Marucil
Tukang Semprot
Secret and Desire
Chapter 19
MENJAGA KESEIMBANGAN
Chapter 19
MENJAGA KESEIMBANGAN
Akhirnya para ahli itu telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Sesuai janji seluruh perbaikan itu rampung pada dua minggu saja. Meski nantinya mereka akan kembali untuk melakukan sentuhan terakhir, tapi paling tidak Patricia bisa sedikit bernafas lega. Pada akhirnya ia bisa merasakan ketenangan, merasakan kesendirian yang sangat ia idamkan. Sebuah alasan yang membuatnya pindah kesini. Apa lagi kalau bukan Sepi.
Jauh dari keramaian ibu kota, jauh dari kebisingan metropolitan dan jauh dari pekiknya suara manusia. Perfect. Hunian yang akan di idamkan oleh jutaan manusia dimana pun. Hidup ditengah kota namun tetap merasakan sepinya belantara.
Patricia hampir setengah abad hidup di dunia ini, menjadikannya wajar ia sangat ingin hidup tenang. Namun bukan hidup tenang seperti yang sudah dilakukan sang Ayah. Ia tetap membutuhkan bingar ini karena separuh kehidupannya berjalan di sini. Patricia belum bisa lepas sepenuhnya dari ini.
Ditengah semua kesibukan yang dijalaninya, ada dua hal yang membuatnya bisa terlepas dari semua kepenatan itu, Yoga dan Sex. Seperti yin dan yang semuanya berjalan seimbang. Yoga menjadikan dirinya tenang secara spiritual dan seks menjadikannya damai dalam menjalani sisa hidupnya.
~~~ Secret and Desire ~~~
Hampir 2 jam Patricia bersimpuh diatas matras ditemani dengan lembutnya gemericik air dihadaannya. Melupakan sejenak tentang kerja, tentang dia dan tentang kamu dan tentang kalian semua. Sukmanya seolah terlepas dari raganya saat ini. Tenang dan menyenangkan.
“Hmmmmmmmmm Hmmmmmmmrrhhhhhh” Rama mengeluarkan suara gemuruh dari bibirnya yang mengatup.
Ia lantas menggerakkan kedua lengannya yang ia tangkup yang perlahan mengeluarkan asap yang berasal dari sebuah pod yang ia sembunyikan di dalamnya. Ia seolah menunjukkan bahwa ia mampu memusatkan konsentrasinya hingga bisa memuncul kan asap dari kepalan tangannya.
“Huufff ... saya sangat senang kamu akhirnya mau menemaniku yoga, tapi ujung – ujungnya kamu cuma menggangguku.”
“He he he he .... Lagian ... kamu ngapain sih ngajak aku beginian. Kamu kan tahu aku gak pernah betah ngelakuin kayak gini.”
“Honey, look your belly.. its going fat, you know?” Ujar Patricia yang akhirnya membuka mata karena konsentrasinya sudah terganggu
“No. No. No. Its not fat darling.... ini itu lambang kesuksesan seorang pria.. kamu pasti tahu itu kan.. he he he....” Kilah Rama sembari memeriksa perutnya yang dikatai mulai buncit oleh istrinya itu.
“Hmmm, Sekarepmulah Ram, aku sih cuma ngingetin aja..”
“Oke sayang kan aku sudah nemenin kamu yoga nihh, sekarang gantian dong bikinin aku sarapan, ini dah jam 9 loh dan aku belum makan... Lagian kenapa sih si Asih belum kamu panggil kesini lagi sejak kita pindah?”
“Kamu itu yang diinget cuma makan saja.. heran deh”
“Ya mau bagaimana lagi, hakekat manusia hidup itu kan makan , tidur dan seks. Ya kan?” Sahut Rama sedikit menggoda.
Tidak ada respon berarti dari Patricia yang justru memilih bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju dapur untuk membuatkan makanan untuk sang suami.
Sembari memasakan hidangan sederhana Patricia menanyakan kemana anaknya saat ini “Dia dari kemaren siang belum pulang looh. Kamu gak khawatir? Mana handphonenya mati”
“Kamu gak usah terlalu khawatir begitu lah, Galih kan sudah dewasa, dia bisa jaga diri kok.” Jawab singkat Rama di sela ia menyeruput kopi hitamnya.
“I know, dia sudah gede, tapi kan gak biasa-biasanya dia gak pulang terus gak ngabarin, ya kan?”
“Paling tadi malam Galih sedang sama seorang cewek cantik, dan mungkin dia bermalam sama cewek itu, Aku yakin itu kok..”
Patricia menyiapkan makanan diatas piring lalu memberikannya pada suaminya yang berdiri di kursi stool. “Jangan menyamakan Galih dengan kamu dong, kalau kamu mungkin saya percaya, gak pulang terus ngelayap kemana, mampir ke rumah dia.. ya kan, Galih kan anaknya gak begitu... “ Bantah Patricia sembari meletakan bokongnya diatas stool menemani suaminya sarapan.
“Kalau kamu gak percaya, bagaimana kalau kita taruhan?”
“Taruhan...?” Patricia menahan cangkir kopinya didepan bibirnya dan mengernyitkan wajahnya,”do you mean to bet...? Like ... like gambling?
“Betul sekali istriku tercinta, kita taruhan 1000 Dollar, kalau semalam Galih anak kita sedang tidur di tempat seorang wanita.” Tantang Rama.
“Hmmm ..... interesting oke Im in .. cause I am sure I will win .... Mana mungkin sih Galih seperti itu, pacar saja gak punya..”
“Lihat saja, intuisiku berkata, hari ini aku akan mendapatkan keberuntungan ... ha ha ha ha ......”
~~~ Secret and Desire ~~~
“Galih, gue heran deh sama loe. Cowo-cowok diluar sana banyak banget yang ngerebutin Nicole, bahkan mereka rela berantem hanya untuk tidur semalam dengan dia, nah loe, dapet kesemapatan itu malah milih kabur da...?”
“Oke, pertama, aku gak merasa itu sebagai sebuah kesempatan, bahkan aku gak tahu sejak kapan mbak Nicole ada diatas tubuh aku. Lah wong aku saja kaget pas bangun dia sudah ada diatas tubuhku” Potong Galih berusaha membantah. “Kedua, itu kan terjadi secara tidak sengaja, kondisi kita sama-sama tidur, bisa saja sebenarnya gak terjadi apa-apa.. ya ... ya cuma kayak mimpi aja gitu.” Imbuh Galih dengan terbata-bata.
Marissa terenyum, memandang Galih dengan penuh curiga, “ Kalau itu pembelaan kamu, coba dong jelaskan maksud pesan ini”
Galih mengambil handphone milik Marissa dan membaca pesan yang tertera di layar itu.
‘your friend is so good,darl. he made me come out ... so many times. Thank you, dear’
“ No. Way.... jelas dia mengada-ada lah, mana mungkin itu aku.... “ Kembali Galih membantah tentang apa yang terjadi dengan Nicolesubuh tadi.
“Kalau memang itu aku, .... ya yaaa.... itu aku dari dunia yang berbeda, mbak tahu kan konsep alternative universe. Nah yang tadi subuh begituan sama mbak Nicole itu, yaah aku dari dunia alternatif itu, bukan aku yang .... aku....” Terang Galih dengan meyakinkan.
“Kebanyakan baca komik marvel loe, lagian apa salahnya sih ngakuin kalau lo tadi itu ngewe sama teman gue, Nicole, “
“Terserah mbak mau ngomong apa deh mbak” Galih mulai sedikit malas dengan arah pembicaraan ini, apapun alasan yang keluar dari mulutnya akan terbantahkan sendirinya. Karena Marissa menjadi saksi mata satu-satunya. Ya, Marissa melihat semua kejadian itu. Hmm..
“Oh ya, didepan ambil kanan ya mbak, dari situ nanti ngikutin jalan saja...” Lanjut Galih menunjukkan arah menuju kediamannya.
“Anjrit, rumah lo jauh juga ya dari apartmen si Nicole, untung aja semalem gue gak jadi anterin loe,”
“Kan dah aku bilang...”
~~~ Secret and Desire ~~~
Usai sarapan, Patricia kembali memaksa suaminya untuk ikut senam. Memang mungkin gerakan yoga akan sulit dilakukan oleh lelaki kepala empat yang jarang berolah raga. Tapi senam basic tidak mungkin Rama sulit mengikutinya.
Meski tidak pernah mempermasalahkan bentuk tubuh. Patricia tidak ingin suaminya ini terkena banyak penyakit dikemudian hari hanya karena malas berolah raga terlebih suaminya memang jorok dalam makan.
“Come on .... ini Cuma gerakan dasar kok, ayo doong sayang, jangan males-malesan begitu ah... gerakin badan kamu...”
“Huh huh huh.... aku tahu sayang ini gerakan dasar, tapi kan aku baru saja sarapan, jahat banget sih kamu ngajak aku lanjut senam” Keluh Rama berusaha mengelak ajakan sehat dari sang istri.
“forty-five minutes ago .... dan aku yakin semua makanan yang kamu makan sudah dicerna saat ini. Jadi jangan banyak alasan deh.. ayo ikutin gerakanku... ayooo!!!!”
Patricia menarik tubuh Rama yang mulai memilih duduk. Dengan alasan yang dibuat-buat seperti itu tidak akan membuat Patricia percaya dan memberikan suaminya itu kelonggaran.
_________
“Anjing.... jadi loe tinggal disini..... gila gue sudah lama banget lewat sini dan gak tahu ini rumah siapa”
Sembari merapihkan barang bawaannya Galih hanya menganguk membenarkan pertanyaan Marissa barusan
“Gue boleh mampir gak?”
“EH... ngapain?”
“Ya ngelihat rumah loe laah. Sapa tahu gue diperbolehkan motret disini, gila ... lo tahu gak gue tuh dah lama banget ngincer ini rumah buar jadi objek foto gue waktu rumah ini masih dibangun...jadi ... boleh yaah...”
“Ya yaa... aduh gimana ya...” Nampak raut kebingungan di wajah Galih. Ia tahu kalau Marissa ikut turun dan sampai bertemu kedua orang tuanya, pasti Marissa akan ditanya macam-macam.
“Ayo laaah. Loe tega? Gue dah jauh-jauh nganterin loe loooch. Masa iya gue mampir aja gak boleh, gue tadi belum sarapan juga lohh....” Marissa mengerlingkan alisnya, membujuk Galih agar ia diizinkan untuk mampir sejenak dan bisa menikmati keindahan rumah ini.
“Oke.. tapi inget ya, mbak, mbak Risa jangan sampai ngomong tentang kejadian pemukulan semalem, mbak udah aku ceritain kenapa alasannya kan?”
“Tenang saja, beres, rahasia loe aman sama gue..”
Dengan sedikit bujuk rayu akhirnya Marissa diperbolehkan mampir. Wajar bila Marissa begitu penasaran terhadap rumah itu. Ketika masih tahap pembangunan saja, sudah banyak orang yang berhenti melihat dan memotret dari luar.
Perlahan Galih mempersilahkan Marissa masuk setelah ia membuka daun pintu berbahan baja itu. Suasanaya begitu sepi tidak ada lantunan dari Freddy Mercury dan diarea kolam renang tidak ada seorang yang tengah melakukan yoga. Membuat Galih yakin betul bahwa kedua orang tuanya belum bangun. Ya mereka pasti masih diatas,
Namun saat Galih tengah memberikan tour kepada Marissa diarea samping rumah. Ia dikagetkan dengan kehadiran Patricia dan Rama.
“One Thousand Dollar... aku menang sayaaang. Lihat lihat.... anak kita pulang dengan seorang cewek cantik... benar kan tebakan aku...” Sorak Rama kerana merasa ia memenangkan taruhan yang ia sepakati sebelumnya.
“No. kamu jangan berasumsi dulu, kamu kan gak tahu apa yang terjadi...” Patricia masih kekeh pada pendiriannya yang meyakini bahwa Galih anak tirinya itu semalam mungkin saja dirumah salah satu teman kursusnya, dan wanita cantik yang kini berada dihadapannya ini ya salah satu teman kursusnya itu.
“mama papa..... Galih pikir masih pada tidur..” Canggung karena kedua orang tuanya tiba-tiba muncul dihadapan mereka Galih sampai bingung mau bicara apa...
“Kamu pasti pacarnya Galih kaaan? Ya kannn iya doong??” tembak Rama sekenanya saat menjulurkan tangannya kearah Marissa.
“EH... eh bukan kok pah, ini Marissa teman motret Galih.. ehh... dia yang waktu itu jadi photograper Galih waktu itu....”
“Marissa “
“Waaah nama yang cantik sesuai orangnya.. saya papahnya Galih perkenalkan nama saya Rama...” Ungkap Rama sedikit membungkuk dan mengecup tangan Marissa
“Oh ya mbak kenalin juga ini mama aku...” Lanjut Galih mengenalkan Patricia kepada Marissa. Namun, kali ini wanita bertubuh jangkung itu terdiam cukup lama. Hampir 59 detik Marissa mematung dihadapan Patricia.
“Sa saya.. nama saya Marissa tante, salam kenal...” Ujar Marissa dengan malu, menjabat tangan Patricia cukup erat dan lama. Bahkan kini wajah Marissa sedikit memerah andai ia menyadari.
Ditengah jabat tangan antara Marissa dan Patricia, Rama, mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat suasana menjadi super akward.
“Jadi semalam mbak Marissa ini tidur bareng dengan anak saya si Galih ini? Ya kan?”
Marissa tak lantas merespon pertanyaan yang berkesan frontal itu. namun bibir Marissa mulai terbuka dan kelualah sebuah kalimat yang seharusnya tidak perlu ia ucapkan.
“Iya om Rama, semalam saya sama Galih tidur bareng di apartemen saya, saya ketemu Galih di sebuah cafe karena kemalaman, akhirnya saya ngajak dia ke apartemen teman saya...”
Jawaban Marissa barusan seolah ia baru saja di hipnotis oleh Uya Kuya. Sebuah jawaban yang membuat Galih mati kutu dihadapan mama dan papanya. Ia gak tahu harus menjelaskan apalagi karena baru saja Marissa mengungkapkan apa yang terjadi. Meski tidak secara detail tapi Patricia dan Rama kini tahu semalam Galih tidur dengan seorang wanita.
Setelah mempersilahkan Marissa untuk santai sejenak di rumah mereka Rama dan Patricia pamit untuk ke atas. Tentu dengan teriakan riang dari Rama soal menang taruhan yang membuat Galih bingung. Kalian dari tadi bicarain apa sih...
~~~ Secret and Desire ~~~
Karena asisten rumah tangga belum kembali, terpaksa Galih yang membuat sarapan untuk Marissa yang kini menjadi tamunya. Sanwich dan kopi sesuai permintaan Marissa. Tapi Galih masih terlihat kesal karena Marissa telah membocorkan semua hal yang menimpanya semalam.
“Ah, payah mba Risa ah, katanya mau ngerahasiain kejadian semalam. Malah dibeberin semua.. achhhh” Ungkap Galih kesal sambil menyajikan sepotong roti isi dan secangkir kopi diatas meja teras samping dekat dapur.
“Mau bagaimana lagi. Loe gak bilang kalau nyokap loe itu Patricia Jensen.”
“kan memang mbak Risa gak tanya, buat apa juga aku bilang... lagian memang mbak kenapa tadi sampai bengong gitu pas kenalan sama mama?”
“Ya, itu karena nyokaplu itu Patricia Jensen, lo pasti tahu kan nyokaplu itu icon fesyen di Indonesia, semua orang di dunia modeling dan photograpy pasti kagum sama dia. Dia itu sudah seperti legend, bahkan misteri karena orang-orang susah buat ketemu sama dia, dan tiba-tiba Patricia Jensen ada dihadapan gue... ya wajar dong kalau aku kaya tadi...”
“Gak wajar laah, gak cocok sama kepribadian kamu mbak!!! Malahan lebay tahu...” Timpal Galih.
“Rese looo...”
Tidak lama setelah mereka berdua bersantap, Marissa memutuskan untuk pamitan. Ia nampak terburu oleh sesuatu setelah ia menerima panggilan telepon dari seseorang. Sekali lagi Marissa menjabat tangan Patricia namun tidak membuat ia terbengong seperti sebelumnya. Ia nampak santai ketika berjabat tangan dan mencium pipi wanita idolanya itu.
Setelah Marissa pulang, giliran Galih yang menjadi bahan olok-olokan kedua orang tuanya. Mereka begitu puas tertawa ketika mengetahui semalam Galih pingsan setelah di hajar oleh seorang wanita. Meski bukan seperti itu kejadiannya, tetapi Rama dan Patricia terlanjut mendengar versi yang berbeda dari Marissa.
Ketika tawa itu sudah reda, sekarang giliran Galih yang kesal, karena ia baru saja mengetahui kalau dirinya baru saja dijadikan bahan taruhan oleh kedua orang tuanya. Namun rasa kesal itu segera terobati ketika Patricia membujuk Galih dengan ajakan kesebuah toko buku.
“Oke deal, kamu ke toko buku mama dan papa belanja perabotan.”
Sebenarnya itu bukan sebuah bujukan juga. Memang hari ini Patricia sudah berencana untuk belanja perabotan rumah. Yah, memang pada dasarnya Galih merupakan tipikal anak yang susah untuk marah. Karena ia sendiri menyadari bahwa ia akan menyeramkan kalau ia sampai marah.
Seharian berbelanja, membuat mereka memutuskan untuk makan malam diluar. Lagi pula tidak ada seseorang pun dirumah yang menyediakan mereka bertiga makan malam. Meski singkat Galih menikmati betul waktu bersama kedua orang tuanya.
Sesampainya dirumah Galih menyiapkan bahan yang akan ia ajukan untuk rapat besok di sekolah. Setelah melakukan koordinasi melalui group chat whatsapp Galih memutuskan untuk tidur.
~~~ Secret and Desire ~~~
Didalam sebuah remangnya kamar, ditemani tumpahan air langir dan kemilau cahaya petir. Patricia dan Rama mulai mengambil peran mereka berdua. Saling bergumul dan saling memagut. Keduanya tak ingin liur itu menetes begitu saja keatas seprei.
Slruuuppp...
AChhhhhh
“Nafsu sekali kamu meminum air liurku Rama?” Ujar Patricia dalam rintihan dan cumbuannya diwajah sang suami.
“Semua yang tentang kamu membuat aku nafsu istriku, rambut mu, sikumu.... atau bahkan empedumu... membuat aku tak pernah ingin jauh walaupun terkadang aku tak mampu.”
Gemuruh petir yang menggelegar dimalam ini nyatanya tak menyurutkan nafsu dua manusia yang kini mulai bertelanjang. Dengan perlahan Rama melepas satu persatu kancing piyama satin yang dikenakan Patricia. meraba gundukan kembar itu ketika telah terpampang di depan wajahnya.
Tak ingin merasa telanjang seorang diri, Patricia pun melakukan hal yang serupa, namun ia tidak ingin berbuat lembut kali ini. Ia mendorong tubuh sang suami keatas tempat tidur, menarik paksa piyama itu hingga beberapa kancing terpental keudara.
Disusurinya bubu-bulu dada itu dengan lidahnya, ia jilati dan sesekali ia mengigitinya dengan giginya. Gemas hingga terkadng Patricia mencabutinya hingga membuat Rama merintih.
Achhhh....
“Jadi kamu ingin bermain kasar yaah... hmmm... baiklah Patricia Jensen, aku terima ajakanmu itu...”
“Aku gak mau main kasar kok, aku Cuma ingin.. hmmmm little bit rough...” Balas Patricia membenamkan wajahnya keatas dada berbulu mulik Rama.
“Itu makna yang sama sayang. Jangan kamu menggantinya dengan bahasa bule supaya terlihat lebih keren.... achhh....... Ahhhhh baru saja kersentuh, yor begina itsss hawwwwttt....”
“Ngomong apa sih kamu.... “
Leleeeel leeeelll leeellll...
Lidah basah dari wanita blasteran itu mulai berpindah menuju leher dan belakang telinga Rama yang dibalas dengan hentakan reflek akibat timbulnya perasaan geli. Namun Patricia terus melakukannya karena ia senang melihat reaksi geli dari suaminya itu.
Kreeeeekkkkkkkkk
Ditengah suara air yang mengenai bumi, terdengar suara robekan kain. Memang tidak begitu terdengar oleh telingga Patricia, namun ia jelas bisa merasakannya. Karena itu adalah suara robekan dari celana tidur satinnya yang baru ia beli seminggu lalu di Singapura dengan harga 800 Dollar.
“Sayaang itu mahal looohh...”
“Biarin lah.... toh kamu hanya memakainya sekali saja kan?”
Rama tidak mengindahkan perkataan Patricia, ia terus saja menyobek celana mahal istrinya sampai membuat lubang diseluruh selangkangan Patricia. Hal itu membuat batang kemaluan Rama seketika merasakan hangat dan basahnya kemaluan sang istri.
“achhhh.... milik kamu memang tiada dua.... diantara semua vagina yang pernah kurasakan, Cuma milik kamu yang bisa membuat aku bergelora...”
“Rak sah kekehan cangkem, wes gagean dilebokna kontolmu.... sttttt”
(gak usah kebanyakan ngomong, sudah cepet masukin penismu... sttt)
“Siap ndoro ratu....,,, memang itu tujuannya....”
Rama segera mengangkat bokong kurus Patricia agar ia dengan mudah mengarahkan ujung penisnya kedalam lubang vagina milik istrinya itu. Setelah memastika batng itu mengarah pada arah yang benar, Rama membiarkan grafitasi mengambil peran. Pinggul Patricia segera kembali merosot dan merapat ketubuh Rama setelah liang kemaluannya kini dipenuhi oleh batang milik Rama.
Pluusshhhhh....
Keajaiban grafitasi yang menarik tubuh Patricia atau memang lubang Patricia tidak begitu kencang. Mereka berdua tak pernah memperdulikannya. Karena mereka tahu persis apa jawabannya.
Patricia kembali mengangkat tubuhnya dan menduduki pinggul suaminya itu, lalu mulai memilin kedua puting Rama searah jarum jam seirama dengan goyangan pinggulnya yang memutari batang didalam dirinya.
“Awwwhhhh...... jadi kamu ingin durasi panjang?” Tanya Rama Memastikan membiarkan sang istri menggoyang2 tubuhnya..
“Tentu, sudah lama aku gak bercinta dengan durasi lama dengan kamu... terakhir kita melakukannya sangat cepat remember?”
“Baiklah sayang kalau itu memang mau kamu, malam ini kita lakukan dengan perlahan. Aku ingin melihat matahari terbit dengan kamu”
“Sudah lah sayang... im almost fivty, aku sudah tidak butuh kata-kata puitis itu." Tanggap Patricia semakin mencengkeram batang perkasa yang kian membesar.
Rama tahu kalau istrinya bukan tipe wanita yang luluh dalam rayuan, bahkan Patricia bisa saja merasa jijik dengan kata-kata manis bak pujangga. Bukan itu yang dibutuhkan melainkan batang yang terus bisa memenuhi seluruh permukaan vaginannya.
Diremasnya kedua payudara Patricia sebagai balasan penisnya dibuat menekuk nekuk setiap kali pinggul Patricia melikuk kedepan dan kebelakang. Ngilu dan enak menjadi kesatuan yang membuat Rama semakin keras.
Walaupun Patricia menginginkan permainan yang panjang dan semalam suntuk. Tapi bukan berarti ia memberikan kelembutan pada awal permainan, sedari tadi yang dilakukan wanita 49 tahun itu ialah sebuah cengkeraman yang kencang yang tidak bisa dilakukan wanita seusianya.
Patricia kembali merebahkan tubuhnya agar bisa merasakan rangsangan bulu kemaluan Rama di atas klitorisnya. Rama paham betul apabila Patricia sudah melakukan ini, ia tahu apa yang akan terjadi beberapa detik setelah ini. Lalu iapun memilih untuk meluruskan tubuhnya dan membiarkan sang istri memakan habis batang penisnya hingga mentok menuju bibir rahim tua itu.
Kebiasaan itu tidak pernah meleset sedikitpun, setelah Patricia menghisap habis penis suaminya, ia segera menarik pinggulnya dan mengarahkan kelaminnya kehadapan wajah sang suami untuk memberikan sang suami cairan keajaiban miliknya..
SROOOOOOTTTTZZZZZZ
PZZZTTTTTTTTTTTTTTT
Semburan deras mengalir dari dasar kemih milik Patricia kewajah Rama yang di sambut dengan bukaan lebar mulut yang senantiasa menampung derasnya squirt dari Patricia malam ini... achhhh seperti lelaki tua yang kehausan di gurun sahara, Rama meminum semua cairan bening itu yang tertampung dimulutnya...
“achhhh segar sekali sanyaaang...”
Kamu mau mengalahkan hujan luar sana. Itu kalimat yang terpikir oleh Rama saat ini, namun ia memilih untuk tidak mengatakannya, bisa saja itu salah satu kalimat puitis bagi Patricia. Untuk kali ini, Rama sama sekali tidak ingin merusak mood Patricia.
_______
Puas meminum cairan bening itu, Rama membalikan tubuh Patricia yang masih sedikit menggelinjang atas reaksi dari squirt barusan. Kini dengan proper Rama mengangkat kedua kaki jenjang Patricia keatas dan melepaskan celana tidur yang sudah terlanjur koyak iyu.
Setelahnya, Rama menekuk kedua kaki Patricia hingga pahanya menyentuh payudara. Ia kembali menusukan penisnya dengan sebuah hentakan keras. Cukup keras hingga membuat kasur bergoyang. Tetapi setelah penis itu kembali terbenam, tak lantas membuat Rama teburu-buru untuk menggoyang pinggulnya. Ia terlebih dulu ingin merasakan sisa-sisa sengatan didalam dinding vagina Patricia pasca squirt tadi. Dan lagi pula, karena Patricia memang meginginkan all night game. Rama harus terlebih dahulu orgasme.
Bukan berarti Rama tipikal lelaki 40-an yang cepat ejakulasi, tetapi Rama sudah sangat memahami tubuh dan metabolismenya dan ia yakin comeback orgasm –istilah yang dibuat-buat oleh Rama–selalu menghasilkan kualitas seks yang bagus.
Beberapa menit kemudian Rama membiarkan penisnya didalam vagina Patricia tanpa melakukan gerakan apapun. Iapun memutuskan untuk mencabut batang itu dan mengarahkannya kedalam mulut Patricia.
Ia membiarkan kedua kaki Patricia jatuh saat ia tiba-tiba memegang kepala Patricia dan mendorongnya sedikit kedepan dan kemudian menjejalkan penisnya masuk sepenuhnya kedalam rongga mulut Patricia.
SLooOoppp!!!
Leleleleeeee lleeeeee
Patricia membalasnya dengan jilatan di pangkal bawah penis milik Rama, mengetahui jilatan itu, Rama menarik lagi batangnya yang semula sudah masuk kedalam tenggorokan sedikit keluar hingga Patricia kini dengan leluasa menjilati kepala penis dan terutama menjilati lubang kemih dari penis Rama yang makin berkedut.
Kedutan itu tak lain tercipta oleh kontraksi testis yang terbuka karena desakan air mani yang ingin keluar dari salurannya.
Beberapa kali semprotan mani masuk ke dalam mulut Patricia dan segera ia menahan agar tak langsung tertelan.
Merasa cukup memberikan Patricia beberapa mili semen didalam mulutnya, Rama lalu kembali merebahkan tubuhnya disamping sang istri. Mengecup bibir Patricia yang kian memerah. Menjulurkan lidahnya kedalam, untuk kemudian saling memilin lidah untuk merasakan bersama air mani miliknya didalam mulut sang dewi..
Lellll leeeeeeee
Mereka terus memilin mencumbu dan saling menukarkan air mani ke dalam mulut satu sama lain. Hingga akhirnya Patricia memutuskan untuk menelan seluruh cairan kental itu kedalam lambungnya.
Gleeeekk
Achhhhhhhh
Patricia dan Rama sangat puas merasakan cumbuan itu yang sekaligus menjadi pertanda dimulainya permainan sesungguhnya. Tetapi ada pula seseorang yang tidak puas.
“Paahh.. maaah..... berisik ih.... suara ujan diluar kalah berisiknya tahu dari suara ciuman kalian. Tadi katanya gak berisik dan mau pelan-pelan, ehh sampek kasur goyang semua... Galih pengen tidur niih” Protes Galih karena permainan Rama dan Patricia membuat matanya sulit untuk terpejam.
“Salah sendiri tidur disini, sudah punya kamar sendiri masih saja ngusel di kasur orang tua...”
“Yaaaa,, habis mau bagaimana lagi, tadi kan ujan gede, petirnya kenceng. Papa kan tahu...”
Galih memang memiliki sedikit phobia dengan suara petir. Itu kenapa ia sering tidur dengan orang tuanya ketika terjadi hujan dimalam hari. Rama memang selalu mengolok Galih atas phobianya itu tetapi tidak dengan Patricia, mamanya itu pasti akan membela dia malam ini.
“Sudah lah pah biarin Galih tidur disini, kan Galih bisa ikutan sama kita?”
“Ehhhh maksud mama apa nihh... ehhhh ngak ngak ngak,, besok Galih ada rapat seharian Galih gak mau capek ah....”
Galih tahu betul kemana arah perkataan mamanya barusan. Menyadari itu, Galih segera bangkit dari tempat tidur berukuran King Size itu namun usaha itu segera dihentikan oleh sang mama.
“Ayolah just a minute yaah mau yaaah.....”
PoV Galih
Memang betul sampai umurku 19 tahun ini, aku masih takut mendengar suara petir, terlebih bila malam. Dan selama ini aku selalu tidur bertiga dengan papa dan mama bila hujan malam hari. Mereka memang tidak keberatan sama kebiasaanku ini. Tapi sejak setahun lalu. Mama selalu mengambil kesempatan ini.
Kulihat mama masih saja memohon aku untuk tidak kembali kekamarku sendiri. Tujuannya apa lagi... hmmmm
“Oke janji ya sebentar saja, ini sudah jam 12 dan besok hari senin Galih juga ada rapat Dies seharian. Jadi Galih gak mau capek”
“Sudah kamu nurut saja deh kata mama kamu...” Pinta papa sambil menghabiskan air didalam gelas. “Atau kamu mau papa potong uang bulanan kamu? Hmmm Pilih mana?” sambung papa yang sebenarnya percuma, karena selama ini uang jajanku bukan dari dia juga kok. Tapi ya sudahlah
Dari pada aku malah gak tidur karena suara petir, mending aku pasrah disini saja. Membiarkan mama kini mulai membaringkan tubuhku tepat ditengah kasur berukuran raja itu. Dilepasnya kaos dan celana tidurku hingga mama mulai mengulum batang penisku.
Mama Patricia tidak menunggu sampai penisku benar-benar ereksi, karena ia yakin dengan ukuran penisku. meski belum betul-betul tegang namun itu tidak akan meleset untuk masuk kedalam sana. Dan terbukti, kini mama sudah memilin batang penisku dinding persenggamaannya.
Hmmmmm
Terdengar erangan dari bibir mama, merasakan batang penisku masuk setiap milinya. Vagina mama, hmmmmm memek mama terasa begitu basah, ya wajar kutebak mereka sudah melakukan hampir 20 menit yang lalu.
Meski memek mama terlihat longgar, dengan bibir labia yang kata papa mirip kue cucur. Namun entah kenapa memek mama begitu menggigit. Mungkin karena ini adalah memek pertama yang menggijinkan penisku... hmmmm kontolku untuk masuk, sehingga ada sebuah perasaan sentimentil yang membuat aku selalu merasa memek mama itu jauh lebih nikmat ketimbang memek yang kurasakan setelahnya.
Dulu ketika aku smp, aku memang merasa ada yang aneh dengan ukuran penis... hmmm kontolku yang kelewat besar. Dan aku merasa itu adalah kelainan. Namun setelah aku melihat ukuran papa yang juga besar. Aku jadi diyakinkan, bahwa aku memang memiliki genetik penis besar.
Sttttt....
Dari posisi ini aku bisa melihat betul reaksi wajah mama ketika tubuhnya menggeliat diatas pinggulku. Reaksi yang sama yang selalu mama tampilkan dihadapanku dan juga papa.
Aku yakin selain kontolku dan papa, mama sudah merasakan yang jauh lebih besar dan panjang dari ini. Tapi mama tidak pernah membeda-bedakannya. Bahkan mama pernah cerita, ia pernah make love dengan seorang lelaki yang memiliki penis berukuran tak sampai 7 cm tetapi reaksi dan cara mama melakukan hubungan itu tetaplah sama. Tetap penuh penghayatan yang nyata, tanpa dibuat-dibuat.
Meski usia mama ini hampir kepala lima, tapi aku heran sama mama. Mama masih sanggup orgasme berkali-kali. Bahkan pernah suatu malam mama mendapatkan hampir 10 kali hingga membuat tubuh dan kasur basah kuyup olehnya. Seperti juga dengan saat ini, belum sampai 2 menit mama menggoyang kontolku, aku sudah bisa merasakan denyutan khas dan sedikit semburan didalam sana.
Memang bukan orgasme besar, tapi aku selalu diingatkan, kecil atau pun besar orgasm is still orgasm. Jadi hargailah segala pencapaian itu.
Achhhhhh......
Usai menumpahkan orgasme kecilnya itu, mama mencumbu leher dan seluruh wajahku namun segera kuhentkan ketika ia hendak mencium bibirku.
“Nooooo.....” Hardiku seraya mendorong wajahnya, bukan bermaksud tidak sopan mendorong wajah mama. Tapi
“But why?? Why a can’t kiss you?” tanya mama terheran “ bukannya Galih suka mama cium?”
“Yes i like it so much.... sejauh ini mama memang pencium yang handal. But...” sahutku lagi, masih tetap berusaha menjauhkan bibir mama dari bibir ku yang terus kukatupan.” Tadi kan papa ngecort disitu, masa tega sih mama nyium aku....”
Mama tersenyum mendengar alasanku, dan dia nampak mengharagainya. “ youre so funny .... ihhh makin gemas deh mama... “ Ungkap mama sambil mencium pipi dan berbisik dipipiku..
Hmmm
Bisikan itu seketika berubah menjadi jilatan yang begitu panas hingga aku merasakan ada liur yang masuk kedalam gendang telingaku. Awalnya aku sangat tidak nyaman diperlakukan kayak begitu. Namun makin kesini, aku selalu membiaran mama melakukan apapun yang mama mau, termasuk menjilati lubang telingaku.
Puas menjadikan telingaku bahan cumbuannya, kini giliran mama yang menyodorkan lipatan bawah lengan kirinya. Mama menempelkan ketek kirinya tepat didepan mulutku. Karena ia tahu aku pasti akan ...
Slruuppppp
Sampai saat ini mama gak tahu alasan apa yang membuat aku menyukai bagian tubuh ini, bahkan sejak dulu aku selalu nyaman tidur dengan dekapan ketiak. Karena aku emmang tidak pernah menjelaskan alasannya, bahkan sesungguhnya, akupun tidak tahu alasan pasti kenapa aku begitu menikmati bagian ini. Kelainan? Fetish? Entahlah. Yang pasti tidur dibawah ketiak selalu bisa mengobati rinduku pada ibu.
Leleeeeellllll
“Galih, ternggorokan mama kering, ambilin minum disitu dong” Pinta mama sembari menunjuk gelas diatas night stand dengan bibirnya.
“oke, tunggu sebentar ya mah..”
Mama paham betul kasur di kamar tidurnya itu berukuran king size atau 183 x 198 dalam centimeter. lebar dari kasur ini sendiri hampir seukuran dengan tinggi badan mama. Dan mama memintaku mengambilkan gelas diatas meja disudut kanan tempat tidur ini. Rasanya seorang Yao Ming saja mungkin gak mampu. Jelas tanganku ini gak akan mampu untuk menggapai gelas itu, mama masih duduk diatas tubuhku.
Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah mengangkat tubuhku, lalu kuperlahan menggerakan penggulku dengan tetap membiarkan mama memeluk tubuhku.
Mama berulang kali melenguh setiap kali aku berusaha menggeser tubuh, karena setiap geseran itu, menimbulkan hentakkan yang cukup keras didalam liang memek mama. Meski jaraknya gak begitu jauh, tapi karena mama memeluku bahkan kedua kakinya kini melingkar di pinggulku, tentu cukup lama aku sampai ketepian kanan tempat tidur ini.
Sasampainya disana mama segera mengambil gelas dan membasahi kerongkongannya yang kering karena sudah barang pasti liur mama sudah banyak terkuras dan dihisap oleh papa. Karena akupun cukup haus aku juga mengambil gelas dari mama dan meminum sisanya.
“Hmmmm achhhh... mama sudah minum dan mama tadi juga sudah berkumur, jadi sekarang boleh dong...”
Ya, boleh, boleh banget kok kalau mama sudah berkumur sih ya boleh lah. Tanpa menunggu jawaban dariku. Mama sudah memburu bibirku dan dengan cepatnya melilitkan lidahnya. Sekali lagi, bibir dan lidah ini juga yang mengajarkanku bagaimana berciuman. Bagaimana menyikapi bila seorang wanita ingin berciuman. Tidak seperti lelaki, wanita itu ingin ciuman yang mencumbu, yang di hayati, yang dinikmati.
Sluuuuurrppp
Leeeelllllll
Hampir 250 detik aku dan mama berciuman sampai aku baru menyadari papa hilang entah kemana. Kami berusaha melupakan papa yang saat ini terlihat sibuk di walk in closet dengan terus melilitkan lidah, berusaha saling menghisap lidah kami kedalam mulut masing-masing
Sembari berperang lidah dengan mama Patricia, aku tetap menenangkan pikiran agar menghalau aliran darah yang menuju kontolku. Aku tidak ingin segera ejakulasi. Walau sebelumnya aku menolak ajakan mama. Entah kenapa, aku justru gak mau ini segera berakhir.
“Galih kuat nggendong mama kan?”
Papa tiba-tiba saja bertanya yang membuat aku melepaskan bibir mama yang mulai mengigiti bibir atasku.
“Kwuwat memang kenapa??”
Disaat aku menjawab mama melepaskan gigitannya atas bibirku dan menoleh kearah papa untuk mengetahui apa yang saat ini papa inginkan. Setelah mengetahui apa yang papa mau, mamapun melingkarkan kedua tangannya dileherku dan semakin erat melingkarkan kaki panjangnya di pinggulku.
Untuk menerjemahkan itu, akupun memegang kedua bokong mama, yang terasa pas digenggaman, ya badan mama sekurus itu.
Aku berusaha bangkit dari dudukku dipinggir kasur busa itu, dan perlahan berdiri sambil menahan bobot tubuh mama yang sebenarnya cukup ringan bagiku.
Meski percaya dengan kekuatanku, mama tetap berusaha menyeimbangkan agar tubuhnya tidak terperosot kebawah, mama tetap menjaga posisi agar penisku tidak kemana-mana, wait ... agar kontolku tetap berada didalam memek mama dan terus menghujam keatas liang surgawi mama.
“Bantuin papamu ya!” Pinta mama terdengar bergetar digendang telingaku.
Menjawab permintaan mama itu, akupun menggunakan beberapa jariku untuk melebarkan lubang pantat mama, sembari tetap menjaga keseimbangan tubuh mama.
Sementara itu papa mulai membalurkan pelumas disekujur batang penis artifisial miliknya dan juga kedalam permukaan anus mama.
Dirasa cukup terbuka, papa mengarahkan batang besar itu kedalam lubang pembuangan mama secara perlahan seraya ia memasukan kontolnya sediri kedalam memek mama.
Cukup sulit karena sejak tadi kontolku sudah mendominasi seluruh ruang memek mama. Namun Petualangan mama sepanjang hidupnya itu, membuat dua manusia dengan genetik yang sama, mampu memasukan batang kemaluan mereka pada satu lubang yang sama.
Membutuhkan hampir 70 detik untuk mengarahkan dua batang itu pada orbit yang benar. Dan ketika kontol dan penis papa sudah masuk sepenuhnya, mamapun memalingkan wajahnya kebelakang, mengecup pipi papa seraya berkata, “ Jadi itu yang kamu rencanakan sejak tadi... oke aku berani.... tapi jangan kayak waktu itu yaah...”
Ya, kami pernah melakukan ini sebelumnya, namun yang pertama itu berakhir fatal karena saat itu papa mengalami orgasme dan kehilangan keseimbangannya dan membuat mama terjatuh kelantai. Namun kali ini aku yang menggendong mama, tetapi gak menjamin kali ini akan berjalan mulus.
“Mama gak peduli juga ssihh... ayoo lakukan ajaaa.. ssttttt”
Mama mulai meringis, kenapa juga mama gak boleh meringis bahkan mendesih untuk kemudian berteriak. Saat ini lubang vaginanya telah mengalami double penetrasi sementara satu inchi dibelakangnya, sebuah dildo strapon yang dikenakan papa, sama-sama memberikan penetrasi untuk mama.
ACHHHHHWWWWW
FUCCCCKKkk
Wajar bila mama berteriak untuk melepaskan sensasi yang tengah ia rasakan. Benda mati yang terbuat dari campuran silicone dan karet itu tengah mengobok-obok lubang duburnya secara konstan, mengikuti gerakan kontol milik papa, yang bertemu langsung dengan kontolku sendiri.
Papa mulai merangkul tubuh mama, untuk membantuku menahan berat mama. Namun bukanlah rangkulan biasa, nyatanya papa meremas cukup kuar kedua payudara mama dengan tangan menyilang. Sementara mama membalas itu dengan mencium bibir papa.
Secara normal seharusnya aku merasa risih melihat ini semua, namun entah kenapa melihat mama dan papa begitu bahagia melakukan ini, akupun ikut merasakan kebahagian papa.
ACHHHHHHH
SRTTTTTTTTTT
CUURRRRRRRRRRR
Pada posisi biasa saja, mama begitu cepat mendapat orgasme, apalagi saat kita sudah menemukan rima dan ritme yang pas. Sudah dua kali mama mendapatkan orgasme, bahkan satu diantaranya adalah sebuah squirt yang cukup deras.
Kakiku begitu terasa hangat dan sekaligus dingin saat cairan itu menyembur merayap melewati pahaku...
Achhhhhh......
Achhhh
“I coming agaaain honeyy...” rintih mama, merangkul aku semakin erat..
Namun aku merasakan kecurangan pada permainan ini dan sialnya aku aku baru merasakan pada detik ini. Pantas saja, sedari tadi aku merasakan perasaan yang sedikit berbeda. Aku tidak menemukan perasaan risih seperti ketika pertama kali mama mengajak aku melakukan double penetrasi dengan papa.
Kebanyakan orang yang baru pertama kali akan merasa risih karena akan bersentuhan langsung dengan penis yang lain. Nyatanya papa dari tadi memakai sebuah kondom bergergerigi. Pantas saja, aku sudah mulai merasakan ingin muncrat padahal aku sudah memfokuskan pikiranku.
Ahchhhhhh terlambat....
Crooottt croootttttt.....
Entah berapa kali air maniku muncrat masuk kedalam liang memek mama. Membuat aku secara refleks mengejang dan menjatuhkan tubuhku kebelakang.
PLOOUUUPPP
Grafitasi menarik tubuh mama saat aku terhunus kebelakang. Melihat itu mama hanya tertawa ringan melihat aku kalah oleh papa malam ini..
“Oke, papa mulai main curang tuh maaah....”
Mendengar rengekanku, papa hanya ketawa puas hingga membuat tubuhnya bergoyang yang otomatis membuat kedua penisnya ikut bergoyang.
“Bagi mama, gak ada yang kalah dan gak ada yang menang. Buat mama kalian berdua adalah kemenangan untuk mama. “ Ucap mama sedikir membisik ditelingaku
Usai berbisik, mama turun dari atas tubuhku hingga penisku belepotan oleh carian mani aku dan mama. Mama berdiri dan mulai menunggingkan tubuhnya. Dengan telaten mama menjilati dan menghisap sisa spermaku dari ujung penisku, seluruh area selangkangan, kedua belah pahaku bahkan mama gak segan menjilati mani yang berbecer diarea sekitar anusku.
Melihat yang mama lakukan kepadaku, papa seolah iri lagi cemburu, ia kembali mengarahkan dua penisnya, namun mama segera merapatkan dan meluruskan kedua kaki mama yang jenjang itu. Sehingga otomatis papa gak akan bisa menyamai level selangkangan mama.
Hahaha. Mama mungkin ingin membalas kecurangan papa tadi. Namun papa Rama tidak lantas kehilangan akal, ia mencari sebuah kotak, meletaknya dibelakang kaki mama, kemudian, saat posisinya benar-benar pas, dan kondom berduri itu sudah pula dilepasnya. Papa mendorong kedua penisnya itu dengan sekali hentakan
PLOOOOOOPP
Cukup mudah kelihatannya kontol asli papa masuk ke memek mama, namun penis dildo itu beberapa kali terlepas dari garis edarnya.
Claaap claaaaaaappp...
CLOPPPP CLOOOPPP
~~~ Secret and Desire ~~~
Pada dasarnya, mama Patricia memang menyukai segala macam variasi seks. Mulai dari yang standar sampai little bit rough begitu mama menyebutnya. Bahkan kemungkinan mama sudah pernah melakukan semua gerakan yang ditampilkan pada kama sutra.
Tapi dari semua yang sudah mama Patricia ajarkan padaku. Aku masih belum terbiasa dengan yang satu ini. Walapun mama meyakinkan aku untuk bersikap biasa, tapi aku gak benar-benar bisa melakukannya. Bagaimanapun juga Patricia adalah wanita yang selama ini merawatku layaknya ibu kandungku sendiri. Masa yo pantes, aku menjambak rambutnya, untuk kemudian aku menghujam mulutnya dengan kontolku.
Aku percaya kehidupan ini berjalan seperti yin dan yang. Ada satu sisi keburukan dan kebaikan disisi yang lainya. Berputar secara seirama, menghasilkan hidup yang begitu beragam.
Entah apa persamaan atas itu semua, namun bagaimanapun aku mencoba menolak, mama Patricia tetap saja meminta aku meremas rambutnya, dan terus meminta aku menghujamkan pinggulku untuk menyetubuhi mulutnya..
ACHHHHHH
Beruntung aku cukup cepat mendapat orgasme yang kedua, sehingga aku mempunyai alasan agar menyudahi deep throat ini. Bukan karena aku tidak menikmatinya, tapi lantaran yang ku sodok itu mama Patricia.
Setelah mengeluarkan sedikit spermaku didalam lubang tenggorokan mama, ia pun memutuskan untuk rehat sejenak, membuatkan teh untuk kita beriga untuk kemudian sedikit mengumpulkan energi bagi dua lelaki ini.
Aku cukup kaget melihat jarum jam di dinding, aku pikir ini sudah pagi, tapi, nyatanya ini masih pukul 1 lewat 25 menit. Dan ngantukku sudah benar-benar hilang. Dan sialnya lagi aku gak bisa lagi menggunakan alasan besok harus bangun pagi, aku ada rapat seharian, aku gak mau terlalu cape. Itu semua terbantahkan ketika mama melihat batang penisku yang masih prima. Tegak lurus kedepan..
“Oke one more time, and i go to sleep....”
Mengakhiri permaian malam ini, mama kembali menaiki tubuhku yang terlentang ditengah tempat tidur, sementara papa nampak sudah bosan dan mungkin merasa ribet mengarahkan dua penisnya sekaligus, sehingga ia hanya fokus pada miliknya saja, yang terkadang ia lesakkan pada anus dan terkadang lebih sering ia jejalkan masuk bersamaan dengan kontolku didalam memek mama.
Entah sudah berapa menit berlalu hingga akhirnya, akhirnya rasa kantuku akhirnya kembali, dan kali ini aku benar-benar memanfaatkannya. Aku pejamkan kedua mataku dan membiarkan mama dan papa masih tetap dengan permainan mereka yang entah kapan akan berakhir.
Mataku mulai sayu, dan mulai tidak mengingat apa yang terjadi setelah itu, yang kuingat hanyalah punggung dan rambur panjang mama yang membelakangiku. Dan kurasakan anus mama yang kini menggepit kontolku..
Achhhhh
Kucoba terus terpejam... menuju alam mimpi sembari dengan lembut kupeluk tubuh mama, yang saat ini masih saja menerima tusukan kontol papa di memeknya.....
Huffttttttt
Namaste
bismika allahumma ahya wabismika amut
Terakhir diubah: