Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Secret and Desire
Chapter 9
Hobbit dan Kotak Perkakas

Chapter-9.jpg





“Woyy anjing... Maju njiiing”


Sebuah makian khas jalan raya berkali – kali terdengar setiap kali mobil yang dikendarai Romi berhenti di persimpangan. Ia beberapa kali hilang fokus hingga lupa menginjak pedal gas setiap kali lampu berubah hijau. Seolah kesadarannya sedang berkelana entah kemana. Romi selalu berkilah sedang memikirkan tugas kuliahnya yang menumpuk setiap kali Jean bertanya “Kamu ini lagi kenapa sih. Dari tadi nyetir meleng mulu??”

Romi kembali tersadar dan lekas menancap gas dan tak pedulikan teriakan orang diluaran. Dalam benaknya saat ini ia ingin sekali mengatakan seperti ini;“Gue sange lihat nyokapnya Galih tadi, gila coy tadi pentilnya nyeplak banget, mana kelihatanya berkeringat gitu dadanya... anjiing... milf idola banget pokoknya mah”.

Namun mahasiswa seni rupa itu akan berpikir seribu kali untuk mengucapkan hal itu. Ia tidak mungkin mengatakan hal sekasar itu dihadapan Galih yang baru ia kenal setahun ini di tempat kursus. Sedurhakanya Malin Kundang, ia tidak akan terima apabila ibunya di olok – olok dihadapannya. Terlebih dengan bahasa yang kasar dan cenderung mesum. Romi juga sadar, disebelahnya ada seorang wanita yang sedari tadi menatapnya dengan curiga. Ia tidak mau Jean berpikir kalau dia sama seperti kebanyakan cowok mesum lainnya dan akan menggagalkan pendekatannya selama ini. Itulah kenapa Romi hanya tersenyum saat Jean berkata; “Kamu kenapa sih, aneh banget deh dari tadi??”;untuk kesekian kali.

Tetapi, sebenarnya Galih sudah paham dengan perilaku Romi sejak mereka meninggalkan King and Queen Burger Bar. Senyum cengok seperti itu sudah sering ia lihat setiap kali seseorang bertemu dengan mamanya. Galih sudah berdamai dengan kenyataan itu, karena dirinya sadar bahwa ia tidak akan mampu mengubah kenyataan bahwa mamanya memang awet muda. Tetapi satu hal itu juga yang menyebabkan sejak dulu Galih tidak pernah mengajak satupun teman sekolahnya ke rumah. Ada dua alasan mendasar. Pertama, ia tidak mau setiap kali ia mengenalkan mamanya, teman – temannya akan beraksi sama seperti Romi saat ini. Galih tidak mau Patricia dijadikan bahan imajinasi nakal teman – temannya yang secara kebetulan ia tahu memang mesum. Meskipun pada akhirnya keputusan itu membuat Galih sering dicap sombong.

Meski sering dianggap sombong karena sok misterius dan sok cool, Galih tetap sahabat yang menyenangkan.



_________________


Tak berapa lama mobil berkapasitas 6500 cc itu berhenti di depan lobi samping Yono Mobile. Patricia segera keluar setelah pintu gunting itu terbuka dan segera berjalan menuju kearah lounge . Pada sebuah bangku kayu di teras kantor Patricia mengistirahatkan tubuhnya, bangku ini terasa lebih nyaman ketimbang duduk di bangku yang terlapis beludru alcantara sebelumnya. Bukan karena bangku mobil sport itu terlalu tipis dan kurang empuk, melainkan getaran mesin yang lebih dari 700 tenaga kuda itu membuat Patricia merasa duduk didalam vibrator raksasa.

Patricia duduk sembari memijat betis jenjangnya yang terlapis lagging hitam. Wajar bila wanita penggila olahraga ini merasa letih dan pegal seharian ini. Hari ini ia kembali menyetir setelah sekian lama tidak pernah berada dibalik kemudi. Namun itu rasanya tak lantas membuat kakinya sepegal ini.

Sambil terus memijat lembut betisnya Patricia tersenyum karena baru sadar penyebab kenapa dirinya selelah ini. Sudah tak terhitung berapa kali Patricia mendapatkan orgasme sejak tadi pagi, ditambah dua kali squirt dari dua lelaki yang berbeda sudah sangat cukup membuat otot kakinya tegang. Namun pijatan kecil dan berendam air panas bisa menghilangkan itu semua. Tetapi semua itu harus tertunda karena ia harus mengambil handphonenya yang tertinggal.

Cukup lama Patricia duduk diteras yang terasa sejuk oleh rindangnya pepohonan dan semburan air dari pancuran di kolam ikan. Hingga akhirnya Patricia menyadari bahwa suasana bengkel ini cukup sepi. Hanya beberapa orang yang terlihat bersih dan buru - buru untuk pulang. Patricia melirik rolex dilengan kirinya, dan melihat waktu masih menunjukkan pukul 15.25, masih terlalu siang untuk bengkel sebesar ini tutup. Beruntung masih ada seorang pegawai yang baru saja keluar dari dalam kantor dan membantu Patricia mencarikan kunci dan menunjukkan dimana mobilnya diparkirkan. Tetapi bukannya di antar menuju garasi belakang, Patricia justru ditinggal begitu saja, seolah pegawai itu sedang diburu sesuatu.

Walau kesal Patricia tetap berjalan ke garasi belakang seorang diri. Tujuannya hanya mengambil hp, karena ia tidak mungkin sedetik saja tanpa telepon genggamnya, pasti sudah banyak telepon dan email dari klien saat ini. Dan benar saja Patricia mengambil handpone dari dalam laci dasbord mercedesnya, sudah ada puluhan panggilan masuk dan email dari beberapa orang. Ia pikir menduduki jabatan direktur pada yayasan sosial akan jauh lebih santai ketimbang saat ia masih manager di Jensen Corp atau saat dia menjalankan sekolah modelingnya.

Tetapi jabatan ini justru sangat menyita waktu pribadinya, permohonan bantuan dari banyak sekolah di daerah pinggiran, permintaan bantuan segala macam masalah sosial, atau sekedar tawaran kerja sama dari banyak LSM lingkungan hidup menjadi beberapa dari sekian banyak hal yang harus diselesaikan Patricia setiap harinya. Namun, Patricia tidak mungkin mengeluh, karena dirinya sendiri yang mengajukan agar Jensen Fondation ini dibentuk.

Dulu Patricia sempat menolak ketika ditawari mengurusi perusahaan yang didirikan keluarga Jensen, karena ia menilai perusahaan itu cukup banyak merusak alam melalui anak perusahaan Jensen Corp dibidang tambang dan energi. Hal itu sempat membuat hubungan Patricia dan Ayahnya retak dan tak berkomunikasi sekian tahun. Namun akhirnya terkuak skandal besar di perusahaan Jensen Corp, ketika orang kepercayaan Peter Jensen mengelapkan dana CSR yang seharusnya disalurkan pada masyarakat yang terdampak langsung dari berdirinya perusahaan tambang. Belum lagi terungkap bahwa direksi Jensen Energy melakukan suap kepada pemerintah setempat untuk meloloskan izin pendirian pabrik dan tambang baru.

Kejadian itu sempat membuat Jensen Corporation mengalami colapse, namun itu justru membuat hubungan ayah dan anak kembali terjalin. Bahkan kedua adik Patricia yang memilih tinggal diluar negeri akhirnya kembali ketanah kelahiran, bersama mereka menjahit ulang perusahaan yang dulu dirintis oleh kakek buyut Patricia. Peter Jensen akhirnya menyetujui syarat Patricia untuk menjual beberapa perusahaan tambang dan mendirikan perusahaan sosial bernama Jensen Fondation. Patricia mendirikan yayasan yang dikhususkan memberikan bantuan dana dan moril kepada masyarakat yang selama ini tertindas atas berdirinya pabrik dan tambang milik ayahnya, bahkan bantuan itu juga melebar pada rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan energi lainnya baik milik swasta ataupun negara.

Atas semua itu akhirnya membuat Patricia Laura Jensen mendapat gelar pahlawan lingkungan dari sebuah program tv The Heroes. Bahkan tak terhitung penghargaan dari beberapa kementerian dan lembaga lingkungan hidup baik luar maupun dalam negeri ia terima. Tetapi Patricia tidak pernah menginginkan semua itu, baginya semua gelar dan pujian kepada dirinya tak sebanding dengan rusaknya kekayaan alam yang telah dititipkan Tuhan pada manusia.

Walau tarkadang letih dirasa, tetapi Patricia selalu senang menjalaninya, terlebih ketika kini Jensen Fondation sudah mampu memberikan bantuan pendidikan dan bantuan sosial pada semua masyarakat yang terpinggirkan. Ia sangat senang ketika mengunjungi sekolah dipinggiran yang ia bantu dirikan, melihat senyum anak – anak itu membuat Patricia tersenyum bahagia. Mungkin itu juga yang membuat wajah Patricia terlihat awet muda.



-------------


“tante..? “ Sahut Agus yang baru saja turun dari mobil yang ia parkir disamping mercedes Patricia,” Tante dari tadi disini?”

Patricia melirik kesamping kiri dimana suara Agus menggema “ Oh kamu toh Gus.. “ Jawab Patricia seadanya sembari mengirim email yang selesai ia tulis.

Usai mengirimkan email, Patricia mengambil buku milik Galih yang tetinggal dibangku belakang Ia lantas keluar dan mengunci kembali mobilnya lalu menemui Agus yang berjalan menghampiri.

“ada yang ketinggalan ya Tan?”

“iya hp tante ketinggalan didalan dashboard ternyata ... Kok jam segini bengkelnya sudah sepi sih Gus? Untung tadi ada orang yang ngambilin kunci mobil tante, kalau gak percuma dong tante jauh - jauh kesini.” Jelas Patricia sambil berjalan menuju bagasi mobilnya

“Ohh, soalnya ini hari kamis tante jadi jam kerjanya Cuma sampai jam 3,” Jawab Agus mengikuti langkah Patricia, “Eh biar Agus yang bukain tan.” Lanjut Agus membukakan pintu bagasi.

“oh ya, sekalian ambilkan paperbag chanel itu” sambung Patricia, “ Apa hubungannya hari kamis sama jam pulang kerja?”

“Kata bapak sih biar karyawannya, terutama yang sudah berkeluarga gak terlalu capek tan, Agus juga gak begitu paham sih tujuannya..” Jawab Agus seraya memberikan tas kertas kepada Patricia yang berdiri dibelakangnya

Patricia memasukan buku kedalam papperbag lalu meletakkannya diatas lantai,” Ohh... Yono pengertian juga” Patricia mengangguk menanggapi

“Pengertian maksud tante...?”

“Kamu ini banyak gak ngertinya ya, kamu kan sudah dewasa pasti tahu dan pernah denger istilah sunah rosul bagi mereka yang sudah nikah, nah bapak kamu ngurangin jam kerja setiap hari kamis, biar mereka yang sudah beristri gak terlalu capek karena sesampainya dirumah mereka kan harus kerja lagi.” Jelas Patricia cukup panjang.

Agus hanya mengangguk mendengar penjelasan Patricia “ Ohh begitu toh maksudnya selama ini. Pantesan setiap kamis karyawan disini pasti kerjanya gesit karena kepengen cepet2 pulang toh hihihi..”

“Bapakmu itu memang suka yang aneh aneh sih dari dulu, yaa sama kaya waktu dia namain bengkelnya ini, kamu tahu gak kenapa bapak kamu namain bengkel ini dengan nama Yono Mobile” Tanya Patricia “Ehh pinjem iket rambut kamu dong?”

Gak tahu tan, setahu aku malah banyak yang ngira ini itu toko handphone...” Sahut Agus sambil melepas ikat rambut dikepalanya dan memberikan kepada Patricia

Patricia menggulung dan mengikat rambutnya kebelakang, membuat dadanya sedikit membusung dengan puting yang semakin terlihat menerawang di kaos putihnya. “Jadi dulu itu, bapak kamu itu satu – satunya yang punya mobil waktu sma, jadi kalau kita dulu mau jalan kemana begitu, pasti makenya mobil bapak kamu, nah terus jadi kebiasaan deh, kalau ada apa – apa tenang saja ada mobile yono kok , akhirnya waktu bapak kami bikin bengkel eh dia pakai sebagai nama hihihi.. daasar itu si Yono....”

“Ohh begitu toh ceritanya” Agus mendengar cerita tentang kisah masa lalu Patricia dengan ayahnya, namun bukan cerita itu yang terdengar menarik baginya, melainkan dada yang persis membusung dihadapan matanya.




Suatu kebetulan lagi bagi Agus bertemu dengan Patricia sore hari ini, ia ingin melanjutkan curhatnya yang sempat terpotong siang tadi. Besok ia akan berangkat ke Jogja, dan ia tidak tahu kapan lagi bertemu dengan seseorang pendengar yang baik seperti Patricia. Apalagi Agus tidak punya nomor telepon Patricia, sehingga ia tidak mungkin berchating dengan curhat tentang Sabrina.

Tanpa sungkan Patricia mendengarkan curhat Agus seperti ia mendengar curhatan anaknya sendiri. Ia sering kali mendengar cerita Galih sekalipun pada akhirnya Galih akan di bully oleh Patricia kalau menemukan hal yang konyol dalam setiap cerita anaknya. Dari cerita Agus membuatnya teringat kisah cintanya sendiri dengan suaminya yang sama – sama memiliki perbedaan tinggi badan. Dengan secangkir kopi pahit dan gorengan Patricia duduk menemani pemuda yang sedang landa kasmaran



“Maksih banyak ya tante mau dengerin cerita Agus lagi, Agus jadi gak enak buang – buang waktu tante lagi. Soalnya nanti malem kan aku berangkat ke Jogja naik kereta, jadi Agus gak tahu kapan lagi bisa ketemu tante, Agus juga gak punya nomor tante,”

“Laaah ... Kan bisa minta bapak kamu..”

“Ya kalau minta sama bapak nanti aku dikira mau ngapain, dah gitu nanti bapak jadi tahu kalau aku malah sibuk deketin cewek ketimbang kuliah...”

“halaah, wong bapakmu dulu juga kuliah sambil pacaran kok. Hihihi...”

“Ya tapi beda cerita tan, dulu kan bapak ganteng kaya Roy Marten.. hihihihi...”

Kembali Patricia menuang kopi panas dari dalam teko ke cangkir putih yang ia pegang,” Jadi sudah mau ngomong apa kalau ketemu Sabrina nanti..”

“Udah dong, saran tante pasti aku lakuin deh... doain ya tan aku bisa diterima...”

Sruupppp, Patricia menyeruput kopi pahit yang nikmat sambil menatap wajah anak bontot sahabatnya itu. “hmmm ... Tapi kamu sudah juga belum untuk itu...?”

“Untuk apa ya tan?”

Diletakanya cangkir kopi dipinggiran kursi lalu Patricia memegang dagu Agus yang sedang termangu “Ya siap untuk berhubungan badan sama Sabrina dong, kan dari cerita kamu barusan, tante bisa simpulkan kalau Sabrina itu perempuan yang cukup Hyper, kamu gak boleh terlihat seperti orang yang baru pertama kali ml dong dihadapan dia nanti. Paling nggak kamu harus paham gerakan dasar kalau orang sedang bercinta.” Jelas Patricia menaikkan sebelah alisnya

“ehhh... kalau untuk itu sih lihat nanti saja tan, lagian kalau gerakan ml begitu Agus dan sering nonton di film kok, Agus dah tahu lah gerakannya musti apa..” Jawab Agus terlihat terkejut

“Itu kan cuma teori, prakteknya bisa berbeda loh.. “ Patricia menggeser tubuhnya semakin mendekat kearah Agus yang makin terlihat salah tingkah. Wajah pemuda itu semakin memerah ketika Patricia mendekatkan bibirnya dan mengecup bibir Agus. “ Tante mau ajarin kamu sesuatu, paling tidak supaya kamu siap ketika menghadapi Sabrina yang kamu bilang ... 10 centi lebih tinggi dari kamu”

Tanpa memberikan kesempatan Agus untuk berkata, Patricia kembali mengecup bibir merah pemuda 19 tahun itu. Namun Agus hanya diam dan tak memberikan balasan apapun dari kecupan bibir Patricia, memberi cukup bukti bahwa pemuda itu belum pernah berciuman. Lengan kiri Patricia melingkar dan merangkul leher Agus, sekedar memastikan Agus tidak berpaling saat lidah panas Patricia menerobos masuk bibir yang masih tertutup. Benar saja dugaan Patricia, Agus sedikit terkejut saat merasakan sesuatu didalam rongga mulutnya, merasakan lidah seseorang meliuk – liuk mencari lidahnya.

Patricia ingin memberikan pelajaran pertamanya, yaitu cara berciuman yang disukai kebanyakan wanita. Ketika lidahnya berhasil meraih lidah agus, ia lekas mengigir lidah itu dan menghisap masuk kedalam mulutnya. Patricia mengisap cukup kuat lidah itu sehingga membuat Agus agak kewalahan. Namun seorang pemuda biasanya sangat cepat untuk belajar dan beradaptasi, hingga Agus pun mulai berani balik menghisap lidah Patricia meski hanya hisapan lembut yang cenderung romantis.

Dalam basahnya ciuman dua manusia beda generasi ini, Patricia meraih telapak kiri Agus dan mengarahkannya ke dalam kaos putih yang ia kenakan. Diletaknnya telapak tangan yang tak hentinya bergetar pada payudara kanan yang mulai mengacung putingnnya. Patricia terus menuntun pemuda itu untuk meremas lembut payudaranya, hingga Agus mulai terbiasa dengan sensasi ini. Naluri kelelakian Agus mulai bangkit hingga tangan kanan Agus mulai merangkul tubuh Patricia dan membelai punggung panjang itu.

Dari sifat dan tutur kata, Agus cenderung mirip dengan Lastri mendiang ibunya. Namun Agus tetap mewarisi sisi liar sang ayah yang selalu suka bermain agak kasar. Agus mulai berani meraba pinggul Patricia dengan sentuhan yang sedikit kasar bahkan cenderung mencakar. Tangan nakal itu bahkan semakin piawai merayap semakin kebawah, sehingga Patricia sedikit mengangkat tubuhnya agar Agus leluasa meremas bongkahan pantat itu. Memang bukan pantat yang montok; bahkan dulu oleh Yono selalu disebut pantat tepos; tetapi cukup memuaskan fantasy Agus yang selama ini hanya terbayang lewat tayangan film biru.



SLUUPPPPP

LEELLLLLL



Dua tangan pemuda itu sudah disibukkan oleh dua tonjolan kenyal yang kini sudah tidak asing lagi baginya. Membuat Agus semakin merasa nyaman hingga tak mempedulikan Patricia yang semakin buas mengulum lidah dan bibir Agus hingga menimbulkan suara basah. Liur mereka berdua bahkan membasahi pipi dan dagu keduanya. Saking asiknya saling mengulum lidah dan meremas pantat serta payudara, membuat Agus tak sadar ketika Patricia mulai melepas kancing celana jeans yang dikenakan Agus. Bahkan dengan sangat cekatan celana itu dibuka hingga penis pemuda itu mengacung ke udara.

Sadar Patricia melakukan hal di tempat yang tak semestinya, membuat Agus menarik paksa lidah yang sedang dihisap oleh Patricia, “ Tante yakin? Stttttt... kita kan lagi digar.....? “ Tanya Agus mengingatkan saat ini mereka berada dimana. Stttttt...... “Aduuh kok enak banget tante..” Agus tak kuasa merasakan nikmat ketika penisnya dikocok oleh perempuan untuk pertama kalinya. Rasa nikmat itu seketika menghilangkan fakta bahwa Patricia merupakan sahabat baik Ayahnya sendiri.

“Yakiiin. Kan kamu sendiri yang barusan bilang kalau hari kamis karyawan bengkel ini pulang cepat, jadi aman dong...?” Tanya Patricia semakin kencang meremas dan mengocok Penis Agus yang semakin tegang.

“Sttttt ahhhh.... Iya sihh semua karyawan pasti sudah pulang dan satpam disini juga jarang muter sampai ke garasi belakang... tapi tantee yakinnn..... Achhhhh aduh beneran enak banget..... “

“apanya yang enak..?” Ucap Patricia dengan lirih dengan kocokan yang berubah lembut

“Ini kan kali pertama titit Agus di kocokin orang lain, biasanya cuma agus yang ngocok sendiri... sekarang dikocokin sama tante ya jelas enak lah .... Sttttt....” Jawab Agus meringis keenakan.

“Karena kamu merasa enak, itu yang membuat tante yakin, “

Agus menatap mata Patricia cukup dalam, “Tapi tante itu kan teman baiknya bapak, bagaimana kalau bapak tahu Agus gituan sama sahabat lamanya?” Ungkap Agus

Patricia melepas kocokan pada penis Agus dan mencubit hidungnya dengan manja, “ Ya jangan sampai bapak kamu tahu dong, bagaimana sih kamu.... Lucu ih...”

HIhihi....

Patricia tertawa dalam hati mengingat sejak dulu Yono yang tak lain merupakan ayah dari Agus sudah menjadi partner seksnya sejak muda. Heeh, tante juga gak kebayang reaksi bapakmu kalau kamu juga ml sama tante. Hihi bapak sama anak sama sama nikmatin memek yang sama hihihi.... sembari terus menatap wajah ragu Agus, Patricia puas tertawa dalam hati.



Patricia menjawab keraguan Agus dengan melelorotkan celana jeansnya hingga kelutut. Kembali ia menggenggam penis yang berukuran rata – rata lelaki Indonesia, “Titit kamu cukup besar ya untuk ukuran lelaki sependek kamu.” Patricia tersenyum seolah meledek, “ Upss sorry bukan maksud tante meledek fisik kamu, tapi kamu juga harus belajar menerima kenyataan kalau kamu itu memang pendek. Hihiii..”

Agus duduk dan menerima dengan lapang dada semua ledekan fisik Patricia terhadap tubuhnya. Bagaimana mungkin Agus akan tersinggung dengan perkataan wanita yang saat ini sedang menelanjangi dirinya. Patricia dengan telaten melepas celana jeans dan juga kaos yang dikenakan Agus, seolah Agus adalah seorang bayi yang hendak dimandikan disore hari oleh ibunya. Perkataan Patricia barusan tidak terdengar seperti sebuah hinaan, bahkan bagi Agus itu terdengar seperti rayuan yang semakin membuat tubuhnya bergelora.

“Kalau dibandingin kontol suami tante, gedean siapa?” Tanya Agus malu – malu karena tahu suami Patricia juga lebih pendek.

Patricia terkejut mendengar pertanyaan barusan “ Hmmm kalau bandingin sama suami tante, ya jelas titit kamu lebih kecil lah, suami tante itu kontolnya besar dan panjang.” Jelas Patricia dengan meyakinkan, “ Kecuali perbandinganya bapak kamu, bapak kamu kan tititnya Cuma 7 centi kurang.”

Agus mengernyitkan dahinya “ Dari mana tante tahu ukutan kontol bapak?”

“EH... ya dulu almarhumah ibu kamu sering curhat ke tante ... ya curhat masalah keluarga ya termasuk curhat masalah ukuran.. HIhihi” Patricia segera berkilah

“Ohhh hehehe.... “



Pemuda yang rambut gondrongnya terurai itu seperti tak peduli darimana Patricia mengetahui ukuran penis ayahnya. Ia memilih kembali menikmati belaian lembut dari jari lentik Patricia pada tubuhnya. Berbeda dengan Yono yang ditumbuhi bulu disekujur tubuhnya, tubuh Agus cenderung mulus dan hanya sedikit bulu yang tumbuh diselangkangannya. Bahkan Patricia tidak menemukan sehelaipun bulu pada ketiak lelaki berusia 19 tahun itu.

“Sebelum kamu entotin tante.... tante mau mandikan kamu dulu!!” Bisik Patricia ditelinga Agus

Lelaki yang sedang dalam puncak birahi itu, menurut begitu saja ketika Patricia menyuruhnya berdiri. Bahkan Agus hanya diam ketika Patricia memandang sekujur tubuhnya selayaknya memandang mobil baru yang yang dipajang di showroom. Seperti halnya calon pelanggan yang mengecek semua body mobil dari lecet dan penyok, tangan Patricia juga meraba sekujur tubuh Agus dari kepala hingga ke kaki dan dari dada hingga ke pantat, tak tertinggal satu jengkal pun dari jamahan jari Patricia. Puas mengitari dan mengamati tubuh Agus, Patricia mulai memandikan tubuh itu dimulai dari leher.

Dengan lidah basahnya ia menjilati sekujur leher hingga merambah pada dada. Tak ketinggalan berulang kali ia sapu lidah itu pada kedua puting pemuda yang terlihat kecil dan merah. Sapuan lidah itu terus membuat tubuh bagian depan Agus basah oleh liur. Perut hingga ke pusar – pusarnya, bahkan lidah itu mulai memandikan paha dan betis kurus Agus yang tak berbulu. Memastikan bagian depan tubuh Agus bersih, Patricia kembali berdiri dan beralih membasuh tungkuk Agus dengan lidahnya. Berkali – kali lidah Patricia menjilat bagian itu hingga membuat Agus merinding.

Stttttttt

Hmmmmm...

Dari semua film porno yang pernah ditonton oleh Agus, belum pernah ia menemukan adegan dimana seorang perempuan menjilat sekujur tubuh seorang lelaki. Sesekali ia memejamkan mata dan menganggap ini hanyalah genre film porno baru yang belum pernah ia tonton. Namun jilatan itu terasa nyata dan memang nyata adanya. Agus terbiasa menjadi penonton dan tak pernah bisa menjadi seorang sutradara, hingga ia tak kuasa menghentikan Patricia untuk terus menjilati punggungnya. Bahkan ketika lidah Patricia mulai menjilati kedua ketiak Agus secara bergantian, ia hanya diam dan menikmati kenikmatan itu meski aneh baginya.

“Asschhhhhh tante Patris kenapa jilatin ketek Agus segala ... memang gak jijik... achhhhhhh”

Belum selesai bagi Agus menghilangkan perasaan aneh ketika Patricia dengan rakusnya menjilati ketiaknya hingga basah. Kini, Agus kembali dilanda perasaan yang jauh lebih aneh, ketika Patricia berjongkok dibelakang tubuhnya dan menjilati kedua belahan pantat secara bergantian. Agus berusaha mendorong kepala Patricia menjauh dari bagian tubuh yang dianggap kotor itu. Namun, tenaga Agus tak cukup kuat mendorong nafsu binatang buas pemakan segala

Stttttt... aduhhhh,,, mhppppppp

Patricia dengan ngragasnya menyapukan lidah itu pada lubang terlarang, membuat Agus menjatuhkan tubuhnya pada kap mobil milik Patricia karena sudah tak lagi mampu menahan keseimbangan tubuhnya yang goyah. Sore ini Agus seperti menjadi korban pemerkosaan yang tak kuasa mejaga kehormatan lubang anusnya. Bahkan Agus sudah tak lagi peduli ketika Patricia membalikan tubuhnya seperti selembar kain dan kembali melahap lubang anus itu seperti cemilan disore hari. Namun cemilan itu terasa terlalu ringan untuk memenuhi nafsu makan sang binatang cantik. Patricia mulai tertarik pada sebatang penis berwarna putih bersih diatas anus yang terlihat berkedut – kedut. Dengan sekali lahap penis itu berpindah kedalam mulut Patricia yang terasa basah oleh lendir air liur. Tak sampai satu menit Patricia mengulum dan mengocok penis Agus, hingga akhirnya Agus merintih kenikmatan saat ia menyemburkan sperma kental kedalam mulut tante Patricia

“Achhhhh tanteee... Agus keluar aachhhhhhhhh...”

Bagi Patricia sperma perjaka selalu terasa manis, itu kenapa ia tak mau menyia - nyiakan setiap tetes sperma yang keluar dari penis Agus. Bahkan sperma yang menetes diatas kap mobilnya sekalipun tak luput dari jilatannya. Setelah yakin tak ada tetes sperma yang tersisa, Patricia menarik tubuh Agus yang terkulai diatas kap mobil, lalu ia mengajaknya duduk di bangku sebelumnya.

“Apa rasanya” Tanya Patricia sambil memberikan minum kepada Agus yang terlihat lemas

Haaah...

“Agus gak tahu deh tan harus ngomong apa, “ Glek glek “ yang jelas ... yang barusan enak banget tan... huuuuh...Agus gak bakal ngelupain kejadian ini seumur hidup.... haaah...”

Wanita cantik setengah baya dihadapan Agus hanya tersenyum dan mencium keningnya yang bermandikan keringat. Lalu Patricia pun menarik kepala Agus dan meletakannya diatas lengan kirinya. Patricia menarik keatas kaos putih yang ia kenakan, lalu menggunakan sisi dalamnya untuk menyeka wajah Agus yang berkeringat. Agus terlihat nyaman tiduran dipangkuan Patricia, terlebih kini ia bisa melihat jelas payudara indah yang kini tepat disamping wajahnya yang sedang diseka.

“Tapi tante kok jorok sih, masa sampe pantat Agus dijilatin.... memang Tante biasa ngelakuin kaya begitu ya sama sua...” Agus tak mampu menyelesaikan pertanyaannya, karena mulutnya terbungkam oleh puting kiri Patricia

“Harusnya tante cuma mau nunjukin dasarnya saja ... tapi karena tante gemes sama tubuh kamu yang gak ada bulunya itu... ya tante kelepasan sampai jilatin pantat kamu ... hihihi ... Maaf ya kalau bagi Agus itu menjijikan.” Ujar Patricia seperti memberikan dongeng kepada seorang bayi yang sedang menetek dipangkuannya.

Sebuah senyum terpancar dari bibir Patricia ketika melihat anak sahabatnya menyusu pada payudaranya, “Pelan – pelan dong Agus, mau disedot sekuat tenaga juga, gak bakal keluar air susunya... hihihi” Patricia berkata sambil tangannya membelai Rambut Agus

Bayi besar yang sudah tumbuh gigi itu terus menghisap puting Patricia dengan rakusnya. Bahkan belum habis puting itu ia hisap, sang bayi sudah tertarik puting kiri meremas payudara kanan. Sambil kedua puting itu dikulum dan dipilin, sang bayi bergumam “ Han he Hahus hoheh hantihan hihat hehek hante haakk...”

Patricia tertawa melihat Agus yang berbicara dengan mulut masih menghisap putingnnya. “Kamu ini kok yo ngomong sambil nenen... tante ya gak bisa denger nang..” Sahut Patricia ketika mencubit pipi Agus dengan gemas

Hehe “ Maaf tante, habis Agus masih keenakan nenen..” Ungkap Agus melepas kulumanya. “ Tante Agus boleh gantian jilatin memek tante gak? Selama ini Agus cuma nonton di film bokep dan penasaran rasanya jilat memek itu gimana, boleh gak?”

Sebuah anggukan memberikan izin kepada Agus untuk menjilati vagina Patricia. Agus dimintanya berlutut didepan Patricia yang duduk mengangkangkan kaki jenjangnya. Ia pun merobek legging hitamnya dan menciptakan lubang diselangkangannya. Agus cukup lama termangu ketika melihat vagina Patricia yang terpampang jelas dihadapnya. Selama ini Agus hanya melihat vagina melalui layar handpone saja, dan semua model yang ia lihat selama ini selalu memperlihatkan vagina mulus tanpa bulu. Dari raut wajah Agus tergambar jelas bahwa ia tidak siap untuk melihat vagina berbulu lebat seperti milik Patricia. Namun rasa penasaran itu jauh lebih besar ketimbang perasaan gelinya. Ia pun memberanikan diri menjulurkan lidah pada bibir vagina Patricia yang bergelambir dan terlihat basah.

Meski awalnya ragu bahkan terlihat jijik, namun Agus berusaha membiasakan diri menjilati setiap celah bibir vagina yang mengeluarkan aroma dan rasa yang khas dilidahnya itu. Mendapatkan sensasi yang di luar perkiraannya, membuat Agus ingin segera menyudahi permainan lidah di vagina Patricia. Namun tangan Patricia mencengkeram kepala Agus sehingga ia mau tidak mau terus menjilat hingga lidahnya merasakan semburan air mani dari dalam liang vagina Patricia.

Agus berdiri saat kepalanya tak lagi dalam cengkeraman paha Patricia, bibirnya mengecap merasakan cairan yang terasa asing dilidahnya. Patricia hanya tersenyum melihat reaksi itu, reaksi yang wajar dari seorang yang baru pertama kali melakukan oral seks.

“Kenapa??... Aneh ya rasanya...?? Nanti juga terbiasa... “Sahut Patricia berdiri menghampiri Agus yang sibuk membersihkan mulut dari cairan dan bulu jembut.

“Hehehe... ya maklum tan, kan baru pertama kali Agus jilatin memek... hehehe...” Malu – malu Agus menjawab

Patricia mengambil beberapa helai bulu kemaluan di bibir Agus lalu kemudian mencium bibir pemuda itu lagi. Hanya sebentar Patricia mencium Agus, sekedar untuk membersihkan rongga mulut Agus dari sisa cairan mani milik Patricia. “ Nakal ya, sudah mulai ngaceng lagi...” Kata Patricia ketika sadar penis Agus sudah kembali tegang.

“Hehehe... iya tan ...”

“Mau dimasukin sekarang??” kata Patricia saat Agus mulai berani memegangin vaginanya yang basah.

Agus hanya mengangguk penuh harap. Sudah sangat terlambat baginya untuk menolak semua ini. Tubuhnya sudah terlanjur basah, telanjang dan kembali dalam kondisi prima ketika penisnya sudah kembali mengacung sempurna. Agus mengikuti Patricia yang berjalan kearah meja kerja disisi tembok garasi. Pemuda itu terhenti saat Patricia berdiri tegak dan sedikit memutar tubuhnya kebelakang sembari meremas pantatnya sendiri. Pose sexy Patricia saat ini seolah berkata fuck me if you can.

Secara teori pemuda itu tahu, ia hanya harus memasukan penis tegangnya lurus menuju lubang vagina. Namun Agus sadar itu akan sulit dilakukan dan bila merujuk pada teori trigonometri yang sudah mulai ia lupakan, jelas akan mustahil posisi penisnya akan selaras dengan vagina Patricia. Tinggi badan Agus hanya 159 cm dan bila dilihat dari sepatu setinggi 15 cm yang digunakan Patricia, lelaki itu membutuhkan penopang setinggi 41 cm untuk mencapai level tinggi 2 meter. Seketika angka – angka yang terbesit itu membuat Agus pusing, semakin pusing lagi ketika tubuh tinggi semampai itu meliuk – liuk dihadapan peralatan bengkel.

Agus menggerutu ketika berdiri dibelakang Patricia “Grrrr ... Tante ini bercanda ya... mana mungkin titit agus nyampe memek tante....!!”

Patricia hanya tertawa menanggapi keluahan Agus, “ Ya, hitung hitung jadi latihan buat kamu, bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau Sabrina juga lebih tinggi dari kamu...?? Kalau sama tante saja kamu sudah nyerah bagaimana mungkin kamu bisa menghadapi Sabrina?? “ Tantang Patricia dengan wajah sensual yang mengajak.

Pemuda itu tak ingin menyerah begitu saja, ia tak ingin melepaskan kesempatan pertama ini begitu saja. Ia kembali memutar otak dan mencari solusi untuk height problem ini. Aguspun melihat sebuah kotak perkakas disudut ruang. Ia bergegas ke sana, mengambil kotak itu dan meletakkannya di belakang kaki Patricia.

“Achhh ... Hehehe sekarang Agus lebih tinggi dari tante dong..” Seru Agus sumringah

Walau kenyataannya Agus hanya berdiri di atas kotak perkakas, tetapi itu sudah membuat dia merasa lebih tinggi dari seorang wanita. Kini ia dapat melihat dengan jelas lekuk leher seorang wanita tanpa harus menengadah. Ia juga bisa mengendus aroma yang tercium dari pundak wanita, harum dan menenangkan. Agus pun dapat mengecup rambut wanita itu tanpa harus meminta Patricia untuk membungkuk. Sebuah sensasi yang membangkitkan kepercayaan diri yang tersembunyi selama ini.

Meski saat ini Agus tidak bisa melihat tubuh Patricia seutuhnya, namun ia tetap bersyukur atas semua ini. Tidak akan mungkin Agus mengulang kesempatan ini, kesempatan memeluk wanita secantik Patricia, kesempatan mencium wanita seusia Patricia dan kesempatan mencumbu wanita setulus Patricia. Semua kesempatan yang terjadi begitu saja, di suatu sore yang cukup cerah pada garasi belakang bengkel milik sang ayah.

Kedua tangan Agus memeluk dari belakang, menarik kaos putih itu untuk memudahkannya meraba dan meremas dua payudara mengkal meski terasa kecil di genggaman. Patricia hanya berdiri terdiam, membiarkan anak dari sahabatnya itu menjelajah tubuh indahnya. Patricia mulai berpegangan pada meja hadapannya saat Agus mulai mengarahkan penisnya masuk kedepan bibir vaginanya.

Hmmmpppfttt

“Sekarang Agus boleh ml gak pakai pengaman, tapi nanti kalau Agus sudah berhasil mendapatkan Sabrina tante minta kamu pakai kondom ya !! Kamu gak ingin kan bapak kamu sedih gara – gara kamu hamilin anak orang??” Pinta Patricia sambil menggoyang pantatnya , membantu penis Agus agar masuk dengan mudah.

“Agus janji tante, Agus bakal jadi laki – laki yang bertanggung jawab.” Jawab Agus mantap semantap penisnya yang kian masuk kedalam gua lembab yang hangat.

“Achhhhh” Agus mengerang ketika merasakan sesuatu yang basah, panas dan menggelitik batang penisnya, “Uchhh baru masuk saja sudah enak ya tan”

“Sttttt” Desis Patricia sembari melirik kebelakang melihat wajah Agus yang terus mendesis keenakan, “ Kalau sudah pas, sekarang kamu dorong pantat kamu!!”

Menuruti perintah Patricia, Agus pun mulai mendorong pantat dan pinggulnya ke depan. Kedua tangannya bertumpu pada pantat; Patricia yang masih terbungkus celana ketak berwarna hitam; untuk menyeimbangkan gerak tubuhnya. Penis Agus masih terasa sensitif sejak mengeluarkan sperma sebelumnya, namun beberapa kali penis itu keluar masuk mulut vagina, membuat Agus terbiasa dengan sensasi yang sangat jauh berbeda dari sekedar onani.



Arghhhhh

Acrrhhhhhh

Ufffttttt



Tubuh Patricia mulai condong kedepan ketika Agus dengan semangat mudanya memompa tubuh Patricia. Dengan stamina yang masih prima itu Agus mulai menguasai tubuh Patricia, tangannya mencengkeram kedua payudara hingga Patricia tertahan dari hentakan keras dari belakang sana.

Plooop plooop

Plooop

Ploooo

Cukup lama menerima tusukan dari belakang, Patricia memutar tubuhnya dan bersandar pada tepi meja. Ia mengangkat satu kakinya dan meminta Agus menyangga dengan tangan kirinya. Kemudian ia mengarahkan penis Agus untuk masuk kembali ke dalam vagina Patricia dari depan.

Agus menahan penisnya didalam vagina yang mulai terasa memijit dan mengendut, lantas ia menatap wajah cantik Patricia yang kini dipenuhi oleh butir peluh, “ Tante kok cantik banget sihh?”

“Gak usah pakai ngerayu segala, cepat dorong lagi kontol kamu...!!!” Hardik Patricia kesal mendengar rayuan gombal khas anak muda

Mendengar wanita di hadapannya kesal dengan rayuannya, Agus mencoba memperbaikinya dengan lanjut memompa vagina Patricia. Meski agak sulit melakukannya karena harus menyangga kaki panjang Patricia, Agus tetap berusaha mendorong dengan sekuat tenaga.

Tak lama Agus merasa penisnya semakin sensitif. Lalu ia mulai berinisiatif untuk mendorong tubuh Patricia untuk duduk di atas meja berbahan besi. Patricia membaca gelagat itu dan dengan sendirinya ia naik dan duduk di atas meja hingga peralatan di atasnya berhamburan ke bawah lantai. Meja besi itu cukup lebar untuk merebahkan tubuh Patricia yang cukup panjang, meski sesekali kepalanya membentur pada papan gantung handtools.

Patricia melebarkan kedua kakinya hingga Agus dapat dengan mudah melihat penisnya keluar masuk vagina berbulu lebat. Agus kembali meremas kedua payudara Patricia dan menganggapnya sebagai sebuah pegangan ketika pinggulnya kembali memompa dengan kencang.

Ploop ploop plooop

Semakin kencang Agus memompa hingga peralatan bengkel yang tergantung ditembok berjatuhan. Beruntung obeng dan kunci pas itu tidak melukai tubuh Patricia yang terus berguncang menerima hentakkan sang pemuda. Hentakan itu akhirnya membuahkan hasil dengan beberapa kali semburan sperma ke dalam liang vagina Patrcia

Crooot Croooot Croooot

“Achhhh, Agus ngecrooot lagi tan.... enaaaaaak.....” Racau Agus sejenak menghentikan gerak pinggulnya untuk merasakan nikmatnya mengeluarkan sperma kedalam vagina untuk pertama kalinya.

Patricia ikut merasakan kebahagaian Agus yang begitu girangnya berhasil mengeluarkan sperma dalam vaginanya. Tanpa disadari pemuda itu, Patricia juga orgasme hampir berbarengan dengan masuknya air mani Agus kedalam tubuhnya. Wanita itu masih tergoler di atas meja penuh perkakas yang menjadi saksi pergumulan panas dua insan beda generasi. Diantara peralatan bengkel yang tersebar diatas meja dan juga di atas payudaranya, Patricia tertarik pada sebuah cordless mini drill bermerek Dremel yang tak jauh dari jangkauannya.

“Jangan tarik dulu kontol kamu Gus... Tante belum selesai....” Pinta Patricia agar penis Agus yang mulai lemas tetap didalam vaginanya

Agus hanya mengangguk meski tak mengerti. Yang ia tahu saat ini ia senang sekali, impian dan fantasinya terwujud sore ini melalui tante Patricia. Namun ia mulai terkejut saat Patricia meraih sebuah alat bor mini dan menyalakannya hingga terdengar suara getaran. Kemudian wanita yang masih memberikan pijatan pada penisnya itu mulai mendekatkan alat itu mendekat area klitoris yang terlihat penuh oleh cairan putih kental.

“Tante mau ngapain?” Tanya Agus melihat aksi Patricia yang dinilainya berbahaya.

Namun Patricia seolah tak mendengar peringatan pemuda yang masih memeganginya itu. Dengan hati – hati , Patricia menempelkan bagian belakang alat itu pada permukaan klitorisnya. Seketika ia merasakan getaran yang jauh lebih kencang dari vibratornya dirumah..

“Achhhh....... coba Agus goyang dikit lagi,,,,,”

Agus hanya menurut, kembali ia menggoyang pinggulnya meski penis itu sudah lemas dan berlumuran air mani dari keduanya. Tak lama dremel itu membuat tubuh Patricia terlihat bergelinjang, bahkan sedikit membuat meja besi itu bergetar.

Srooooot Srooooty Sroooot

Tiga kali semburan deras keluar dari sela – sela vagina yang masih tertancap batang penis Agus. Memang tidak sebanyak dan sedaras 2 Squirt yang Patricia dapatkan sebelumnya. Namun tetap membuat Agus berdecak kagum akan kemampuan tubuh Patricia di usianya yang tak bisa dibilang muda lagi.



“Waaaah tante hebat, nih, keluarnya bisa kenceng begitu.....” Puji Agus sambil membantu Patricia turun dari atas meja.

Hmmmm.

Kembali Patricia hanya bisa tersenyum karena tubuhnya masih sedikit mengejang. Dengan dipapah Agus, Patricia kembali duduk di atas bangku panjang itu. Agus lekas memakai celananya dan menghampiri Patricia dan memberikannya sebotol air mineral

“Makasih” Patricia minum dengan terburu – buru hingga tumpah membasahi dadanya.

“Achhhhh.... Agus sekarang sudah jadi sarjana loh...” Sahut Patricia setelah meminum separuh botol air mineral.

Agus terlihat heran “ Kok bisa tan? Agus kan baru semester 3?”

“Iya, tapi bukan sarjana ilmu komunikasi, tappi kamu sudah jadi S.IP..”

“Apa itu tan?” Tanya Agus lagi sambil mengambil botol minum ditangan patrcia.

“Iyaa..... SIP, Sarjana ilmu perngentotan.. Hihihi”

Byuuuurrr.

Agus sampai menyemburkan air yang sedang ia minum “ hahahaha... tante bisa saja sihh...”



--------​



Kemudian keduanya berjalan menuju kamar mandi di ruangan Yono untuk membersihkan tubuh mereka dari peluh dan juga pejuh. Agus kembali merasa seperti seorang bayi ketika dengan telaten tubuhnya disabuni oleh Patricia. Pemuda itu hanya berdiri mematung melihat tubuh telanjang Patricia yang sibuk menggosok tubuh kurus Agus. Hal itu membuat penis Agus kembali tegang dan tanpa meminta izin Agus kembali memompa vagina Patricia di atas lantai kamar mandi yang licin. Tentu tak ada penolakan dari Patricia, ia sendiri senang bisa mendapatkan sperma perjaka pada waktu yang hampir bersamaan.



Tak lama Agus dan Patricia keluar dari area gedung dan sempat membuat satpam jaga terkejut karena baru sadar masih ada orang di dalam. Namun keduanya membuat alasan yang cukup masuk akal sehingga sang satpam tidak menaruh curiga.

Patricia kembali memakai baju yang sama karena sudah terlanjur kotor. Ia hanya melapisi tubuh atasnya dengan cardigan yang ada didalam mobilnya.

“tante yakin gak mau Agus anterin?” Tanya Agus ketika tahu Patricia memutuskan pulang menggunakan taxi

“Gak apa – apa, lagian rumah tante dari sini kan lumayan jauh, kan kamu nanti malem mau berangkat ke jogja, nanti malah ketinggalan loh..”

“Ya sudah deh kalau tante Patricia maunya begitu. Sekali lagi makasih ya pelajaran barusan. Agus gak akan melupakan seumur hidup.”

“Gak usah dipikir. Cepat atau lambat kamu tetap akan mendapatkannya kok. Kebetulan saja saat ini kamu dapetinya sama tante. “ Jelas Patricia sambil memeluk erat tubuh Agus.

Sebuah taxi berhenti tepat di depan lobi. Patricia segera naik dibangku belakang dan menurunkan kaca samping “ Nanti kalau kamu sudah diterima, kabarin tante yaah. Nomor tante sudah tante simpen di hp kamu itu” Seru Patricia dari dalam mobil

“Siap tante..” Jawab Agus mantap dan singkat.

“Anterin ke perumahan Dahlia ya mas” Pinta Patricia pada supir taxi

“baik bu, tapi ambil jalan muter ya, soalnya jalan kesana agak macet kalau jam segini.” Jawab sang supir sambil melihat jam tangannya yang menunjuk pukul 17.25

“Iya gak apa – apa kok.” Jawab Patricia sambil meletakan tasnya, “ Oh ya mas, kalau misal nanti saya ketiduran tolong dibangunin yah” Pinta Patricia dengan ramah

“Tenang saja bu.. kita jalan ya..”



----------


Waktu menunjukkan pukul 19.45 saat taxi yang ditumpangi Patricia berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya modern minimalis. Suasana sekitar perumahan itu terlihat sepi dan sunyi. Salah satu alasan kenapa Patricia tidak mau membawa lamborghini yang sudah dipinjamkan kepadanya. Mayoritas penghuni di perumahan ini memang para pekerja yang menginginkan ketenangan dan kesunyian. Jadi, rasanya tak mungkin mengendarai mobil yang suara knalpotnya saja sudah terdengar beberapa ratus meter.

Satu alasan itu saja sebenarnya sudah cukup menjadi alasan bagi Patricia untuk pindah rumah. Hanya saja masih banyak alasan lain yang membuat Patricia dan keluarganya untuk segera pindah. Padahal rumah baru mereka sudah rampung direnovasi.

Setelah membayar taxi Patricia segera masuk kedalam rumahnya. Pintu sudah dibuka oleh Asih asisten rumah tangga mereka karena mendengar suara mobil di depan.

Patricia berjalan masuk kedalam rumah dengan interior bergaya contemporer “Asih, mas Galih sudah pulang belum?”

“Belum bu” Jawab Asih sambil menutup pintu depan, “Oh ya bu, tadi siang pak Rama telepon nanyain ibu, katanya hp ibu gak bisa dihubungin..” Lanjut Asih saat membawakan tas milik Patricia.

“Oh tadi siang hp saya ketinggalan di bengkel.. Terus mas Rama bilang apalagi..?”

“Katanya besok siang pak Rama pulang dari Surabaya, minta dijemput katanya”

“Ohh... kalau begitu kamu nanti telepon si Roni ya ingetin dia besok jemput mas Rama di bandara.” Sahut Patricia sambil menuang air kedalam gelas

“Eh si ibu teh celana nya sobek?” Tanya Asih kjetika melihat celana legging Patricia terlihat robek

Patricia langsung melihat kebelakang dan ia baru ingat celana yang ia pakai ini memang dia robek sendiri “Ehh iya baru sadar saya ternyata sobek. hihihi” Jawab Patricia seadanya.

“Dasar si ibu teh meni kebiasan, celana sobek malah gak sadar.” Seru Asih dengan logat Sunda.

Patricia meletakkan gelas yang sudah kosong diatas meja, “ Halah, koe loh gandeng teman ... Wes ngana siapin air panas aja, saya kepengen berendem.” Sahut Patricia mencubit hidung mungil Asih.

“aduuhhh.. iya iya. Si ibu teh meni galak pisan ke Asih...” gerutu Asih kesal dicubit hidungnya.

“saya mah bukannya galak sama kamu, tapi suka kesel aja.. eh bukan... gemes saja saya nyubit idung kamu yang pesek itu... hihihi..”



__________________


Beberapa saat sebelumnya,

Sehabis kelas grammer Galih menuju sebuah musola dibelakang pantry. Ia menunaikan sholat mahrib dan lanjut menunggu waktu isha karena waktunya memang berdekatan. Usai sholat Galih membeli sebuah minuman disamping gedung kursus bahasa inggris. Romi dan Jean sudah lebih dulu pulang karena ia memutuskan pulang dengan taxi.

Saat menunggu taxi ditepi jalan, sebuah Jazz silver berhenti didepan Galih. Lalu kaca pintu kiri terbuka sehingga ia mengetahui siapa orang dibalik kemudi.

“Galih... mau bareng saja gak?” Seru seorang wanita dari dalam mobil

Galih segera menghampiri mobil itu “Memang gak ngerepotin Miss?” tanya Galih memastikan

“Gak lah, kan rumah kita searah. Sudah cepetan naik..”

“Oke deh kalau Miss Anna yang maksa.”

Anna memiliki paras yang cukup cantik dengan mata yang besar dan hidung yang cukup mancung. Namun secara bersamaan wajah itu bisa berubah menjadi jutek dan galak. Galih kenal dengan Anna sejak ia pertama kali kursus ditempat ini, saat Galih masih kelas 3 SMP. Boleh dikatakan melalui Anna lah Galih bisa lulus ujian nasional bahasa inggris ketika itu.

Selain itu Anna bersedia melakukan skenario untuk menyembunyikan status Galih yang masih pelajar SMA. Namun skenario itu sepertinya tidak dapat dilanjutkan lagi, karena Romi dan Jean sudah tahu kalau Galih bukanlah mahasiswa seperti yang selama ini ia proklamirkan.

“Hahaha... jadi mama kamu sendiri yang bilang kamu masih SMA didepan Romi dan Jean??”

“Iya. Nyebelin kan, akhirnya tadi teman – teman yang lain pada tahu deh kalau aku bukan mahasiswa, diledek habis habisan aku tadi. huft “

“ya sudah sih, gak usah terlalu dipikirin .. itu kan cuma status”

Anna mengantarkan Galih kerumahnya karena memang sejalan dengan apartemen tempat ia tinggal. Sepanjang perjalanan Anna sedikit bercerita tentang hubungannya dengan suami yang mulai membaik. Sebelumnya Anna dan suaminya memang sering bersitegang bahkan Anna sempat berencana mengajukan cerai. Namun Galih yang mengetahui itu mencoba memberi nasihat.

Awalnya Anna tidak menanggapi serius nasihat Galih, dia masih SMA tahu apa Galih tentang kehidupan pernikahan, bahkan pacaran saja belum pernah. Tetapi Anna melihat sesuatu yang berbeda dari Galih, bukan sekedar remaja yang suka merayu seorang guru untuk mendapat perhatian. Galih benar – benar memberi nasihat yang masuk akal dan terbukti menyelamatkan rumah tangga Anna dan suaminya.

“Oh ya, Galih. Kakak belum ngucapin terimaksih ini sama kamu...” Tanya Anna saat mobilnya berhenti didepan rumah Galih.

“ Makasih apaan sih kaak ?” jawab Galih malas – malasan

Anna memiringkan posisi duduknya menghadap Galih yang sedang merapihkan tasnya “ ya gara – gara dengerin saran kamu, kakak gak jadi cerai deh. Malahan suami kakak makin sayang sama kakak... Makasih ya..”

“Ohh yang itu.. ya Galih ikut seneng deh kalau saran Galih berhasil. Tapi kakak sendiri gimana? Nyaman gak ngelakuinnya...??”

“Sekarang sih sudah mulai terbiasa, malah ... sekarang kakak sendiri yang suka minta ... dianal dan dideeptroath ... hihih...” Sahut Anna sedikit malu

“tuh kan Galih bilang apa, kakak juga pasti ketagihan. “

Anna duduk sejenak seperti menenangkan dirinya, “Galih, ... sebagai ucapan terima kasih, kakak boleh gak nyium kamu?”

Wajah Galih seketika menoleh kearah Anna “ Apaan tuuuh... ucapan terimakasih itu kan bisanya berupa uang, dibeliin hp baru atau ngak diajak mak...” Belum selesai Galih menyerocos, Anna sudah menyambarnya dengan sebuah ciuman.

Anna langsung memagut bibir Galih yang tak siap menerima ciuman yang tiba – tiba ini. Namun sesaat kemudian, Galih berbalik menyerang Anna dengan pagutan yang langsung tertuju pada lidah basah Anna. Galih menghisap kuat lidah wanita yang mengaku masih berusia 30 tahun itu. Galih sangat lihai memainkan lidahnya didalam rongga mulut ibu dua anak yang saat ini mulai terpancing birahinya.

Birahi itu membuat Anna mulai berani melepas dua kancing kemejanya. Seolah memancing Galih untuk menjamah payudara yang disangga dengan bh berukuran 34DD itu. Namun Galih tak lekas menyambar pancingan nakal itu, Galih justru memilih merangkul leher Anna dan membelai lembut rambut merahnya sembari terus memagut bibir tebal sexy Anna hingga menimbulkan suara berisik dialam mobil.

Slruulluppp....

Slruullluupppp....

Slruullllluuuupppp....



Sadar pancingannya tidak mengenai sasaran, Anna semakin berani menjamah celana Galih. Jemari nakal itu bahkan mencoba menerobos masuk ke dalam celana dan meremas seekor monster yang masih tertidur dengan lemasnya. Keterampilannya melepas celana sang suami membuat Anna dengan mudah melepas kancing jeans hitam Galih dan lekas mengeluarkan penis dari dalam celana dalam.

Galih belum sadar penisnya yang masih lemas itu sedang diremas lembut oleh wanita bersuami yang saat ini sedang ia gigit bibir bawahnya. Gigitan itu membuat liur keduanya menets jatuh pada console tengah honda Jazz milik Anna. Namun Galih segera tersadar bahwa Anna tengah berusaha membangunkan monster kecil dibawah sana, dengan mengocok penis berukuran besar meski masih tertidur pulas.

“Heehhh.. kak Anna mulai nakal yuaah..” sahut Galih melepas ciumannya dan berusaha menampik tangan Anna dari selangkanganya.

“Hihihi sorry, I just carried away...” sahut Anna kembali duduk tegap, “ Habis, kakak juga penasaran sih sama kamu. Kamu kan sudah beberapa kali lihat kakak telanjang, ... kayaknya gak pernah tuh kak Anna lihat kamu nafsu ... atau ... mungkin, berusaha memperkosa kakak.”

“ya gak akan lah, Galih kan niatnya cuma bantu, suapaya hubungan kak Anna sama suaminya bisa langgeng lagi.masa iya aku cari kesempatan nidurin kak Anna. Ya nggak pantes lah. Galih gak sejahat itu tahu...”

“hmmm ... Oke, make sense. Tapi... memang kamu gak ngaceng sama sekali.. waktu lihat kak Anna telanjang?? Tegas Anna sambil mengeluarkan payudara besarnya dari dalam bh

“No.. aku punya alasan khusus untuk membuat diriku sendiri terangsang. Kalau cuma lihat kaya begini sih Galih sudah terbiasa ... gak akan bikin Galih ngaceng tiba - tiba”Jelas Galih sambil membelai kedua payudara dengan puting besar dan areola lebar.

Anna memandang wajah Galih sekaligus melirik penis dibawah sana yang sama sekali tidak bereaksi meski Galih tengah meremas payudara besarnya “You’re an interesting kid ... kalau saja kak Anna belum nikah, kakak mau deh jadi pacar kamu .. sekalipun usia kamu jauh dibawah kakak..”

“Udah deh jangan menghayal terus, waktu itu siapa yang curhat sambil nangis nangis ?? ... eh sekarang mau ngegoda anak SMA lagi...” Sahut Galih sambil memasukan kembali kedua payudara itu kedalam BH dan merapihkan kancing kemeja yang dikenakan Anna. “Ya udah, Galih turun ya, lama – lama disini bisa bisa digerebek sama pak RT lagi ... disangka lagi ngapain ntar. Hihii....”

Tak lupa Galih juga merapihkan celana yang sempat diacak acak oleh miss Anna, english teacher ditempat ia kursus. “Oh ya.. thanks for the ride...” Ucap Galih saat membuka pintu mobil.

Hmm.., it doesn’t matter... ehhh sun lagi dong”

“Hmm miss Anna miss Anna... iya dehh “ Muchh. Galih memberikan kecupan pada bibir tebal Anna sebelum ia turun, “ see you next week..”

“Yaa... Thanks a lot for everithing Galih...”


Akhirnya guru nakal itu pergi meninggalkan Galih. Lalu ia pun masuk kedalam rumahnya. Namun ada yang membuatnya terusik ketika ia masuk pintu depan.

“Hmmmm.... teh Asih ngapain sih disitu? “ tanya Galih yang terheran melihat Asih bersembunyi dibalik tirai. “Kurang kerjaan wae..” lanjut Galih selonong masuk kedalam.

Namun Asih justru mengikuti Galih dengan tingkah aneh yang menyebalkan “Teh Asih apa sih.. dari pada gak jelas mending bikinin aku kopi.!!”

“Ihhhh... pakai sun sunan sagala si mas Galih. meni romantis pisan euy... hihi..”

“Ohhh ... teteh Asih tadi ngintip yaaa..??”

“hehe iya, tadi kan Asih mau kedepan, eh pas ngelihat mas Galih lagi ngesun pacarnya jadi Asih ngumpet deh ....”

“Bukan pacar.” Jawab Galih seadanya sambil mengambil jus jeruk dari dalam kulkas.

“Terus siapa dong...?” Telisik Asih

“udah ah.. Teh Asih mah gak bisa dipercaya, kalau Galih ceritain pasti mama juga langsung tahu deh...” lanjut Galih menengguk jus langsung dari dalam botol. “ Achhhh... eh mamah udah pulang belum teh??”

“sudah.. lagi dikamar mau mandi katanya”

“Oh ya udah .. aku keatas dulu kalau gitu ... eh teh bikinin nasi goreng yaah. Kaya biasa...” pinta Galih saat berjalan menuju tangga. “ Nuhun ya teh..”



Galih segera naik ke lantai dua dan melangkah menuju sebuah pintu besar. Ia membuka pintu itu lalu masuk dan mendapati kamar orang tuanya yang terlihat kosong, hanya terdengar suarta air dari arah kamar mandi. Ia pun berlalu untuk menuju kamarnya sendiri, Ya, Galih masih tidur satu ruangan dengan kedua orang tuanya.

Sejak kecil Galih mempunyai kebiasan tidur berjalan atau sleep walking. Bahkan Galih pernah berjalan sampai hampir jatuh dari balkon. Khawatir kejadian serupa terulang, akhirnya ayahnya memutuskan menutup pintu kamar Galih dengan tembok, dan menyatukan akses keluar melalui kamar orang tuanya. Saat kecil Galih tidak protes, karena merasa akan selalu dekat dengan orang tuanya. Namun beranjang dewasa, akhirnya Galih merasa seperti anak kecil yang masih dikekang. Itulah kenapa sampai saat ini Galih tidak pernah sekalipun mengajak temannya ke rumah apalagi masuk kekamarnya. Teman – teman sekolahnya. Galih Pasti akan dibully apabila temannya tahu dia masih tidur seruangan dengan orang tua.

Usai meletakan tasnya dikamar, Galih segera menuju kamar mandi yang terletak diantara kamarnya dan kamar orang tuanya. Di dalam Patricia sedang duduk diatas bathup.Menggosok dan mencukur bulu kakinya.

“Aku pulang mah..” Sapa Galih ramah sambil mencium kening Patricia

“Malem banget pulangnya ...?”

“Iya tadi sekalian sholat isya disana.”

“Oh gitu.. oh ya bantuin mamah cukurin bulu ketek ya...”

“Lahh kok Galih lagi sih...”

“Ya siapa lagi coba,... kan gara – gara kamu juga bulu ketek mama jadi cepet tumbuh. Gara – gara apa itu minok minok sama doyok doyok.. obat penumbuh jenggot kamu itu tuh”

“Minoksidil sama wak doyok.. hehe”

Dua tahun belakangan Galih memang sering mengoleskan cream penumbuh jambang. Ia ingin mengubah wajahnya yang preety boy itu menjadi sedikit lebih macho. Namun naas, cream itu selalu ia gunakan sebelum tidur, dan sering kali ditengah malam ia akan pindah menuju tempat tidur kedua orang tuanya, lalu tidur dibawah ketiak Patricia. cream yang menempel di dagu serta pipi Galih ikut menempel juga pada kulit ketiak Patricia, sehingga pertumbuhan bulu ketiak Patricia itu semakin cepat.

“Iya iya.. sini biar Galih yang cukurin sekalian semuanya... puas kan...”

“Begitu baru anak mama yang baik...” Tutup Patricia sambil membelai lembut rambut Galih.



Chapter-9-1.jpg




Bersambung Maning Jon
 
Terakhir diubah:
Mantab suhu... keren.... semoga selanjutnya kisah galih lebih banyak drpd kisah ibunya minimal imbanglah galih ngentod besoknya emaknya ngentod hehehe.... suwun suhu
Tenang aja Galih tetep tokoh utama dicerita ini kok. kisah dia kedepannya jauh lebih banyak..
 
Hilang lah sudah perjaka Agus :galau:

makin hot aja, brada, si Patricia :panlok2: trus gw juga jadi penasaran nih sama english teacher-nya Galih, hahaha :pandaketawa: gw suka hot scene-nya yang kreatif + dialog-dialognya yang bagus. Good writing, brad... inspiratif :jempol:

btw, lumayan nih skrg mah udah gak ada typo. nulisnya lagi nyantai ya, brad :pandaketawa:
Patricia kan memang keturunan Vampire :vampire:

Tapi bukan vampire penghisap darah, melainkan vampire penghisap sperma perjaka
:konak:

Miss Anna, english teacher. mungkin hanya tokoh minor dicerita ini, tapi akan tetep aku ceritain kisah itu.

Jelaslah gak ada typonya, nulisnya sambil dengerin musik rock...
Dan lagi, aku habis berguru sama Ergi jadi sedikit banyak ngambil inspirasi deh
hehe:kangen:
 
wah, udah berapa perjaka nih yang jadi korban? mesti dibikin list namanya.. semacam prasasti penaklukan gitu :konak:

nah, tokoh minor spt Miss Anna ini biasanya suka bikin penasaran, brad, soalnya muncul dikit-dikit :pandajahat:

berguru apaan sama Ergi, brad? diamah hidup gagal mulu :bata:

Wah kalau dibikin daftar penaklukannya bisa panjang banget nanti.
bisa - bisa satu updatean isinya daftar laki - laki yang udah dijamah dan menjamah Patrcia
ehh spoiler :taimacan:

kalau Anna paling tak tulis di one shot atau side story aja biar gak ganggu alur utamanya.

Belajar jadi lucky bastard lah .. si Culun yang beruntung
hay hay....

:konak:
 
Bimabet
Aiss, jadi pengen beli ,minoxdisilnya:bata:.

Biar awet bulu2na..

Btw, karakter Galih di dalam story ini sangat menyenangkan. Tidak mudah tergoda dan hmmm..
Thanks upnya Suhu
:beer:
Jangaaan. nanti titit ente ketututpan jembutz semua lohh.. malahan susah nyarinya ntar
:pandaketawa:


Galih yg susah terangsang gak ngidap kelainan jiwa kan. Lanjut lg:beer::beer::beer::beer:
jangan - jangan ternyata dia gay :bingung:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd