Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TERBUAI GODAAN

BAB. 8
Saat fokus mengerjakan laporan keuangan tiba-tiba terdengar notifikasi pesan WA di ponsel Ridwan. Lelaki itu segera mengambil ponselnya dan membuka pesan tersebut. Ternyata dari Nadya.
“Mas yang tadi itu jangan diambil hati ya? Dan jangan sampai mas nganggap aku itu perempuan gampangan please. Dan itu cuma sampai disitu saja jangan ngarep lebih ya mas!”
Begitu bunyi pesan dari Nadya. Segera saja Ridwan membalas pesan itu secepatnya.
“Gak kok. Aku gak merasa kamu gampangan. Soalnya susah banget bisa dapet yang tadi pagi. Wkwkwkwkwk!”
“Aku serius mas please jangan sampai ada yang tahu dan jangan terulang lagi ya!”
“Iya deh makasih ya untuk yang tadi pagi!”
“Sama-sama, tapi jangan minta lagi ya apalagi lebih dari itu! Dan cepat hapus pesan-pesan WA dari aku!”
“Iya sayang. I Love You!”
“Ih dasar…. jangan baper ya. Pake sayang segala. Yang tadi Itu cuma sekedar apa ya pokoknya jangan diulangi!”
“Iya deh.”

Padahal Ridwan berharap lebih dan mengira ini akan berlanjut menjadi lebih dari yang tadi pagi. Tapi apapun itu dia sudah merasakan kekenyalan pantat Nadya walau masih terhalang rok dan pakaian dalamnya. Dan sensasinya bikin Ridwan merasa sangat happy hingga saat ini.

“Hayo mas Ridwan senyum-senyum. Lagi chatting sama calon selingkuhan ya?” Livy mengagetkan Ridwan yang baru saja selesai menghapus chatnya dengan Nadya.
“Ih apaan orang lagi buka M-Banking.”
“Gimana udah baikan sama Syifa?”
“Belum.”
“Kasihan.”
“Iya kasihanilah saya. Selingkuhlah dengan saya!”
“Hahahahahah maunya. Udah benar-benar kebelet pengen selingkuh om kita yang satu ini.”

Ridwan melirik Nadya yang langsung melotot membalas lirikannya. Kemudian dia menatap Aisyah yang baru masuk ruangan berjalan melintas melewatinya menuju meja kerjanya.

“Aisyah tuh om mesum memelototi pantat kamu!” Celetuk Nadya.
“Wah dasar cabul. Pasti mikirnya yang jorok-jorok ya habis ngeliat?” sahit Aisyah.
“Ih enggak. Aku hanya mengagumi ciptaan Tuhan kok.”
“Dasar cabul hahahahah!”

Ponsel Ridwan kembali berbunyi tanda notifikasi pesan WA masuk. Palingan dari Nadya mau mengolok-olok dia lagi. Dengan malas-malasan Ridwan membuka pesan WA itu. Ternyata bukan dari Nadya tapi dari nomor yang tidak ada di daftar kontak.

“Assalamualaikum Kak. Ini Amira.”
“Waalaikumsalam… Amira ganti nomor lagi ya? Udah lama gak ada kabar nih.”
“Iya hehehehe . Boleh minta tolong kak?”
“Boleh !”
“Yeee belum tahu apa udah boleh aja! Kalau Amira minta tolong dikasih duit mas jawab boleh juga ya. hihihihi!”
“Iya boleh!”
“Bener nih serius?”
“Becanda!”
“Yeee dasar pelit!”
“Emang hahahaha. Btw minta tolong apaan sih!”
“Temenin Amira ke Bogor boleh?”
“Hah. Kapan?”
“Sekarang!”
“Ini kan waktu kerja.”
“Katanya boleh.”
“Iya boleh sih. Nanti aku minta izin bos. Tapi ngapain kesana?”
“Ada teman minjem duit udah lama gak bayar hutang terus nomor ponselnya gak aktif. WA juga gak aktif. Jadi mau Amira susul ke rumah ortunya di bogor. Kalau dia disana gak ada juga, mau aku tagih sama ortunya!”
“Wah ceritanya aku mau dijadikan debt collector ya?”
“Gak cuma nemenin sampe sana naik mobilnya mas. Boleh ya?”
“Bolehlah apa yang gak boleh buat Amira!”
“Makasih kakak!”
Amira adalah siswa magang lima tahun lalu di kantor Ridwan. Waktu itu umurnya 17 tahun dari sebuah SMK. Dia mudah akrab dengan siapa saja termasuk dengan Ridwan yang pendiam. Orangnya agak kurus tapi cukup tinggi untuk ukuran cewek. Wajahnya cukup cantik. Tapi karena perbedaan usia yang sangat jauh tak terpikir oleh Ridwan untuk menyukai gadis itu, apalagi Amira yang cenderung kurus itu bukanlah tipe Ridwan. Dan Ridwan juga sadar cewek seumuran Amira mana mungkin suka sama dia yang sudah berumur dan beristri.Cuma Ridwan senang sama Amira karena memanggil dia dengan kakak bukan om apalagi bapak. Padahal umur Amira beda jauh sama Ridwan. Pantasnya Amira panggil Ridwan paman sih.

Tapi herannya lagi hingga Amira selesai magang Ridwan masih tetap bisa akrab dengan gadis itu. Karena Amira tipe cewek yang suka sekali minta tolong. Dan Ridwan adalah orang yang suka tidak tegaan. Maka dengan senang hati Amira minta dibantu mengerjakan tugas kuliah, bikin makalah sampai bikin skripsi. Anaknya manja sekali dan Ridwan tidak pernah sampai hati menolak permintaan tolong gadis itu.

Sampai terpikir oleh Ridwan apa gadis itu sadar bahwa bisa saja lelaki yang selalu dia mintai tolong tanpa pamrih ini tiba-tiba khilaf. Tapi sudah hampir setahun ini Amira tidak ada kabar. Kira-kira terakhir dia telponan adalah saat gadis itu mau Wisuda. Kini tiba-tiba dia muncul dan kembali minta tolong kepadanya dan lagi-lagi Ridwan tidak bisa menolak.

Ridwan segera minta izin atasannya untuk keluar kantor dengan alasan urusan keluarga. Jam menunjukan pukul dua siang. Tak lupa Ridwan mengirim pesan kepada istrinya bahwa dia dapat tugas mendadak untuk pergi ke Bogor jadi pulangnya bakal telat hari ini.

Ridwan menjemput Amira dan berdua mereka berangkat ke Bogor melalui jalan tol. Tempat yang dituju oleh Amira di sekitaran Cisarua. Setelah mencari sana sini akhirnya mereka menemukan rumah orang tua teman Amira itu.

“Ini pak bukti chatingan saya sama anak bapak, Mery!” Amira memperlihatkan chat yang masih tersimpan di ponselnya dengan temannya yang bernama Mery kepada orang tua temannya itu.
“Hmmmm… Anak itu benar-benar menyusahkan orang saja!” Keluh Ayah dari Mery.
“Sudah pah bayar saja. Gak enak sama nak Amira sudah jauh-jauh datang dari Jakarta!” Sahut ibu Mery.

Untungnya Orang Tua Mery sangat baik dan pengertian. Mereka mau membayar hutang anaknya tanpa banyak drama. Setelah pamitan kepada orang tua sahabatnya itu Amira dan Ridwan langsung balik menuju Jakarta.

“Syukurlah orang tua Mery gak banyak basa basi langsung melunasi hutang anaknya!” Amira merasa lega.
“Itu karena kamu jalan sama aku jadi mereka segan dan langsung bayar heheheh!”
“Iya juga kali heheheh! Btw kak terima kasih ya udah mau bantu Amira.”
“Sama-sama Amira!”
“Btw aku lupa nanya Amira udah kerja dimana?”
“Aku kerja di kantor Notaris kak. Notarisnya masih paman aku sih!”
“Yang penting kamu udah dapat kerja!”
“Iya juga sih. Eh kak ada yang Amira pengen tanya..”
“Oh ya. Soal apa itu?”
“Kak waktu masih pacaran kakak dengan pacar kakak itu ngapain saja? Maaf kak Amira nanya kayak gini gapapa kan!”
“Gapapa Amira. Tapi aku pacaran yang normal saja. Emang kenapa?”
“Gak kenapa-kenapa cuma Amira bete aja sama pacar Amira!”
“Kenapa emang. Kamu di apa-apain sama dia ya?”
“Justru sebaliknya kak dia gak ngapa-ngapain jadi Amiranya bete!”
“Haaa ?”
“Pacar Amira yang sekarang itu alim banget kak. Pegangan tangan saja dia gak mau!”
“Justru bagus punya pacar kayak gitu!”
“Tapi kan Amira pengen pacaran yang normal kayak yang lain!”
“Normal menurut kamu itu gimana sih?”
“Ya seperti pacaran dengan mantan aku sebelum dia. Jalan gandengan tangan. Dan lainnya yang normal-normal saja!”
“Yang lainnya itu kayak apa sih Amira?”
“Ih kakak. Kayak orang pacaran pada umumnyalah!”
“Yang gimana soalnya aku pacaran hanya sebentar saja terus nikah. Waktu pacaran paling hanya jalan bersama, nonton gitu aja!”
“Emang kakak gak pernah ciuman atau apa waktu pacaran!”
“Ya enggaklah!”
“Wah kok bisa?”
“Ya emang itu pacaran yang sehat dan normal, atau menurut kamu pacaran harus ciuman gitu ya?”
“Iya kak. Makanya aku bete banget dengan pacar aku sekarang. Jujur aja kak waktu pacaran dengan yang sebelumnya Amira suka banget ciuman!”

Ridwan merasa kaget juga bahwa Amira yang terlihat polos pacarannya sampai ciuman segala. Bandingkan dengan dirinya waktu pacaran memegang tangan saja dia takut-takut.

“Kak kan kakak sering nolong Amira tanpa pamrih. Amira merasa sudah saatnya Amira membalas kebaikan kakak!”
“Waduh Amira gak usah mikir gitu aku ikhlas kok ngebantu kamu! Tapi kalau kamu mau balas dengan ngasih sesuatu aku gak akan nolak juga sih hahahahhaha!”
“Kakak baik banget deh. Tapi kakak mau kan kalau balasan atas kebaikan kakak Amira kasih berupa ciuman?”

Ridwan benar-benar kaget mendengarnya.

Bersambung
 
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd