Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SUKA MENCOBA {REV.3} (18+) ORI (FANTANG MUNDUR)

Bagian mana yang paling bisa dinikmati suhu-suhu, dari cerita ane ini?

  • Humor (yang bikin ngakak/senyum)

  • Setting Cerita (pendahuluan sebelum ekse)

  • Plot Twist (surprise alur)

  • Penokohan (penggambaran sifat karakter)

  • Penyajian/Penyusunan (alur)

  • Kosakata (pilihan kata/rima)

  • Sex Scene (penggambaran ekse)


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Ayo pindhan rumah gpp asal tetap d update huuuu ... Mantap critanyaaa
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
thanks bro...
Semangat suhu. Ijin buka lapak baru disini wkwk:semangat::Peace:
Monggo, pajak usaha nol persen
good job GAN
thanks bro
Pindah rumah lagi :D
Rumah yang lama, banyak diserang tuyul wkwk
Bantu pindahan hu....
Trims banyak Hu...
Ijin nitip sandal suhuuu..
monggo
Pindah lapak tetap ninggal jejak suhuu
Semoga tetap bisa enak
Maju terus pantang loyoooo
Ssiaap Hu..
Buka lapak suhu
monggo
Ayo pindhan rumah gpp asal tetap d update huuuu ... Mantap critanyaaa
Niatnya gitu Hu..
Maju terus pantang mundur hahahahaha

Ya aturan main diikuti saja hu, safe untuk penyedia lahan dan pengguna lahan, percayalah.
Siaap Hu... diuasahakan
Lha, baru sadar in thread baru. Ada yang salah dengan yang lama? :rolleyes:
ya patut diberi penghargaan nih dengan mental bajanya. Hehe... :D
Belum seberapa kalau dibanding Suhu.. trims
 
PART 7

“Awas CCTV!” bisiku, mengingatkan sahabat gua Rendra yang sedang SSI live 4D dengan guru pelajaran Kimia kami itu, Bu Sinta. Sambil gua mengkode ke arah 2 buah mata kamera yang terpasang di pojok-pojok ruang laboratorium.

Dia mengangguk beberapa kali dengan cepat, pertanda setuju sambil meneruskan aksinya.

a06ad21230671184.jpg

“Bu Sinta punya anak secantik Ibu gak..?”, ea..ea.. mulai deh si Rendra

“Saya ke kelas dulu Bu, nanti saya balik”, ujarku sambil membawa nampan seporsi yang diserahkan kepada gua, yang beliau jawab dengan sebuah anggukan. Gua permisi supaya Rendra dapat beraksi dalam suasana lebih privacy. Sebagai sahabat yang baik, harus saling membantu cita-cita sahabatnya agar lebih mudah tercapai, ya gak? Gua segera balik ke kelas, meninggalkan sahabat gua berdua dengan Ibu Sinta.

.....................

“Teman teman, tolong tata bangkunya”, anjurku yang meminta bantuan teman-teman sebagai seorang ketua kelas, gua berdiri di depan papan tulis, sambil tetap membawa nampan dengan dua tangan. Jadi ketua kelas itu ribet emang, ketua itu lebih banyak melayani daripada dilayani. Tapi buatku bukan sesuatu yang terlalu memberatkan, karena Rendra dan Reni juga selalu membantuku.

Ibarat Raja, gua punya 2 Jendral perang yang bisa gua percaya dan andalkan. Kebanyakan Rendra jadi wakilnya dan Reni sebagai bendaharanya. Apa manfaat yang gua dapat? Gua mencalonkan diri sebagai ketua kelas agar dapat leluasa, curi-curi waktu jika diperlukan, untuk aksi-aksi non anarkis, walau kadang sedikit najis, bersifat erotis dan dinamis, di kesempatan-kesempatan manis yang berbau eksibisionis, dengan wanita-wanita cantik dan manis.

(sreeekk, sreeekkk, dok dok, jedok, glodak, glodak) suara meja dan kursi berpindah terseret-seret, dan berbenturan satu sama lain, mengarah ke bentuk biasanya saat kami praktikum. Gua menaruh nampan berisi alat praktikum itu di atas 3 meja yang sudah ditata memanjang didepanku, mengeluarkan dan menata isinya. Ditengah kesibukanku, kulihat ada sesosok cewek mendekatiku.

“Lha si Rendra mana, Tah?” Tanya Reni perhatian, melihat pacar rahasianya kesusahan sendirian.

“Lagi bantu-bantu nata alat di Lab, Say” jawabku.

“Ganjen ya pasti?” tebaknya yang sangat akurat.

Kukerlingkan mata gua (ting,ting) sebagai kode ‘Iya, kan Rendra seleranya memang yang itu’.

“Gua bantuin ya?” lanjut Reni perhatian yang gua jawab dengan sebuah anggukan.

Gua pun kembali berjalan ke Lab, dengan Reni yang mengikutiku.

..................

Saat akan memasuki ruang laboratorium, kudengar sayup-sayup suara Rendra.

“Boleh minta nomor HPnya Bu?, nanti kalau ada pelajaran yang gak ngerti, atau Ibu perlu sesuatu tinggal hub saya aja”, Rendra melancarkan jaring-jaringnya. Kulihat Ibu Sinta membuka HP dan bertukar nomor denganya. wis... cepetnya dia udah main dapat nomor aja. GO GO MASBRO!

Rendra memang aneh, dikasih yang masih muda gak mau, walaupun sih memang bekas-bekas gua, tapi kan setidaknya sudah ada testimoni terpercaya. Gua kasih yang belum gua sikat pun juga gak mau, padahal tinggal bilang ‘iya’, maka gua akan mengatur semua untuknya. Dan pada akhirnya gua tahu, kalau selera dia itu ternyata ibu-ibu muda, yang pernah hamil terutama. Hal ini gua tahu dari pilhan video dan gambar mesum yang ada di hapenya. Selama ini dia hanya menjadi wingman gua, mengikuti instruksi untuk membuat cewek-cewek tertarik ke gua. Kadang Reni juga ngebantu gua, mendapatkan cewek yang gua mau. Mereka berdua memang sahabat sejati gua.

Gua lihat nampan yang berjumlah 5 buah sudah tertata rapi, berisi alat-alat pratikum model terkini, siap diangkut untuk atraksi.

3 buah kami angkut bersama menuju kelas, masing-masing pegang sebuah, Gua, Rendra dan Reni berdampingan berjalan menuju kelas, sementara Ibu Sinta menata lemari yang dia bongkar-bongkar tadi.

“wih.. dah dapat nomornya ya Bro?”, ujarku lirih setelah agak jauh dari TKP, Tempat Kejadian Pendekatan.

“Yoi coy...” dengan ekspresi senyum cabulnya beserta naik-turun alisnya.

“Mantap-mantap”, ujarku menanggapinya.

“Rendraaa, bentar lagi mau ujian lhoo.. jangan kebanyakan main-main..”, tiba-tiba Reni menyahut

“Adaah.. kebiasaan ni cewe atu, ikuuut aja...”, timpal Rendra sambil monyong-monyong kesal.

“hehehe”, tawa gua menyambut situasi itu, dalam hati gua berkata, lo ngalarang-ngalarang Rendra, lha waktu kita yang ‘maen-maen’ kok lo diem aja?

“Lok kalian maen gua gangguin.. mau?

(DEG) gua dan Reni berhenti mendadak, seperti habis dapat komando berhenti grak. Sedang Rendra terus berjalan perlahan meninggalkan kami. Setelah berhenti sejenak kami pun berjalan kembali di belakangnya, dengan postur sedikit lebih tertunduk dari biasanya. Ada perasaan bersalah di hati kami. Kami meninggalkan sahabat kami itu seorang diri, saat kami berpadu aksi-aksi.

Gua nembak Reni 2 minggu lalu, awalnya dia ragu tapi akhirnya dia mau. Aku yakin kalau seandainya Rendra yang nembak duluan dia juga pasti mau. Sebab hanya kamilah teman laki-laki sebayanya yang ada di dalam lingkar 1 miliknya. Hal ini terjadi karena gua punya masalah, sebuah masalah yang membuat mama gua khawatir saat gua cerita kepadanya. Maafin gua Ndra, gua cuma mau nuruti arahan nyokab gua. Kata gua dalam hati.

Sampailah kami di kelas, menaruh nampan-nampan itu berjajar.

“Lo disini aja Ren, nata alat-alat, biar gua ama Rendra ngambil sisanya... (Prok, prok, prok) emm... temen-temen, tolong Reni dibantu yaa..!”, perintahku kepada Reni sambil menginstruksi teman-temanku, model ala-ala pemain sulap yang sempat terkenal itu. Lalu gua dan Rendra pun berjalan lagi, untuk mengambil sisa bahan reaksi.

“Lo ga papa kan, gua ama Reni Jalan?” tanya gua kepadanya, ditengah perjalanan kami dengan sedikit kecemasan.

(Hening sesaat)

“Aku cemburu... hemf,.”, jawabnya sambil membanting memalingkan muka.

“hahaha...”, lega hati gua melihatnya, akting ngambek konyolnya yang membuat gua langsung tertawa.

“Rendra sayaaang, Beneran gapapa?”, goda gua kepadanya.

“Aku benci, aku benci, aku benci..” jawabnya sambil geleng-geleng kepala manja, persis kaya anak kecil, membuatku tersenyum geli sekaligus hepi.

“Ga papa Taaah, gua dah tahu kok, tapi gua nitip pesen, Lo kalau dah bosen ama Reni, jangan maen lo tinggal kaya yang udah-udah ya, Best Friend Forever, ingat!”, sambungnya sejenak setelah banyolanya tadi.

“iya bro.. gua tahu..”, jawabku sambil memandangi sepatu-sepatuku, kata-katanya seolah mempermainkan raut wajahku dari hepi menjadi ragu.

Dalam hati gua berkata, sebenarnya bukanya gua mau ninggalin yang udah-udah karena gua kejem bro. Gua ninggalin mereka karena ada rasa malu karena kontol gua mulai gak bisa ngaceng, saat mau main ama mereka. Gua gak bisa cerita ke elo soal yang ini, ini aib buat gua bro, Lo sahabat gua yang ngikuti gua kemana-mana, menerima gua apa adanya, ngebantuin gua, bersaing ama gua, elo soulmate gua, yang membuat hidup gua lebih bermakna. Kalo ini terjadi juga saat jalan ama Reni, gua harus gimana? Batinku berkecamuk seolah sedang curhat kepada sahabatku itu, sembari kami terus berjalan.

“Eh Bu..! biar kami aja Bu,,!”, Curhat dalam hatiku buyar, saat Rendra tiba-tiba berlari menjauh dariku, Kulihat dia menghampiri sosok milf berbaju batik itu. Rupanya kami berpapasan dengan Bu Sinta yang membawa satu nampan dari jarak yang agak berjauhan. Mulai deh dia, pepet TEROOOSSS!

................

“eh.. eh... eh...”,

Pacarku itu, si Reni, melenguh terpatah-patah sambil meremas-remas kedua pahanya. Setelah makan siang di kantin tadi, kami pun permisi. Kuajak dia untuk minggir mojok di salah satu kursi marmer yang menempel di sebuah dinding bangunan, sehingga bisa dipakai untuk tempat bersandar. Tepatnya di depan toilet dibelakang kantin, dengan modus pergi ke toilet dan lagi mengantri, karena memang hanya ada satu toilet di situ.

Di kursi itu kami duduk berdampingan, kusuruh dia duduk sambil setengah berdiri, agak mengangkat bokongnya ala-ala goyang itik, bertumpu pada kaki. Kusibak roknya dari belakang, rok seragam yang longgar nan panjang, yang sekilas seperti hordeng menggantung ke bawah dari pinggang, sedemikian rupa sehingga tak tampak dari depan.
f36c2a1235009774.jpg
55122f1230671194.jpg

Kutelusupkan jari-jari tangan kananku ke dalam sempak putih polosnya dari belakang, melewati belahan pantatnya menuju liang perawan miliknya. Kuusap-usap perlahan, kuurut-urut sehingga membuatnya merem-melek keenakan.

“eh.. eh.. eh...eeh”

Kulihati raut wajah cemas malunya, sambil sesekali memperhatikan keadaan sekitar. Kalau ada yang lewat, aku pun berhenti dan dia duduk kembali, seperti kesepakatan yang kami buat tadi.

Wajahnya memerah menahan, seolah sedang menahan pingsan. Pantatnya beberapa kali bergoyang, bergeser-geser seolah tak nyaman, yang padahal sedang merasa dan mencari kenikmatan tambahan. Dari permainan jari-jariku yang sedang menggerayang, di gundukan daging yang empuk tapi masih kencang.
a370c41230676864.gif

Kalau dilihat orang, mereka akan berpikir kalau dia hanya sedang gak tahan, menanti gilirannya untuk kencing di dalam toilet, yang sedang ada orang di dalam. Yang anehnya sudah beberapa kali dia sengaja melewatkan giliran. Toilet yang sengaja kupilih karena bertipe unisex (boleh dipakai cew/cow) dan relatif sepi dibanding toilet utama yang banyak berjajar dalam area sekolah kami itu.

“Eeeh... eehh.. ehhh.. EH... EH..EH”

Dia sedikit mengejang dan mengejan, merem sambil bergerak seolah membanting punggung dan kepalanya ke belakang, bersandar di dinding tempat duduk kami, tegap terduduk sempurna. Telah sampailah dia setelah perjuangan.

Kuhentikan gerakan tanganku yang sedang didudukinya, yang sedang terjepit di daging-daging pantatnya, menopang berat tubuhnya. Kupersilahkan dia menikmati kenikmatan yang gua berikan untuk beberapa saat.

Ketika dia mulai tersadar, dia memandang sambil tersenyum kepadaku, malu-malu tapi mau, setelah melewati kerasukan sesaatnya itu, seolah mengajaku berkenthu . Kutarik sedikit tanganku sebagai kode untuknya, SAYANG TANGAN GUA LO DUDUKIN! Dia menerima PM pikiranku itu dan segera berdiri sedikit untuk mempersilahkan tanganku keluar dari jerat hangat pantatnya.

Kulihat tangang kananku itu, pelaku kejahatan kelamin Reni sekaligus korban tindihan pantatnya, juga korban yang sedikit basah-becek karena ulah memeknya. Kuperlihatkan ke dia, lalu kujilati nikmat seolah selesai makan kare pakai tangan, menikmati bumbu-bumbu sedap yang tadi bergelantungan. Aksi itu diikuti senyuman malu dan doronganya ke pundaku gemas. Kupegang tanganya, kudekatkan mulutku ke telinganya, lalu kuberbisik lembut dan mesra.

“Asem say..”,

“Iii....ihhh...!”, rajuknya yang segera diikuti gerakan mendorong kepala gua menjauh darinya. Dia berpaling tak mau memandangku, yang gua yakin dia sedang tersenyum menanggapi goda gua itu.

Memang sengaja gua melakukanya, melatih dia untuk terus-terusan merasakan kenikmatan dan berperilaku seksual bersama gua, disetiap adanya kesempatan. Untuk mempersiapkan lahir dan batinya, sebelum kujebol selaput segelnya. Segel yang masih rapi karena tak ada pria yang berani mendekati, karena mereka pikir dia sudah punya dua pejantan dihati. Untuk itu, gua harus bikin dia ketagihan dan tak tahan, atas sentuhanku untuk sebuah kenikmatan. Yang tujuanya untuk membuat dia pasrah mengangkang, telanjang, disaat waktu mendatang.

Gua ingin pengalaman pertamanya bahagia, sahabatku sekaligus pacarku yang kucinta yang bernama Reni Hermawati. Ditambah lagi bahwa ternyata gualah pacar pertamanya, semua cowok-cowok yang dekatin dia, dia tolak semua kecuali gua dan Rendra.

“Sana gih pipis dulu..”, anjurku kepadanya, yang tak lama kemudian diikuti olehnya, berdiri dan pergi masuk ke toilet untuk ngewes(kencing), sebuah ritual rutin ketika ada rasa gatel di kelamin kita. Wes ewes ewes bocor tempike.

(blek-ceklek), pintu toilet itu pun tertutup, setelah pantat semoknya seolah say goodbye ke gua.

Kutunggu dia dengan sabar untuk menunggu giliran karena gua juga pingin pipis akibat rangsang seksual yang barusan terjadi, walaupun punya gua gak diapa-apain, tetapi tetep aja kerasa gatel dan geli. Mau masuk berdua beresiko tinggi, mau coli tapi waktu tak mencukupi. Hmm, Rendra kemana ya?, Dia tadi gua tinggal di kantin sama anak-anak, mungkin lagi ngakak di kelas kali.

(ceklek-blek), sekarang giliran gua..!



(Bersambung)

Likes, Komens, dan Apresiasinya dinanti

15fc671230678554.gif
e640801230675694.gif
cf28f31230675814.gif

BACK
Klik>>NEXT
 
Terakhir diubah:
Baru pertama kalinya ada ts yang tidak kapok setelah thread sebelumnya di kunci admin hihihi lanjut
masak sih Hu... kayaknya bukan saya yang pertama.. hehe, tapi trims apresiasinya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd