Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA I BLAME SATAN FOR MY SINS

Maafkan daku, masalah percintaan membuat daku lupa janji.

Maafkan aku, aku sangat berdosa.

Hanya itu yang bisa kuucapkan saat Safitri menangis ketika selaput daranya kurobek perlahan menggunakan tongkat ssktiku ini.

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu,

Aku sangat ingat jelas bagaimana seorang yang polos sepertiku ini tega menyetubuhi sepupuku sendiri, hingga tak ada sisa didalam pikiranku sendiri untuk berhenti.

Setelah kejadian di Losmen, aku hampir tak pernah lagi menyapa Safitri, bahkan aku juga enggan lagi melakukan apapun yang berhubungan dengannya, kejadian ini berlangsung lumayan lama, sekitar 1 bulan,.

Sampai ia benar-benar menawarkan dirinya untukku.

Ia datang kepadaku, tepat setelah umurnya bertambah menjadi 19 tahun, kala itu keadaan dirumah sangat sepi, Eyang Pram dan Uti harus berangkat ke Pondok untuk menghadiri Haul, kedua adikku juga diajak, acaranya mungkin akan berlangsung sekitar 2 hari 1 malam.

Ia datang menangis kepadaku, seolah bertanya ada apa denganmu? Ia datang dengan keadaan kacau balau, seperti baru saja putus cinta pertamanya, mungkin aku cinta pertamanya, meski kami sepupu.

Ia mendorongku dadaku keras, ia melakukan "itu" lagi, persis seperti di Losmen, namun kali ini ia membiarkan tanganku menjelajah tubuh indahnya, kaos polos dengan gambar hello kitty ia buka dengan terburu-buru, BH pink menjadi tujuan utama mataku memandang, aku hanya bisa pasrah dengan posisi tubuh dibawah ditindihi seorang gadis dengan sejuta kekalutan didalam pikirnya.

Ia memandu tanganku, membantu melepaskan kaitan BHnya, menyikap tabir yang selama ini membuatku penasaran, jengkel dan marah hingga beberapa detik yang lalu, saat ini aku benar-benar senang, entah ini nikmat atau kebejatan moral. Tak terbesit sedikitpun hukum agama yang selalu dibicarakan Eyang atau balasan-balasan nantinya, intinya aku sekarang ingin menikmati tubuhmu, sungguh aku menginginkan itu.

Payudaranya sangat indah, bulat sempurna, dihias dengan puting coklat kemerahan yang samar, sangat sangat lembut, tanganku tak bisa berhenti meremasnya, ia mendekatkan wajahnya, mencumbuku, membuatku harus bertarung melawan serangan lidahnya yang saat ini menjelajah rongga mulutku, sedikit kesulitan untuk tetap meremas buah dadanya, ia lalu sedikit memajukan tempatnya, menindihi perutku, menyodorkan kedua payudaranya agar itu terjamah oleh mulutku yang sudah lapar dikontrol nafsu syetan yang terkutuk.

"Ah mas, enak mas" ia mendongakan kepalanya keatas, ia menikmati ini, sungguh tampak jelas wajahnya, perhatianku sedikit teralihkan, beberapa menit selanjutnya aku menjilati leher putihnya, otot-otot hijau terlihat jelas seperti tunas pohon yang baru tumbuh.

Penisku yang basah karena oral yang ia lakukan beberapa menit yang lalu mulai mengering, tapi tidak dengan hasratku yang semakin membanjiri pikiranku.

Kasur empuk yang biasa menjadi tempatku membuang sperma setelah aktivitas soloku memainkan penisku sekarang menjadi saksi bisu cinta terlarang kita berdua.

Ia beranjak berdiri, membuka celana training hitamnya, memamerkan cd lucu bermotif bunga yang membuatku semakin penasaran, bau tubuhnya sudah bercampur aduk denganku, keringat membasahi kami, kedua insan yang ditakdirkan untuk saling bertukar kenikmatan.

Tak seperti dicerita dewasa yang sering ku baca, vaginanya tak harum seperti bau bunga, ini jelas sekali berbau pesing, mereka membodohiku. Tapi aku setuju dengan mereka, ini tak menghentikan aksiku menjilati sekitar kemaluan bahkan lubangnya ,meski terasa sedikit asing dan anyir dilidahku, bulu yang disebut jembut itu baru tumbuh beberapa, lucu menghiasi.

Aku tak kaget dengan respon tubuhnya, mengeliat, mencoba menolak namun juga menarik, aku tak tau persis apa yang ia rasakan, tapi sepertinya itu sungguh nikmat, inilah nikmat yang sesungguhnya, bukan nikmat yang akan dirasakan nanti setelah kematian seperti kata Eyang, Eyang tak sepenuhnya jujur kepadaku, ia tak pernah bercerita tentang nikmat yang ini, sungguh Eyang seorang yang menyembunyikan sesuatu.

Aku meminta Safitri sedikit mengendurkan cengkraman pahanya, membuatku sangat sesak bernapas, aku lalu bangkit, ini step terakhir, aku sangat terkejut dengan aksinya, tak terduga, ia bangkit menarik penisku mengulumnya sebentar lalu berkata "Dibasahin lagi, nanti biar gak terlalu sakit"

Pelan- ia menuntutku mencari celah di vaginanya, jangan sampai salah tusuk,
Percobaan pertama bahkan aku tak bisa menemukan mana tujuan penisku berada
Percobaan kedua, penisku mulai mengering
Percobaa ketiga, aku tak kuat mendorong
Ini sungguh menyiksa, membuatku sedikit kehilangan hasrat untuk menjebol keperawanan sepupuku ini.

Ia lalu berinisiatif untuk memposisikan diri WOT, mengarahkannya sendiri, lama menunguku yang ****** ini.

Sekali lagi, dengan sabar ia menahan perih, ini masuk, aku merasakannya, otot vaginanya seperti menolak penisku masuk, ia menahan perih, mengigit bibir bawahnya, ia mengangkangkan pahanya lebih lebar, arg ini sangatttt nikmat, rasanya tak terbayang, sungguh!sungguh!

Sempat tercipta bunyi, krek krek, aku tak tau persis bunyi apa yang keluar dari vaginanya, tapi ia tampak sedikit berhenti beberapa saat, mengatur nafasnya, ini juga menyiksa kepala penisku yang mulai panas, kemudian dengan telaten, pelan, step by step, ¼ dari penisku sudah tertanam didalamnya, ia melepaskannya lagi.

"Sumpah, perih mas, tunggu dulu mas"

Aku memaklumi, aku sendiri merasakan meski tak sesakit yang ia rasakan.

Kemudian, ia memintaku yang kembali berada diatas, setidaknya vaginannya sudah mengeluarkan oli pelumas yang otomatis aktif saat ada barang asing yang akan memasuki liang surgawi itu.

Creghh! Ini jebol! Hangat panas, kuintip ada darah membasahi penisku, ia memejamkan mata, menarik tubuhku merapat, lalu mengigit pipiku kuat-kuat, gadis gila.

Ia menahan bokongku, sebentar saja berhenti, sangat perih ujarnya.

Wajahnya melas memerah, Safitri menahan sakit yang amat, antara kasihan dan nafsu, maaf tapi nafsu ini lebih besar daripada biasanya.

Darahku berdesir merasakan nikmatnya sengama ini, tubuhku sebentar kaku sebentar rileks,.

Perlahan, kita mulai sedikit memainkan tempo, tusukan demi tusukan meski tak sampai mengena ke ujung rahimnya.

Ia menangis, rasa bersalah memghentikan aksiku,

"Dek, kamu kenapa?"
"Gapapa kok mas"
"Serius dek, apa berhenti aja?"
"Jangan, aku seneng kok"
"Seneng gimana?"
"Seneng akhirnya aku bisa ngasih hadiah sama kamu mas, jangan marah lagi ya"

Kata-katanya yang terakhir, meyadarkanku betapa bajingannya aku ini, hanya karena tak diberi hadiah yang sesuai dengan apa yang ada diotak penisku,aku sampai benar-benar marah kepadanya.,

Maafkan aku.

Ia meminta sedikit waktu jeda,perih panas, perasaan bahagia sedih bercampur aduk.

Kami berbaring, penisku setengah keras, tapi tak bisa kupaksakan, tak punya hati sekali jika memang iya, antara cinta dan nafsu, syetan terkutuk penyebabnya!

Kami berbaring, bercerita ngalor ngidul tentang masa kecil yang kami habiskan bersama sebagai seorang keluarga, betapa momentum hangat yang tak pernah terlupakan, kala itu kita masih benar-benar polos saat mandi bersama, ataupun saat kita telanjang.

Tapi saat ini, ini berbeda, aku telanjang dan Safitri-pun juga tak mengenakan sehelai benangpun, memang polos. Tapi berbeda, hal yang dikatakan jauh dari kata normal, jauh dari moral dan anggapan masyarakat, Incest berbahaya, tetapi aku terlanjur mulai ada "rasa".

Rasa cemburu saat ia ditembak oleh banyak siswa laki-laki, atau rasa marah saat ia tak datang tepat waktu, atau tak memberi kabar walau hanya "say hi" entah itu rasa yang normal atau bukan, sejenak aku melupakan kalau kami ini sepupu, yang lahir dari satu kakek dan satu nenek yang sama.

Angan hilang, kami kembali ke keadaan sekarang, ia sepertinya mulai bergejolak lagi, bersamaan dengan datangnya gelora yang mencuat secara tiba-tiba, mulut kami berpangutan, kali ini berbeda, ini dibarengi dengan rasa, rasa cinta sepertinya.

Aku memperlakukannya layanya kita pengantin malam pertama, menghabiskan tenaga dikala matahari tak tampak, hanya deruan suara jangkrik yang samar terdengar.

Ia mulai memainkan tubuhku, meski kadang ia bergerak menahan rasa sakit.

Kamasutra yang paling pas sepertinya.

Aku membalikkan badannya pelan, mencumbu sekitar leher hingga ketiak, membuatnya bergeliat lagi, seperti tadi.

Ia menatapku, berhenti sejenak.

Ia tertawa, mengingatkanku bahwa masih ada bercak darah kering dibatang penisku yang belum dibersihkan, kami tertawa.

Ia menuntut penisku masuk kedalam toilet dilantai bawah, telanjang berjalan bersama, seolah-olah pasangan muda, rumah ini seakan-akan menjadi milik kita, meski hanya sejenak.

Toiletnya cukup luas, bahkan untuk mandi 5 orang bersamaan ini cukup, memang ini toilet keluarga sekaligus toilet tamu.

Ia mencuci batang penisku dengan sabar, sesekali meremas lembut kedua aksesoris bulat dibawahnya, tersenyum, melemparkan senyuman manisnya yang membuat setiap siswa laki-laki ingin memilikinya, beruntungnya aku, menjadi sepupu serta kekasih rahasia meski tak pernah ada kata.

Kami bercumbu lagi, tanpa rasa khawatir.
Aku teringat satu adegan di video porno, aku mengangkat tubuh kecilnya keatas, menahan bokongnya dengan kedua lenganku, memepetkan tubuhnya ke tembok lalu mulai menikmati kedua buah dada ranumnya.

Ia mendesis, mendesah tak karuan, suaranya mengema mengelitik telinga kanan kiriku, aku tak sanggup mendengarnya lebih lama lagi, penisku sudah bereaksi, aku sedikit menahan badanku, menarget lubang kenikmatannya namun gagal, tubuhnya tak mampu ku tahan lagi, ia tertawa, momen romance itu tak tereksekusi secara epik. Sayang sekali!

Kami kembali ke kamar, kembali lagi sifat asli Safitri yang beringas, seperti tak merasa sakit lagi, ia mulai beringas seperti awalan. Mengoral batang penisku 3x lebih nikmat, bahasanya Deepthroat, sungguh itu nikmat, wajahnya sedikit ambigu saat ia menelan mentah-mentah batangku seluruhnya, ia menahan batuk.

Shhhh, arghhhh dek!!!

Aku mendesah tak karuan saat ia benar-benar membuatku gila.

Aku tak tahan, sedari tadi hanya diperbolehkan diam dan pasif.

Aku menarik penisku dari mulutnya, menariknya ke samping, mengangkat satu pahanya ke atas, tusukan miring tak jua berhasil.

Ia kembali tertawa, memang masih amatir.

Ia menyarankan kamasutra yang bisa dilakukan siapa saja, bahkan seorang amatir sekalipun, aku tersipu malu, jujur.
Aku mempraktekkan apa yang aku lihat ternyata tak semudah yang terlihat.

Aku meludahi vaginanya, lalu mulai memasuki liang itu, NIKMAT SEKALI!

Otot vaginanya menjepit, sangat-sangat menjepit, membuatku mendesah sejadi-jadinya, nafasku berat begitu juga Safitri. Ia menoleh ke kanan kiri, jemarinya memeras bantal yang ia pakai kuat-kuat.

Otot vaginya seperti beradaptasi, aku mengendurkan tusukanku, menjilat lembut putingnya, lalu mulai menusuk-nusuk dengan pelan, ia mulai menikmati ini.

Shhh,ahhh, ghhhhh, aghhhhh, shhhhh ughh shhh masss, masss ardiannnsyahhhh, ughhh, sakitt masss

Ucapannya malah membuatku bergairah, sedikit ku naikkan tempo, meski sekali lagi vaginanya menolakku terlalu jauh menembus liang itu.

Argh dek! Mas mau keluarr, dekk!!!!

Ingin meledak rasanya, ini tak lumrah seperti saat onani, kurasakan betul-betul ingin meledak.

"Jangan dikeluarin didalem mas, nanti adek hamil"
"Iiiii...iya dekkkk"

Tak sempat kutarik, otot vaginanya menahan penisku keluar, mungkin ½ dari total spermaku tumpah didalam liang vaginanya, ia meringis saat aku mencabut paksa penisku keluar, mengeluarkan sisa-sisa spermaku diatas perut putihnya.

Ogh, oghhb, hngggg, nafasku sangat berat.

Aghhh, keringatku bercucuran, tenagaku seperti habis! Aku ingin tidur malam ini, tentu dengannya, berpelukan sampai pagi.

Pagi harinya, kami sama-sama bolos sekolah, melanjutkan peperangan tadi malam dengan mencoba beberapa gaya yang variatif, asyik juga ternyata.

Kami tak bisa lama-lama, siang ini kami harus keluar dari rumah, apa kata Eyang nanti kami berdua dirumah yang sama saat jam sekolah?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd