Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Secret and Desire
Chapter 19
MENJAGA KESEIMBANGAN

Chapter-19-b.jpg


Akhirnya para ahli itu telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Sesuai janji seluruh perbaikan itu rampung pada dua minggu saja. Meski nantinya mereka akan kembali untuk melakukan sentuhan terakhir, tapi paling tidak Patricia bisa sedikit bernafas lega. Pada akhirnya ia bisa merasakan ketenangan, merasakan kesendirian yang sangat ia idamkan. Sebuah alasan yang membuatnya pindah kesini. Apa lagi kalau bukan Sepi.

Jauh dari keramaian ibu kota, jauh dari kebisingan metropolitan dan jauh dari pekiknya suara manusia. Perfect. Hunian yang akan di idamkan oleh jutaan manusia dimana pun. Hidup ditengah kota namun tetap merasakan sepinya belantara.

Patricia hampir setengah abad hidup di dunia ini, menjadikannya wajar ia sangat ingin hidup tenang. Namun bukan hidup tenang seperti yang sudah dilakukan sang Ayah. Ia tetap membutuhkan bingar ini karena separuh kehidupannya berjalan di sini. Patricia belum bisa lepas sepenuhnya dari ini.

Ditengah semua kesibukan yang dijalaninya, ada dua hal yang membuatnya bisa terlepas dari semua kepenatan itu, Yoga dan Sex. Seperti yin dan yang semuanya berjalan seimbang. Yoga menjadikan dirinya tenang secara spiritual dan seks menjadikannya damai dalam menjalani sisa hidupnya.


~~~ Secret and Desire ~~~


Hampir 2 jam Patricia bersimpuh diatas matras ditemani dengan lembutnya gemericik air dihadaannya. Melupakan sejenak tentang kerja, tentang dia dan tentang kamu dan tentang kalian semua. Sukmanya seolah terlepas dari raganya saat ini. Tenang dan menyenangkan.
“Hmmmmmmmmm Hmmmmmmmrrhhhhhh” Rama mengeluarkan suara gemuruh dari bibirnya yang mengatup.

Ia lantas menggerakkan kedua lengannya yang ia tangkup yang perlahan mengeluarkan asap yang berasal dari sebuah pod yang ia sembunyikan di dalamnya. Ia seolah menunjukkan bahwa ia mampu memusatkan konsentrasinya hingga bisa memuncul kan asap dari kepalan tangannya.

“Huufff ... saya sangat senang kamu akhirnya mau menemaniku yoga, tapi ujung – ujungnya kamu cuma menggangguku.”

“He he he he .... Lagian ... kamu ngapain sih ngajak aku beginian. Kamu kan tahu aku gak pernah betah ngelakuin kayak gini.”

Honey, look your belly.. its going fat, you know?” Ujar Patricia yang akhirnya membuka mata karena konsentrasinya sudah terganggu

No. No. No. Its not fat darling.... ini itu lambang kesuksesan seorang pria.. kamu pasti tahu itu kan.. he he he....” Kilah Rama sembari memeriksa perutnya yang dikatai mulai buncit oleh istrinya itu.

“Hmmm, Sekarepmulah Ram, aku sih cuma ngingetin aja..”

“Oke sayang kan aku sudah nemenin kamu yoga nihh, sekarang gantian dong bikinin aku sarapan, ini dah jam 9 loh dan aku belum makan... Lagian kenapa sih si Asih belum kamu panggil kesini lagi sejak kita pindah?”

“Kamu itu yang diinget cuma makan saja.. heran deh”

“Ya mau bagaimana lagi, hakekat manusia hidup itu kan makan , tidur dan seks. Ya kan?” Sahut Rama sedikit menggoda.

Tidak ada respon berarti dari Patricia yang justru memilih bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju dapur untuk membuatkan makanan untuk sang suami.

Sembari memasakan hidangan sederhana Patricia menanyakan kemana anaknya saat ini “Dia dari kemaren siang belum pulang looh. Kamu gak khawatir? Mana handphonenya mati”

“Kamu gak usah terlalu khawatir begitu lah, Galih kan sudah dewasa, dia bisa jaga diri kok.” Jawab singkat Rama di sela ia menyeruput kopi hitamnya.

I know, dia sudah gede, tapi kan gak biasa-biasanya dia gak pulang terus gak ngabarin, ya kan?”

“Paling tadi malam Galih sedang sama seorang cewek cantik, dan mungkin dia bermalam sama cewek itu, Aku yakin itu kok..”

Patricia menyiapkan makanan diatas piring lalu memberikannya pada suaminya yang berdiri di kursi stool. “Jangan menyamakan Galih dengan kamu dong, kalau kamu mungkin saya percaya, gak pulang terus ngelayap kemana, mampir ke rumah dia.. ya kan, Galih kan anaknya gak begitu... “ Bantah Patricia sembari meletakan bokongnya diatas stool menemani suaminya sarapan.

“Kalau kamu gak percaya, bagaimana kalau kita taruhan?”

“Taruhan...?” Patricia menahan cangkir kopinya didepan bibirnya dan mengernyitkan wajahnya,”do you mean to bet...? Like ... like gambling?

“Betul sekali istriku tercinta, kita taruhan 1000 Dollar, kalau semalam Galih anak kita sedang tidur di tempat seorang wanita.” Tantang Rama.

“Hmmm ..... interesting oke Im in .. cause I am sure I will win .... Mana mungkin sih Galih seperti itu, pacar saja gak punya..”

“Lihat saja, intuisiku berkata, hari ini aku akan mendapatkan keberuntungan ... ha ha ha ha ......”


~~~ Secret and Desire ~~~


“Galih, gue heran deh sama loe. Cowo-cowok diluar sana banyak banget yang ngerebutin Nicole, bahkan mereka rela berantem hanya untuk tidur semalam dengan dia, nah loe, dapet kesemapatan itu malah milih kabur da...?”

“Oke, pertama, aku gak merasa itu sebagai sebuah kesempatan, bahkan aku gak tahu sejak kapan mbak Nicole ada diatas tubuh aku. Lah wong aku saja kaget pas bangun dia sudah ada diatas tubuhku” Potong Galih berusaha membantah. “Kedua, itu kan terjadi secara tidak sengaja, kondisi kita sama-sama tidur, bisa saja sebenarnya gak terjadi apa-apa.. ya ... ya cuma kayak mimpi aja gitu.” Imbuh Galih dengan terbata-bata.

Marissa terenyum, memandang Galih dengan penuh curiga, “ Kalau itu pembelaan kamu, coba dong jelaskan maksud pesan ini”
Galih mengambil handphone milik Marissa dan membaca pesan yang tertera di layar itu.

‘your friend is so good,darl. he made me come out ... so many times. Thank you, dear’

No. Way.... jelas dia mengada-ada lah, mana mungkin itu aku.... “ Kembali Galih membantah tentang apa yang terjadi dengan Nicolesubuh tadi.

“Kalau memang itu aku, .... ya yaaa.... itu aku dari dunia yang berbeda, mbak tahu kan konsep alternative universe. Nah yang tadi subuh begituan sama mbak Nicole itu, yaah aku dari dunia alternatif itu, bukan aku yang .... aku....” Terang Galih dengan meyakinkan.

“Kebanyakan baca komik marvel loe, lagian apa salahnya sih ngakuin kalau lo tadi itu ngewe sama teman gue, Nicole, “

“Terserah mbak mau ngomong apa deh mbak” Galih mulai sedikit malas dengan arah pembicaraan ini, apapun alasan yang keluar dari mulutnya akan terbantahkan sendirinya. Karena Marissa menjadi saksi mata satu-satunya. Ya, Marissa melihat semua kejadian itu. Hmm..

“Oh ya, didepan ambil kanan ya mbak, dari situ nanti ngikutin jalan saja...” Lanjut Galih menunjukkan arah menuju kediamannya.

“Anjrit, rumah lo jauh juga ya dari apartmen si Nicole, untung aja semalem gue gak jadi anterin loe,”

“Kan dah aku bilang...”


~~~ Secret and Desire ~~~


Usai sarapan, Patricia kembali memaksa suaminya untuk ikut senam. Memang mungkin gerakan yoga akan sulit dilakukan oleh lelaki kepala empat yang jarang berolah raga. Tapi senam basic tidak mungkin Rama sulit mengikutinya.

Meski tidak pernah mempermasalahkan bentuk tubuh. Patricia tidak ingin suaminya ini terkena banyak penyakit dikemudian hari hanya karena malas berolah raga terlebih suaminya memang jorok dalam makan.

Come on .... ini Cuma gerakan dasar kok, ayo doong sayang, jangan males-malesan begitu ah... gerakin badan kamu...”

“Huh huh huh.
... aku tahu sayang ini gerakan dasar, tapi kan aku baru saja sarapan, jahat banget sih kamu ngajak aku lanjut senam” Keluh Rama berusaha mengelak ajakan sehat dari sang istri.

forty-five minutes ago .... dan aku yakin semua makanan yang kamu makan sudah dicerna saat ini. Jadi jangan banyak alasan deh.. ayo ikutin gerakanku... ayooo!!!!”

Patricia menarik tubuh Rama yang mulai memilih duduk. Dengan alasan yang dibuat-buat seperti itu tidak akan membuat Patricia percaya dan memberikan suaminya itu kelonggaran.


_________


“Anjing.... jadi loe tinggal disini..... gila gue sudah lama banget lewat sini dan gak tahu ini rumah siapa”

Sembari merapihkan barang bawaannya Galih hanya menganguk membenarkan pertanyaan Marissa barusan

“Gue boleh mampir gak?”

“EH... ngapain?”

“Ya ngelihat rumah loe laah. Sapa tahu gue diperbolehkan motret disini, gila ... lo tahu gak gue tuh dah lama banget ngincer ini rumah buar jadi objek foto gue waktu rumah ini masih dibangun...jadi ... boleh yaah...”

“Ya yaa... aduh gimana ya...” Nampak raut kebingungan di wajah Galih. Ia tahu kalau Marissa ikut turun dan sampai bertemu kedua orang tuanya, pasti Marissa akan ditanya macam-macam.

“Ayo laaah. Loe tega? Gue dah jauh-jauh nganterin loe loooch. Masa iya gue mampir aja gak boleh, gue tadi belum sarapan juga lohh....” Marissa mengerlingkan alisnya, membujuk Galih agar ia diizinkan untuk mampir sejenak dan bisa menikmati keindahan rumah ini.

“Oke.. tapi inget ya, mbak, mbak Risa jangan sampai ngomong tentang kejadian pemukulan semalem, mbak udah aku ceritain kenapa alasannya kan?”

“Tenang saja, beres, rahasia loe aman sama gue..”

Dengan sedikit bujuk rayu akhirnya Marissa diperbolehkan mampir. Wajar bila Marissa begitu penasaran terhadap rumah itu. Ketika masih tahap pembangunan saja, sudah banyak orang yang berhenti melihat dan memotret dari luar.

Perlahan Galih mempersilahkan Marissa masuk setelah ia membuka daun pintu berbahan baja itu. Suasanaya begitu sepi tidak ada lantunan dari Freddy Mercury dan diarea kolam renang tidak ada seorang yang tengah melakukan yoga. Membuat Galih yakin betul bahwa kedua orang tuanya belum bangun. Ya mereka pasti masih diatas,

Namun saat Galih tengah memberikan tour kepada Marissa diarea samping rumah. Ia dikagetkan dengan kehadiran Patricia dan Rama.

One Thousand Dollar... aku menang sayaaang. Lihat lihat.... anak kita pulang dengan seorang cewek cantik... benar kan tebakan aku...” Sorak Rama kerana merasa ia memenangkan taruhan yang ia sepakati sebelumnya.

“No. kamu jangan berasumsi dulu, kamu kan gak tahu apa yang terjadi...” Patricia masih kekeh pada pendiriannya yang meyakini bahwa Galih anak tirinya itu semalam mungkin saja dirumah salah satu teman kursusnya, dan wanita cantik yang kini berada dihadapannya ini ya salah satu teman kursusnya itu.

“mama papa..... Galih pikir masih pada tidur..” Canggung karena kedua orang tuanya tiba-tiba muncul dihadapan mereka Galih sampai bingung mau bicara apa...

“Kamu pasti pacarnya Galih kaaan? Ya kannn iya doong??” tembak Rama sekenanya saat menjulurkan tangannya kearah Marissa.

“EH... eh bukan kok pah, ini Marissa teman motret Galih.. ehh... dia yang waktu itu jadi photograper Galih waktu itu....”

“Marissa “

“Waaah nama yang cantik sesuai orangnya.. saya papahnya Galih perkenalkan nama saya Rama...” Ungkap Rama sedikit membungkuk dan mengecup tangan Marissa

“Oh ya mbak kenalin juga ini mama aku...” Lanjut Galih mengenalkan Patricia kepada Marissa. Namun, kali ini wanita bertubuh jangkung itu terdiam cukup lama. Hampir 59 detik Marissa mematung dihadapan Patricia.

“Sa saya.. nama saya Marissa tante, salam kenal...” Ujar Marissa dengan malu, menjabat tangan Patricia cukup erat dan lama. Bahkan kini wajah Marissa sedikit memerah andai ia menyadari.

Ditengah jabat tangan antara Marissa dan Patricia, Rama, mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat suasana menjadi super akward.

“Jadi semalam mbak Marissa ini tidur bareng dengan anak saya si Galih ini? Ya kan?”

Marissa tak lantas merespon pertanyaan yang berkesan frontal itu. namun bibir Marissa mulai terbuka dan kelualah sebuah kalimat yang seharusnya tidak perlu ia ucapkan.

“Iya om Rama, semalam saya sama Galih tidur bareng di apartemen saya, saya ketemu Galih di sebuah cafe karena kemalaman, akhirnya saya ngajak dia ke apartemen teman saya...”

Jawaban Marissa barusan seolah ia baru saja di hipnotis oleh Uya Kuya. Sebuah jawaban yang membuat Galih mati kutu dihadapan mama dan papanya. Ia gak tahu harus menjelaskan apalagi karena baru saja Marissa mengungkapkan apa yang terjadi. Meski tidak secara detail tapi Patricia dan Rama kini tahu semalam Galih tidur dengan seorang wanita.

Setelah mempersilahkan Marissa untuk santai sejenak di rumah mereka Rama dan Patricia pamit untuk ke atas. Tentu dengan teriakan riang dari Rama soal menang taruhan yang membuat Galih bingung. Kalian dari tadi bicarain apa sih...


~~~ Secret and Desire ~~~


Karena asisten rumah tangga belum kembali, terpaksa Galih yang membuat sarapan untuk Marissa yang kini menjadi tamunya. Sanwich dan kopi sesuai permintaan Marissa. Tapi Galih masih terlihat kesal karena Marissa telah membocorkan semua hal yang menimpanya semalam.

“Ah, payah mba Risa ah, katanya mau ngerahasiain kejadian semalam. Malah dibeberin semua.. achhhh” Ungkap Galih kesal sambil menyajikan sepotong roti isi dan secangkir kopi diatas meja teras samping dekat dapur.

“Mau bagaimana lagi. Loe gak bilang kalau nyokap loe itu Patricia Jensen.”

“kan memang mbak Risa gak tanya, buat apa juga aku bilang... lagian memang mbak kenapa tadi sampai bengong gitu pas kenalan sama mama?”

“Ya, itu karena nyokaplu itu Patricia Jensen, lo pasti tahu kan nyokaplu itu icon fesyen di Indonesia, semua orang di dunia modeling dan photograpy pasti kagum sama dia. Dia itu sudah seperti legend, bahkan misteri karena orang-orang susah buat ketemu sama dia, dan tiba-tiba Patricia Jensen ada dihadapan gue... ya wajar dong kalau aku kaya tadi...”

“Gak wajar laah, gak cocok sama kepribadian kamu mbak!!! Malahan lebay tahu...” Timpal Galih.

“Rese looo...”


Tidak lama setelah mereka berdua bersantap, Marissa memutuskan untuk pamitan. Ia nampak terburu oleh sesuatu setelah ia menerima panggilan telepon dari seseorang. Sekali lagi Marissa menjabat tangan Patricia namun tidak membuat ia terbengong seperti sebelumnya. Ia nampak santai ketika berjabat tangan dan mencium pipi wanita idolanya itu.

Setelah Marissa pulang, giliran Galih yang menjadi bahan olok-olokan kedua orang tuanya. Mereka begitu puas tertawa ketika mengetahui semalam Galih pingsan setelah di hajar oleh seorang wanita. Meski bukan seperti itu kejadiannya, tetapi Rama dan Patricia terlanjut mendengar versi yang berbeda dari Marissa.

Ketika tawa itu sudah reda, sekarang giliran Galih yang kesal, karena ia baru saja mengetahui kalau dirinya baru saja dijadikan bahan taruhan oleh kedua orang tuanya. Namun rasa kesal itu segera terobati ketika Patricia membujuk Galih dengan ajakan kesebuah toko buku.

“Oke deal, kamu ke toko buku mama dan papa belanja perabotan.”

Sebenarnya itu bukan sebuah bujukan juga. Memang hari ini Patricia sudah berencana untuk belanja perabotan rumah. Yah, memang pada dasarnya Galih merupakan tipikal anak yang susah untuk marah. Karena ia sendiri menyadari bahwa ia akan menyeramkan kalau ia sampai marah.

Seharian berbelanja, membuat mereka memutuskan untuk makan malam diluar. Lagi pula tidak ada seseorang pun dirumah yang menyediakan mereka bertiga makan malam. Meski singkat Galih menikmati betul waktu bersama kedua orang tuanya.

Sesampainya dirumah Galih menyiapkan bahan yang akan ia ajukan untuk rapat besok di sekolah. Setelah melakukan koordinasi melalui group chat whatsapp Galih memutuskan untuk tidur.


~~~ Secret and Desire ~~~


Didalam sebuah remangnya kamar, ditemani tumpahan air langir dan kemilau cahaya petir. Patricia dan Rama mulai mengambil peran mereka berdua. Saling bergumul dan saling memagut. Keduanya tak ingin liur itu menetes begitu saja keatas seprei.

Slruuuppp...

AChhhhhh

“Nafsu sekali kamu meminum air liurku Rama?” Ujar Patricia dalam rintihan dan cumbuannya diwajah sang suami.

“Semua yang tentang kamu membuat aku nafsu istriku, rambut mu, sikumu.... atau bahkan empedumu... membuat aku tak pernah ingin jauh walaupun terkadang aku tak mampu.”

Gemuruh petir yang menggelegar dimalam ini nyatanya tak menyurutkan nafsu dua manusia yang kini mulai bertelanjang. Dengan perlahan Rama melepas satu persatu kancing piyama satin yang dikenakan Patricia. meraba gundukan kembar itu ketika telah terpampang di depan wajahnya.

Tak ingin merasa telanjang seorang diri, Patricia pun melakukan hal yang serupa, namun ia tidak ingin berbuat lembut kali ini. Ia mendorong tubuh sang suami keatas tempat tidur, menarik paksa piyama itu hingga beberapa kancing terpental keudara.

Disusurinya bubu-bulu dada itu dengan lidahnya, ia jilati dan sesekali ia mengigitinya dengan giginya. Gemas hingga terkadng Patricia mencabutinya hingga membuat Rama merintih.

Achhhh....

“Jadi kamu ingin bermain kasar yaah... hmmm... baiklah Patricia Jensen, aku terima ajakanmu itu...”

“Aku gak mau main kasar kok, aku Cuma ingin.. hmmmm little bit rough...” Balas Patricia membenamkan wajahnya keatas dada berbulu mulik Rama.

“Itu makna yang sama sayang. Jangan kamu menggantinya dengan bahasa bule supaya terlihat lebih keren.... achhh....... Ahhhhh baru saja kersentuh, yor begina itsss hawwwwttt....”

“Ngomong apa sih kamu.... “

Leleeeel leeeelll leeellll...

Lidah basah dari wanita blasteran itu mulai berpindah menuju leher dan belakang telinga Rama yang dibalas dengan hentakan reflek akibat timbulnya perasaan geli. Namun Patricia terus melakukannya karena ia senang melihat reaksi geli dari suaminya itu.

Kreeeeekkkkkkkkk

Ditengah suara air yang mengenai bumi, terdengar suara robekan kain. Memang tidak begitu terdengar oleh telingga Patricia, namun ia jelas bisa merasakannya. Karena itu adalah suara robekan dari celana tidur satinnya yang baru ia beli seminggu lalu di Singapura dengan harga 800 Dollar.

“Sayaang itu mahal looohh...”

“Biarin lah.... toh kamu hanya memakainya sekali saja kan?”

Rama tidak mengindahkan perkataan Patricia, ia terus saja menyobek celana mahal istrinya sampai membuat lubang diseluruh selangkangan Patricia. Hal itu membuat batang kemaluan Rama seketika merasakan hangat dan basahnya kemaluan sang istri.

“achhhh.... milik kamu memang tiada dua.... diantara semua vagina yang pernah kurasakan, Cuma milik kamu yang bisa membuat aku bergelora...”

Rak sah kekehan cangkem, wes gagean dilebokna kontolmu.... sttttt”
(gak usah kebanyakan ngomong, sudah cepet masukin penismu... sttt)

“Siap ndoro ratu....,,, memang itu tujuannya....”

Rama segera mengangkat bokong kurus Patricia agar ia dengan mudah mengarahkan ujung penisnya kedalam lubang vagina milik istrinya itu. Setelah memastika batng itu mengarah pada arah yang benar, Rama membiarkan grafitasi mengambil peran. Pinggul Patricia segera kembali merosot dan merapat ketubuh Rama setelah liang kemaluannya kini dipenuhi oleh batang milik Rama.

Pluusshhhhh....

Keajaiban grafitasi yang menarik tubuh Patricia atau memang lubang Patricia tidak begitu kencang. Mereka berdua tak pernah memperdulikannya. Karena mereka tahu persis apa jawabannya.


Patricia kembali mengangkat tubuhnya dan menduduki pinggul suaminya itu, lalu mulai memilin kedua puting Rama searah jarum jam seirama dengan goyangan pinggulnya yang memutari batang didalam dirinya.

“Awwwhhhh...... jadi kamu ingin durasi panjang?” Tanya Rama Memastikan membiarkan sang istri menggoyang2 tubuhnya..

“Tentu, sudah lama aku gak bercinta dengan durasi lama dengan kamu... terakhir kita melakukannya sangat cepat remember?”

“Baiklah sayang kalau itu memang mau kamu, malam ini kita lakukan dengan perlahan. Aku ingin melihat matahari terbit dengan kamu”

“Sudah lah sayang... im almost fivty, aku sudah tidak butuh kata-kata puitis itu." Tanggap Patricia semakin mencengkeram batang perkasa yang kian membesar.

Rama tahu kalau istrinya bukan tipe wanita yang luluh dalam rayuan, bahkan Patricia bisa saja merasa jijik dengan kata-kata manis bak pujangga. Bukan itu yang dibutuhkan melainkan batang yang terus bisa memenuhi seluruh permukaan vaginannya.

Diremasnya kedua payudara Patricia sebagai balasan penisnya dibuat menekuk nekuk setiap kali pinggul Patricia melikuk kedepan dan kebelakang. Ngilu dan enak menjadi kesatuan yang membuat Rama semakin keras.

Walaupun Patricia menginginkan permainan yang panjang dan semalam suntuk. Tapi bukan berarti ia memberikan kelembutan pada awal permainan, sedari tadi yang dilakukan wanita 49 tahun itu ialah sebuah cengkeraman yang kencang yang tidak bisa dilakukan wanita seusianya.

Patricia kembali merebahkan tubuhnya agar bisa merasakan rangsangan bulu kemaluan Rama di atas klitorisnya. Rama paham betul apabila Patricia sudah melakukan ini, ia tahu apa yang akan terjadi beberapa detik setelah ini. Lalu iapun memilih untuk meluruskan tubuhnya dan membiarkan sang istri memakan habis batang penisnya hingga mentok menuju bibir rahim tua itu.

Kebiasaan itu tidak pernah meleset sedikitpun, setelah Patricia menghisap habis penis suaminya, ia segera menarik pinggulnya dan mengarahkan kelaminnya kehadapan wajah sang suami untuk memberikan sang suami cairan keajaiban miliknya..

SROOOOOOTTTTZZZZZZ

PZZZTTTTTTTTTTTTTTT


Semburan deras mengalir dari dasar kemih milik Patricia kewajah Rama yang di sambut dengan bukaan lebar mulut yang senantiasa menampung derasnya squirt dari Patricia malam ini... achhhh seperti lelaki tua yang kehausan di gurun sahara, Rama meminum semua cairan bening itu yang tertampung dimulutnya...

“achhhh segar sekali sanyaaang...”

Kamu mau mengalahkan hujan luar sana. Itu kalimat yang terpikir oleh Rama saat ini, namun ia memilih untuk tidak mengatakannya, bisa saja itu salah satu kalimat puitis bagi Patricia. Untuk kali ini, Rama sama sekali tidak ingin merusak mood Patricia.

_______


Puas meminum cairan bening itu, Rama membalikan tubuh Patricia yang masih sedikit menggelinjang atas reaksi dari squirt barusan. Kini dengan proper Rama mengangkat kedua kaki jenjang Patricia keatas dan melepaskan celana tidur yang sudah terlanjur koyak iyu.

Setelahnya, Rama menekuk kedua kaki Patricia hingga pahanya menyentuh payudara. Ia kembali menusukan penisnya dengan sebuah hentakan keras. Cukup keras hingga membuat kasur bergoyang. Tetapi setelah penis itu kembali terbenam, tak lantas membuat Rama teburu-buru untuk menggoyang pinggulnya. Ia terlebih dulu ingin merasakan sisa-sisa sengatan didalam dinding vagina Patricia pasca squirt tadi. Dan lagi pula, karena Patricia memang meginginkan all night game. Rama harus terlebih dahulu orgasme.

Bukan berarti Rama tipikal lelaki 40-an yang cepat ejakulasi, tetapi Rama sudah sangat memahami tubuh dan metabolismenya dan ia yakin comeback orgasm –istilah yang dibuat-buat oleh Rama–selalu menghasilkan kualitas seks yang bagus.

Beberapa menit kemudian Rama membiarkan penisnya didalam vagina Patricia tanpa melakukan gerakan apapun. Iapun memutuskan untuk mencabut batang itu dan mengarahkannya kedalam mulut Patricia.

Ia membiarkan kedua kaki Patricia jatuh saat ia tiba-tiba memegang kepala Patricia dan mendorongnya sedikit kedepan dan kemudian menjejalkan penisnya masuk sepenuhnya kedalam rongga mulut Patricia.

SLooOoppp!!!


Leleleleeeee lleeeeee

Patricia membalasnya dengan jilatan di pangkal bawah penis milik Rama, mengetahui jilatan itu, Rama menarik lagi batangnya yang semula sudah masuk kedalam tenggorokan sedikit keluar hingga Patricia kini dengan leluasa menjilati kepala penis dan terutama menjilati lubang kemih dari penis Rama yang makin berkedut.

Kedutan itu tak lain tercipta oleh kontraksi testis yang terbuka karena desakan air mani yang ingin keluar dari salurannya.

Beberapa kali semprotan mani masuk ke dalam mulut Patricia dan segera ia menahan agar tak langsung tertelan.

Merasa cukup memberikan Patricia beberapa mili semen didalam mulutnya, Rama lalu kembali merebahkan tubuhnya disamping sang istri. Mengecup bibir Patricia yang kian memerah. Menjulurkan lidahnya kedalam, untuk kemudian saling memilin lidah untuk merasakan bersama air mani miliknya didalam mulut sang dewi..

Lellll leeeeeeee


Mereka terus memilin mencumbu dan saling menukarkan air mani ke dalam mulut satu sama lain. Hingga akhirnya Patricia memutuskan untuk menelan seluruh cairan kental itu kedalam lambungnya.

Gleeeekk

Achhhhhhhh

Patricia dan Rama sangat puas merasakan cumbuan itu yang sekaligus menjadi pertanda dimulainya permainan sesungguhnya. Tetapi ada pula seseorang yang tidak puas.

“Paahh.. maaah..... berisik ih.... suara ujan diluar kalah berisiknya tahu dari suara ciuman kalian. Tadi katanya gak berisik dan mau pelan-pelan, ehh sampek kasur goyang semua... Galih pengen tidur niih” Protes Galih karena permainan Rama dan Patricia membuat matanya sulit untuk terpejam.

“Salah sendiri tidur disini, sudah punya kamar sendiri masih saja ngusel di kasur orang tua...”

“Yaaaa,, habis mau bagaimana lagi, tadi kan ujan gede, petirnya kenceng. Papa kan tahu...”

Galih memang memiliki sedikit phobia dengan suara petir. Itu kenapa ia sering tidur dengan orang tuanya ketika terjadi hujan dimalam hari. Rama memang selalu mengolok Galih atas phobianya itu tetapi tidak dengan Patricia, mamanya itu pasti akan membela dia malam ini.

“Sudah lah pah biarin Galih tidur disini, kan Galih bisa ikutan sama kita?”

“Ehhhh maksud mama apa nihh... ehhhh ngak ngak ngak,, besok Galih ada rapat seharian Galih gak mau capek ah....”

Galih tahu betul kemana arah perkataan mamanya barusan. Menyadari itu, Galih segera bangkit dari tempat tidur berukuran King Size itu namun usaha itu segera dihentikan oleh sang mama.

“Ayolah just a minute yaah mau yaaah.....”


PoV Galih


Memang betul sampai umurku 19 tahun ini, aku masih takut mendengar suara petir, terlebih bila malam. Dan selama ini aku selalu tidur bertiga dengan papa dan mama bila hujan malam hari. Mereka memang tidak keberatan sama kebiasaanku ini. Tapi sejak setahun lalu. Mama selalu mengambil kesempatan ini.

Kulihat mama masih saja memohon aku untuk tidak kembali kekamarku sendiri. Tujuannya apa lagi... hmmmm

“Oke janji ya sebentar saja, ini sudah jam 12 dan besok hari senin Galih juga ada rapat Dies seharian. Jadi Galih gak mau capek”

“Sudah kamu nurut saja deh kata mama kamu...” Pinta papa sambil menghabiskan air didalam gelas. “Atau kamu mau papa potong uang bulanan kamu? Hmmm Pilih mana?” sambung papa yang sebenarnya percuma, karena selama ini uang jajanku bukan dari dia juga kok. Tapi ya sudahlah

Dari pada aku malah gak tidur karena suara petir, mending aku pasrah disini saja. Membiarkan mama kini mulai membaringkan tubuhku tepat ditengah kasur berukuran raja itu. Dilepasnya kaos dan celana tidurku hingga mama mulai mengulum batang penisku.

Mama Patricia tidak menunggu sampai penisku benar-benar ereksi, karena ia yakin dengan ukuran penisku. meski belum betul-betul tegang namun itu tidak akan meleset untuk masuk kedalam sana. Dan terbukti, kini mama sudah memilin batang penisku dinding persenggamaannya.

Hmmmmm

Terdengar erangan dari bibir mama, merasakan batang penisku masuk setiap milinya. Vagina mama, hmmmmm memek mama terasa begitu basah, ya wajar kutebak mereka sudah melakukan hampir 20 menit yang lalu.

Meski memek mama terlihat longgar, dengan bibir labia yang kata papa mirip kue cucur. Namun entah kenapa memek mama begitu menggigit. Mungkin karena ini adalah memek pertama yang menggijinkan penisku... hmmmm kontolku untuk masuk, sehingga ada sebuah perasaan sentimentil yang membuat aku selalu merasa memek mama itu jauh lebih nikmat ketimbang memek yang kurasakan setelahnya.

Dulu ketika aku smp, aku memang merasa ada yang aneh dengan ukuran penis... hmmm kontolku yang kelewat besar. Dan aku merasa itu adalah kelainan. Namun setelah aku melihat ukuran papa yang juga besar. Aku jadi diyakinkan, bahwa aku memang memiliki genetik penis besar.

Sttttt....

Dari posisi ini aku bisa melihat betul reaksi wajah mama ketika tubuhnya menggeliat diatas pinggulku. Reaksi yang sama yang selalu mama tampilkan dihadapanku dan juga papa.

Aku yakin selain kontolku dan papa, mama sudah merasakan yang jauh lebih besar dan panjang dari ini. Tapi mama tidak pernah membeda-bedakannya. Bahkan mama pernah cerita, ia pernah make love dengan seorang lelaki yang memiliki penis berukuran tak sampai 7 cm tetapi reaksi dan cara mama melakukan hubungan itu tetaplah sama. Tetap penuh penghayatan yang nyata, tanpa dibuat-dibuat.

Meski usia mama ini hampir kepala lima, tapi aku heran sama mama. Mama masih sanggup orgasme berkali-kali. Bahkan pernah suatu malam mama mendapatkan hampir 10 kali hingga membuat tubuh dan kasur basah kuyup olehnya. Seperti juga dengan saat ini, belum sampai 2 menit mama menggoyang kontolku, aku sudah bisa merasakan denyutan khas dan sedikit semburan didalam sana.

Memang bukan orgasme besar, tapi aku selalu diingatkan, kecil atau pun besar orgasm is still orgasm. Jadi hargailah segala pencapaian itu.

Achhhhhh......

Usai menumpahkan orgasme kecilnya itu, mama mencumbu leher dan seluruh wajahku namun segera kuhentkan ketika ia hendak mencium bibirku.

“Nooooo.....” Hardiku seraya mendorong wajahnya, bukan bermaksud tidak sopan mendorong wajah mama. Tapi

“But why?? Why a can’t kiss you?” tanya mama terheran “ bukannya Galih suka mama cium?”

Yes i like it so much.... sejauh ini mama memang pencium yang handal. But...” sahutku lagi, masih tetap berusaha menjauhkan bibir mama dari bibir ku yang terus kukatupan.” Tadi kan papa ngecort disitu, masa tega sih mama nyium aku....”

Mama tersenyum mendengar alasanku, dan dia nampak mengharagainya. “ youre so funny .... ihhh makin gemas deh mama... “ Ungkap mama sambil mencium pipi dan berbisik dipipiku..

Hmmm

Bisikan itu seketika berubah menjadi jilatan yang begitu panas hingga aku merasakan ada liur yang masuk kedalam gendang telingaku. Awalnya aku sangat tidak nyaman diperlakukan kayak begitu. Namun makin kesini, aku selalu membiaran mama melakukan apapun yang mama mau, termasuk menjilati lubang telingaku.

Puas menjadikan telingaku bahan cumbuannya, kini giliran mama yang menyodorkan lipatan bawah lengan kirinya. Mama menempelkan ketek kirinya tepat didepan mulutku. Karena ia tahu aku pasti akan ...

Slruuppppp

Sampai saat ini mama gak tahu alasan apa yang membuat aku menyukai bagian tubuh ini, bahkan sejak dulu aku selalu nyaman tidur dengan dekapan ketiak. Karena aku emmang tidak pernah menjelaskan alasannya, bahkan sesungguhnya, akupun tidak tahu alasan pasti kenapa aku begitu menikmati bagian ini. Kelainan? Fetish? Entahlah. Yang pasti tidur dibawah ketiak selalu bisa mengobati rinduku pada ibu.

Leleeeeellllll

“Galih, ternggorokan mama kering, ambilin minum disitu dong” Pinta mama sembari menunjuk gelas diatas night stand dengan bibirnya.

“oke, tunggu sebentar ya mah..”

Mama paham betul kasur di kamar tidurnya itu berukuran king size atau 183 x 198 dalam centimeter. lebar dari kasur ini sendiri hampir seukuran dengan tinggi badan mama. Dan mama memintaku mengambilkan gelas diatas meja disudut kanan tempat tidur ini. Rasanya seorang Yao Ming saja mungkin gak mampu. Jelas tanganku ini gak akan mampu untuk menggapai gelas itu, mama masih duduk diatas tubuhku.

Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah mengangkat tubuhku, lalu kuperlahan menggerakan penggulku dengan tetap membiarkan mama memeluk tubuhku.

Mama berulang kali melenguh setiap kali aku berusaha menggeser tubuh, karena setiap geseran itu, menimbulkan hentakkan yang cukup keras didalam liang memek mama. Meski jaraknya gak begitu jauh, tapi karena mama memeluku bahkan kedua kakinya kini melingkar di pinggulku, tentu cukup lama aku sampai ketepian kanan tempat tidur ini.

Sasampainya disana mama segera mengambil gelas dan membasahi kerongkongannya yang kering karena sudah barang pasti liur mama sudah banyak terkuras dan dihisap oleh papa. Karena akupun cukup haus aku juga mengambil gelas dari mama dan meminum sisanya.

“Hmmmm achhhh... mama sudah minum dan mama tadi juga sudah berkumur, jadi sekarang boleh dong...”

Ya, boleh, boleh banget kok kalau mama sudah berkumur sih ya boleh lah. Tanpa menunggu jawaban dariku. Mama sudah memburu bibirku dan dengan cepatnya melilitkan lidahnya. Sekali lagi, bibir dan lidah ini juga yang mengajarkanku bagaimana berciuman. Bagaimana menyikapi bila seorang wanita ingin berciuman. Tidak seperti lelaki, wanita itu ingin ciuman yang mencumbu, yang di hayati, yang dinikmati.

Sluuuuurrppp

Leeeelllllll

Hampir 250 detik aku dan mama berciuman sampai aku baru menyadari papa hilang entah kemana. Kami berusaha melupakan papa yang saat ini terlihat sibuk di walk in closet dengan terus melilitkan lidah, berusaha saling menghisap lidah kami kedalam mulut masing-masing

Sembari berperang lidah dengan mama Patricia, aku tetap menenangkan pikiran agar menghalau aliran darah yang menuju kontolku. Aku tidak ingin segera ejakulasi. Walau sebelumnya aku menolak ajakan mama. Entah kenapa, aku justru gak mau ini segera berakhir.

“Galih kuat nggendong mama kan?”

Papa tiba-tiba saja bertanya yang membuat aku melepaskan bibir mama yang mulai mengigiti bibir atasku.

“Kwuwat memang kenapa??”

Disaat aku menjawab mama melepaskan gigitannya atas bibirku dan menoleh kearah papa untuk mengetahui apa yang saat ini papa inginkan. Setelah mengetahui apa yang papa mau, mamapun melingkarkan kedua tangannya dileherku dan semakin erat melingkarkan kaki panjangnya di pinggulku.

Untuk menerjemahkan itu, akupun memegang kedua bokong mama, yang terasa pas digenggaman, ya badan mama sekurus itu.

Aku berusaha bangkit dari dudukku dipinggir kasur busa itu, dan perlahan berdiri sambil menahan bobot tubuh mama yang sebenarnya cukup ringan bagiku.

Meski percaya dengan kekuatanku, mama tetap berusaha menyeimbangkan agar tubuhnya tidak terperosot kebawah, mama tetap menjaga posisi agar penisku tidak kemana-mana, wait ... agar kontolku tetap berada didalam memek mama dan terus menghujam keatas liang surgawi mama.

“Bantuin papamu ya!” Pinta mama terdengar bergetar digendang telingaku.

Menjawab permintaan mama itu, akupun menggunakan beberapa jariku untuk melebarkan lubang pantat mama, sembari tetap menjaga keseimbangan tubuh mama.

Sementara itu papa mulai membalurkan pelumas disekujur batang penis artifisial miliknya dan juga kedalam permukaan anus mama.

Dirasa cukup terbuka, papa mengarahkan batang besar itu kedalam lubang pembuangan mama secara perlahan seraya ia memasukan kontolnya sediri kedalam memek mama.

Cukup sulit karena sejak tadi kontolku sudah mendominasi seluruh ruang memek mama. Namun Petualangan mama sepanjang hidupnya itu, membuat dua manusia dengan genetik yang sama, mampu memasukan batang kemaluan mereka pada satu lubang yang sama.

Membutuhkan hampir 70 detik untuk mengarahkan dua batang itu pada orbit yang benar. Dan ketika kontol dan penis papa sudah masuk sepenuhnya, mamapun memalingkan wajahnya kebelakang, mengecup pipi papa seraya berkata, “ Jadi itu yang kamu rencanakan sejak tadi... oke aku berani.... tapi jangan kayak waktu itu yaah...”

Ya, kami pernah melakukan ini sebelumnya, namun yang pertama itu berakhir fatal karena saat itu papa mengalami orgasme dan kehilangan keseimbangannya dan membuat mama terjatuh kelantai. Namun kali ini aku yang menggendong mama, tetapi gak menjamin kali ini akan berjalan mulus.

“Mama gak peduli juga ssihh... ayoo lakukan ajaaa.. ssttttt”

Mama mulai meringis, kenapa juga mama gak boleh meringis bahkan mendesih untuk kemudian berteriak. Saat ini lubang vaginanya telah mengalami double penetrasi sementara satu inchi dibelakangnya, sebuah dildo strapon yang dikenakan papa, sama-sama memberikan penetrasi untuk mama.

ACHHHHHWWWWW

FUCCCCKKkk

Wajar bila mama berteriak untuk melepaskan sensasi yang tengah ia rasakan. Benda mati yang terbuat dari campuran silicone dan karet itu tengah mengobok-obok lubang duburnya secara konstan, mengikuti gerakan kontol milik papa, yang bertemu langsung dengan kontolku sendiri.

Papa mulai merangkul tubuh mama, untuk membantuku menahan berat mama. Namun bukanlah rangkulan biasa, nyatanya papa meremas cukup kuar kedua payudara mama dengan tangan menyilang. Sementara mama membalas itu dengan mencium bibir papa.

Secara normal seharusnya aku merasa risih melihat ini semua, namun entah kenapa melihat mama dan papa begitu bahagia melakukan ini, akupun ikut merasakan kebahagian papa.

ACHHHHHHH

SRTTTTTTTTTT

CUURRRRRRRRRRR

Pada posisi biasa saja, mama begitu cepat mendapat orgasme, apalagi saat kita sudah menemukan rima dan ritme yang pas. Sudah dua kali mama mendapatkan orgasme, bahkan satu diantaranya adalah sebuah squirt yang cukup deras.

Kakiku begitu terasa hangat dan sekaligus dingin saat cairan itu menyembur merayap melewati pahaku...

Achhhhhh......

Achhhh

I coming agaaain honeyy...” rintih mama, merangkul aku semakin erat..

Namun aku merasakan kecurangan pada permainan ini dan sialnya aku aku baru merasakan pada detik ini. Pantas saja, sedari tadi aku merasakan perasaan yang sedikit berbeda. Aku tidak menemukan perasaan risih seperti ketika pertama kali mama mengajak aku melakukan double penetrasi dengan papa.

Kebanyakan orang yang baru pertama kali akan merasa risih karena akan bersentuhan langsung dengan penis yang lain. Nyatanya papa dari tadi memakai sebuah kondom bergergerigi. Pantas saja, aku sudah mulai merasakan ingin muncrat padahal aku sudah memfokuskan pikiranku.

Ahchhhhhh terlambat....

Crooottt croootttttt.....

Entah berapa kali air maniku muncrat masuk kedalam liang memek mama. Membuat aku secara refleks mengejang dan menjatuhkan tubuhku kebelakang.

PLOOUUUPPP

Grafitasi menarik tubuh mama saat aku terhunus kebelakang. Melihat itu mama hanya tertawa ringan melihat aku kalah oleh papa malam ini..

“Oke, papa mulai main curang tuh maaah....”

Mendengar rengekanku, papa hanya ketawa puas hingga membuat tubuhnya bergoyang yang otomatis membuat kedua penisnya ikut bergoyang.

“Bagi mama, gak ada yang kalah dan gak ada yang menang. Buat mama kalian berdua adalah kemenangan untuk mama. “ Ucap mama sedikir membisik ditelingaku

Usai berbisik, mama turun dari atas tubuhku hingga penisku belepotan oleh carian mani aku dan mama. Mama berdiri dan mulai menunggingkan tubuhnya. Dengan telaten mama menjilati dan menghisap sisa spermaku dari ujung penisku, seluruh area selangkangan, kedua belah pahaku bahkan mama gak segan menjilati mani yang berbecer diarea sekitar anusku.

Melihat yang mama lakukan kepadaku, papa seolah iri lagi cemburu, ia kembali mengarahkan dua penisnya, namun mama segera merapatkan dan meluruskan kedua kaki mama yang jenjang itu. Sehingga otomatis papa gak akan bisa menyamai level selangkangan mama.

Hahaha. Mama mungkin ingin membalas kecurangan papa tadi. Namun papa Rama tidak lantas kehilangan akal, ia mencari sebuah kotak, meletaknya dibelakang kaki mama, kemudian, saat posisinya benar-benar pas, dan kondom berduri itu sudah pula dilepasnya. Papa mendorong kedua penisnya itu dengan sekali hentakan


PLOOOOOOPP

Cukup mudah kelihatannya kontol asli papa masuk ke memek mama, namun penis dildo itu beberapa kali terlepas dari garis edarnya.

Claaap claaaaaaappp...

CLOPPPP CLOOOPPP


~~~ Secret and Desire ~~~


Chapter-19-a.jpg


Pada dasarnya, mama Patricia memang menyukai segala macam variasi seks. Mulai dari yang standar sampai little bit rough begitu mama menyebutnya. Bahkan kemungkinan mama sudah pernah melakukan semua gerakan yang ditampilkan pada kama sutra.

Tapi dari semua yang sudah mama Patricia ajarkan padaku. Aku masih belum terbiasa dengan yang satu ini. Walapun mama meyakinkan aku untuk bersikap biasa, tapi aku gak benar-benar bisa melakukannya. Bagaimanapun juga Patricia adalah wanita yang selama ini merawatku layaknya ibu kandungku sendiri. Masa yo pantes, aku menjambak rambutnya, untuk kemudian aku menghujam mulutnya dengan kontolku.

Aku percaya kehidupan ini berjalan seperti yin dan yang. Ada satu sisi keburukan dan kebaikan disisi yang lainya. Berputar secara seirama, menghasilkan hidup yang begitu beragam.

Entah apa persamaan atas itu semua, namun bagaimanapun aku mencoba menolak, mama Patricia tetap saja meminta aku meremas rambutnya, dan terus meminta aku menghujamkan pinggulku untuk menyetubuhi mulutnya..


ACHHHHHH


Beruntung aku cukup cepat mendapat orgasme yang kedua, sehingga aku mempunyai alasan agar menyudahi deep throat ini. Bukan karena aku tidak menikmatinya, tapi lantaran yang ku sodok itu mama Patricia.

Setelah mengeluarkan sedikit spermaku didalam lubang tenggorokan mama, ia pun memutuskan untuk rehat sejenak, membuatkan teh untuk kita beriga untuk kemudian sedikit mengumpulkan energi bagi dua lelaki ini.

Aku cukup kaget melihat jarum jam di dinding, aku pikir ini sudah pagi, tapi, nyatanya ini masih pukul 1 lewat 25 menit. Dan ngantukku sudah benar-benar hilang. Dan sialnya lagi aku gak bisa lagi menggunakan alasan besok harus bangun pagi, aku ada rapat seharian, aku gak mau terlalu cape. Itu semua terbantahkan ketika mama melihat batang penisku yang masih prima. Tegak lurus kedepan..

“Oke one more time, and i go to sleep....”

Mengakhiri permaian malam ini, mama kembali menaiki tubuhku yang terlentang ditengah tempat tidur, sementara papa nampak sudah bosan dan mungkin merasa ribet mengarahkan dua penisnya sekaligus, sehingga ia hanya fokus pada miliknya saja, yang terkadang ia lesakkan pada anus dan terkadang lebih sering ia jejalkan masuk bersamaan dengan kontolku didalam memek mama.

Entah sudah berapa menit berlalu hingga akhirnya, akhirnya rasa kantuku akhirnya kembali, dan kali ini aku benar-benar memanfaatkannya. Aku pejamkan kedua mataku dan membiarkan mama dan papa masih tetap dengan permainan mereka yang entah kapan akan berakhir.

Mataku mulai sayu, dan mulai tidak mengingat apa yang terjadi setelah itu, yang kuingat hanyalah punggung dan rambur panjang mama yang membelakangiku. Dan kurasakan anus mama yang kini menggepit kontolku..

Achhhhh

Kucoba terus terpejam... menuju alam mimpi sembari dengan lembut kupeluk tubuh mama, yang saat ini masih saja menerima tusukan kontol papa di memeknya.....

Huffttttttt

Namaste

bismika allahumma ahya wabismika amut
 
Terakhir diubah:
yhaaa ada updatean baru tau :bata: ditunggu2 dari dulu :galak:

parkir limosin dulu ya disini :papi:

:tabok:
Hehehe
Saori saori bread. baru sempet ngerapihin tulisan soalnya. hehe.
meski gak rapi-rapi amat sih.

:taimacan:
Tapi Tuwengs dah mampir yah bread

Wah hahahaha ada2 saja phobia sama petir

Tapi beruntung dapat merasakan tubuh mama patricia

weeeeee
dari pada Phobia sama sendal swalow mending sama petir downgs
 
Secret and Desire
Chapter 20

Bimbingan Konseling



Chapter-20.jpg




~~~ PoV Galih ~~~

“Kalau ibu perhatikan, kamu sekarang sering sekali terlambat. Padahal ibu tahu persis dulu kamu itu rajin. Paling lambat lima belas menit sebelum bel, kamu sudah ada disekolah. Tapi sekarang...? Memang ada masalah apa? Coba ceritakan, mungkin ibu bisa bantu?”

Semalam mama dan papa saya mengajak saya untuk ikut berhubungan badan dengan mereka. Kalau tidak salah hampir dua jam lebih papa dan saya menggauli kemaluan mama secara bergantian. Bahkan terkadang kemaluan saya dan papa saya masuk pada kemaluan mama secara bersamaan.

Mama sampai berteriak karena merasakan nikmat yang tak terbayarkan. Bahkan setelah saya mengalami ejakulasi, mama terus meminta saya untuk tetap menggauli tubuhnya. Menusuk kemaluan dan duburnya sampai akhirnya saya tertidur. Lalu, ketika saya bangun saya baru sadar, tubuh saya dan papa saya masih menghimpit tubuh mama. Kemaluan saya dan papa masih menusuk kemaluan dan dubur mama saya.

Jadi itu alasan saya tadi pagi terlambat. Saya datang pukul 08.20, sesaat setelah upacara bendera usai. Saya lemes banget bu.


Memang itulah alasan sebenarnya. Dan kurang lebih, itu pula alasan beberapa waktu lalu aku sering telat datang ke Sekolah. Tapi bila aku menggunakan alasan itu sebagai jawaban atas pertanyaan bu Alya. Entah apa reaksinya setelah itu.

Sehingga, aku memilih jawaban yang diplomatis.

“Maafkan saya bu, sejak orang tua saya memutuskan pindah rumah, saya belum terbiasa untuk datang tepat waktu. Kan ibu tahu gak ada angkutan umum yang bisa langsung dari rumah ke sekolah. Saya harus beberapa kali naik bis dan angkot. Kalau saya naik motor, juga harus memutar jalan, seperti tadi pagi, saya harus memutar jalan karena ada jalan satu arah. Jadi terlambat.”

“Kalau begitu, seharusnya kamu berangkat lebih pagi, kalau kamu niat kamu pasti bisa........”

Bla bla bla..... Sesuai dugaanku, jawaban apapun akan tetap mendapatkan tanggapan dan sanggahan dari bu Alya. Itu wajar, sebagai Waka bidang kesiswaan, itu sudah menjadi tugas pokok bu Alya untuk memberikan arahan kepada semua siswa di sekolah ini. Termasuk aku.

Walau bertujuan baik, tidak semua orang senang mendapatkan sebuah nasihat. Apalagi bila nasihat itu keluar dari seorang guru yang galak macam bu Alya. Dimata kebanyakn siswa, bu Alya itu bagaikan sosok Profesor Snape dari serial Harry Potter, yang senantiasa menghukum muridnya apapun kesalahannya. Tapi selama aku berurusan dengan bu Alya, aku sama sekali tidak merasakan hal itu.

Memang betul, secara fisik bu Alya memang menakutkan. Potongan rambut bob layaknya sorang polwan. Tatapan matanya tajam seolah kita bisa terbunuh hanya dengan melihatnya. Dan yang paling menyeramkan tongkat rotan sepanjang 45 cm yang senantiasa ia bawa kemana-mana. Meski tidak pernah ada laporan bahwa bu Alya pernah memuluk siswa dengan tongkat itu, tetap saja semua siswa terutama siswa perempuan akan gentar bila bu Alya melewati mereka. Terutama dengan suara hak sepatunya yang khas dan menggema, seolah sepatu itu hanya khusus di buat untuk bu Alya.


~~~ Secret and Desire ~~~


Ditunggunya kehadiranku pada rapat Dies Natalis membuatku akhirnya keluar dari ruangan bu Alya dan tidak mendapatkan hukuman sama sekali darinya. Aku hanya mendapat surat peringatan yang nantinya akan berubah menjadi surat panggilan orang tua bila dikemudian hari aku terus-terusan terlambat.

Tapi bila diberi pilihan, aku lebih memilih menjalani hukuman dari bu Alya ketimbang mengikuti rapat. Bukan karena aku ingin lari dari tanggung jawab, karena toh rapat dengar pendapat dengan guru ini aku juga yang merencanankan. Tetapi wanita di sampingku membuat aku jadi malas mengikuti rapat.

“Bu, lepas gak? Nanti kalau ada yang lihat gimana coba?”

“Nyatanya gak ada yang lihat kan? Semua lagi sibuk memperhatikan arahan pak Bono” Bisik bu Hesti yang sedari tadi menyibukkan tangannya dibawah meja rapat.

Sembari membaca salinan proposal yang diajukan oleh panitia Dies, tangan bu Hesti mencoba meraba-raba area selangkanganku. Rasanya memang nyaman, kuakui itu. Tapi melihat situasi sekarang ini di mana 20 siswa dan 6 guru tengah rapat diruang yang sama. Senyaman apa pun itu akan berubah menjadi was was.

Di rumah aku punya dua orang tua yang maniak dengan seks, dan disekolah aku mengenal seorang wanita yang sebegitu penasarannya dengan aku. Aku bingung untuk mengatakan ini sebuah keberuntungan atau justru ini adalah sebuah kesialan.

Finally...

Akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk presentasi proposal yang kubuat. Bukan karena aku yakin ide yang telah aku dan tim rancang seminggu ini adalah ide yang brilian. Tetapi dengan ini akhirnya aku bisa terbebas dari cengkeraman jahil guruku nakal satu itu.

Apa lebih baik suatu saat kuberikan saja apa yang dia mau, dan memaksanya untuk tidak menjahiliku lagi. Tapi bila itu kulakukan, aku gak yakin bu Hesti akan melepasku begitu saja.


~~~ Secret and Desire ~~~

Pak Bono dan beberapa guru yang mengikuti rapat barusan, cukup puas mendengar presentasi yang kulakukan tadi. Bahkan setelah itu mereka meminta kami ke gedung aula untuk memberikan gambaran bagaimana dekorasi pada acara puncak saat Dies Natalis sekolah kami.

Awalnya sempat ada keraguan dari beberapa guru bahkan dari teman-teman sesama panitia, karena ide yang ditawarkan oleh divisi acara akan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun kami berhasil meyakinkan bahwa kami mampu untuk mengumpulkan dana secara mandiri tanpa sedikit pun menggunakan keuangan sekolah.

Puas mendengarkan pemaparan kami, akhirnya kami dipersilahkan mengikuti pelajaran. Namun tiba-tiba sesuatu hal yang begitu mendesak memanggilku, dan ini tidak bisa kutunda. Aku segera berlari menuju belakang aula dan masuk kesalah satu bilik kamar mandi.

Akhirnya lega juga, ini sudah kutahan semenjak rapat dimulai dan aku baru bisa untuk melepasnya.

Hufftttt.

Setelah kuselesaikan hajatku baru aku menyadari, bahwa suara aneh barusan bukanlah suara seseorang yang sedang mengejan Aku hapal betul suara oang yang sedang kebelet dan mengejan dan tidak pernah terdengar seperti itu.

Achhhh....

AChhhhhhhhh....


Lirih namun pasti aku mendengar sepenggal suara desahan seorang wanita. Desahan yang kutahu hanya bisa ditimbulkan oleh dua kemungkinan. Have Sex dan onani. Sebenarnya aku gak peduli, siapa yang ada didalam sana dan sedang melakukan apa hingga menimbulkan suara lirih yang erotis. Namun ketika aku selesai menyiram lubang toilet, suara itu tiba-tiba terhenti, membuat aku yakin siapa pun seseorang disebelah sana, pasti tengah menyadari keberadaanku saat ini.

Lokasi toilet yang berada dibalik panggung aula sekolah, menjadikan area ini cukup terbatas, dan biasanya hanya di fungsikan apabila ada kegiatan di dalam aula. Kesan seram dan gelap dari ruangan ini membuat siapa saja terutama murid enggan masuk kesini kalau tidak sangat kepepet.

Itu artinya siapapun seseorang didalam sana, tidak ingin orang lain tahu kegiatan yang tengah dilakukannya barusan.

Sengaja aku menunggu, berharap orang tersebut memutuskan segera keluar bilik toilet. Namun ini sudah lebih dari 5 menit. Nampaknya kami berdua sama-sama menunggu.

Rasa bosan menunggu akhirnya membuat aku mengalah, aku segera membuka pintu secara perlahan, berharap seseorang disebelah sana tidak menyadari. Namun sayang bersamaan dengan aku melangkah keluar, seseorang dibalik pintu itu juga menampakkan dirinya.

Cukup lama kami terdiam, hingga akhirnya kami berdua memutuskan untuk keluar dari dalam gedung aula tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir kami.

Canggung, jelas itu yang aku rasakan. Perasaan itu terus saja menghantui sampai aku mengikuti pelajaran terakhir.

Kimia menjadi pelajaran terakhirku di hari ini. Dan akhir dari ini, kami diminta mengerjakan soal latihan. Aku segera menyelesaikan semua soal yang ada, sembari terus berharap setelah ini, kami diperbolehkan untuk pulang dan aku segerap melupakan kejadian barusan. Tapi semesta tidak ingin itu terjadi.

“Mas Galih, boleh minta tolong bawakan buku teman-temanmu ke ruangan saya?”

“ehh.... B-baik bu Alya...”


~~~ Secret and Desire ~~~



Chapter-20-1.jpg


“Pah, tadi pagi Galih telat ya?”

“Kita aja, bangun jam 12 siang, aku yakin tu anak pasti juga kesiangan tadi.” Sahut Rama sembari menghabiskan sisa makan siangnya.” Eh tapi, tumben kamu manggil aku dengan sapaan papah?” Lanjutnya dengan mata menelisik.

Im still your wife, remember? Memangnya tak boleh aku manggil kamu papa? Salah ya? Jadi cuma dia yang boleh manggil kamu papa?”

“Ya gak apa apa dan gak perlu sinis begitu dong..”

“Habis kamu duluan kan....!” Gerutu Patricia sambil megambil piring yang masih digunakan suaminya itu.

“Yee Pat, belum selesai kali.... tega amat sudah mau dicuci...?” Protes Rama menyadari piring makannya diambil paksa oleh sang istri.

Ketimbang menghadapi istrinya yang nampak cemberut, Rama memilih menceburkan dirinya kedalam kolam renang untuk melunturkan peluh yang masih menempel pada tubuhnya kini. Peluh yang dihasilkan oleh permaiannya semalam suntuk bersama Patricia sang istri dan anaknya Galih.

Keuntungan tidak memiliki tetangga, membuat Rama dengan bebas dan tanpa ragu berenang tanpa busana.

Tak lama, Patricia yang sejak tadi telanjang pun ikut menceburkan tubuhnya kedalam kolam, menyusul sang suami yang kini mulai menepi di seberang kolam.

“Thanks ya,”

“Makasih buat apa?” kata Rama yang kini duduk ditepian kolam, balik bertanya kepada Patricia yang berendang mendekat kearahnya.

“Our jorney last night.” Sahut Patricia menopangkan kedua tangannya diatas kolam, bersampingan dengan Rama yang mulai menikmati cerahnya hari ini.

“Sama seperti yang kamu bilang barusan, im still your husband too. Right?”

“Buat aku apapun yang membuat kamu bahagia di dunia ini, seberat apapun pasti akan aku berikan. And yes.....” Rama mengarahkan wajahnya mendekat ke wajah Patricia yang masih didalam air. “ I’ll give you the best sex ever”


Patricia tahu betul apa yang di katakan suaminya barusan bukanlah sebuah bualan semata. Karena selama pernikahan mereka, Rama tidak pernah sekalipun mengecewakan Patricia dalam hal seks. Rama sangat mengerti apa yang istrinya mau bahkan selalu memberi lebih.

Sejak menikah 10 tahun lalu, Patricia selalu merasa bersyukur memiliki suami seperti Rama. Bukan karena Rama berasal dari keluarga kaya raya, atau bukan karena Rama memiliki tampang yang tampan nan rupawan.

Satu hal yang membuat Patricia tidak pernah sekalipun menyesal menikah dengan Rama, Karena hanya dengan Rama semua keinginannya selama ini terwujud. Ia pernah membayangkan andaikan saja saat itu yang menikah dengannya bukanlah Rama, mungkin ia tidak akan memiliki kesempatan untuk merasakan beragam penis yang ada di dunia.

Jauh sebelum Patricia memutuskan menikah, ia memang telah banyak melakukan hubungan dengan banyak lelaki. Namun, tidak ada yang lebih menyenangkan berhubungan dengan banyak lelaki dengan tetap menyandang status sebagai istri.

By the way, Pat.... makasih yah. Kamu mau ngertiin aku.. dan kamu juga mau nerima keputusan aku itu...”

“Rama.... kita sudah sering bahas ini kan? Atau kamu lupa, bukannya aku yang meminta ini semua” Tanggap Patricia menarik wajah suaminya itu ..” Dulu kamu rela menikahiku, padahal kamu tahu persis kalau aku tidak akan pernah bisa memberikan kamu keturunan.... sekarang mendengar kamu akhirnya akan mempunyai anak... tentu aku juga ikut bahagia, Rama...”

“Makasih ya sayang”

Patricia membalas kecupan sayang dari suaminya itu.

“Jadi kapan Shinta bisa tinggal bareng sama kita?” ujar Patricia sejenak menghentikan ciumannya.

“Masalah itu, tunggu aku cerita sama Galih dulu deh, kamu kan tahu sampai sekarang Galih belum tahu kalau aku sudah menikah ... lagi..”

“Ya makanya kamu segera cerita dong sama dia, dia juga kan pasti seneng denger kabar kalau dia bakalan punya adik.”

“Nanti, kalau ada waktu yang cocok aku bakal kasih tahu dia...”



~~~PoV Galih ~~~



“Jadi, itulah alasannya ibu berani melakukan itu disekolah.”

“Tapi, seharusnya ibu gak perlu menceritakan ini kepada saya... ibu bisa saja tetap ngerahasiain ini..”

“Ibu tahu usia Galih kan beda dengan semua siswa disini, Galih pasti sudah dewasa dan ibu yakin Galih sudah mengerti sama hal ini. Itu kenapa ibu ndak keberatan menceritakan sedikit rahasia ibu ke kamu “

“Tapi.... apa ibu gak takut kalau misal saya ngobocorin hal ini ke orang-orang? kesemua siswa di sekolah?, ke semua guru...?”

“Jadi kamu akan beberkan semua ini?”

“Ya nggak akan sih bu, buat apa juga. Gak ada untungnya buat saya.”

“Karena ibu yakin kamu bukanlah anak yang seperti itu, makanya ibu mau cerita ini sama kamu.”

Hampir dua jam, bu Alya menceritakan sedikit kisah hidupnya , sampai kita lupa sekolah sudah sepi. Akhirnya bu Alya mengijinkan aku pulang setelah ia berterima kasih kepadaku karena mau menjadi pendengar atas kisahnya selama ini.

“Galih, sebentar”

“Ada apalagi bu?”

“Kamu tahu rumahnya pak Bono?”

“Tahu sih, searah kok sama rumah saya, ada apa memangnya bu?”

“Ini tadi ada kiriman paket buat Pak Bono, tadi ibu yang terima. Tadi mau ibu kasih, eh keburu ibu asyik cerita sama kamu. Bisa kan ibu minta tolong anterin ini kerumah Pak Bono.”

“Oh bisa, nanti saya yang antarkan. Kalau begitu saya duluan ya... permis,i Assalamualaikum”

“Wallaikum salam”



~~~ Secret and Desire ~~~

Sebenarnya aku tidak perlu mendengar semua cerita bu Alya selama hampir dua jam itu. Niat setelah jam pelajaran ingin cepat pulang karena aku masih sedikit ngantuk. Akhirnya aku memutuskan untuk mendengar kisah hidup bu Alya. Cerita yang sebenarnya hampir membuat aku menangis.

Semuanya salah aku sendiri sih, tadi dengan santainya aku malah menanggapi “Kalau ibu gak keberatan, ibu cerita saja, mungkin saya bisa bantu”

Kalimat yang hampir sama yang diucapkan bu Alya tadi pagi.

Sepanjang perjalananku menggunakan skuter vespa menuju rumah pak Bono, aku masih terenyuh dengan kisah Bu Alya. Wanita yang selama ini kuanggap wanita paling tegas disekolah ini, namun memiliki alasan atas semua yang ia lakukan selama ini.

Kebanyakan persepsi siswa disekolahku terhadap bu Alya, adalah ia guru yang killer, kejam, suka menghukum, bahkan sebelum Pak Bono menjabat sebagai kepala sekolah, bu Alya dikenal guru yang ringan tangan. Namun ternyata, semua itu dilakukan dengan sengaja. Bu Alya melakukan semua itu berharap suatu hari, masih tersimpan dendam didalam hati salah satu murid yang membencinya. Dendam yang memicu pembalasan. Pembalasan atas apa yang pernah bu Alya lakukan selama ini.

“Ibu seorang submission...”

Saat mendengar itu, aku hampir menangis. Bagaimana tidak, seorang guru dengan sadarnya berlaku kasar terhadap anak didiknya, berharap suatu saat nanti timbul rasa dendam sehingga mantan muridnya itu akan memerkosanya, menyiksanya, menjadikannya selayaknya budak seks. Semua itu ia lakukan hanya untuk mengingatkan kembali, akan kenangan mendiang suaminya yang pergi 5 tahun lalu.

Ia pun mengakui selama lima tahun ini ia tersiksa. Tersiksa batin. Perlakuan mendiang suaminya begitu meninggalkan kesan, sehingga ia sangat merindukan perlakuan kasar mendiang suaminya itu selama hidup.

Aku yakin itu sangat membebani hidup bu Alya selama ini, hidup seorang diri, menahan siksaan yang begitu berat karena sangat merindu akan sebuah siksaan.

Tadi ketika bu Alya bercerita, kulihat ia sangat lega karena ada seseorang yang telah mendengar kisahnya tanpa perlu menghakimi. Seolah beban yang selama ini ia pikul, sedikit terkurangi. Ya karena beban itu akhirnya beralih pada diriku.

“Kalau ibu gak keberatan, ibu cerita saja, mungkin saya bisa bantu”

Kalau saja tadi aku gak mengatakan itu, mungkin bu Alya gak perlu menceritakan semua. Ia hanya perlu marah kepadaku karena telah tidak sengaja mendengarnya mendesah ketika melakukan mastrubation didalam toilet gedung aula.

Hufttt...


~~~ Secret and Desire ~~~


Seharusnya satu jam yang lalu aku bisa langsung pulang. Setelah menyerahkan paket ini kepada Bu Rianti–istri pak Bono–aku bisa saja langsung berpamitan. Namun ada satu hal yang membuat aku akhirnya terjebak di dalam rumah bergaya klasik Jawa ini.

Bahkan karena terlanjur maghrib, aku diajak makan malam bersama Pak Bono , Istrinya dan salah seorang tamunya.

Kami berempat makan. Dan sedikit mendengar senda gurau yang khas dari lelaki berkumis tebal itu.

Karena terlanjur berada di rumah Pak Bono, sekalian saja aku menceritakan ideku yang tadi tidak sempat aku sampaikan pada rapat siang tadi. Pada dasarnya Pak Bono senang dengan semua ide yang kubuat. Ia bahkan sepenuhnya percaya, itu kenapa aku ditunjuk sebagai ketua divisi acara, saat pembentukan panitia.

“Wes tah, lek ide dari kamu, bapak mah setuju setuju ae...." Tanggap pak Bono memelintir kumis keritingnya itu. " Tapi opo yo gak memept, Lih, kalau bikin reuni akbar segala?" Lanjutnya bertanya

"Tenang wae pak, itu sudah saya pikirkan. kebetulan saya memang sering komunikasi dengan beberapa alumni. Dan waktu saya cerita tentang reuni ini, mereka sangat antusias. Bahkan mereka sendiri yang nanti akan mengkoordinir teman-teman seangkatannya"

"Puancen nguenten awakmu, Lih, Galih."

"Sante wae, Bos."

Sebenarnya menyenangkan ngobrol dengan Pak Bono, selain menghibur, Pak Bono memiliki cara agar lawan bicaranya nyaman mendengarkannya. Hal itu juga membuat aku begitu nyaman bercerita. Tentang segala hal.

Sayangnya waktu tidak mendukung perbincangan kita, sehingga sekitar pukul 19.45 aku memutuskan pamit. Namun aku tidak pulang seorang diri.

Seorang wanita yang mengenakan kemeja bermotif kembang dan celana model cutbray berwarna cream ikut bersamaku.

Kalau bukan pak Bono yang meminta, aku tidak akan pernah memboncengi wanita ini. Terlebih, arah tujuan wanita yang kini mulai memelukku, berlawanan dengan arah rumahku.



Bisa-bisa mama jengkel lagi, karena aku pulang kemalaman,

kalau mama sudah jengkel kepadaku..

haaaah..

bisa-bisa besok aku akan telat lagi kesekolah.



~~~ Secret and Desire ~~~

“Gak nyangka ih, akhirnya teteh bisa goncengan sama kamu.. menie kayak mimpi euy.”

“Jangan lebay deh teh, kebetulan saja tadi teteh juga lagi dirumah pak Bono, kalau nggak mana mau Galih boncengin teteh,”

“Kamu kok begitu sih.”

Salah juga aku mengatakan kalimat barusan. Maksud hati membuat bu Hesti tersinggung, ia justru makin merapatkan posisi duduknya. Jok skuter vespa memang tergolong kecil dan sebenarnya kurang nyaman untuk berboncengan, in my opinion. Apalagi yang di gonceng adalah wanita semacam bu Hesti yang bahkan sama sekali gak merasa risih atau setidaknya khawatir apabila ada orang yang melihatnya.

Seseorang pasti akan berpikir negatif melihat ini. Bagaimana tidak, tubuhnya begitu erat menempel, bahkan kedua payudaranya seolah merekat pada punggungku. Yang kini membuatku was-was, bu Hesti tak hanya memelukku sebagai pegangannya agar tak terjatuh.

Ia mulai nakal, sesekali melingkarkan jemarinya dipangkal pahaku.

Kamu itu sebenarnya sadar gak sih bu. Ibu itu seorang guru loh, bahkan , ibu sudah menikah dan memiliki seorang anak. Apa yo pantes, menggonceng seorang pemuda dengan cara seperti ini. Apa kata orang nanti, apa kata tetangga bu Hesti nanti kalau kita sudah sampai. Atau yang terburuk, apa yang akan mertuamu pikirkan melihat ini.

Tetapi tempat yang kita tuju saat ini ternyata bukanlah kediaman mertua bu Hesti. Melainkan rumah salah satu temannya, diamana tadi sore ia menitipkan anaknya.

“Loh, anak teteh di titipin disini? Memang dirumah gak ada orang?”

“Ya ada sih.... “ jawab singkat bu Hesti sambil turun dari atas motor dan segera melangkah masuk kedalam sebuah rumah.

Gak lama berselang bu Hesti keluar menggendong anaknya.

“Tadinya mau teteh titip sama ibu mertua, tapi kebetulan lagi ada acara. Jadi teteh titip disini deh.”

“Oh begitu.”

Cukup, aku gak boleh lebih jauh mengetahui tentang keluarga bu Hesti. Jangan sampai dia semakin menganggap aku seolah membuka pintu untuknya. Cukup Galih...

“Meski mertua teteh sebenernya menerima kehadiran teteh, tapi teteh sebenarnya tahu, mereka itu gak benar-benar menerima teteh sebagai menantu. Sudah lama teteh ingin punya rumah sendiri, tapi seperti yang kamu tahu, gajih teteh berapa sih? itu lah kenapa sampai saat ini teteh masih tetap nerima job model dan poto. Semua itu teteh lakukan untuk bisa hidup mandiri, dan bisa membesarkan anak teteh dengan tenang.” Ungkapnya bercerita sembari memberikan asi pada anaknya.

Aku duduk disebelahnya, dengan terpaksa aku mendengar cerita teteh tentang kehidupannya yang sesungguhnya.

Kenapa juga sih aku harus nurut permintaan bu Hesti, bisa saja tunggu diatas motor, selagi bu Hesti menyusui anaknya itu. Why Galih why....

Bu Hesti sengaja menyusui anaknya terlebih dahulu, sehingga sesampainya dirumah nanti ia bisa langsung menidurkannya.

“Oh ya, satu lagi Galih... tentang yang tadi...”

“Sudah lah teh, gak usah dibahas, anggaplah tadi itu Galih gak tahu apa-apa.... oke... “

Bu Hesti tersenyum mendengar perkataanku, seolah merasa lega mengetahui salah satu rahasia hidupnya aman. Tapi rupanya bukan itu maksud dan tujuan dari senyum yang masih saja terpancar.

“Kamu mau nenen yang sebelahnya, Galih? Sayang nihh. Jarang di minum sama nak teteh...” Ujarnya sedikit meremas payudara bundarnya itu

“No. ... No. .... sudah deh jangan makin gila.... mending Galih anterin teteh pulang deh.. dah malem juga nih...”

“Ih sok jual mahal, waktu itu aja kamu hisep sampe bikin teteh kelojotan"


waktu itu kamu yang maksa aku buat ngeyot pentil susu kamu, bu.... Arggggg...


Ngomong kunyuk asu ke seorang guru boleh gak sih?


Still Continudes
 
Terakhir diubah:
Dengan ini berakhirlah Episode II : The First and The Next
Episode dan Chapter selanjutnya akan tetap menceritakan hubungan Patrcia dan Rama
serta keputusan Galh akan semua kesialannya selama ini.

Semoga teman-teman sekalian suka dan tetap ditunggu
kritik dan komentarnya


Matur Suwun
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd