Aku percaya padamu. Aku akan mengikutimu Ri." <senyum>

Gue "Mm. Baiklah, kita akan memulainya. [increase agi]" <merapal>

Gue memberikan buff kepada diri sendiri dan Rachel, tubuh kami dikelilingi oleh angin, kami berlari sembari melempari pisang ke seluruh monster yoyo yang kami jumpai sesuai dengan rencana.

30 menit berlalu, kami tiba di pintu gerbang reruntuhan gereja dengan selamat. Kami beruntung bisa tiba disini, persediaan pisang kami sudah habis, dan kami tidak bertemu dengan Choco, sungguh sebuah perjalanan yang melelahkan.
 
gw bukan gamers.....wkwkwkwkwk tapi asyik juga bacanya
 
Chapter 12 - Kenangan Terindah

Waktu menunjukkan siang hari, kami tiba di gerbang reruntuhan gereja. Dari kejauhan nampak seorang pria paruh baya, berambut panjang hingga menutupi matanya, mengenakan pakaian yang sederhana, sedang sibuk bertapa.

Dia bertapa di depan sebuah jembatan yang terbuat dari tumpukkan batu putih yang direkatkan oleh semen, di ujung jembatan terdapat sebuah pemukiman kecil, bangunan-bangunannya lumayan megah, nampak seperti baru saja dibangun.

Rachel "Ah! Bukankah itu Father Rubalkabara? Ari, kita berhasil menemuinya." <senang>

Ari "Wait.. Sepertinya ada yang salah. Woy Author! Loe mabok apa gimana?! Kalau mau bikin cerita itu yang jelas bego! Father Rubalkabara itu ada di ujung map ini! Di map berikutnya itu adalah St. Capitolina Abbey, tempat untuk berubah job menjadi Monk! Tolong jangan misleading reader dan merusak game Ragnarok Online yang gue cintai!"

(Sorry guys, gue sebagai author melakukan kesalahan yang ga bisa dimaafkan. Gue berusaha edit cerita sebelumnya, tetapi gue ga mampu, gue terpaksa sedikit improvisasi cerita yah! Mohon maaf yang sebesar-besarnya, khususnya bagi fans fanatik Ragnarok Online diluar sana.)

Gue "Huh? Apa gue salah ya? Harusnya disini terdapat reruntuhan gereja?" <heran, berpikir dalam hati>

Rachel berlari ke arah Father Rubalkabara, dengan wajah senang dan gembira, Rachel memanggil namanya dari kejauhan.

Rachel "Paman~ Paman Ruka! (Rubalkabara = Ruka)." <berlari, memanggil dari kejauhan>

Gue "Paman? Apa Father Rubalkabara adalah pamannya Rachel?" <bingung>

Father Rubalkabara dikejutkan oleh suara yang terdengar tidak asing sedang menghampirinya, ia berhenti bertapa kemudian berdiri untuk memastikannya.

Father Rubalkabara "Margaretha?! Kakak, apakah kau sudah kembali?!" <mendengar suara Rachel, meneteskan air mata>

Father Rubalkabara dikagetkan dengan kehadiran seorang gadis cantik, mirip sekali dengan kakak perempuannya. Margaretha, seorang pendeta agung yang hilang tanpa kabar sejak 3 tahun yang lalu.

Father Rubalkabara baru sadar bahwa gadis ini adalah keponakannya setelah Rachel berada cukup dekat dengannya. Rachel adalah anak dari kakak perempuannya, Margaretha.

Rachel "Paman Ruka, akhirnya aku berhasil menemuimu!" <memeluk, bahagia>

Father Rubalkabara "Hoho~ rupanya Rachel, keponakanku tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu. Kau sudah tumbuh besar, sangat cantik, mirip seperti ibumu, Margaretha." <mengusap rambut Rachel>

Rachel "Hehe~ makasih paman. Paman, apa kamu merindukan ibukku?" <sedih, khawatir>

Father Rubalkabara "Tentu saja sayang, kau juga merindukannya bukan? Kita cuma bisa berdoa untuk keselamatannya, semoga Margaretha baik-baik saja disana." <tersenyum, menghibur Rachel>

Gue berjalan menghampiri mereka, ikut senang rasanya melihat Rachel bahagia seperti ini. Gue ga nyangka kalau Father Rubalkabara adalah pamannya Rachel.

Father Rubalkabara kaget setelah cukup lama mengamati Rachel dari dekat.

Father Rubalkabara "Sayang, apa yang terjadi dengan pakaianmu?! Kenapa kau mengenakan mantel novice seorang pria?! Astaga, auratmu bisa terlihat jika kau tidak berhati-hati!" <shock, khawatir>

Rachel "Ahh.. Uhmm.. Ceritanya panjang paman. Oh ya, aku berhasil kesini dengan bantuan temanku yang ada disana. Namanya Ari, dia baru saja bergabung menjadi Acolyte di gereja." <menunjuk ke arah Ari yang sedang berjalan mendekat>

Father Rubalkabara "Hooh.. Jadi dia biangkeroknya! Aku akan membuat perhitungan dengannya." <geram, berjalan menemui Ari>

Rachel "T-tunggu paman, paman salah paham!" <mencoba menghentikan Paman Ruka>

Father Rubalkabara "Tenang saja sayang, paman tidak akan membunuhnya." <senyum jahat, melepaskan genggaman Rachel>

Rachel tidak henti-hentinya mencegah kesalahpahaman Paman Ruka. Tetapi karena emosi Paman Ruka sudah meledak-ledak melihat keponakan cantiknya dipermalukan, membuatnya mengacuhkan penjelasan yang diberikan oleh Rachel, dan terus berjalan menemui Ari untuk membuat perhitungan.

Gue "Selamat siang paman~ Eh? Kenapa paman nampak sangat emosi seperti ini? Apa ada yang salah paman?" <ramah, ketakutan>

Father Rubalkabara "PAMAN-PAMAN PALA KAU! APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP RACHEL, KEPONAKANKU TERCINTA HUH?! KENAPA KAU MEMPERMALUKANNYA SEPERTI INI?! AKU MENDAPAT KABAR KALAU KAU SEDIKIT MESUM, AKU TIDAK MENYANGKA PERBUATANMU AKAN BERLEBIHAN SEPERTI INI!!! <memegang kerah Ari, menamparnya berkali-kali>

Plak! Plok! Plak! Plok! Plakkkk!! Father Rubalkabara menampar wajah Ari tanpa ampun.

Gue "Arghh! T-tunggu bapa, bapa salah paham! Ughhh!! Bapa!! Argggggghh!!" <pasrah, kesakitan>

Father Rubalkabara "SALAH PAHAM KAU BILANG?! APA TAMPARAN INI MASIH KURANG?!" <lanjut menampar Ari>

Rachel "PAMAN, TOLONG HENTIKAN!!!" <memeluk Paman Ruka, menariknya untuk segera berhenti>

Father Rubalkabara "SAYANG, APA YANG KAU LAKUKAN? JANGAN MENGHALANGIKU UNTUK MEMBERINYA PELAJARAN." <emosi, tetap menampar Ari>

Rachel "PAMAN, HENTIKAN!! TOLONG DENGARKAN AKU!!! hiks... Hiks... Hiks.." <memeluk paman ruka, menangis>

Mengetahui Rachel mulai menangis, Father Rubalkabara mencoba untuk menahan emosinya dan menghentikkan tamparannya ke Ari.

Karena tangisan Rachel semakin menjadi-jadi, Father Rubalkabara menjadi panik, dan mencoba untuk menenangkan keponakan tercintanya.

Father Rubalkabara "Sayang, kenapa kamu menangis? Lihat, paman sudah melepaskannya. Tolong tersenyumlah sayang." <panik>

Gue jatuh, terduduk, memegang kedua pipiku yang kesakitan, panas oleh tamparan Father Rubalkabara.

Gue "Dasar pendeta brengsek! Aduh.. Duh.. Duh.. Sial, sakit banget tamparan si tua bangka ini!" <kesakitan, emosi dalam hati>

Rachel "Hiks.. Hiks.. Paman jahat! Paman sudah ga peduliin omonganku lagi! Hiks.. Hiks.." <menangis>

Father Rubalkabara "Maafkan paman sayang, paman tadi terbawa emosi." <panik>

Rachel mengacuhkan Paman Ruka, datang menghampiriku dengan keadaan menangis, kemudian memelukku dengan erat.

Rachel "Ari, maafkan aku. Aku ga bisa menghentikkan kesalahpahaman Paman Ruka. Hiks.. Hiks.." <memeluk erat, menangis>

Gue "Ahh.. Ga apa-apa Rachel, aku ngerti. Lagipula, tamparan bapa ga ditujukkan secara serius, jadi aku baik-baik aja." <elus rambut Rachel, ngledek Father Rubalkabara dengan memberikannya victory sign/ peace>

Rachel melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua pipiku dengan wajah yang khawatir dan mata yang lembab usai menangis, masih tampak sedikit air mata di wajahnya.

Rachel "Apa kamu yakin baik-baik aja Ri?" <khawatir>

Gue memegang kedua tangan Rachel, mendekapnya erat dipipiku, gue memasang wajah senang dan bahagia.

Gue "Mm. Hanya dengan sentuhan hangatmu, dan memandangi kecantikkanmu, rasa sakit dipipiku sudah hilang." <senyum, ngegombal>

Rachel terdiam melihatku seperti ini, dia nampak sedikit terpana, wajahnya memerah, dia merasa malu, kemudian menundukkan wajahnya dan mengalihkan pandangannya. Gue cuma tertawa kecil bahagia, melihat tingkah Rachel yang lucu dan imut seperti ini.

Di belakang Rachel, gue melihat Father Rubalkabara terbakar api cemburu, gue hanya memberikan sedikit senyuman kemenangan dengan maksud untuk ngeledeknya.

Father Rubalkabara "Dasar anak ga tau malu! Berani-beraninya bermesraan dengan keponakanku tercinta dihadapanku!!" <emosi dalam hati>

Akhirnya kami duduk bertiga. Dengan posisi Rachel berada di tengah, Rachel menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi kepada Paman Ruka. Gue ga nyangka kalau Rachel hanya menceritakan semua kebaikan yang gue lakuin, hal ini ia lakukan agar Paman Ruka tidak marah lagi ke gue.

Father Rubalkabara "Lalu, mengapa kau tidak memberikan pakaian novicemu pada Rachel untuk sementara waktu nak? Kok malah cuma memberikan mantelmu?" <bingung>

Rachel ikut bingung mendengar pertanyaan Paman Ruka, dia melihatku dengan tatapan tajamnya yang nampak sedikit ngambek seolah ingin mencari tau kebenarannya.

Gue "Uhuk! Uhmmm.. Awalnya saya ingin melakukan seperti itu bapa, tetapi seperti yang bapa tau, pakaian noviceku tidak mungkin bisa Rachel kenakan." <bermain mata dengan Father Rubalkabara, melirik payudara Rachel>

Father Rubalkabara "Uhum! Ya.. Sepertinya memang sulit. Maaf atas perilakuku barusan ya nak Ari." <paham>

Rachel "Eh?! Apa badanku sebesar itu...?" <bingung, sedih>

Gue "Maaf bapa, bukankah seharusnya disini ada reruntuhan gereja?" <mengganti topik>

Father Rubalkabara "Ya, dulu memang ada, dan aku bertugas untuk menjaganya disini. Tetapi semenjak kedatangan pendeta monk, kami berhasil merevitalisasi gereja tersebut. Seperti yang bisa kita lihat, area disana dulunya adalah area reruntuhan gereja, tempat itu sekarang sudah menjadi jauh lebih baik, sangat terawat, dan sudah ditunjuk menjadi tempat perekrutan Monk oleh Raja Rune-Midgarts." <menunjuk ke arah St. Capitolina Abbey>

Rachel "Lalu bagaimana denganmu paman? Apa paman tidak ingin kembali ke Prontera?" <khawatir>

Father Rubalkabara "Tentu saja aku sangat menginginkannya sayang, tapi ini sudah menjadi tugasku untuk membimbing anak-anakku dalam perekrutan menjadi Acolyte. Jadi aku memutuskan untuk tinggal disini." <senyum, mengusap rambut Rachel>

Tiba-tiba terdengar suara dari arah perut Rachel. Kriuuuukkk~

Rachel "M-maafkan aku..." <merunduk malu>

Spontan gue dan Father Rubalkabara tertawa melihat Rachel. Hahaha~

Father Rubalkabara "Sepertinya sudah waktunya makan siang eh? Kalau begitu, ayo kita selesaikan pemberkatan ini dengan cepat. Aku tak ingin melihat keponakanku yang cantik kelaparan. Haha~"

Gue "Oh! Bagaimana kalau kita makan siang bersama-sama? Kebetulan saya membawa daging lunatic. Apa bapa keberatan jika kami baberque-an disini?"

Rachel "Iya paman, ayo gabung makan siang bersama kami."

Father Rubalkabara "Tidak, terima kasih. Tolong simpan saja untuk makan siang di rumah. Aku sedang berpuasa, lagipula itu juga tidak mungkin kalian lakukan disini. Kalian tahu, diseberang adalah tempat para Monk berkumpul, mereka para Monk melatih fisik dan mental mereka dari segala nikmat duniawi, tentu saja itu termasuk makanan. Bisa tambah panjang urusannya jika kalian membuat keributan disini." <senyum khawatir>

Rachel "Ahh.. Kami paham paman. Maaf atas tindakan kami yang lancang."

Father Rubalkabara "tidak apa-apa sayang. Sekarang waktunya pemberkatan. Tolong basuh wajahmu dengan air suci ini, air ini berasal dari sumur reruntuhan gereja, kemudian tolong berikan surat pemberkatan ini kepada Father Mareusis ya sayang." <menyerahkan surat pemberkatan kepada Rachel, bersiap menuangkan air suci>

Rachel "Baik paman." <menerima surat pemberkatan, menyerahkannya ke Ari>

Father Rubalbakara menuangkan air suci pada Rachel, Rachel mewadahi airnya dengan tangan, kemudian menggunakan air suci untuk membasuh wajahnya.

Cahaya keemasan berbentuk bola muncul mengelilingi kami, membuat lingkaran dengan jangkauan yang sangat luas, bola tersebut berterbangan ke langit dan menghilang setelah Rachel menyelesaikan pemberkatannya.

Gue "Bukankah seharusnya bapa mendoakan Rachel?" <heran>

Father Rubalkabara "Tentu saja aku sudah melakukannya. Selama setahun ini, aku menunggu kedatangan Rachel sembari memanjatkan doaku kepada Tuhan untuk memberikan air ini manfaat yang luar biasa jika digunakan oleh Rachel suatu saat nanti. Dan sekarang, aku harap Rachel telah menerima manfaat tersebut." <senyum>

Gue kaget dan terpana melihat Rachel.

Wajah Rachel menjadi tambah cantik, Rachel tersenyum bahagia, Air matanya menetes membasahi kulit putihnya bagaikan mutiara yang bersinar terang, Rachel merasakan kehangatan yang selama ini ia rindukan, semua kenangan indah tentang kedua orangtuanya mengalir di pikirannya, Rachel seolah-olah melihat sosok kedua orangtuanya sedang memeluk erat tubuhnya, memberikan tatapan dan senyuman yang hangat, dipenuhi dengan kasih sayang.

Rachel "Terima kasih.. Ayah.. Ibu.."
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd