theriot
Guru Semprot
- Daftar
- 21 Mar 2011
- Post
- 542
- Like diterima
- 3.144
Cerita ini merupakan remake dan gabungan dari beberapa thread yang pernah TS buat mengenai pengalaman mesum istri di masa lalu, baik sebelum pacaran maupun saat pacaran. Beberapa alur cerita sedikit berbeda dengan thread TS sebelumnya karena sudah melalui proses interogasi lebih detail dengan istri agar bisa mendekati ke kisah nyata yang pernah terjadi.
Mohon maaf jika ceritanya lebih mengarah ke jurnal atau catatan pribadi TS, semoga menikmati
TS > Sebut saja Darren
Istri TS > Sebut saja Mita, tinggi sekitar 168cm, bodi langsing, tocil, bokong bulat padat, rambut panjang bergelombang, bibir mungil, kulit bersih kuning langsat
Setelah menikah lebih dari 5 tahun, rasa jenuh mulai melanda TS dan istri saat berhubungan seks, tapi istri sepertinya juga tidak mau untuk melakukan eksperimen yang diluar dari batas normatif seperti three-some atau swinger, walau TS beberapa kali berusaha memancingnya, sempat berpikir apakah memang istri selurus itukah pengalaman seksnya? atau ada yang istri belum ungkapkan selain hubungan dengan mantannya sebelum TS yang sangat abusif posesif (akan diceritakan kemudian di salah satu bagian dari thread ini). Untuk membunuh rasa penasaran dan senakal apa istri sebelum menikah, TS memberanikan untuk bertanya saat sedang foreplay.
TS: "Mah, kamu sudah berapa kali sebenarnya ML sebelum menikah?", TS beranikan diri bertanya sambil menciumi leher jenjangnya.
Mita: "Apaan sih? kok kamu nanya gitu! kan sudah tau!"
TS: "Enggak, aku kadang horny bayangin kamu sama cowok lain, kayak cerita kamu sama mantanmu, tapi penasaran masak cuma sama mantanmu doank sih...."
Mita: "Kamu beneran gpp kalo aku ceritain? dan beneran bikin kamu tambah horny? ga cemburu?"
TS: "Uhmm enggak, cerita aja...aku pengen tau berapa titit yang udah masuk kesini....arrghh...", jawab TS sambil mencubit nakal klitoris istri.
Mita: "Arrggghh....iyahh aku mau cerita soal di kos...tapi Papa jangan marah ya....uhmmm geliii disitu...", kata istriku sambil menikmati permainan jari TS di klitorisnya.
TS: "Iya...cerita aja, sedetail mungkin.....kalo bisa"
Dan beginilah ceritanya...
Prolog:
Setelah hampir 3 tahun lebih LDR, Mita memutuskan ke kota J agar bisa lebih dekat dengan Darren, dengan bantuan tantenya, akhirnya Mita mendapatkan pekerjaan di salah satu travel agent di pusat kota J dan memutuskan untuk kos tak jauh dari kantornya. Darren yang bekerja di kota C (sekitar 1 jam dari kota J) senang sekali akhirnya bisa menemui Mita setidaknya seminggu sekali setelah selama 3 tahun LDR jarang sekali bisa bertemu.
Hampir setiap weekend Darren berkunjung ke kos Mita, entah untuk menjemputnya menginap di rumah orang tuanya atau sekedar menghabiskan waktu bermesraan berdua di kos. Walaupun kos Mita tergolong bebas dan campur, namun ada rasa sungkan untuk menginap atau terlalu lama bermesraan di kamar berdua, apalagi di lantai 3 itu ada dapur dan ruang tv bersama serta kamar saudara pemilik kos. Kamar Mita sendiri bersebelahan dengan kamar Winda, rekan kerjanya, dan Diana yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan, mereka jarang ada di kos saat akhir pekan dan biasanya ada kesibukan masing-masing.
Setelah hampir setahun Mita bekerja di kota J, tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa Darren akan dipindah tugas sementara ke kota S yang jaraknya cukup jauh dari kota J, dengan berat hati dan demi karir Darren akhirnya untuk keduakalinya mereka kembali menjalani LDR...dan terjadilah yang seharusnya tidak terjadi.
Chapter 1: Perkenalan
Sudah beberapa bulan Darren bertugas di kota S, awalnya Mita sering dihubungi atau dikabari baik via sms maupun telpon, namun sudah beberapa minggu ini hanya sekali dua kali saja memberi kabar, dalam hati Mita berpikir mungkin sedang sibuk dengan tugas barunya.
Winda: "Mbak, besok ikut aku sama Diana aja yuk, diajak maen bilyard sama anak kos lantai dua, sekalian kenalan sama orang baru juga", ajak Winda membuyarkan lamunan Mita yang sedang menatap kosong layar tv. Winda berumur sekitar 20 tahun waktu itu sementara Mita berusia hampir 22 tahun, sehingga Winda memanggil Mita dengan Mbak.
Mita: "Males ah, lagipula aku ga suka banyak asap rokok dan ga bisa bilyard juga"
Winda: "Kita mah ga maen, cuma ngeramein aja...tempatnya luas kok, harusnya amanlah dari asap rokok sih, daripada bengong di kos...ntar kesambet loh...hehehe"
Mita: "Ah ngawur kamu...kesambet apaan...uhm ya boleh juga deh, tadinya mau ke rumah tanteku tapi kok males juga ya...jam berapa besok?"
Winda: "Sekitar jam 3 atau 4 gitu deh katanya, ituloh anak bawah ada yang naksir sama Diana....hahaha...makanya ngebet bgt ngajak keluar, gatau aja dia kalo Diana udah punya tunangan hahaha"
Mita: "Yah biarin aja, paling sama Diana cuma dimanfaatin doank haha, udah ketauan anak itu sih...ya udah besok aku ikut!"
Keesokan harinya, dengan jeans ketat belel andalan sejak jaman kuliahnya, kemeja kasual putih dan rambut ikal berponi, Mita bersiap diri ikut acara kumpul-kumpul anak kos yang diinfokan Winda kemarin.
Winda: "Mbak, ayo kita kumpul dibawah ya...", kata Winda sambil mengetuk pintu kamar kos
Mita: "Okei, bentar barengan ke bawahnya..."
Di lantai dua, Mita dan Winda bertemu Diana yang sedang asik berbincang dengan seorang lelaki yang tampaknya berusia sekitar 25 tahunan ke atas, namanya Niko, penghuni baru lantai dua yang tampaknya menyukai Diana. Winda ternyata juga mengajak Mas Soni, rekan sekerja Winda dan Mita yang sempat menyukai Mita namun pupus begitu mengetahui sudah ada Darren. Ada satu lelaki yang tampak lebih dewasa dan sepertinya paling tua diantara mereka semua, dia memperkenalkan namanya dengan Sadewo, usia sekitar 40 tahun dan baru beberapa minggu kos di lantai dua, kebetulan dia sedang ada proyek yang letaknya tak jauh dari kos, anak-anak lantai dua biasa memanggil dia "Om" karena mungkin sungkan dengan usia yang cukup jauh dan Om Sadewo ini satu-satunya penghuni kos yang sudah memiliki istri dan anak di kota B, biasanya akhir pekan dia pulang ke keluarganya.
Setibanya di tempat bilyard yang tak jauh dari kos, mereka menghabiskan waktu bermain sambil berbincang obrolan santai yang tak tentu, Mita lebih banyak duduk santai sambil melihat mereka bermain, dia sendiri tidak bisa bermain bilyard dan tidak terlalu tertarik.
Om Sadewo: "Kamu ga ikut main?", yang tiba-tiba bertanya dan duduk tak jauh dari Mita
Mita: "Ohh enggak Om, enggak bisa dan ga terlalu tertarik belajar juga...", Mita menjawab sekenanya saja
Om Sadewo: "Sudah lama kos?"
Mita: "Lumayan, setahunan lebih kayaknya...."
Pembicaraan mereka berlanjut ke hal-hal normatif biasa dan sekedar basa basi, walau begitu, Mita merasa lebih nyambung berbicara dengan Om Sadewo dibanding anak kos lainnya.
Selepas acara bilyar itu, para penghuni kos kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing dan jarang berkumpul, namun yang sedikit berubah adalah Om Sadewo yang agak rajin naik ke atas untuk sekedar nonton tv atau masak indomie. Mita awalnya tidak terlalu peduli mengenai hal itu, namun beberapa kali mereka akhirnya sering berbincang dan lebih saling mengenal, Om Sadewo sepertinya tahu di lantai 3 jarang sekali ada anak kos lainnya selain Mita, dan sebenarnya Mita juga agak curiga dengan sikap dan perilaku Om Sadewo kepada dirinya. Beberapa kali Om Sadewo membawakan makanan ringan saat menonton tv bersama dan senang mengajak Mita berbincang-bincang hingga larut malam, pembawaan Om Sadewo yang tegas dan berwibawa serta tampilan fisik khas lelaki dewasa yang cukup ganteng dengan kumis dan brewok tipisnya sedikit banyak membuat Mita lumayan tertarik, apalagi Mita pernah punya trauma dengan Omnya sendiri waktu SMP yang ceritanya tidak bisa diceritakan disini sehingga trauma itu kadang malah membuat dirinya lebih tertarik dengan pria yang lebih tua dan lebih matang.
Sudah lebih dari seminggu Darren tidak memberi kabar, dan secara mengejutkan, Mita dapat kabar dari teman kuliah yang juga teman satu tongkrongan Darren bahwa sepertinya Darren ada main dengan wanita di kota S yang sempat jadi kenalannya saat jaman chat mirc sedang booming jaman kuliah dulu, Mita awalnya tidak mempercayai berita itu tapi melihat perubahan sikap Darren saat menelpon maupun jarangnya memberi kabar, sedikit banyak membuat Mita mulai mempercayainya dan Mita memang tipikal wanita yang tidak suka tembak atau tanya langsung dan memilih diam melihat bagaimana akhirnya nanti.
Keberadaan Om Sadewo yang hampir setiap malam memyempatkan diri ke lantai tiga membuat Mita lumayan terbantu dengan kesepian dan kegalauannya, apalagi Winda sering nginap di kos pacarnya sementara Diana juga sering ada jadwal terbang dan jarang ada di kos. Dari hari ke hari, makin terlihat kalo Om Sadewo tertarik dengan Mita yang kalem dan agak tertutup, di beberapa kesempatan Om Sadewo juga mulai berani duduk bersampingan dengan Mita saat nonton tv atau ngobrol bareng, walau tidak benar-benar berdekatan. Perhatian Om Sadewo mulai dari hal kecil seperti membelikan makanan, maupun membelikan obat saat Mita tiba-tiba terserang diare membuat Mita lama-lama merasa nyaman dengan keberadaannya, namun Mita berusaha menjaga jarak mengingat Om Sadewo sudah berkeluarga dan Mita juga sudah memiliki kekasih yang walau saat itu entah sedang bersama wanita lain atau bagaimana.
Suatu malam saat hujan deras dan banyak petir, Mita asik menonton tv sambil menyelesaikan mie rebus buatannya, tiba-tiba lampu mati, dalam kondisi gelap gulita, Mita berusaha masuk ke kamar mencari hpnya yang tertinggal. Setelah mendapatkan hpnya dan keluar kamar, Mita menabrak sesosok yang tampaknya tidak asing lagi.
Mita: "Aduh...kaget Om..."
Om Sadewo: "Duh maaf, Om khawatir aja sama kamu, hujan dan petirnya kenceng sekali"
Mita teringat dia pernah mengatakan ke Om Sadewo kalau dirinya takut petir saat kecil, dan sambil tersenyum kecil Mita merasa senang dengan perhatian Om Sadewo.
Mita: "Iya Om, tapi ga semenakutkan dulu...ini mana mati lampu pula"
Dalam gelap diiringi hujan lebat, tiba-tiba Mita merasakan tubuh tinggi langsingnya dipeluk dan ada ciuman hangat di bibirnya.
Mita: "Uhmm Om....maaf kayaknya agak kelewatan kita....", kata Mita langsung menarik diri, walau sepersekian detik dirinya cukup menikmati pelukan hangat dan ciuman lembut di bibirnya.
Om Sadewo: "Oh maaf Mita, Om terbawa suasana...maaf ya, kalo gitu Om balik ke kamar lagi kalo kamu baik-baik saja"
Mita: "Ehh iya Om gpp eh maksudnya gpp kok ini lampu mati mau sekalian tidur aja habis naruh mangkuk ini....makasih ya Om", kata Mita yang dalam gelap sebenarnya tersipu malu.
Setelah kejadian canggung saat mati lampu itu, Om Sadewo dan Mita semakin akrab walau tidak harus dibarengi dengan kontak fisik yang berarti, memang kadang mereka duduk bersebelahan, agak berpelukan dan semakin dekat, namun mereka berusaha untuk menjaga tidak berlaku lebih jauh lagi...setidaknya sampai chapter ini diselesaikan.
Index:
Chapter 2: Cek disini
Mulustrasi memek Mita saat ini: Cek disini
Mulustrasi tocil Mita jaman dulu: Cek disini
Chapter 3: Cek disini (ada mulustrasi asli)
Chapter 4: Cek disini, dijamin crottt
Bonus memek Mita: Cek disini
Penampakan body Mita saat ini: Cek disini
Tocil Mita saat sama Om Sadewo di kamar kosnya: Cek disini
Chapter 5 Part 1: Cek disini
Chapter 5 Part 2: Cek disini, soft bondage
Chapter 5 Part 3: Cek disini
Chapter Finale: Cek disini
Asal Mula Kebinalan Mita - Chapter 1
Update terakhir, Asal Mula Kebinalan Mita Chapter 4 di hal 21 ya suhu
Update terakhir di Page 25
Mohon maaf jika ceritanya lebih mengarah ke jurnal atau catatan pribadi TS, semoga menikmati
TS > Sebut saja Darren
Istri TS > Sebut saja Mita, tinggi sekitar 168cm, bodi langsing, tocil, bokong bulat padat, rambut panjang bergelombang, bibir mungil, kulit bersih kuning langsat
Setelah menikah lebih dari 5 tahun, rasa jenuh mulai melanda TS dan istri saat berhubungan seks, tapi istri sepertinya juga tidak mau untuk melakukan eksperimen yang diluar dari batas normatif seperti three-some atau swinger, walau TS beberapa kali berusaha memancingnya, sempat berpikir apakah memang istri selurus itukah pengalaman seksnya? atau ada yang istri belum ungkapkan selain hubungan dengan mantannya sebelum TS yang sangat abusif posesif (akan diceritakan kemudian di salah satu bagian dari thread ini). Untuk membunuh rasa penasaran dan senakal apa istri sebelum menikah, TS memberanikan untuk bertanya saat sedang foreplay.
TS: "Mah, kamu sudah berapa kali sebenarnya ML sebelum menikah?", TS beranikan diri bertanya sambil menciumi leher jenjangnya.
Mita: "Apaan sih? kok kamu nanya gitu! kan sudah tau!"
TS: "Enggak, aku kadang horny bayangin kamu sama cowok lain, kayak cerita kamu sama mantanmu, tapi penasaran masak cuma sama mantanmu doank sih...."
Mita: "Kamu beneran gpp kalo aku ceritain? dan beneran bikin kamu tambah horny? ga cemburu?"
TS: "Uhmm enggak, cerita aja...aku pengen tau berapa titit yang udah masuk kesini....arrghh...", jawab TS sambil mencubit nakal klitoris istri.
Mita: "Arrggghh....iyahh aku mau cerita soal di kos...tapi Papa jangan marah ya....uhmmm geliii disitu...", kata istriku sambil menikmati permainan jari TS di klitorisnya.
TS: "Iya...cerita aja, sedetail mungkin.....kalo bisa"
Dan beginilah ceritanya...
Prolog:
Setelah hampir 3 tahun lebih LDR, Mita memutuskan ke kota J agar bisa lebih dekat dengan Darren, dengan bantuan tantenya, akhirnya Mita mendapatkan pekerjaan di salah satu travel agent di pusat kota J dan memutuskan untuk kos tak jauh dari kantornya. Darren yang bekerja di kota C (sekitar 1 jam dari kota J) senang sekali akhirnya bisa menemui Mita setidaknya seminggu sekali setelah selama 3 tahun LDR jarang sekali bisa bertemu.
Hampir setiap weekend Darren berkunjung ke kos Mita, entah untuk menjemputnya menginap di rumah orang tuanya atau sekedar menghabiskan waktu bermesraan berdua di kos. Walaupun kos Mita tergolong bebas dan campur, namun ada rasa sungkan untuk menginap atau terlalu lama bermesraan di kamar berdua, apalagi di lantai 3 itu ada dapur dan ruang tv bersama serta kamar saudara pemilik kos. Kamar Mita sendiri bersebelahan dengan kamar Winda, rekan kerjanya, dan Diana yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan, mereka jarang ada di kos saat akhir pekan dan biasanya ada kesibukan masing-masing.
Setelah hampir setahun Mita bekerja di kota J, tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa Darren akan dipindah tugas sementara ke kota S yang jaraknya cukup jauh dari kota J, dengan berat hati dan demi karir Darren akhirnya untuk keduakalinya mereka kembali menjalani LDR...dan terjadilah yang seharusnya tidak terjadi.
Chapter 1: Perkenalan
Sudah beberapa bulan Darren bertugas di kota S, awalnya Mita sering dihubungi atau dikabari baik via sms maupun telpon, namun sudah beberapa minggu ini hanya sekali dua kali saja memberi kabar, dalam hati Mita berpikir mungkin sedang sibuk dengan tugas barunya.
Winda: "Mbak, besok ikut aku sama Diana aja yuk, diajak maen bilyard sama anak kos lantai dua, sekalian kenalan sama orang baru juga", ajak Winda membuyarkan lamunan Mita yang sedang menatap kosong layar tv. Winda berumur sekitar 20 tahun waktu itu sementara Mita berusia hampir 22 tahun, sehingga Winda memanggil Mita dengan Mbak.
Mita: "Males ah, lagipula aku ga suka banyak asap rokok dan ga bisa bilyard juga"
Winda: "Kita mah ga maen, cuma ngeramein aja...tempatnya luas kok, harusnya amanlah dari asap rokok sih, daripada bengong di kos...ntar kesambet loh...hehehe"
Mita: "Ah ngawur kamu...kesambet apaan...uhm ya boleh juga deh, tadinya mau ke rumah tanteku tapi kok males juga ya...jam berapa besok?"
Winda: "Sekitar jam 3 atau 4 gitu deh katanya, ituloh anak bawah ada yang naksir sama Diana....hahaha...makanya ngebet bgt ngajak keluar, gatau aja dia kalo Diana udah punya tunangan hahaha"
Mita: "Yah biarin aja, paling sama Diana cuma dimanfaatin doank haha, udah ketauan anak itu sih...ya udah besok aku ikut!"
Keesokan harinya, dengan jeans ketat belel andalan sejak jaman kuliahnya, kemeja kasual putih dan rambut ikal berponi, Mita bersiap diri ikut acara kumpul-kumpul anak kos yang diinfokan Winda kemarin.
Winda: "Mbak, ayo kita kumpul dibawah ya...", kata Winda sambil mengetuk pintu kamar kos
Mita: "Okei, bentar barengan ke bawahnya..."
Di lantai dua, Mita dan Winda bertemu Diana yang sedang asik berbincang dengan seorang lelaki yang tampaknya berusia sekitar 25 tahunan ke atas, namanya Niko, penghuni baru lantai dua yang tampaknya menyukai Diana. Winda ternyata juga mengajak Mas Soni, rekan sekerja Winda dan Mita yang sempat menyukai Mita namun pupus begitu mengetahui sudah ada Darren. Ada satu lelaki yang tampak lebih dewasa dan sepertinya paling tua diantara mereka semua, dia memperkenalkan namanya dengan Sadewo, usia sekitar 40 tahun dan baru beberapa minggu kos di lantai dua, kebetulan dia sedang ada proyek yang letaknya tak jauh dari kos, anak-anak lantai dua biasa memanggil dia "Om" karena mungkin sungkan dengan usia yang cukup jauh dan Om Sadewo ini satu-satunya penghuni kos yang sudah memiliki istri dan anak di kota B, biasanya akhir pekan dia pulang ke keluarganya.
Setibanya di tempat bilyard yang tak jauh dari kos, mereka menghabiskan waktu bermain sambil berbincang obrolan santai yang tak tentu, Mita lebih banyak duduk santai sambil melihat mereka bermain, dia sendiri tidak bisa bermain bilyard dan tidak terlalu tertarik.
Om Sadewo: "Kamu ga ikut main?", yang tiba-tiba bertanya dan duduk tak jauh dari Mita
Mita: "Ohh enggak Om, enggak bisa dan ga terlalu tertarik belajar juga...", Mita menjawab sekenanya saja
Om Sadewo: "Sudah lama kos?"
Mita: "Lumayan, setahunan lebih kayaknya...."
Pembicaraan mereka berlanjut ke hal-hal normatif biasa dan sekedar basa basi, walau begitu, Mita merasa lebih nyambung berbicara dengan Om Sadewo dibanding anak kos lainnya.
Selepas acara bilyar itu, para penghuni kos kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing dan jarang berkumpul, namun yang sedikit berubah adalah Om Sadewo yang agak rajin naik ke atas untuk sekedar nonton tv atau masak indomie. Mita awalnya tidak terlalu peduli mengenai hal itu, namun beberapa kali mereka akhirnya sering berbincang dan lebih saling mengenal, Om Sadewo sepertinya tahu di lantai 3 jarang sekali ada anak kos lainnya selain Mita, dan sebenarnya Mita juga agak curiga dengan sikap dan perilaku Om Sadewo kepada dirinya. Beberapa kali Om Sadewo membawakan makanan ringan saat menonton tv bersama dan senang mengajak Mita berbincang-bincang hingga larut malam, pembawaan Om Sadewo yang tegas dan berwibawa serta tampilan fisik khas lelaki dewasa yang cukup ganteng dengan kumis dan brewok tipisnya sedikit banyak membuat Mita lumayan tertarik, apalagi Mita pernah punya trauma dengan Omnya sendiri waktu SMP yang ceritanya tidak bisa diceritakan disini sehingga trauma itu kadang malah membuat dirinya lebih tertarik dengan pria yang lebih tua dan lebih matang.
Sudah lebih dari seminggu Darren tidak memberi kabar, dan secara mengejutkan, Mita dapat kabar dari teman kuliah yang juga teman satu tongkrongan Darren bahwa sepertinya Darren ada main dengan wanita di kota S yang sempat jadi kenalannya saat jaman chat mirc sedang booming jaman kuliah dulu, Mita awalnya tidak mempercayai berita itu tapi melihat perubahan sikap Darren saat menelpon maupun jarangnya memberi kabar, sedikit banyak membuat Mita mulai mempercayainya dan Mita memang tipikal wanita yang tidak suka tembak atau tanya langsung dan memilih diam melihat bagaimana akhirnya nanti.
Keberadaan Om Sadewo yang hampir setiap malam memyempatkan diri ke lantai tiga membuat Mita lumayan terbantu dengan kesepian dan kegalauannya, apalagi Winda sering nginap di kos pacarnya sementara Diana juga sering ada jadwal terbang dan jarang ada di kos. Dari hari ke hari, makin terlihat kalo Om Sadewo tertarik dengan Mita yang kalem dan agak tertutup, di beberapa kesempatan Om Sadewo juga mulai berani duduk bersampingan dengan Mita saat nonton tv atau ngobrol bareng, walau tidak benar-benar berdekatan. Perhatian Om Sadewo mulai dari hal kecil seperti membelikan makanan, maupun membelikan obat saat Mita tiba-tiba terserang diare membuat Mita lama-lama merasa nyaman dengan keberadaannya, namun Mita berusaha menjaga jarak mengingat Om Sadewo sudah berkeluarga dan Mita juga sudah memiliki kekasih yang walau saat itu entah sedang bersama wanita lain atau bagaimana.
Suatu malam saat hujan deras dan banyak petir, Mita asik menonton tv sambil menyelesaikan mie rebus buatannya, tiba-tiba lampu mati, dalam kondisi gelap gulita, Mita berusaha masuk ke kamar mencari hpnya yang tertinggal. Setelah mendapatkan hpnya dan keluar kamar, Mita menabrak sesosok yang tampaknya tidak asing lagi.
Mita: "Aduh...kaget Om..."
Om Sadewo: "Duh maaf, Om khawatir aja sama kamu, hujan dan petirnya kenceng sekali"
Mita teringat dia pernah mengatakan ke Om Sadewo kalau dirinya takut petir saat kecil, dan sambil tersenyum kecil Mita merasa senang dengan perhatian Om Sadewo.
Mita: "Iya Om, tapi ga semenakutkan dulu...ini mana mati lampu pula"
Dalam gelap diiringi hujan lebat, tiba-tiba Mita merasakan tubuh tinggi langsingnya dipeluk dan ada ciuman hangat di bibirnya.
Mita: "Uhmm Om....maaf kayaknya agak kelewatan kita....", kata Mita langsung menarik diri, walau sepersekian detik dirinya cukup menikmati pelukan hangat dan ciuman lembut di bibirnya.
Om Sadewo: "Oh maaf Mita, Om terbawa suasana...maaf ya, kalo gitu Om balik ke kamar lagi kalo kamu baik-baik saja"
Mita: "Ehh iya Om gpp eh maksudnya gpp kok ini lampu mati mau sekalian tidur aja habis naruh mangkuk ini....makasih ya Om", kata Mita yang dalam gelap sebenarnya tersipu malu.
Setelah kejadian canggung saat mati lampu itu, Om Sadewo dan Mita semakin akrab walau tidak harus dibarengi dengan kontak fisik yang berarti, memang kadang mereka duduk bersebelahan, agak berpelukan dan semakin dekat, namun mereka berusaha untuk menjaga tidak berlaku lebih jauh lagi...setidaknya sampai chapter ini diselesaikan.
Index:
Chapter 2: Cek disini
Mulustrasi memek Mita saat ini: Cek disini
Mulustrasi tocil Mita jaman dulu: Cek disini
Chapter 3: Cek disini (ada mulustrasi asli)
Chapter 4: Cek disini, dijamin crottt
Bonus memek Mita: Cek disini
Penampakan body Mita saat ini: Cek disini
Tocil Mita saat sama Om Sadewo di kamar kosnya: Cek disini
Chapter 5 Part 1: Cek disini
Chapter 5 Part 2: Cek disini, soft bondage
Chapter 5 Part 3: Cek disini
Chapter Finale: Cek disini
Asal Mula Kebinalan Mita - Chapter 1
Update terakhir, Asal Mula Kebinalan Mita Chapter 4 di hal 21 ya suhu
Update terakhir di Page 25
Terakhir diubah: