Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mengabulkan permintaan kharinka di thread baru?

  • Iya

    Votes: 127 59,9%
  • Nggak usah.

    Votes: 85 40,1%

  • Total voters
    212
Bimabet
http://www.imagebam.com/image/994418941067154

(BELLARISA GHIANA "BELLA")


Part 15; Sakti, Jangan!

Beberapa minggu sebelum aku berhenti kuliah.

Aku yang siang ini nggak ada jadwal kuliah, masih harus ngadepin terik siang ibukota ini. Iya, selain kuliah, aku punya tugas baru. Nganter Nina, ke tempat kuliahnya, yang tempatku kuliah juga dan bakal aku tinggalin itu.

Hubungan aku sama Nina setelah dongengnya soal 'skandal' nya sama Lintang, makin baik, dan makin deket. Malah Nina kadang suka pindah dari kamar Ka Rere dan tidur di kamarku. Lebih nyambung kalo ngobrol sama Ka Sakti.

Iya, lebih nyambung. Tapi kan nggak dengan bangunin pake cara gila itu terus tiap pagi kan, Nina? Gimana enggak, beberapa kali aku harus bangun dengan kondisi kontol yang udah ada di dalem mulutnya, atau lidahnya yang ngegerayangin leher-muka-telinga aku. Nakal banget, kan?

Tapi sejauh ini, kita belum ada penetrasi. Kenapa? Karna entah emang dia yang iseng atau apa, selalu ninggalin aku ngegantung dengan kondisi sperma yang hampir muncrat.

Sialan emang.

Nah, sampe juga. Aku gak masuk ke dalem, cuma ngedrop Nina di depan gerbang kampus, terus balik lagi ke rumah.

Sampe di rumah dan duduk di sofa ruang tamu, Mama pulang dari rumah Tante Sofia, adek kandung almarhum Papa yang tinggal di Jagakarsa.

Hmm, Tante Sofia. Udah berapa lama ya gak ketemu dia? Mungkin nanti kalo Mama kesana lagi, aku harus ikut kali ya...

Ka Rere masih di butik, Nina ngampus. Otomatis, dirumah hanya aku berdua sama Mama.

"Ma, Sakti mau ngomong..." ucapku

Mama bukannya duduk di sofa, malah ngelengos ke arah kamarnya

"Di kamar aja ya, Sayang. Mama mau istirahat, capek."

Akupun ngekorin Mama, masuk ke dalem kamarnya tanpa nutup pintu. Terus Mama masuk ke dalem kamar mandinya. Di rumah ini cuma ada dua kamar mandi. Di dalem kamar Mama, sama kamar mandi luar yang ada di deket dapur.

Aku ngerangkak di atas kasur dan terlentang, numpuin kaki kanan diatas kaki kiri, nunggu Mama yang kayaknya lagi ganti baju atau entah ngapain, sambil nyimak grup chat yang isinya cuama Aku, Setyo, Kharinka, Tiara dan Wina.

Wina udah jarang nimbrung setelah dia jadian sama Galih. Untungnya, aku dan yang lain bukan tipikal temen yang suka ngatur atau terlalu maksain kehendak. Kalo Wina sibuk, apapun kesibukannya, asal dia bahagia sama kesibukannya itu, ya kita ngedukung.

****

Lagi asik baca chat grup, aku ngerasa ada yang ngerangkak di kasur. Mama. Ngerangkak ke sebelahku dan ikutan tidur.

"Mau ngomongin apa, Sakti?" tanya Mama terus ngeraih guling dan meluk guling itu sambil menghadapku.

"Iya, soal Sakti mau berenti kuliah, Ma." kataku

"Ya terserah, Sakti. Mama selalu dukung kemauan Sakti. Tapi, Sakti udah pikirin mateng - mateng kan?" tanya Mama

"Iya, Ma. Sakti udah pikirin kok pilihan Sakti..." kemudian tiba - tiba dengan sorot mata Mama yang teduh itu, Mama gerakin tangannya, ke kepalaku, ngelus rambutku, kemudian pindah ke pipi kananku.

"Sakti, inget ya... Apapun pilihan kamu, Mama selalu doain yang terbaik buat kamu, buat anak - anak Mama. Dan lagipula, Mama udah makin tua. Bentar lagi juga Mama cuma bisa tidur di kasur, dan susah kemana - mana. Dan kalo itu terjadi, Mama berharap kamu, sama Ka Rere, udah bisa mandiri. Bisa ngurus kebutuhan kalian sendiri. Nggak lagi bergantung sama Mama. Tugas kamu cuma itu, beda sama Ka Rere... Mama udah minta - minta cucu ke dia... Hahaha," ucap Mama panjang lebar.

Kemudian Mama nyingkirin guling yang sedari tadi dia peluk, "Sini deketan... Mama mau meluk anak kesayangan Mama..." akupun bergeser, mendekati Mama. Tangan kanan Mama meluk dadaku, wajahnya tepat disamping kepalaku yang menghadap langit - langit kamar.

"Makasih banyak ya, Ma... Eh tapi, biarpun udah tua, Mama tetep cantik kok..." pujiku, tulus kok ini. Nggak ada maksut apa - apa. Hmm...

"Oh, jadi Mama digombalin anaknya sendiri? Oke... Oke..." jawab Mama ringan lalu tertawa lembut

"Seriusan, Maaaa..." aku membalikan badanku, dan disitulah aku tersadar. Karna tadi Mama memeluk guling, aku nggak bisa ngelihat pakaian apa yang Mama kenakan. Sebenernya udah biasa sih aku lihat Mama pakai tanktop satin warna abu - abu ini, yang belahan dadanya rendah banget. Tapi itu di kondisi dia juga pake bra di dalemnya. Nggak kaya sekarang.

Aduh, Ma.

"Ma..." gumamku pelan

"Hmm?" jawab Mama

"Ngg... Nggak. Gapapa kok, Ma." yah, ilah...

"Hihi..."

"Lah, kok ketawa, Ma?"

"Lagian, kamu ya... Gapapa sih gapapa. Matanya itu, loh..."

"Siapa suruh... Nggak pake... Hmm..."

"Nggak pake bra?" tanya Mama, menebak tepat kata yang belum terlontar dari mulutku

"I-iya... Ehehe..."

"Emang kamunya aja yang mesum. Udah ah. Mama tidur. Kamu masih mau disini?" tanya Mama.

"Iyalah... Pemandangannya lagi bagus sih, jadi betah deh, ehehe~"

Kemudian Mama ngeraih guling yang tadi dia peluk, dan langsung meluk guling itu lagi, ngalangin pemandangan yang kumaksut barusan. Hhhh.

"Yah, Mamaaaa..." rajukku

"Mamanya sendiri lho ini, mesum dasar..." ucap Mama lalu terkikik geli.

"Ehehe... Yaudah, aku ikutan tidur. Dah, Mama tidur aja. Ehehehe, nah, merem aja, ehehe..." ucapku sambil terkekeh - kekeh

"Halah, ga yakin Mama kamu bakal beneran tidur." balas Mama sambil memejamkan matanya.

Yaiyalah, Sakti mana bisa tidur kalo lagi konak begini, Ma!

"Bisa kok. Seriusan, deh. Yaudah, Sakti tidur ah... Tapi, sambil meluk Mama, ya... Ehehe..." lalu aku mengecup singkat pipi kiri Mama, menyelipkan tanganku diantara perut dan guling yang menindihnya.

"Meluk aja. Jangan aneh - aneh." ucap Mama masih dengan mata yang terpejam.

Sejenak aku mikir. Ini ibu kandungku, wanita yang dengan sabarnya 'mengerami' ku selama sembilan bulan di dalam perutnya hingga aku 'menetas'. Aku berusaha mengusir pikiran - pikiran ngaco yang timbul. Hus. Jauh - jauh sana. Jangan balik lagi.

Eh tapi kayaknya toket Mama masih kenceng juga ya... Masa sih? Coba digrepe dulu, coba...

Eh jangan! Gila lu. Emak sendiri ini!

Ya kan grepe doang, ga sampe nganu - nganu...

Jangan lah! Tetep aja, gak boleh. Tapi, beneran kan cuma grepe doang?

Iya, grepe doang.

Yaudah, yuk kita grepe.

Sial. Segala pikiran 'positif' ku seperti bersekongkol dengan sisi negatif, membuatku menggerakkan telapakku, dari perut Mama, merayap perlahan naik menuju payudara Mama.

Setelah sampai pada tujuannya, aku hanya mendiamkan telapakku, menunggu apa Mama udah tidur, atau belum. Dan kayaknya udah, siplah, penggrepean harus segera dilaksanakan.

Dengan gerakan samar, aku meremas pelan payudara kiri Mama, sedikit - sedikit aku merasakan pentil Mama dibalik tanktop satin tipis berwarna abu - abu yang ia kenakan tanpa penghalang apapun lagi di dalamnya.

Dibawah sana, Sakti Jr menyesaki celana dalamku, menegang penuh menuntut penuntasan dan pertanggung jawaban.

Sabar yak, Sakti Jr.

Mama masih nggak ngerespon remasanku, akupun melanjutkan remasan - remasanku.

Baru saja hendak menyelipkan tangangku melalui celah atas belahan dada tanktop satin itu, Mama tiba - tiba bersuara.

"Kalo udah selesai, tidur ya sayang." ucap Mama.

Eh?

Selesai apa nih? Haduh...

"Gulingnya Sakti pinggirin ya, Ma..."

"Hmm... Terus Mama meluk apa dong... Tuh, kan Mama kapan tidurnya, Sakti?" ucap Mama dengan suara yang lembut, nggak ada kemarahan dari nada suaranya. Masih seperti biasa.

"Peluk Sakti aja, Ma..." balasku

"Yee, maunya kamu itumah. Tapi yaudah deh, sini sayang, tidur ya... Mama capek..." emang sih tadi pas baru pulang, aku liat muka Mama yang emang kelelahan. Tapi mungkin pas di kamar mandi tadi, Mama udah cuci mukanya pake sabun khusus wajah. Jadi sekarang nggak terlalu kelihatan guratan - guratan capek yang sebelumnya ada di wajahnya.

"Eh, gak gitu meluknya, nih... Nah gini, sip... Yaudah, selamat tidur mama." kataku setelah memposisikan lengan kirinya memeluk kepalaku, kini kepalaku menindih lengan bagian atas Mama, yang otimatis membuat aroma khas ketiak Mama tercium, dan wangi banget. Bukan wangi deodoran. Bener - bener wangi yang Mama banget lah.

Alih - alih memeluk tubuhku, kini justru aku yang terlihat seperti memeluknya. Tubuhku menghadap badannya yang masih terlentang, aku menumpukan kaki kiriku diatas paha kiri Mama, dengan tangan kiriku yang masih menggerayangi payudara Mama dari luar tanktop satin nya.

"Ma..."

"Hmmm."

"Sakti mau ngomong..."

"Sakti mau ngomong? Mama mau tidur."

"Oh iya, yaudah Mama tidur aja. Sakti sambil ngomong."

"Ya mana bisa tidur dong, sayang..."

"Yaudah, Sakti gak jadi ngomong..."

Mama nggak ngebales ucapanku lagi, berusaha tidur mungkin. Jahat banget nih, Sakti. Emaknya mau tidur juga.

"Nggak jadi ngomong, tapi ngeremesin tete Mama ya sama juga boong," ucap Mama

"Bandel." lanjutnya tanpa berusaha menghentikan remasanku.

"Biarin." kemudian aku menelusupkan tangan kiriku dari bagian bawah tanktop satin nya, merambat naik menuju toket entah yang sebelah mana. Sebelah kiri yang terjangkau, ternyata. Masih empuk. Bener - bener empuk. Diadu sama kasurku juga masih empukan toket Mama. Hehehe~

"Ngh..." terdengar lenguhan keluar dari mulut Mama.

"Mama kenapa ga larang Sakti?" tanyaku seiring remasan telapak tanganku

"Hmm.. Yaudah... Keluarin tangannya dari situ... Jangan diremes lagi... shh..."

"Gakmau." balasku singkat

"Nah, yaudah. Terusinhh..."

"Haha... Mama aneh banget sih... Tapi Sakti sayang." lalu aku ngecup pipi Mama, matanya kini terbuka, menatapku sendu. Bibirnya merekah, seperti memberiku kode agar juga mengecup bagian itu. Oke.

"Mchh." kecupku, lalu memandang wajahnya.

"Jangan sibuk - sibuk banget lagi ya, Ma..."

"Iya, sayang... Cium.. Shh... Cium Mama..." ucap Mama pelan

Lalu aku bergerak ke atas tubuh Mama tanpa langsung menindihnya, menyium bibir Mama yang sepertinya sudah terbakar nafsu.

Beberapa menit kemudian, setelah asik mencium dan memagut bibir Mama yang entah mengapa terasa manis di lidahku itu, sambil menindihnya aku mencumbui leher Mama, menyusuri tiap jengkal jenjang lehernya dengan bibir dan lidahku. Harum. Entah bagian mana di tubuh Mama yang nggak harum. Kayaknya hampir semuanya harum. Iya, hamppir semua. Bagian bawah tubuhnya belum dipetualangi hidung dan lidahku, soalnya. Ehehehe.

"Sakit... Jangan digesek gitu... Jeans kamu kasar..." lenguh Mama yang merasakan gesekan kasar celana jeansku di selangkangannya, akupun baru menyadari bahwa celana super pendek yang juga berbahan satin yang Mama pakai ini tipis sekali, walau sorotan lampu kamar nggak bisa menerawangi apa yang ada di dalamnya. Akupun memelorotkan celanaku sambil tetap menindihnya.

"Mama bilang... Jangan digesek.. Bukan berarti... nghh... Mama ngizinin kamu buka celana kamu... Uh..." lirih Mama sambil melenguh menerima jilatan yang kembali kulakukan di lehernya

"Kan biar nggak sakit, Ma..." balasku lalu ketika sukses celana jeansku terlepas dari kedua tungkai kakiku, aku menggerakan lidahku turun menuju dadanya

"Kamu... Nggak ada niat... Ahh... Sakti... Kamu ngga ada niat buat nyetubuhin Mama kan, sayang? Inget... Ya... Kayak gini aja... Udah salah... Ah..."

"Biar salahnya nggak nanggung. Salah, salah sekalian... Ehehehe..." jawabku kurang ajar lalu terkekeh.

"Yaampun, Sakti... Sejak kapan kamu jadi bandel gini sih, Sayang..." desah Mama pasrah.

Dengan hanya dibalut celana dalam, aku gesek - gesek lagi selangkanganku di selangkangan Mama. Badan Mama semakin ngegeliat nerima rangsangan dari beberapa titik yang aku lakukan.

Kuping, payudara sebelah kanan, dan stimulasi nggak langsung yang terjadi di selangkangan kita berdua.

Tangan kiriku yang tadinya terus - terusan menstimulasi payudaranya, merayap turun nembus celah celana pendek satin berkaret yang dia pake.

Dan seketika itu pula telapak tanganku disambut hangat sama pubis tipis ya, perlahan merayap lagi dan sampe di tujuan. Klitoris Mama.

"Kyah... Aduh... Yaampun-yaampun-yaampun..." racau Mama nggak jelas akibat kejahilan jari tengahku yang muntir - muntir klitorisnya.

"Sakti gila! *Magut bibir aku* Mamanya sendiri dicabulin! *Magut bibir aku* Ini tindak asusila! *magut bibir aku* Akan saya laporkan perkosaan ini! *magut bibir aku*"

Aku cuma terkekeh geli denger racauan ngaco nya itu. Entah udah ada di level ke berapa birahi Mamaku ini, yang pasti sekarang, tangannya udah sukses genggem Sakti Jr dari balik celana dalam gue.

"Buka celana dalem Mama, Sayang... Bugilin... Telanjangin... Apa - apain... Ya ampun, Saktiiiii" Apa - apain apaan sih, Ma?

Geliatan badan Mama makin liar, mungkin dia udah mau orgasme, maka sekarang dua jari tanganku, aku paksa mask ke dalem kelaminnya yang ternyata emang masih rapet ini. Ini jari, dua biji. Gimana kalo pake kontol aku? Yang diameternya bisa tiga jari?

Gak seperti biasanya aku yang selalu kayak menggebu - gebu, dengan sabar, aku ngeksplorasi tiap jengkal badan Mama, tiap inchi, sebisa mungkin gak ada yang dilewatin lidah gue ini.

Dan dari puting sebelah kanan payudara Mama, lidah gue ngerayap turun perlahan sampe lobang pusar dan turun lagi di pemberhentian terakhir; Va-gi-na.

Sambil masukin dua jari, jari tengah dan jari manis, aku cuil - cuil klitorisnya pake ujung lidah. Ngehisap klitoris itu dan ngecuil - cuil benda itu lagi sampe akhirnya badan Mama ngegeliat liar kayak cacing di taburin garem, dan terus tiba - tiba kaku kayak mannekin.

"NGHHHH!" lenguh Mama, orgasm. Kemudian badan Mama melemas terlentang, dengus nafasnya menyiratkan kelegaan.

"Gantian. Sini..." ucap Mama pelan.

"Mama lemes gitu, istirahat aja dulu, Ma." balasku

"Gakpapa, sini, Mama sambil tiduran, Sayang..."

Agak nggak tega. Mama yang udah lemes kecapean gitu sebelum aku cabulin ini, makin tambah lemes setelah dia orgasme tadi. Jadi mungkin aku harus ngasih jeda, sampe energinya balik lagi. At least, berkurang lah capeknya.

"Gak apa - apa, Sayang." ucapnya dengan mata yang sendu.

"Yaudah deh kalo enggak peluk Mama lagi sini,"

Akupun meluk dia dengan posisi menindih badannya. Kepala kita berdua bersamping - sampingan. Dengus nafasnya kerasa jelas di cuping telingaku. Dan lagi, aroma lehernya ngebangkitin nafsuku yang emang udah bangkit dari tadi. Sekarang ini ya bangkitnya bangkit lah, bangkit banget pokoknya.

Setelah genggaman tangan Mama kelepas pasca orgasme yang dia rasain tadi, Mama kembali genggam Sakti Jr. Nggak dikocok, tapi diarahin ke lobang vaginanya.

"Hmm... Ma?"

"Ngh... Ya, sayang?"

"Maaf ya?"

"Maaf kenapa?"

"Ya Sakti, udah gini ke Mama..."

"Gak apa apa, Sayang. Mama seneng kok. Sebisa mungkin apapun yang bikin Sakti bahagia, Mama selalu usahain itu. Termasuk ini..."

"Hmm, makasih ya, Ma... Sakti dorong, ya?" izinku

"Pelan - pelan, Sakti..." Mama memperingatkan. Mungkin dia nyadarin kalo ukuran tiang pancangku terlalu besar buat dimasukin ke kelaminnya.

"Iya, Ma..." dan akupun ngedorong Sakti Jr, yang perlahan menyeruak masuk ke dalam lubang dimana kepala dan badanku pernah keluar dari sana.

"Ngh... Ya... Terus... Ah... Mentok, Sakti... Jangan didorong lagi..."

"Ah... Sakti... Anak kesayangan Mama... Sini, sayang... Cium Mama..." lanjut Mama.

Akupun menuruti, kembali menindihnya setelah tadi menopang kedua tanganku di samping kiri dan kanan badan Mama.

Mama ngerangkul leherku dengan kedua tangannya, mengelus pipi kiri kananku, kedua telingaku, dan rambutku.

"Cepetin, Sakti... Harder... Ugh.."

"Iya, Ma... Hgh... Ahh... Mama jangan sibuk lagi... Temenin Sakti... Ah..."

"Iya, sayangg... Duh... Gede... Saktiiiiii..."

'Plok! Plok! Plok!' suara tumbukan selangkanganku dan selangkangan Mama mengeras seiringnya kenaikan tempo gerakan maju mundur catik yang dilakukan Sakti Jr.

Dan beberapa saat kemudian yang kudengar adalah suara pekikan nikmat yang keluar dari mulutnya.

Setelah memeluk Mama dalam kondisi menindih, aku memutar badan, membalikan posisi hingga sekarang Mama lah yang berada diatasku.

Mama yang mengerti kemauanku, bergerak maju mundur dengan perlahan, kemudian menurun - naikkan pinggunya, maju mundur lagi, naik turunin pinggulnya lagi, begitu terus sampe akhirnnya goyangan Mama meliar, dan lagi - lagi orgasme juga aku yang tak lama kemudian menyusul, menyemburkan cairan - cairan mani ke dalam rahimnya.

Seketika kita berdua terdiam, menikmati saat - saat melemasnya seluruh persendian.

"EHEM!" sedang asik - asiknya tenggelam dalam.pikiran masing - masing, aku dikagetkan sama suara yang tiba - tiba terdengar dari pintu.

Kak Rere.

Bukannya keluar dan nutup pintu yang tololnya lupa aku tutup itu tadi. Rere malah jalan ke arah kasur, dimana aku sama Mama masih bertindih - tindihan.

"Ada yang lagi sibuk nih kayaknya..."

"Ikutan sibuk, ah..." lanjut Rere lalu sebelum naik ke atas kasur, Ka Rere ngelepas semua kain yang ada di badannya dan ngerangkak naik ke atas kasur.

Shit.

Dan kelakuan Ka Rere itu sukses ngebankitin Sakti Jr yang tadi melemas lelah.

Bersambung.
 
Wuih bener tebakan ane, akhirnya ngeseks pertama Sakti dengan Bela dan Rere terbuka di part 15. Nina bakalan menyusul gak ya?
 
Cerita yg menarik, cuma sayang tokoh utama ny jiwa pecundang, cuma bisa dapat bekasan dari yg lain, tapi gimana pun itu di tunggu next ny gan..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
sip terusin...tapi jangan ada lintangnya....ngrusak moodku aja kalau semua sama lintang...
 
Bimabet
Sudah menunjukkan tanda2 kesaktian,, walaupun masih kalah sakti dari Lintang.. :papi:
:coli:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd