Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Secret and Desire
Chapter 5
Manekin Bermesin


Chapter-5.jpg


Rencananya hari ini Patricia ingin bersantai dari pagi sampai sore; creambath,.perawatan wajah, manicure padicure, spa, waxing, dan semua hal yang membuat wanita merasa sebagai wanita; disebuah salon mall pusat kota. Tetapi dia baru tahu bahwa asisten pribadinya lupa untuk reserved, dan ia tidak mau bila menunggu 2 jam lagi agar mendapat tempat. Bagianya dua jam bisa ia lakukan dengan kegiatan menyenangkan lainya, makan salah satunya. Patricia juga tak mau mencoba ke salon lain, karena baginya tak ada pusak kecantikan yang lebih baik selain di salon yang terletak disebuah mall pusat kota. Selain itu,karena ini kamis semua salon kecantikan pasti penuh pelanggan. Semua orang terutama wanita di kota ini ingin terlihat cantik dan menawan untuk sebuah tujuan yang berbeda.

Waktu masih terlalu pagi untuk pulang, lagi pula tak ada siapapun dirumah. Pergi ke kantor rasannya tidak perlu, tak ada kerjaan berarti yang menunggunya saat ini. Patricia sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini hanya untuk memenuhi me timenya. Tetapi ia juga tak tahu musti kemana, terlebih dia sangat malas kalau harus menyetir sendiri. Bukan karena tidak bisa, tapi Patricia enggan untuk ikut terpancing emosi apabila terjebak macetnya ibu kota yang hanya akan menimbulkan kriput diwajah. Patricia juga tak sampai hati harus menyuruh supirnya kesini lagi, karena dia sendiri yang menyuruh Roni untuk pulang karena harus menghadiri pernikahan saudaranya. Well, tak apalah sesekali nyupir mobil sendiri.

Patricia berjalan ditengah keramaian pengunjung lainnya yang kini mulai memperhatikan dirinya. Wajar saja semua mata kini mengarah pada wanita pemilik rambut panjang gelombang dengan warna brunette. Bukan karena jumpsuit keluaran Prada yang ia kenakan. Bukan juga karena tas Chanel Gabrielle dilengan kirinya yang terbuka, atau Dior yang menghiasi hidung mancungnya. Tetapi karena orang tidak terbiasa dan tak sedikitnya takjub melihat wanita setinggi Patricia. Ditambah dengan heels Christian Louboutin setinggi 15 cm, sudah cukup membuat semua manequin yang ia lewati merasa iri dan mengajukan diri untuk di recycle.

Rasanya pantas bila banyak orang yang menganggap kalau Patricia adalah turis dari Eropa. Namun semuanya terbantahkan ketika Patricia dengan fasihnya mengucapkan “matur nuwun” pada pedagang minuman yang ia hampiri. Patricia sudah terbiasa dianggap ‘bule’ bahkan sering kali ia diajak berfoto disebuah taman dan diajak berkenalan menggunakan bahasa inggris. Padalah hingga saat ini, ia kadang masih sulit untuk membedakan “possibly” dan “probably”. Hal itu membuat Patricia pernah mendapat julukan ‘Bule Medog’ oleh teman sekolahnya dulu, dulu sekali.

Cukup lama hingga akhirnya Patricia menemukan dimana mobilnya diparkir. Namun ia tak segera menuju ke ujung area parkir lantai 5 karena ia menyadari ada sebuah hal yang kurang menyenangkan baginya. Ia sudah berdamai dengan kenyataan kalau dia akan berkendara seorang diri melewati jalanan kota yang sudah dapat dipastikan, macet. Tapi kini ia melihat ada sebuah mobil terparkir menghalangi pintu mobilnya. Tentu itu membuat Patricia kesal, tapi ia tak tahu harus meluapkannya pada siapa. Area parkir lantai ini cukup sepi, tak ada yang bisa ia mintai tolong untuk memarkirkan mobilnya. Ia sudah setahun tak pernah nyetir, tentu ia ragu dengan teknik parkirnya sendiri.

Saat kebingungan mencari orang yang mau suka rela membantunya. Patricia menyadari pemilik mobil yang menghalangi mobilnya ternyata ada di dalam. Seorang pria berkemeja abu – abu. Rupanya Pria itu sedang duduk nyaman di bangku kemudi. Matanya terlihat memejam dengan bibir yang menyeringis. Seorang wanita dengan rambut coklat disebelah pria itu nampak terlihat asyik memberikan blowjob pada sang pria.

Patricia mencoba mendekat dengan hati – hati ia tak ingin mengganggu kesenangan orang lain. Nampaknya adegan ini tak akan berhenti kecuali sang pria mengalami orgasmenya. Namun dari luar Patricia menyadari bahwa dua sejoli didalam mobil Series 5 merah itu tidak mau menyudahi permainannya.

Tangan sang pria memegangi kepala sang wanita dengan maksud menjaga orbit dari oral yang kian makin membuat nikmat. Sementara tangan lainnya mencoba menggerayang masuk kedalam celana dalam sang wanita. Sang pria ingin memastikan bahwa vagina wanitanya sudah cukup basah dan licin. Sayangnya mobil keluaran BMW itu memiliki peredam suara yang mumpuni, sehingga Patricia tidak bisa ikut mendengar suara kemesrahan dari dua manusia yang kian berkeringat.

Meski menikmati pemandangan sensual ini, tak lantas membuat Patricia terlena. Ia segera memutari mobil itu dan mengetuk kaca bagian pengemudi. Dari sini ia melhat bagaimana rekasi panik sang wanita menyadari ada orang mengetuk kaca mobilnya. Sang wanita segera melepas hisapannya dari kejantanan sang pria. Sang priapun tak kalah paniknya dengan memasukan seadanya penis yang sudah terlihat kaku dan berurat kedalam celana kainnya.

Keduanya terlihat kompak mencari cadangan reaksi muka. Mereka mencoba memasang wajah sebiasa mungkin seolah Patricia tadi tak sempat melihat pergumulan mereka. Sang pria yang berulang kali menarik nafas akhirnya memberanikan diri membuka kaca jendela mobilnya.

“Maaf mas, bisa geser mobilnya gak? Mobil saya kehalang mobil situ soalnya,?” Tanya Patricia sambil menahan tawanya.

“oh oh oh, ya ya bi bisa mbak...”

Maksud Patricia hanyalah agar pria itu menggeser sedikit posisi mobilnya. Namun karena sudah terlanjur malu, atau mungkin takut, pria itu segera melajukan kendaraannya dan pergi begitu saja.

Patricia hanya cekikikan melihat reaksi malu dari wajah mereka.. Lucu, namun ia juga merasa kasihan. Saat ini didalam mobil itu, mereka pasti sedang sesungut karena Patricia menggagalkan konak mereka. Tetapi setidaknya mobilnya tidak terhalang lagi. Ia bisa dengan bebas membuka pintu mobilnya, duduk,putar kunci, masukan gigi satu dan lekas meninggalkan gedung ini. Tapi, rencana hanyalah rencana. Setelah Patricia mencoba duduk ia menyadari bahwa posisi tubuhnya terlalu dekat dengan setir. Patriciapun teringat, Roni sering bilang kalau electric seat dimobilnya sudah lama rusak dan perlu diganti. Tapi Patrcia selalu mengabaikannya, toh bukan dia juga yang berada dibalik kemudi. Namun hari ini dia membuktikan sendiri dengan menekan tombol reclining. Berulang kali ia tekan tidak ada reaksi, bahkan ia merasa posisinya semakin sempit.

“Ya Tuhan, saya tahu sebulan ini hamba jarang ke Gereja. Tapi jangan beri siksaan seperti ini Tuhan...” Keluh Patricia tak ada arti.


Dengan terpaksa dan hati yang dongkol Patricia akhirnya tetap mengendarai mobilnya. Meski ia harus sangat hati – hati menginjak pedal gas, karena posisi kakinya yang tertekuk. Beruntung Patricia tidak memiliki payudara yang besar, sehingga ia masih bisa leluasa memutar setir dan keluar dari mall yang dibann oleh perusahaan Jensen Construction.



---------------​



Baru 2 kilometer berkendara Patricia sudah menyerah. Ia tidak sanggup menghadapi kemacetan ini, yang utama ia tak mau ambil risiko apabila terus menyetir dengan posisi duduk seperti ini. Lalu ia pun teringat, Sahabat lamanya punya sebuah bengkel gak jauh dari sini. Hampir lima tahun ini dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu, dan benar kontal lamanya sudah tak dapat dihubungi. Untungnya Yono adalah seseorang yang ulet sehingga bengkelnya kini berkembang pesat dan dapat dengan mudah Patricia menemukan kontak dari ‘Yono Mobile’ di google. Bahkan dari situ Patricia menyadari bahwa pria atletis yang selama ini ia kenal sudah mengembangkan banyak bisnis dibidang otomotif, tak hanya bengkel, kini ia tercatat mendirikan beberapa dealer mobil di sejumlah kota dan rumah modifikasi yang cukup punya nama.

Mungkin ini memang cara Tuhan mempertemukan lagi dua sahabat yang sudah cukup lama tidak bertemu. Keduanya merupakan sahabat yang tak terpisahkan, bahkan dulu ketika masih sangat muda, Patricia sering dicemburui oleh kekasih Yono. Dulu ketika masih SMA Yono sangat digandrungi banyak gadis, karena ia dinilai sangat mirip dengan artis kenamaan Roy Marten. Pria yang sangat bangga dengan rambut gondrongnya itu memiliki sifat yang sangat ramah, itulah kenapa Yono memiliki banyak teman, wajarlah kini bengkelnya sangat sukses karena ia memiliki banyak relasi.

Setelah menelepon bengkel sahabatnya dan memberi tahu kondisi mobilnya, Patricia memarkirkan mobil di depan sebuah mini market. Ia pun masuk untuk membeli beberapa minuman dan cemilan. Dua puluh lima menit kemudian Patricia keluar dengan sekantong belanjaan, lalu tak lama setelah itu datang dua orang mengendarai sebuah motor Beat, yang satunya mengenakan baju dengan logo sebuah bengkel. Patriciapun menjelaskan kondisi kendaraannya dan memberikan kunci mobilnya pada salah seorang pemuda itu.

Seorang pemuda berambut man bun menghampiri dan memperhatikan Patricia” Tante Patricia kan...? Tanya pemuda sedikit menengadah

Patricia melepas kaca matanya dan menatap pemuda itu” Iya benar, kamu kenal yah sama saya?”

“Ini Agus tante, tante inget kan, yang dulu sering tante beliin permen kapas.” Ujar Agus sambil meraih tangan Patricia untuk ia salami.

“Astaga, bontotnya Yono yaah, yah ampuun.... tante sampe gak ngenalin, habis kamu sekarang gondrong sih.” Sahut Petricia membiarkan lengannya dicium sambil mengusap rambut Agus yang diikat keatas.

“Hehehe.... maklum tante namanya juga mahasiswa, kepengen dong ngerasain rambut gondrong, dulu kan waktu SMA gak boleh.”

Patricia pun mengobrol sejenak dengan pemuda yang dulu sering bermain dengan dia. Aguspun nampak bahagia bisa bertemu lagi dengan Patricia, terakhir bertemu ialah ketika Agus masih duduk dibangku SD.

“Wah sudah cukup lama yah tante tidak ketemu kamu, sekarang kamu mirip banget sama ibu kamu”

“Ya tante ngeledek aku ya mentang – mentang aku pendek”

“Bukan begitu, maksud tante, kalau bapak kamu itu kan mukanya tegas dan sangar, nah kamu itu mukanya lembut dan sejuk, persis seperti ibu kamu” Jelas Patricia.

“Hihihi, kirain tante ngeledek aku” Agus sedikit tersipu

Agus menutupi rasa malunya karena berdiri dihadapan Patricia yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Tapi Patricia menyadari itu dengan mengajak Agus duduk dikursi depan mini market itu.

“eh bapak kamu dimana gus?”

“Kalau sekarang sih di bengkel tante, dibengkel yang lama itu loh”

“tante ikut kamu kesana yah”

Agus sedikit terkejut” Sama aku tante, agus kan naik motor...”

“Ya gak apa – apa, kamu pikir tante gak pernah ya naik motor?” Tanya Patricia dengan wajah heran.

“Ya kali aja, tante alergi debu atau takut item kena matahari.” Menyadari Patricia yang mengenakan pakaian dengan model lengan terbuka.

Hahaha, Patricia tertawa kecil.” Kamu ini aneh aneh saja, kan tante bisa pakai jaket”



Patricia pun mengambil sebuah cardigan warna putih dari sebuah tas dibangku belakang mobilnya. Lalu ia pun kembali masuk kedalam mini market untuk memakai kamar kecil. Sambil berjalan keluar Patricia dengan meninggalkan jejak aroma dari Saint Laurent, tak lupa ia membalas senyum dari kasir dengan ramahnya.

Mobil Patricia sudah dibawa menuju bengkel, sementara Agus menunggu diatas honda beat hitam keluaran 2008. Patricia harus sedikit membungkuk ketika Agus membantu memasangkan helm di kepalanya. Ia pun duduk diatas motor metic dengan dimensi terkecil dikelasnya.


“uhhhh..” Patricia sedikit mengaduh

“Kenapa tante?” Tanya Agus sambil menyeimbangkan motornya ketika Patricia naik.

“Gak kenapa kenapa....” jawab Patricia cepat sembari mencari posisi duduk yang nyaman.



Agus tak lekas menjalankan motornya, karena pemuda itu cepat menyadari kalau dimensi motor ini tidak sesuai dengan postur tubuh Patricia. Dengan postur Patricia ditambah sepatu yang ia kenakan, membuat kaki Patricia agak maju ke depan, bahkan menggapit pinggul pemuda yang kini justru terdiam.

“Tante gak mau naik taxi saja?” tanya Agus yang mulai gerogi karena tidak pernah dalam kondisi seperti ini.

“Kamu ini bagaimana sih, wong tante sudah naik kamu suruh naik taxi. Sudah cepetan , panas tahu...” Jawab Patricia sambil meletakan tas dipangkuannya.

Dengan perasaan yang bercampur Agus perlahan menjalankan motornya. Pemuda itu tidak pernah membayangkan membonceng seorang wanita dengan posisi seperti ini. Konsentrasinya mulai sedikit terganggu karena paha dari sahabat bapaknya itu seperti makin menjepit pinggulnya. Ia bahkan harus melebarkan kedua lengannya agar tidak menyentung lutut Patricia yang meletakkan tangan di atas pundak Agus.

Untung saja pakaian yang dikenakan Patricia siang ini menutupi seluruh kakinya. Dalam benak agus membayangkan apabila Tante Patricia mengenakan celana pendek, ia pasti akan seketika pingsan, karena sudah pasti paha jenjang itu akan terus melekat selama 15 perjalanan menuju bengkel ayahnya. Atau lebih tepatnya Agus tidak akan pernah sampai karena ia sudah keduluan pingsan di tengah jalan.

Patricia mendekatkan kepalanya yang terlindungi oleh helm bulat tanpa kaca kesamping wajah Agus yang sudah terlihat pucat; andai saja Patricia bisa melihat itu.”Kamu kuliah ambil jurusan apa?” Tanya Patricia yang dagunya kini bersandar dipundak kiri Agus.

“Komunikasi tante...” Jawab Agus singkat sambil melirik wajah wanita yang belum terlihat tua.

“Ohh ingin jadi wartawan ya?”

“Gak juga sih tan, Agus milih jurusan itu karena tahu gak ada matematikanya... Hihihi” Jawab Agus terkekeh malu

“gppp, enak dong kuliah di komunikasi, biasanya kan ceweknya cantik cantik??” Tanya Patricia semakin memajukan wajahnya “Pasti kamu ambil jurusan itu, karna alasan itu juga kaan...”

“Agus boleh cerita sesuatu gak tan?” Tanya pemuda itu memastikan

“Ya boleh lah, memang mau cerita tentang apa?”

Merasa Patricia bisa dijadikan tempat curhat Agus memutuskan untuk mengutarakan apa yang selama ini ia pendam. Meski 4 semester ia belajar ilmu komunikasi ia justru cendrung pendiam, bahkan dengan bapaknya sekalipun ia jarang mengobrol. Agus sudah mengenal Patricia sejak ia masih kecil, dan ia tahu Patricia adalah seorang pendengar yang baik. Agus tak mau menyia - nyiakan kesempatan ini, karena ia tahu Tante Patricia adalah seorang wanita yang sibuk. Selain menjabat direktur di Jensen Fondation, Patricia memiliki berbagai usaha termasuk sekolah modelling.

“Jadi gini tan, tapi janji ya jangan ceritain ini ke bapak. Soalnya Agus malu tan.”

“Iya, sok kamu cerita”

Aguspun memilih jalan yang agak memutar, bermaksud agar Patricia bisa mendengar semua ceritanya.

“Jadi, Agus itu deket sama seorang cewek sudah dari semester satu, nah selama ini sih Agus nganggep dia ya teman biasa. Tapi lama kelamaan agus mulai suka sama dia. Ya Agus tahu sih, dia juga punya pacar. Tapi Agus yakin dia sebenarnya punya perasaan juga sama Agus.”

“Kenapa begitu yakin?” Sela Patricia

“soalnya, dia selalu terbuka tan sama aku, dia sering curhat dia pernah ngapain saja sama cowoknya, dia juga cerita tentang semua sifatnya. Bahkan nih ya tan, kalau Agus lagi nemenin dia bikin tugas di kamar kosnya, dia gak segan untuk ganti baju didepan Agus.”

Aduughhhhhhh

Mendengar sedikit cerita Agus tentang seorang wanita yang sedang ia taksir, membuat nafas Patricia sedikit memburu. Bahkan Patricia sempat mengaduh saat motor yang dikendarai Agus melewati jalan yang sedikit bergelombang.

“Tante kenapa?”

“gak apa – apa, ini jalannya jelek, pelan pelan dong, “ Kata Patricia mengalihkan” Sudah lanjutin saja ceritanya.”

“Ohhh... tadi sampai mana ya,... oh iya, Agus cukup yakin karena tahu dia itu gak pernah seterbuka itu sama teman – temennya yang lain. Bahkan sama teman – teman ceweknya ditertutup. Menurut tante bagaimana tan?”

“Kalau menurut tante sih ya, Kalau perempuan terbuka sama laki – laki, ada dua kemungkinan. Pertama dia memang tipe perempuan yang cuek dan yaa... nganggep kamu sebagai sahabat saja. Lalu yang kedua, kemungkinan temanmu itu cuma ingin menguji kamu saja!!.”

“Menguji aku?, maksudnya tan?” Tanya Agus bingung.

“Ya menguji... kamu itu tipe laki – laki seperti apa. Sekarang tante ingin tahu, waktumu itu ganti baju di depan kamu. Kamu nafsu gak?”

“Ya nggak lah, lagian cuma ganti baju buat apa nafsu segala.”

“Benar dugaan tante, temenmu itu cuma ingin menguji hati kamu saja... Kenapa?.. Kalau saja saat itu kamu nafsu, dan bahkan melakukan tindakan lainnya. Kamu akan dianggap berteman sama dia hanya karena ada maunya. Dan kemungkinan perempuan itu ingin mencari laki – laki yang benar – benar tulus mencintai, bukan karena ingin memiliki” Jelas Patricia cukup panjang

“haahhh.... tindakan selanjutnya? ada maunya?. Maksud tante bagaimana sih.. aku kok malah gak mudeng?”

“kamu ini memang polos atau bagaimana sih? Kamu kan udah gede... harusnya kamu tahu dong maksud omongan tante barusan.. “Ujar Patricia sedikit meninggi

“beneran kok Agus gak tahu konteksnya kemana.”

“Maksud tante itu, misalkan kamu bakal langsung gerepe dia atau bahkan sampai ngajakin dia ML sam.....” Patricia lekas menghentikan kalimatnya karena ia tersadar mereka berhenti di persimpangan. Suara Patricia yang sedikit tinggi membuat semua orang yang menunggu lampu hijau sontak melirik dan memperhatikan Patricia. Wajah Patricia seketika memerah ketika sadar dirinya menjadi pusat perhatian. Beruntung lampu segera hijau sehingga ia tidak terlalu lama menahan malu.

“Kamu sih pakai minta dipertegas, tante kan jadi malu dilihatin begitu..” Kesal Patricia menepuk pundak Agus.

“Looh, kan tante sendiri yang ngomong, bukan Agus. Hihihi” Sahut Agus sambil melihat reaksi wajah Patricia melalui kaca spion

“Kalau itu yang tante maksud sih.. Alhamdulillah Agus gak pernah kepikiran sampai sana.”

“Serius? Biasanya anak seusiamu itu libidonya lagi besar besarnya loh, masa sih kamu sedikit pun ndak kepingin ke arah sana?”Pancing Patricia dengan suara lembut

“Ya ... sejujurnya sih ada tan kepinginan kaya gitu.. , tapi agus saja gak berani buat nembak dia...”

“Kenapa gak berani? Tante berani bertaruh, dari yang kamu ceritain dia pasti nerima kamu kalau kamu tembak....” Jawab Patricia meyakinkan

“Aku minder tan....”

“Minder....kenapa begitu?”

Agus kembali terdiam dengan wajah tersipu – sipu “ Agus kan pendek, nah teman agus ini tinggi, Agus ngerasa minder dan ngerasa dia gak akan mau sama cowok kaya Agus.”

“Gus Agus..... Apa kamu lupa ya, suami tante kan juga lebih pendek dari tante. Tapi selama ini gak pernah suami tante ngerasa minder.... atau tante merasa malu punya suami yang lebih pendek. Lagian jaman sekarang itu perbedaan fisik gak akan berpengaruh besar sama sebuah hubungan.... memang seberapa tinggi kamu dibanding... siapa namanya sih teman kamu itu...??”

“Sabrina” Jawab Agus sambil dengan sopan menyingkirkan tangan Patricia yang terus berusaha merangkul perutnya

“Nama yang cantik, pasti orangnya putih.” Gumam Patrcia

“Gak setinggi tante sih, kayaknya dia 169 deh, yaah beda 10 centi dari aku lah...” Lanjut Agus

“Halah cuma beda 10 centi saja, gak masalah kok....Ehhh, Agus berhenti sebentar...!!”

“Ada apa tante??”


Agus bingung ketika Patricia menyuruhnya menepi. Tanpa mau tahu alasanya, ia pun menepi di jalan dengan pepohonan rindang. Patricia lantar turun dan berdiri disamping Agus dengan wajah sedikit kesal.

“Kamu kenapa sih tangan tante dari tante kamu singkirin, tante kan cuma mau pegangan... Kalau tante jatuh bagaimana? Lagian tangan tante itu pegel dari tadi pegangan pundak kamu...!!” Gerutu Patricia menurunkan tas dari lengannya.

“Ohh itu, hehehe.... maaf tante, soalnya Agus gak biasa goncengin orang sambil dirangkul. Lagian kan malu kalau dilihat orang” Jelas Agus dengan sedikit polos.

“Oh begitu... oh ya tolong kalungin tas tante yah, ternyata pegel ngalungin tas dari tadi” Pinta Patricia berlanjut duduk lagi dijok motor yang terlihat lembab.

“Ahhh tante begitu aja pegel, pegel mana coba dari tadi Agus nyetir tangannya harus ngelebar??” Tanya Agus sambil mengalungkan tas Chanel Gabrielle yang ia tahu berharga pasti mahal.

“Loh tante pikir memang posisi nyetir harus kayak gitu” jawab Patricia posisikan tubuhnya makin dekat dengan punggung Agus.

Perlahan pemuda yang semakin salah tingkah melajukan motornya. ”Ya enggak lah tan , soalnya posisi kaki tante kan ke depan banget nihh..., kalau Agus nyetir dengan posisi biasa, tangan Agus bakal nyentuh paha tante dong... ya Agus gak enak lah...”

“Ohhh gara – gara itu, ya sudah sih anggep saja motor kamu ada handrestnya.” Sahut Patricia kembali merangkul Agus “Kamu lupa ya dulu waktu kecil kamu kan sering tiduran di paha tante sambil tunggu bapak ibumu jemput. Kenapa sekarang kamu cuma nyentuh saja harus ngerasa gak enak. Lagian ndak usah peduliin orang ngelihatnya gimana, itu lihat mereka saja cuek – cuek saja itu goncengan sambil pelukan.”

Merasa dipojokan akhirnya Agus mengalah. Ia pun melemaskan posisi menyetirnya hingga tanggannya kini bertumpu pada kedua paha Patricia Jelas ini perasan yang beda. Memang dahulu ketika orang tua Agus menitipkan anaknya, dia sering menidurkan Agus dipahanya. Karena Patricia menganggap itu adalah cara paling jitu untuk menenangkan Agus yang sat itu masih kelas 2 SD. Usia anak yang belum ternoda oleh pikiran aneh dan kotor. Namun Agus sudah beranjak dewasa, dia seperti lelaki normal lainnya yang memiliki nafsu birahi terhadap lawan jenis. Sekalipun Agus cukup piawai untuk tidak menampilkan sikap itu kepada siapapun. Termasuk pada Patricia yang payudaranya kian menempel pada punggung Agus.

Ada sebuah perasaan yang mengganjal ketika gundukan kenyal itu menekan punggung Agus. Sebuah perasaan yang sama ketika ia membonceng Sabrina disuatu sore. Namun ada dua hal yang membuatnya begitu berbeda. Payudara Patricia jauh lebih kecil ketimbang payudara Sabrina yang sering tidak sengaja tersentuh punggungnya ketika berkendara bersama. Perbedaan kedua tentu pada usia mereka. Agus dan Sabrina sama – sama berusia 19 tahun sementara Patricia lahir pada tahun yang sama dengan Bapaknya.

Namun diantara kedua perbedaan itu, timbul satu kesamaan, yaitu sebuah perasaan yang menyesakan sebuah rongga. Sesak pada rongga dada sekaligus sesak pada rongga celana. Namun Agus tidak kuasa menolak semua perasaan yang tidak sengaja ia dapatkan ini. Perasaan yang mungkin tidak akan dia dapat kalau saja dia tadi menolak ajakan salah satu karyawan bapaknya untuk mengambil mobil Patricia.


---------------

Cukup lama berkendara akhirnya motor yang dikendarai Agus memasuki sebuah halaman bengkel yang terlihat luar biasa. Terakhir kali Patricia mengunjungi bengkel sahabatnya belum sebesar dan semewah ini. Namun ini sudah dapat disandingkan dengan bengkel modern diluar negeri.

Usai memarkirkan motornya, Agus mengajak Patricia menuju sebuah lounge. Patricia boleh dibilang jarang mengendarai sepeda motor, karena ia mengakui membonceng saja sudah sangat melelahkan apalagi harus mengendarai. Patricia bergegas merebahkan tubuhnya setelah melihat sebuah sofa panjang yang terlihat empuk dan nyaman. Sementara Agus menuju sebuah kulkas dan mengambil dua buah minuman dan memberikannya pada Patricia yang terlihat ngos ngosan.

“Padahal yang nyetris sekaligus ngimbangin motor itu loh tan, kenapa yang terlihat capek justru tante.” Sahut Agus sembari memberikan sebotol air mineral dingin.

Patricia langsung meraih botol itu dan meminum isiannya. Ia segera membasahi tenggorokannya seolah ia habis melakukan triatlon. “Kamu pikir duduk di atas motor yang berjalan itu gak bikin capek ya??... Tante kan gak semuda kamu....”

“Kamu juga tuh, kamu ngos ngosan, padahal kamu kan hanya cukup menarik gas saja.” Tanya balik Patricia setelah ia menghabiskan separuh isi botol ukuran 600 ml “ Jangan jangan kamu nafsu ya tadi tante meluk kamu terlalu kenceng.....ya kan?”

Agus terkejut dan menghentikan tegukannya.“Enak saja, tante kali yang nafsu”

“Loh kok malah tante yang kamu tuduh, tadi tante bisa ngerasakan loh ada sebuah tekanan pada dada kamu. Dada kamu berdegup sangat kencang...”

Agus meletakan botol minuman dan duduk pada sofa didepan Patricia “Tante ini aneh yah kalau jantung agus gak berdetak, tante gak akan sampai disini, karena Agus pasti akan terjatuh saat jantung Agus berhenti. Itu otomatis tante juga ikut jatuh.” Jawab Agus membingungkan.

“Lagian yang dari tadi mendesah setiap kali Agus lewat polisi tidur siapa, terus waktu lewat jalan yang agak rusak tante juga berkali – kali mendesah. Itu berarti tante yang nafsu. Ya kan> orang tua gak boleh bohong loh sama yang muda.”

“kenapa membahas usia, itu gak adil.”

HAHAHAHAHA

Keduanya sama – sama tertawa lepas begitu sadar obrolan mereka tidak ada artinya dan hanya menambah letih dahaga.

“Bapak kamu dimana Gus? Tanya Patricia sudah sedikit terkontrol

“Kayaknya sih lagi makan siang sama orang marketing, tante tunggu disini, nanti Agus bilangin ke sekertarisnya kalau tante ada disini.” Jawab Agus sambil berdiri dari duduknya

“Kamu mau kemana?” Tanya Patricia lagi

“Mau sholat Dzuhur dulu tante... gak apa – apa kan Agus tinggal...”

Hmmmmm”Ibu kamu pasti bangga kalau lihat anaknya rajin ibadah.”

“Aminnn... ya sudah Agus tinggal ya, kalau tante perlu sesuatu bilang saja sama mas Tudi diruangan itu.”

Agus pun meninggalkan Patricia di ruangan dengan nuansa modern minimalis. Tapi tak berapa lama terdengar suara lantang nan gagah yang tak asing lagi ditelinga Patricia. Yono dan beberapa karyawan marketing serta 6 orang SPG keluar dari sebuah ruangan. Patrciapun langsung bangkit dan menghampiri Yono yang berjalan sambil bercakap genit dengan wanita yang menjadi ujung tombak perusahaan otomotifnya.

Enam sales promotion girl yang sehari – hari berusaha tampil menarik dan selalu berusaha terlihat tinggi dengan menggunakan sepatu bercenti – centi dibuat terperangah ketika Patricia berjalan menghampiri mereka. Mereka sudah susah payah berusaha tinggi namun seketika dibuat minder ketika melihat Patricia berdiri dihadapan mereka.

“Oh my goodness. Patricia, my falling angel...”

“Yo Yono..is that you??....Really???

Kedua sahabat yang hampir lima tahun tidak berjumpa saling terkejut. Keduanya tidak menyangka akan dipertemukan siang ini. Terlebih Patricia yang kaget dengan perubahan Yono yang sangat drastis. Sahabat karibnya yang dulu tinggi kekar dan mempesona banyak gadis.

Yono pun memperkenalkan Patricia dengan para karyawannya. Semua menyalami dengan ramah serta dengan reaksi yang sama Reaksi kagum melihat sesosok bak bidadari nan tinggi semampai. Para SPG yang ikut dikenalkan hanya terbengong melihat tubuh tinggi langsing Patricia.

“Patricia...., sejak terakhir kita ketemu,....hmmm bahkan kayaknya sejak kita di SMA tubuh kamu segini gini saja ya, jangan – jangan suami kamu gak pernah kasih makan ya....” Puji Yono dihadapan karyawannya.

"Atau jangan jangan kau adalah jelmaan patung manequin yang biasanya ada di toko pakaian" Puji Yono sungguh berlebih

“Bisa saja kamu....”

"saya jauh lebih kaget melihatmu sekarang. Terakhir kita bertemu kau masih terlihat gagah perkasa. Tapi sekarang..... Saya gak yakin itu beneran kamu atau seonggok karung beras yang mengenakan kemeja dan jas.... Yon yooon.... sekarang kenapa kamu gendut sekalii...." Patricia begitu terkejut dan gak menyangka sahabatnya berubah menjadi besar dan gendut dengan tumpukan lemak disetiap jengkal tubuh tua itu.

"HAHAHAHA" Yono hanya tertawa menggelegar


“Ibu teman SMAnya pak Yono?” Tanya seorang SPG tak percaya

“Berarti ibu seumuran dong sama bapak?” Heran SPG yang lainnya

Patricia hanya tersenyum menanggapi reaksi karyawan cantik sahabatnya ini. Ia sudah terlalu sering mendengar reaksi dan pertanyaan macam ini, bahkan ia kadang bosan untuk menjelaskan semua tanya dan kekaguman yang terkadang cukup berlebihan baginya.

“Rahasianya apa sih bu, kok bisa awet muda kaya gini sihh....” Lanjt seorang cantik lainnya.

“Rahasianya yaah... hmmmmm paling Cuma rutin olah raga saja sih” Jawab Patricia singkat

“Ahhhh... aku juga rajin ngegym kokbu, tapi badan aku melar – melar aja” keluh sicantik yang pertama.

“hmmm mungkin karena saya gak pernah bergunjing, apa itu biasanya istilahnya.. gib gib.....”

“Ghibah!!!” Kompak dari beberapa mereka

Beberapa dari mereka mengiyakan jawaban Patricia, namun beberapa yang lain nampak sedikit tersentil, mengingat aktivitas para SPG sembari menunggu pelanggan ialah bergosip. Bagi mereka pekerjaan yang melelahkan dan merelakan sedikit harga diri, akan sedikit ringan apabila saling bergosip diantara mereka. Saling ingin tahu keburukan sesama, saling ingin menjatuhkan diantara derita. Seolah peduli padahal dibelakang tertawa, seolah ingin merangkul padahal diam – diam ingin memukul.


Tamat


Chapter-5-1.jpg


 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd