Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA I BLAME SATAN FOR MY SINS

afitri IV

Kulihat jam didinding kamar adikku masih menunjukkan jam 01.26, masih belum ada BBM masuk dari Safitri, mataku berjuang melawan kantuk yang menyerang. Samar-samar kudengar suara air kran menyala dari toilet bawah, sepertinya Eyang dan Uti sudah bangun untuk melaksanakan kegiatan seperti biasanya.

Aku mencoba mengusir rasa kantukku dengan meminum jus mangga di lantai bawah, berpapasan dengan Eyang Pram yang selesai wudhu.

Perlu diketahui para pembaca, Eyang Pram sangat jarang ada di rumah, beliau biasa mengisi pengajian, beliau juga ketua salah satu Majelis keagamaan, seringkali beliau tak pulang beberapa hari karena ada urusan di pondok.

Aku bertanya-tanya, apa Safitri benar-benar serius dengan perkataannya, aku takut akan kecewa lagi seperti saat ia memintaku menciumnya, itu hanya akal-akalan dia, jahat sekali mempermainkan gairahku.

Jam 02 lebih tak kunjung aku menerima pesan darinya, ah sialan. Lebih baik aku tidur saja, ini kedua kali aku dibodohi remaja 2 tahun dibawahku yang baru saja menginjak 18 itu, kurang ajar.

Waktu berlalu, pagi-pun menyambut tidurku yang hanya beberapa jam, sedikit ku lirik kamarku ternyata sudah kosong, argh memang benar-benar sialan!

Ku tanyakan pada Uti perihal kepergian Safitri dipagi buta, ternyata Bude Rodiyah menyusulnya kemari, ia harus izin lagi untuk menemani acara khusus Bude, entah apa, aku tak tau pasti, Uti hanya menjelaskannya sesaat saja.

Beberapa hari berlalu, sampai suatu saat, Safitri kembali mengirim pesan kepadaku, kuacuhkan begitu saja, jujur aku masih jengkel kepadanya, ia berkata bahwa ia sekarang ada di kota dingin, menemani Bude Rodiyah yang menjenguk teman karibnya yang sakit, aku tak terlalu peduli, bahkan aku tak membalas pesan yang ia kirimkan, sepertinya ia kesal, beberapa kali mencoba menelponku, nada notifikasi menganggu Me Time ku yang sedang asyik bermain game pc keluaran terbaru, sepupu sialan, tak menguntungkan.

Beberapa hari setelah itu, aku tak lagi menyusulnya berasalan aku harus berangkat lebih pagi karena bimbel, sedikit menghindar darinya yang suka bermain lidah, jam istirahat berlaku, ia menghampiriku dengan beberapa teman gadisnya, seperti biasa, satu kelas menyorakiku, drama yang kubuat malah membuatku semakin malu, alih-alih membuat Safitri nyaman tanpa gangguan, sekarang aku yang harus menanggung malu, sialan.

Ia mengaku salah, meminta maaf padaku secara langsung, didepan teman-temanku, ah sudahlah, pembaca pasti tau apa yang aku rasakan, mukaku semakin dicoreng, ingin sekali rasanya oplas menghilangkan mukaku yang sekarang, tapi haram:(

Kuakui, Safitri pandai berakting, ia seolah-olah memang benar-benar pacarku saat disekolah, orang-orang percaya akan hal itu, bodohnya.

Saat jam sekolah selesai, kudapati pesan ia memohon untuk bareng pulang denganku, ingin rasanya kubalas sekali lagi dengan mengacuhkan gadis cantik ini, tapi suara lembutnya tak mampu ku tolak, ia beberapa kali mengirim vn memohon kepadaku, apalah daya seorang bujangan sepertiku ini.

Dengan setengah terpaksa aku turuti kemauannya, didepan teman-temannya ia memelukku dari belakang,ah kedua payudaranya yang besar itu menghantam punggungku, ini kesempatan, sengaja sedikit kupelankan laju motorku dari parkiran sekolah menuju gerbang keluar, ini momen langka yang mungkin terjadi hanya disekolah.

Ia mengoceh sepanjang jalan, tak ku hiraukan sama sekali, sempat menangis dengan sikapku yang acuh ini, hey scorpion boy jangan dikecewakan ya, haha.
Jebol juga pertahanan ku setelah ia semakin mengeratkan pelukan di tubuhku.

Gundukan empuk itu semakin menekan punggungku, nikmat rasanya, sungguh, menyesal aku tak segera mengenal wanita, padahal para gadis disekolahku cantik-cantik, Safitri membuatku segera ingin punya pacar yang bisa kunikmati payudaranya.

"Janji, buat terakhir kali, malam minggu jemput mas"
"Gak mau, nanti gitu lagi"
"Janji mas, please, percaya sekali aja"
"Iyaudah,emang satnight mau kemana?"
"Nanti aja, tak kasih tau, nanti pamitin sama Mama, bilang aku mau nginep sana ya, main sama Zikri(Adik nomor 3ku)
"Iyaudah, tak pamitin. Awas ingkar lagi, sumpah gak akan percaya lagi aku sama kamu"
"Iya" (Safitri semakin mengeratkan pelukan)

Jalanan ke Rumah yang biasanya hanya ku tempuh 10 menit menjadi hampir 30 menit lamanya, itu semua karena aku masih nyaman dengan gundukan empuk yang terus menempel, kupelankan sekali jalan CBku, beralasan habis diganti karbulator, cewek gak akan paham dan pasti percaya, trik amatiran!

Malam Minggu Jam 08.00

Aku datang menjemput Safitri yang sudah siap diteras bersama Bude Rodiyah, aku memamitkannya lalu pergi, dijalan lalu ia memberitahuku ada penginapan/losmen yang bagus dan murah, pas dengan kantor siswa sepertiku, sesuai janjinya, ia akan menciumku, beginilah takutnya kita, tak berani berpacaran ditempat gelap yang biasa dilakukan pemuda-pemudi +62 sekarang, karena banyak sekali yang kenal dengan Eyang Pram, sekaligus kami, secara tidak langsung, hanya berciuman saja kami harus menyewa losmen yang benar-benar aman, sebegitunya, tapi sepadan dengan gadis yang kubonceng saat ini, tak apalah kehilangan uang 1 lembar bergambar Presiden dan wakilnya, padahal itu uang sakuku selama 4 hari, 4 11hari kedepan harus beralasan ekstra kulikuler agar dapat uang tambahan.

Aku menyangka, aku sangat memperhatikan penampilan Safitri, yang jelas ia tampil sangat beda, ia mencopot kerudungnya dan mengurai rambut pendeknya yang sebahu itu, memakai masker, menggunakan jaket jeans yang sobek-sobek dengan setelan kaos oblong putih polos, celana hitam panjang dengan sepatu putih yang stylish pas dengan tubuhnya, wow! Itu semua sempat ia lakukan dengan berganti di toilet umum dipasar, dasar gadis gila, tapi memang patut ku apresiasi, dengan setelan seperti itu tak akan ada yang bisa mengenalinya, kita akan aman dijalanan, sedangkan aku? Ah aku siapa, Eyang Pram hanya beberapa kali mengajakku dan bertemu orang banyak, itupun hanya menjadi supir cadangan, saat supirnya Pak Min berhalangan, membuatku sedikit berada dibawah garis terkenal dibawah bayang-bayang Eyang Pram, berbeda dengan cucu cucu putrinya yang sering ia boyong ke pondok, diperkenalkan, dll.

Sesampainya di Losmen,kita menyewa kamar hanya beberapa jam saja, ini pertama kalinya untukku, jantungku serasa mau copot, kali ini kita benar-benar tak ada halangan sama sekali, tak ada Eyang atu Uti atau siapapun yang akan menganggu kita, keringatku sempat membasahi dahiku, grogi nervous menjadi satu, aku takut tak sesuai dengan keberanianku saat pertama ingin mencumbu Safitri, aku membayangkan akan jadi patung saat didalam kamar itu, kami dipandu 1 orang yang membawa kunci kamar, ditunjukkan lalu ia mengingatkan waktu selesai sewa kamar lalu beranjak pergi, Safitri tersenyum kepadaku lalu melangkahkan kami imutnya kedalam duluan, mengejekku dengan menyibakkan rambut pendeknya.

Safitri berlari kecil saat aku mengejarnya kedalam kamar mandi.

"Mandi dulu mas, gerah"

Entah, setan jenis apa yang merasukiku saat ini, penisku tak bisa dikendalikan, aku ingin sekali lebih dari cium yang ia janjikan, mungkin keperawanan atau payudara ranum yang lumayan besar itu juga tak apa.

Diluar kontrol diriku sendiri, aku mengatakan hal yang tidak senonoh yang seharusnya tidak diucapkan oleh seorang sepupu

"Mandi bareng aku?"

"Ye ngarep, aku kan cmn janjiin ciuman" katanya sembari menguci pintu kamar mandi

"Ah, sialan" hampir 20 menit aku merebahkan tubuhku diranjang yang sedikit keras ini, tak nyaman sekali, masih nyaman kasurku sendiri, menunggu si cantik yang tak kunjung membelai peniskuyang sedari tadi tegak menantang

"Loh, "itumu" kok berdiri mas?" kata Safitri sembari sedikit terbelalak melihat batangku yang memberontak keluar dari celana

"Jangan mikir yang aneh-aneh" ujarnya lagi duduk dipinggir ranjang mengeringkan rambut sebahunya yang basah.

"Inget dosa loh" tambahnya

Aku tak habis pikir apa yang sedang ia pikirkan saat ini, dia yang mengajakku, dia sendiri yang sekarang membullyku?

Psywar? Sepertinya begitu

Ku jawab setenang air,
"Ya kalau keblablasan gimana?"

"Tanggung jawablah"

"Gimana?"

"Nikah!"

"Ya gaboleh dek"

"Lari, jauh kemana kek, biar bisa nikah"

"Ya gak bisa gitu"

Safitri langsung melompat ke tubuhku, menindihi perutku, mencumbu bibirku dengan ganasnya, sempat tak bisa bernapas dibuat gadis kecil ini.

"Emmm, hmmmm"

Harum, wangi, manis. Itu yang kurasakan saat bibir dan lidahnya bermain, menghantam mulutku, memaksa keluar semua cairan didalam mulutku, ini sangat nikmat, tak pernah ku bayangkan sebelumnya, sangat rugi aku tak pernah menyentuh wanita kalau jadinya senikmat ini.

Anganku melayang, jauh entah kemana. Nafsu yang mengontrolku sepenuhnya sekarang.

Ku elus-elus lenbut punggung halus yang dihias jerawat jerawat kecil yang sedikit geli ditanganku, kucari kait BH yang isinya selalu membuatku penasaran itu, namun, sepertinya ia tak ingin bermain cepat, ini jelas lebih dari ciuman biasa yang ia tanyakan beberapa mingguyang lalu, ia mendorong dadaku kembali menyusup ke kasur, ciumannya turun ke leherku, ini gila, pasti ia bukan sekedar ingin belajar, tapi sudah PRO! sapuan lidahnya membuatku bergidik, bulu-bulu halus disekujur tubuhku beriringan mengikuti nada dan tempo jilatannya, arghh! Nikmatnya!!!!!!

Entah apa yang ia sisipkan dalam sapuan lidahnya, itu membuatku keluar dari kepribadian ku yang biasanya, Syah yang polos dan cuek, dingin dan tidak peka yang lebih mencintai game pc daripada cinta konyol bodoh ini dibuat keluar dari jalur yang mainstream-ku

Waktu cepat berlalu, samar-setengah sadar ia telah membuka kaos cotton polosku, memainkan ujung pentilku dengan lidah imut merahnya, arghhh rasanya semakin nikmat, bulu halusku bergetar

"Shhhhh ahhh shhhhh, dekkkk!"

Ia menatapku, tersenyum tipis, lalu melanjutkan aksinya menyeruput pentilku seolah-olah itu makanan siap saji yang lezat! Tubuhnya setengah menungging, ia mengoyangkan pantat ranumnya ke kiri-kanan, aku tak kuasa menahan laju sperma yang akan meledak ini, argh, kelemahan perjaka yang hanya dimanjakan oleh jarinya sendiri tak akan kuat menahan serangan brutal gadis 18-tahun yang punya hasrat dan rasa penasaran yang AMAT SANGAT TINGGI.

Ia tak memberiku kesempatan sama sekali meski hanya untuk sekedar meremas payudaranya, ia menguasai tubuhku 100% saat ini meski aku bisa saja membanting badan kecil imutnya berbalik menjadi aku yang diatas lalu dengan paksa memasukan kepala penisku menembus merobek selaput sucinya yang harusnya ia berikan kepada suaminya bukan kepada sepupunya yang "aneh" ini. Namun, tak kulakukan, serangan demi serangan hanya kunikmati sebagai hadiah yang tak akan pernah bisa aku lupakan.

"Dek, shhhhh, arhh, shhhh, dekkkk!"

"Apaa?!!!" Safitri melotot, sepertinya ia marah aku menganggu keseruannyayang saat ini sedang mengobel-obel pusarku dengan lidahnya, aku tak jadi melanjutkan perkataanku, takut ia akan marah lalu menghentikan aksinya.

....

Celana itu ditarik paksa, sempat kutolong namun ia menolak, celana jeans dengan cd tak mampu lagi menyembunyikan penisku dari serangan kocokan tangan si kecil imut Safitri, dia bukan lagi seorang gadis polos yang hanya hobby tinju dan mengaji bersama Eyang Pram, aku tak mengenalinya sekarang, sunggu ini berbalik 360° dari yang biasa ia tampilkan kepada semua orang

Ia cekikikan sembari mengocok penisku yang mulai panas, ia menatapku persis seperti artis porno yang disuting, dengan wajah imut dan ekspresi mengoda, ia mampu membuatku membisu diam seribu gaya bahasa.

Sepersekian detik, ia mulai melahap pelan dari ujung kepala penisku sampai ¼ bagian batangnya, gila sekali, ini gila! Pantas saja laki-laki tak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran lubang surgawi, ini alasannya! Mulut sudah begini enaknya, apalagi tempat basah gelap enak yang dinamakan Vagina itu????

"Shhhh ashhhh hmmmmmp oughh dekk, shhh Safitriiii, ahshhhh, dekkkk"

Ia memuntahkan penisku, lalu menyentil kepalanya sedikit keras, menghilangkan rasa nikmat yang baru aku rasakan, oh fuck

"Duh, ahhh sakit!"

"Makanya mulutmu diem'o mas!"

"La gimana dek, wong enak"

"Duh, yaudah ga diterusin loh"

"Iyaiya, maaf"

"Ditutup bantal aja, suaranya keras, isini ilo(malu itulo)"

Ia mengambil tas kecilnya, mengeluarkan tisu basah lalu mengelap mulutnya lanjut menuju batangku.

"Udah"

"Ha?"

"Udah, ayok pulang"

"Fit? Fit?"

"Iya, ayo pulang, udahan"

Wth, wtf, wth is going on here?!

Hey, apa maksudnya ini, ia membuatku sebegitu tegangnya lalu scr tiba-tiba mengajak kembali?

Apa yang sedang terjadi? Sungguh aku tak mengerti!

Hanya ini hadiahnya? Ah, maaf. Ini saja sudah menjadi hal tabu.

Sialan, tapi aku belum sempat mengerayangi tubuhnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd