Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Bimabet

...30 menit yang lalu....

Hari ini selasa pahing minggu pertama bulan sebelas di tahun itu. Desa Banyukarep sebuah desa yang masih masuk wilayah kabupaten Banyumili. Sepasang suami istri muda wiguna dan darwati tengah berbahagia karena setelah kurang lebih 2 tahun akhirnya dikaruniai anak pertama yang sehat.

Bayi merah yang baru berumur 3 minggu ini berjenis kelamin perempuan. Dan seperti lazimnya adat istiadat turun temurun yang dianut maka begitu kelahiran si bayi, ari-arinya atau plasenta dikuburkan di depan rumah.

Sore itu pasangan suami istri Wiguna darwati dengan ditemani sejumlah kerabat dekat dan tetangga tengah melakukan ritual penguburan ari2.

"Mas, upacaranya sdh selesai. Aku bahagia sekali akhirnya semua berlangsung lancar," tutur darwati dengan wajah sumringah. Sang suami atau Wiguna balas memandang seraya memeluk istrinya.

"Aku juga wuk" balasnya dengan senyuman mesra (wuk = bawuk / panggilan istri perempuan Jawa.red).

Sebentar kemudian mereka bercakap2 bersama keluarganya. Sebelum akhirnya meninggalkan rumah suami istri muda itu dengan perasaan gembira menyambut datangnya anggota keluarga baru di tengah mereka.

"Upacara tanam ari2 ini sebagai wujud ikhtiar kita anakku. Agar supaya si jabang bayi diberikan keselamatan sekaligus keberkahan hidup oleh Sang Maha Kuasa serta dijauhkan dari malapetaka yang mengancam..."tutur lelaki tua yang tak lain ayah Wiguna.

Kata2 ayahnya itu masih terngiang ditelinga Wiguna sebelum beliau pulang. Senyumnya lalu terkembang dan sambil merengkuh bahu istrinya merekapun masuk ke dalam rumah. Meninggalkan kuburan ari2 yang terletak di halaman depan rumahnya.

Sebuah gundukan kecil yang diatasnya ditutupi oleh semacam keranjang dr anyaman bambu atau biasa disebut kukusan.

Di dalamnya terdapat sebuah lampu kecil yang musti terus menyala selama selapan dino atau 35 hari. Taburan kembang setaman dan sebuah kendhil tanah liat tergeletak rapi di dalamnya.

Namun....mereka tidak menyadari bahwa akan datang tamu tak diundang dan merusak mimpi indah sepasang suami istri itu.

=======

Waktu terus bergulir....
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Desa Banyumili.

Rumah itu terletak di tengah agak ke ujung. Terlihat paling mencolok dibanding rumah2 lain disekitarnya.

Rumah berdesain bentuk joglo selain terlihat paling besar dan megah arsitektur bangunannya membuat siapapun akan terkagum-kagum. Mayoritas dibangun dengan pondasi kayu jati yang kokoh sekaligus mahal.

Lampu2 model vintage yang terpasang di pelbagai sudut rumah menambah kesan elegan dan mewah bak keraton tapi di satu sisi juga memunculkan aura misterius dan magis.

Orang2 yang berlalu lalang melihatnya seketika akan maklum dan bisa menerka seperti apa dan bagaimana sebenarnya sang empunya rumah.

Menyeruak masuk ke dalamnya di salah satu sudut ruang terdapat sebuah kamar tidur yang terhitung luas. Sebagaimana arsitektur rumahnya ornamen yang terdapat di sekeliling kamar juga mayoritas bernuansa kayu tradisional. Dipan, buffet, lemari juga terbuat dr kayu.

Kamar itu selain terlihat elegan dan bersih….aroma harum yang tercium merujuk pada satu kesimpulan bhw kamar ini adalah milik seorang wanita atau lebih persisnya....milik seorang dara.

Di atas meja rias dan di dinding kamar terpasang sejumlah pigura yang di dalamnya terdapat foto2 seorang gadis muda remaja bergaya dengan pelbagai pose.
Beberapa lainnya terlihat dia sedang bersama orang lain. Mungkin saudara, teman2nya atau bahkan….pacarnya.

Dari itu semua satu yang paling mencolok adalah sebuah pigura besar yang terpasang di dinding kamar dengan ukuran 30R.



Di situ tampaklah dengan jelas sosok seorang gadis remaja berparas cantik berusia sekitar 15 - 16 tahun dengan balutan busana khas layaknya seragam sekolah elit masa kini. Setelan hem putih dengan rok pendek di atas lutut memperlihatkan sepasang kakinya yang putih mulus, panjang dan indah padat berisi.

Dengan gaya centil dan ceria tersungging senyuman terkembang manis di bibirnya nan tipis.

Di sisi lain tampak sebuah almari kecil yang didalamnya terdapat berbagai piala, tropi dan plakat penghargaan.

Ehmm..***panya sang dara seorang yang berprestasi.

Suara gemericik air menerpa lantai terdengar sayup dari bilik kamar mandi di dalam kamar tidur yang luas itu.
Menengok ke dalam terlihat sebuah nampan terbuat dr tanah liat yg berfungsi sebagai wastafel.

Horden kamar mandi itu terlihat basah oleh air yang menerpa. Dengan disinari temaram sinar lampu yang eksotis seketika memunculkan siluet tubuh telanjang seorang wanita yang begitu mendebarkan.

Tetes2 air seakan berlomba mengarungi sekujur lekuk tubuhnya yang indah. Tubuh muda dan mekar2nya seorang dara yang tengah asyik masyuk melakukan ritual pembersihan diri alias adus (mandi).

Segayung air tumpah dr rambutnya yang panjang menjelai punggung terus mengalir mengikuti chicane yang membentuk sepasang bukit kembar alias payudara yang mengkal sebesar batok kelapa.
Sempat tertahan di ujung pentilnya yang berwarna pink kecoklatan untuk kemudian melanjutkan perjalanan sedikit melandai ke arah perutnya yang rata lalu berkubang sebentar di pusarnya yang imut.

Di belakang gelombang air menuruni punggungnya yang melandai lalu terpecah dua menuju sepasang buah pantatnya yang tidak terlampau besar tapi padat dan bulat menggemaskan.
Di sisi yang lain rombongan depan sdh mencapai bagian yang paling dicari paling dinanti oleh seluruh pria di seantero bumi.

Dua lipatan paha yang mengarah pada sebuah lembah yang sempit dan ciut di pangkal paha sang dara. Lembah membukit yg ditumbuhi hutan kemaluan yang cukup lebat namun rapi dan telah basah oleh guyuran hujan yang tumpah dr atas. Sampai akhirnya saling bertemu menyusuri sepanjang ruas kaki sang dara yang kecil panjang berisi lalu mengalir diantara jemari kakinya yang mungil lembut. Semua keindahan itu kian terpancar dr kulitnya yang putih mulus.

Bibir sang dara melayangkan senandung ringan pertanda berakhirnya ritual adusan yang baru saja dilakoninya.

Segera setelah selembar kain tebal memeluk tubuhnya yang basah dan telanjang mulai dr dada hingga sebatas paha, sang dara lalu mendaratkan pantatnya di sebuah kursi di depan cermin.

"Ahh...segarnya," desah sang dara.

*Mudah mudahan segera datang. Bila telah tiba waktunya aku harus berusaha semaksimal mungkin, "katanya pelan seolah berkata pada dirinya.

Sebentar sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah ia lalu mengenakan pakaian yang sdh ia siapkan. Sebuah kaos tipis buntung dan sebuah celana hotpants yang sedikit gombrong...tanpa celana dalam dan tanpa bra !!

"Seksi juga aku ini...aku optimis pasti menang.."katanya tersenyum sambil memandang cermin.

=======
Sementara itu didepan rumah sang dara...

Satu sosok yang telah cukup lama berdiam diri dalam ragu terlihat berdiri tak jauh dr sebuah rumah megah yang bergaya retro tradisional. Rumah dengan lampu2 vintage yang cantik.

Dia akhirnya bergegas menuju pintu gerbang rumah yang sejak tadi diamatinya.
Satu sosok berjaket hijau dengan motor bututnya plus keranjang rombongnya yang lusuh.

Yah... ternyata benar. Dia….si kurir yang malang.

Ia sudah tiba beberapa menit yang lalu tp setelah melihat rumah itu hatinya menjadi ragu dan gentar.

"Menurut ibu tadi aku harus menemukan rumah pak Pujo Satmoko.
"Sesuai yg dibilangnya dan ciri-cirinya...memang betul rumah ini. Tapi….ahhh persetan...
"...aku kesusu. Bawaanku masih lumayan. Mungkin sampai tengah malam baru kelar..." katanya setengah menggerutu.
Ia pun bergegas memberanikan diri menuju pintu gerbang halaman.

Sesampainya ia mematung sejenak lalu pandang matanya tertuju pada semacam plakat cukup besar terbuat dr batu dan semen menyerupai sebuah prasasti menempel disudut atas pintu.
Dalam remang samar2 ia bisa membaca tulisan yang tertera disitu,
Istana Kebahagiaan
Sunyoto Pujo Satmoko
Jalan Pelangi Di matamu no. 18

Seketika wajah si kurir berubah dr lusuh, putus asa menjadi sumringah. Tidak sia2 usahanya selama berjam-jam.

"Bertahun tahun dadi kurir, baru hari ini aku nemu nama jalan yang aneh-aneh begini.
"Jalan pelangi di matamu...hmmm..kayak nama lagu saja. Tadi….gelombang cinta...opo maneh kuwi ? (apalagi itu?). "Kerungune malah koyok jeneng tanduran," batinnya lagi sambil bersungut-sungut.
(kedengarannya malah seperti nama tanaman-red).

Iapun mengetuk pintu. Sekali...dua kali...tidak ada respon dr si pemilik rumah. Ia hendak berteriak...tp segera ia urungkan. Sadar bhw hr sdh malam. Dari pada ia dimaki-maki orang. Hufft..!!!.

Akhirnya setelah menunggu...muncul seseorang dr dalem rumah. Sosok itu lalu berjalan perlahan di tengah teduhnya lampu taman yang menerangi. Si kurir belum bisa melihat dengan jelas sosok itu yang ia haqul yaqin 100% adalah sosok perempuan.

Sosok itu kian mendekat. Tp satu yang dirasakan oleh si kurir, entah kenapa semakin mendekat sosok itu ke arahnya jantungnya berdegup kencang dan berkeringat dingin. Ia merasa tubuhnya menghangat. Ia merasa aneh dlm dirinya yg bahkan tak dimengertinya.

Sosok yg mendekat itu menebarkan aura magis seolah menyihir. Aneh lagi rasa itu bukan rasa jerih atau takut. Rasa itu….lebih ke arah….birahi seksual!!

"Ada yang bisa dibantu pak ? sapa sosok perempuan itu begitu sampe di hadapannya. Terdengar lembut dan renyah layaknya seorang dara. Suaranya bagai membelai sukma.

Si kurir terdiam...terpaku. Ia berusaha menatap lebih lekat sosok itu guna melihat' wajahnya yang samar tertutup gelap malam.

"Ehmmm...anu...mbak. ini ….ehmm maaf ..sy kurir dr OntaExpress. Betul ini..***mahnya...bapak Pujo Satmoko??? Tanyanya dengan terbata tanpa ia sengaja.

"Yah betul. Tadi bapak pasti sudah membaca tulisan yg terpasang dekat pintu khan..? jawabnya

Suara lembut nan renyah itu begitu menggoda si kurir utk melihat dengan jelas bagaimana sosok misterius di depannya kini. Namun di sisi lain rasa birahinya yang mendadak bangkit ia rasakan makin menguat seiring harum semerbak lamat tercium dr sosok misterius itu.

"Itu nama ayah sy. Lengkapnya... Sunyoto Pujo Satmoko. Bapak...mau kirim paket atau surat utk beliau ya? lanjut si mbak lagi.

"Ndak...ndak kok mbak. Cuma paket surat yang sy bawa ini alamatnya sesuai alamat rumah mbak ini...."

*Hmmm...terus nama yang dituju siapa mas…? boleh sy liat..? jawab si mbak seraya mendekat ke arah lampu jalan yg terpasang tepat di atas pintu gerbang.
Si kurir akhirnya bisa melihat dengan cukup jelas sosoknya yang sangat membuat penasaran itu.

Seketika mata si kurir terpana tak berkedip setelah melihat sosok perempuan lawan bicaranya ini. Cuma berjarak selengan tampaklah satu sosok gadis remaja usia SMA yang ...begitu mempesona.

Wajahnya bulat telur. Alisnya hitam tebal melengkung bak bulan sabit di bulan kabisat. Rambutnya lebat panjang dan hitam tergelung rapi. Hidungnya mungil namun lancip alias mancung.
Mulut itu pun...begitu menggoda. Lembut merekah basah dan berwarna merah jambu bersih tanpa gincu.

Matanya bulat dan bening bagai bintang dan...ah..ia sendiri tdk tahu ..manakah yang paling indah antara bibir dan mata itu??

Sesaat ia mematung sebelum sang dara menegurnya sambil tersenyum kecil

"Heh...kok ngalamun pak. Nanti kesambet setan lho..hihihi.."tawanya begitu merdu.
"Tadi katanya mau nunjukin sy" lanjutnya.

"Eh..ya sori mbak. Abis...mbak'e ….jan ayuuu...banget..jawabnya lugas sambil kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Mendengarnya sang dara hanya tersenyum.

Ia lalu menyerahkan secarik bungkusan kpd sang dara. Sementara sang dara mengamati paket itu. Tanpa ia sadari, mata si kurir memperhatikannya dr ujung kepala sampai kaki.

"Aseemmm….jan ayu tenan cewe iki. Wajahe...nafsuin....batin si kurir tanpa ia sadari batang kemaluannya perlahan menegang dan mengeras.

Pandang matanya turun ke leher sang dara yang jenjang dan putih bersih. Tampak seuntai kalung terbuat dari bahar melingkari leher mulusnya yang seolah bersinar.
Lalu sontak…pandangannya terhenti di dada sang dara yang sedikit terbuka. Memperlihatkan ujung lembah belahan payudaranya yang bulat penuh menonjol dimana terselip sebuah mata kalung berbentuk seperti batu pipih kecil berwarna hitam legam mengkilap.

Sampai detik itu sebenarnya kadar kengacengannya sudah mencapai 99,9% dr maksimalnya.

Berkali2 ia mencoba membetulkan letak selangkangannya yang menekuk.
Hingga akhirnya….serrr….tanpa ia sadari air mazinya sdh keluar dr lubang kencingnya.

"Ooo..Indah Seroja.
"Ini...adik sy pak. Tp kebetulan ia sedang di kamar mandi. Sepertinya masih lama selesainya. Sy terima saja ya…"ucap sang dara.

Seolah terhipnotis si kurir tidak menjawab hanya menyerahkan sebuah pena dr balik jaketnya.

"Ini pak...sdh sy tandatangani. "Sah...paketnya sdh sy terima ya. Sy tinggal dulu ya pak. Makasih.." sahut sang dara sedikit menunduk lalu berbalik badan dan melangkah ringan kedalam rumah.

Lagi...si kurir diam membisu. Ia hanya menatap kepergian sang dara dalam kekosongan. Ia seolah membeku...frozen setelah melihat pemandangan menakjubkan yang baru pertama kali ia temui sepanjang hidupnya.

Bongkahan payudara sang dara yang mengkal dan matang terlihat saat ia menunduk. Menantang dipucuknya sepasang bulatan pentil susunya yang indah laksana mutiara hitam dr selatan.

Lekuk tubuh yang meliuk indah bagaikan Sirkuit Spa Francorchamps Belgia. Sirkuit F1 terindah di dunia menerawang dr gaun tidur tipis yang dikenakannya hingga sebatas betis.

Bongkahan bokongnya yang penuh dan pejal mengayun dahsyat bergetar naik turun membayang begitu merangsang terbungkus celana dalam thong serupa tali berotasi serasi seiring langkah kaki jenjang sang dara. Hingga...klek...pintupun tertutup.

Lalu….crett...cret…
keluarlah air mani si kurir...tanpa permisi….tanpa aba-aba.

========

3 jam setelahnya di malam yang sama di Desa Banyukarep.

Pukul 10 malam.
Di ujung jalan kampung di sebuah gardu jaga yang terbuat dari kayu. Terlihat 3 pria tengah bercakap di serambi pos.

"Din, kamu sama Yanto yang giliran tugas jaga malam ini. Jangan lupa bawa senter. Kentongan sdh kau siapkan..? tanya salah seorang diantara nya yang paling tua.

"Sudah pak jaya, semuanya sdh sy siapkan.."sahut pria bernama Udin yg bertubuh tinggi ceking.

"Ya sudah. Jangan ketiduran lagi seperti dulu. Nanti kalau ada apa-apa ...sebagai ketua seksi keamanan aku ndak mau disalahkan warga…"sahut pak jaya.
"Apalagi... beberapa waktu kemaren berita heboh pencurian ari2 di beberapa desa belum ada titik terangnya..siapa pelakunya dan apa tujuannya.."sambungnya lagi.

Mendengar kata2 pak jaya tak urung membuat Udin dan Yanto terhenyak. Entah kenapa mereka berdua mulai dihinggapi rasa takut.

"Tapi...boleh sy usul pak ketua. Alangkah baiknya bila di pos ini disediakan ...apalah gitu pak...supaya mengusir nyamuk dan walang yg sering nemplok di badan. Biar...ndak gampang ngantuk gitu"...si Yanto memecah keheningan.

Sejenak pak ketua terdiam lalu sebtar terkekeh sambil menepuk bahu Yanto yang rada pendek lagi gemuk.

"Alah To...to....kowe rak usah ngomong muter-muter. Aku ngerti maksudmu. Njalukmu biar di gardu dipasang TV kan...sama dispenser…ya tho?!

"Ya gitu pak..masak dari dulu setiap kali jaga cuma main remi....main catur. Boseeen....update dikit dong pak. Ngikut perkembangan zaman.."kata si Yanto lagi sambil menyeringai.

"Halah...lambemu kuwi (mulutmu itu.red). Tapi aku ora iso janji. Nanti tak ajukan dulu di forum warga. Soale sing mutuskan forum. Aku wegah nek ngetoke duwitku dewe mung nuruti karepmu sing nganeh-nganehi. (Aku ogah keluar uang hanya nuruti permintaanmu yang aneh2.red)
Ok. Wis kabeh. tak tinggal yo. Ojo lali mulai muter jam 1 malem. Hp-ku on terus nek ada apa2.." tutup pak jaya dan segera berlalu.

Sepeninggal pak ketua. Keduanya terlihat asyik kasak kusuk sambil mengeluarkan setumpuk kartu Remi.

"Jadi ketua seksi keamanan kayak Pak Jaya itu enak banget ya Din. Cuma main perintah terus njagong (santai.red)...habis itu tinggal tidur…jan uenaaak tenannn..."kata Yanto sambil membetulkan sarungnya yang kendor.

"Beliau itu kan sudah sepuh. Lagi pula pensiunan tentara. Maklumlah kalu pak jaya hanya dibelakang layar kasih komando. Kita berdua dan kawan2 yang laen yang muda2 gantian yg terjun ke lapangan. Apalagi sekarang kan ada beberapa kejadian aneh yang terjadi. Makanya beliau lebih ketat dlm mengatur perondaan…"sahut Udin.

Oh ya, To... menurutmu...siapa yang jadi biang kerok pencurian ari2 bayi itu ? Aku jadi penasaran..apa maksudnya juga ya? tanya Udin.

Yang ditanya hanya terdiam lalu menggeleng kepala .

"Tau lah Din. Orang kurang kerjaan kali. Atau mungkin wong edan... jawab Yanto asal.

"Kalu orang ... aku ndak begitu takut To...khan bisa kita tangkep ramai2. Masalahnya kalu pelakunya sejenis dedemit…atau SILUuuuman...." mendadak Udin menghentikan omongannya saat mengatakan kata yang terakhir dengan perlahan sekali. Ia menoleh ke segala arah. Yantopun mendadak ikut berdesir dadanya.

Sesaat suasana berubah seperti mencekam. Samar2 hanya terdengar suara dedaunan dan gemeretak pepohonan bambu terkena angin yang tiba-tiba berhembus.

Keduanya sontak terkaget lalu saling pandang satu sama lain. Sesaat mereka terdiam.

"Omong2...nek malem2 kayak gini enak ngapain ya To..?? tanya si Udin sedikit iseng.
Yanto yang ditanya terlihat menguap lalu sambil ngolet (menggeliat tanda ngantuk.red) lalu menjawab agak keras sekenanya,

"sing enak yo ...KENTHU…!

Udin sedikit melotot…"ooo...dasare utekke (otaknya.red) wis mesum yo ngono kuwi.."balasnya sambil melempar bekas gelas mineral hingga mengenai muka si Yanto.

Yang dilempar malah terkekeh. "Lho...Kowe takon...aku mangsuliii...iyo to.."kata si Yanto lagi. (Lho..kamu tanya..aku jawab..iya kan.red).
"Lagian kenthu kuwi kan pancen enaaak….coba tanya-o wae sesuk sama yang baru kawin kayak koncone dewe cilik kae ...si wiguna.
Tak jamin mesthi podo (sama.red) jawabane. Paling sekarang si wiguna lagi ngeloni bojone (meniduri istrinya.red)…"kata si Yanto malas mengakhiri sambil menidurkan tubuhnya terlentang di alas berbahan tikar itu.
Perut buncitnya tampak menonjol melebihi hidungnya yang memang sudah pesek.

Beberapa saat Si Udin diam sejenak lalu mengiyakan.
"Iyo yo...aku juga pengin kawin .."jawab si Udin perlahan lalu menengok ke arah karibnya itu. Dilihatnya Yanto sudah terlelap dalam tidurnya, sebentar kemudian terdengar suara dengkurannya.
Udin pun menggeleng kepala lalu menyenderkan punggungnya ke sudut gardu sambil sesekali ia menguap.

Sementara seiring malam semakin larut. Udara dingin semakin menusuk disertai hembus angin semilir turun dr arah kaki lereng Gunung Anoman tak jauh dari Banyukarep.

========

Agak jauh dr gardu jaga itu. Masih di Desa Banyukarep tampak sebuah titik cahaya dr salah satu sudut pekarangan sebuah rumah sederhana namun berhalaman cukup luas.

Cahaya itu ternyata berasal dari sebuah lampu teko minyak tanah memancarkan cahaya kekuningan yang diletakkan di dalam sebuah sangkar atau kukusan.

Kukusan itu terbuat dr anyaman bambu seperti laiknya sangkar ayam tp lebih kecil. Posisinya tegak mencungkupi sebuah gundukan kecil tanah bertabur kembang setaman.

Bagi mereka yang mengetahui adat istiadat setempat pasti maklum adanya akan asal cahaya di halaman rumah tsb.

Rumah sederhana itu tampak lengang sepertinya si penghuni rumah sdh terlelap dlm tidur panjangnya. Namun apakah demikian.

Di salah satu dinding kamar itu tergantung sebuah foto yang cukup besar. Foto sepasang pria wanita dlm busana pengantin adat. Keduanya tampak tersenyum sambil mengamit telapak tangan masing-masing.

Di foto yang lain seorang wanita muda memakai kerudung menutupi sebagian rambutnya yang panjang tersanggul. Wajahnya yang cukup manis dan tubuh yang montok tampak serasi dengan si pria yang terlihat macho dengan sedikit kumis jambang dan badan yang gempal berisi.



DARWATI

Sementara sepasang celana dalam pria dan wanita teronggok begitu saja di lantai yang berubin gelap. Sementara sebuah bra tampak tersangkut di atas meja.

sshh...aaaahhhh... teruuusss...maaas ...yaahhhh….terdengar suara desah wanita dr atas dipan tempat tidur.

"Ooohhh….mas..wigunaaa...bezzzaaarr.....keraasss….manukmu"....
"Akuuu….seneng...manukmuu...masss
. Darwatiii….tresnooo….cintaaaahh...karo manukmuu...massss!!

Di atas dipan tempat tidur terlihat sepasang suami istri muda yang tadi sore telah melangsungkan upacara kubur ari2. Tak lain Wiguna dan darwati.

Mereka berdua ternyata tengah melangsungkan ritual yang amat vital pentingnya bagi kehidupan manusia.

Persenggamaan !

"Hooohhh….tempikmuuu...uenaaake poolll...Wuk (panggilan istri Jawa red).." desah Wiguna yang tengah menindih tubuh montok istrinya itu.

Ayunan pantatnya yang kekar tampak serasi naik turun menggenjot batang kejantanannya yang kokoh sebesar ketimun keluar masuk menembus lipatan lubang vagina darwati yang berjembut lebat berlelehkan lendir cintanya nan putih kental.

"Wis kanggo lewat jabang bayiiiihh….isih rapeet...pereet..tempikmuu....njepit manukku...hooohhh….haaahhh...desah Wiguna. Kedua tangannya yang kekar meremas bokong montok darwati lalu….

Blessek...sleeep...blesseekk…sleep..
suara batang kemaluannya menghunjam bagai alu yang menumbuk lesung. Penuh tenaga...tanpa ampuun..

Sementara darwati hanya bisa pasrah..ngalah...tak kuasa menolak keperkasaan sang suami.

"Aaakhh...Aahhh...aahhh..ampuun....
maaass…..wigunaaahh…..ampuun...
".oooh….kenthuu…..ooohhh….kenthuu tempikku masss...
"Uenaak tenannn tempikkuu dikenthu nganggo manukmuuu masss....ooohhh...
"Mass Wigunaah...Kenthuuhh akuu sak puasmuuu...masss..."


Darwati mengangkang lebar-lebar supaya batang penis kekar berotot Wiguna leluasa menjajah dan mengaduk-aduk liang nikmatnya yang terkuak dahsyat memperlihatkan sepasang bibir vaginanya yang menggelambir kemerahan dan basah.

Sudah hampir setengah jam mereka bergelut mengadu birahi sampai akhirnya…

"Hohhh….darwatiiihh...istrikuuu...cintakuuh...aku ameh metuu...akuuu...arep croot !
"...ning njerooo...opo ning njoboo wuuk!!!

erang Wiguna terus menggenjot darwati sekarang sambil menciumi leher dan dada istrinya. (Di dalam apa diluar.red).

"Akuuhh...yoo..areeep tekaann masss!!….
di daleemm sajaahh masss...biar enaakk
keluarkann pejuhmuuu yang banyaaak....ning njerooo mas...oooohhhh….
rintih darwati sambil mendongakkan kepala dan menggeleng saat Wiguna menjilat dan menciumi leher jenjangnya yang kuning Langsat.
Tangan kiri meremas kepala suaminya sedang tangan kanannya merengkuh punggung Wiguna.

Mendengar maklumat istrinya. Tak ayal langsung membuat Wiguna bagai kesetanan.
Kedua tapak tangan kekarnya yang terbiasa meladang mencengkram pinggang istrinya yang ramping lalu sedikit tegak ia menarik sedikit penisnya lalu... mengayunkan batang jantannya yang kekar berotot masuk ke liang vagina darwati dengan sekuat tenaganya…berkali-kali...dengan ritme pendek!!!

BLESSEEKK!!!!...SLeepp... BLESSEEKK!!!.. sleeep... BLESSEEKK!!!

darwatipun melolong bagai kuda betina tak kuasa menahan genjotan dahsyat batang suaminya di liang kewanitaannya.

Hingga…

AAAKKHHH….!!!!!
Jerit darwati terdengar....begitu eksotis ...takkala kepala penis Wiguna yang besar bagai jamur mendesak...membongkar labia minornya, menusuk...menyibak labia mayornya...hingga mentok sampai leher rahim….memaksa lorong hangat bergerinjal di dalam vaginanya melebar maksimal untuk dilewati arus aliran mani kewanitaannya yang menyembur dahsyat sampai menyemburat di sela-sela otot batang penis wiguna yang mengakar.

CREET!!!….CREEET!!!….CREEET!!!!

AAAAKKKHHHH.!!!!!..
.
kembali Darwati menjerit untuk yang kesekian kali. Lagi...dan lagi...luar biasa!.

Darwati terkejat-kejat bagai terkena ayan. Kedua belah tangannya terkuak lebar sambil kedua pahanya terkangkang kangkang saat air mani perempuannya menyembur laksana air mancur dr selangkangannya.

Matanya mendelik...mulutnya menganga yang dibarengi tetes air liur mengalir di sudut bibirnya yang ranum.
Sepasang buah dadanya yang sebesar melon membusung keras disertai bokongnya yang bulat dan besar mengejat saat ia mencapai puncak senggama dalam tindihan tubuh kekar Wiguna suaminya.

Sementara wigunapun telah mencapai titik puncak kenikmatannya. Sepersekian detik setelah klimaks darwati...Wiguna melenguh lalu berteriak kencang sembari kedua belah tangannya mencengkram dan menarik bokong besar dan montok darwati.

"Sssshhh…..Darwati..!!!!...
"Akuuu ora tahan!
Aahhh..Darwati.!!!.
aku ora kuat..!!!!...
Aaahhh !!!!...Darwatihh...aku..metuu.!!


………....CROOOTTT..!!!!

seiring lolong kenikmatan keluar dr mulut Wiguna bersamaan segumpal sperma Wiguna meletus dahsyat keluar dr bonggol kepala penisnya yang terjepit dinding nikmat liang vagina liat darwati. Lalu diikuti gumpalan2 berikutnya bertubi-tubi...

Pantat Wiguna tersentak-sentak mengejat-ngejat saat ia mengeluarkan berjuta-juta benih jantannya membuahi rahim darwati di sertai rasa geli-geli nikmat yang tak terlukiskan.

CROOOTTT…!!! ARRGGHH!!!! CROOOT!!....Nikmaaattt.!!!....

....lagi….dan lagi.


Beberapa lama setelahnya...

"Mas, kalu aku hamil lagi gimana dengan dia mas …?? kata Darwati lirih lalu mengerling ke arah keranjang bayi berkelambu di sudut kamarnya.

Wiguna tersenyum mendengarnya lalu memeluk mesra istrinya yang terkulai lemas dalam dekapannya telanjang tanpa busana dr balik selimutnya.

"Ra popo...Wuk. Justru dia akan dapet adik lagi bwt konco dolan dia kalu besar nanti…"sahut Wiguna mesra.
"Sudahlah rak usah mbok pikirke. Lagian itu semua tergantung restune Gusti Kang Kuoso. Nek di paringi yo ditompo. Nek hurung berarti belum waktunya. Saiki lebih baik kita tidur..."sahutnya menutup pembicaraan.
(Kalu diberi kita terima..kalu belum berarti belum waktunya.red)

Beberapa saat kemudian terdengar desah nafas Wiguna yang tertidur karena kelelahan. Darwatipun sebenarnya juga merasa sangat lelah dan ngantuk setelah bersenggama begitu dahsyat bersama suaminya tercinta.

Tapi ada sesuatu di dalam hatinya yang membuatnya tetap terjaga. Firasatnya sebagai seorang ibu menyatakan ada sesuatu di luar sana yang mengancam keluarga nya terutama ...buah hatinya.

Sejenak ia beringsut dr tidurnya. Diliatnya suaminya betul betul sudah kepati (tidak sadar.red) dalam tidurnya. Ia mendongak dan diliatnya jam sdh menunjukkan hampir pukul 1 dinihari. Ia melangkah turun dr ranjang lalu meraih daster di samping tempat tidurnya sambil mendekap dada krn dingin malam yg merasuk ke setiap sudut dalam rumah.

Di hampirinya box bayi di sudut ruang lalu dibukalah tirai warna putihnya. Seketika tersungging dr bibirnya begitu melihat seraut wajah imut yg tertidur pulas. Hatinya agak tenang.. kemudian ia menutup kembali kelambu itu.

Sebelum melangkah kembali ke pembaringan...entah kenapa ia ingin membuka korden jendela kamarnya yang mengarah langsung ke halaman serambi rumah. Ia lalu membuka tirai jendela.

Pandangannya menyapu di serambi rumahnya yang tidak terlampau luas meski temaram lampu sedikit mengganggunya.

Sorot matanya akhirnya terantuk pada gundukan kuburan ari2 buah hatinya yang ditanam bersama-sama suaminya td sore di ujung halaman. Ia tersenyum lega lalu menutup kembali tirai jendela kamarnya untuk kemudian terlelap dlm mimpi. Ia tak sadar sejak tadi sepasang mata bersinar hijau dr balik gelap mengawasinya dr kejauhan.

Hanya terpaut beberapa detik setelah darwati menutup korden. Sesuatu bergerak diantara rimbun semak dan dahan di sudut luar pekarangan darwati.

Dr baliknya muncul sosok gelap berbulu yg semula meringkuk di antara rimbun semak dan batang pepohonan melangkah perlahan. Sepasang matanya menyorot tajam ke arah pekarangan rumah darwati. Mata yang memancarkan sinar berwarna kehijauan. Yang pasti pemilik mata itu bukanlah manusia..!

Sebenarnya sudah sejak tadi sepasang mata yang terlihat aneh dan menyeramkan itu mengawasi setiap sudut rumah. Sampai akhirnya pandang matanya menimpa sebuah cahaya redup yang berasal dr kuburan ari2 bayi darwati.

Beberapa saat ia menatap tanpa berkesip lalu mulutnya menyeringai memperlihatkan sebaris gigi2 tajam dan runcing disusul terdengar suara dengusan dr hidungnya yang kembang kempis dan berlendir.



Seiring dengusan dan geraman halus mahluk itu perlahan tiba-tiba muncul pedut (kabut.red) yang semakin banyak samar mengitari dan menutupi pekarangan darwati sampai sekitarnya.

Sosok mahluk lalu melompat ke dalam pekarangan darwati. Sinar lampu rumah yang temaram sedikit menampakkan wujud sejatinya. Sesosok mahluk mirip anjing tanpa bulu dengan kulit berwarna hitam kemerahan. Anjing itu mengendus kudusan/keranjang penutup kuburan lalu digoyang goyangkan makin lama makin kerass...dan ….teekkk!

Kudusan terguling. Terlihatlah gundukan makam ari2 bayi Darwati tanpa penghalang. Sebentar anjing itu kembali mengendus tepat di atas gundukan sepertinya ada yg dia cari.

Tak lama kemudian ia menggeram halus...lalu dengan secepat kilat sepasang kaki yang berkuku tajam itu mengais, mencabik, mengacak ngacak ...menggali tanah gundukan itu.

Sampai akhirnya...dia menyorongkan moncongnya ke bawah. Seiring kepalanya yang terangkat keatas terlihat giginya yang tajam mencengkram sebuah buntalan putih kecil berbahan kain mori yang terlihat lusuh dan memunculkan aroma tidak sedap menyeruak.

Anjing itu sesaat terdiam. Lalu menoleh sebentar menatap ke rumah darwati dan bersamaan suara dengusan kerasnya ia melompat ke luar !!!

Sebentar kelebat sosoknya sdh hilang ditelan remang malam yang semakin merangkak larut. Kabutpun mulai berangsur lenyap ...lalu hilang tak berbekas.

=====

Jam dinding di dalam gardu jaga sudah menunjukkan pukul 1 lebih 30 menit dinihari.

"Heh...bangun to…!! sudah jam 1 lewat !! Blaik…!!! Si Udin bergegas membangunkan Yanto yang kemudian segera ngglegah (beringsut.red).

"Wah...aseeem...keturon aku...!! (ketiduran.red)...jawab Yanto.

Mereka berdua langsung turun dr atas kemudian terburu-buru merapikan celana dan sarungnya.

Keduanya berjalan pelan sambil sedikit meringkuk menahan dinginnya malam. Selarik sinar dr lampu senter yang mereka bawa seolah kepayahan membelah gelap.

"Aneh..tadi sempat ada kabut turun. Sekarang kok tiba-tiba ilang yo Din.."kata Yanto.

"Aku yo ngerasa aneh..To. Seingatku ndak pernah ada kabut di sini. Nek adapun wis suwe banget. Jaman aku isih cilik…"sahut Udin.

"Opo kuwi mau pedut jadi jadian yo..??….balas Yanto sedikit ragu.

"Ssshh...rak usah nakut nakuti. Wis terus wae. Di depan ada simpangan gang. Nah di pojok kae rumahe si wiguno. Moga-moga di sana kita mendapat petunjuk.." si Udin segera mengamit keras gagang senternya. Sementara tangan kanan memegang erat pentungan satpam di pinggangnya.

Sebentar kemudian ..sampailah mereka di halaman muka rumah wiguna. Mereka mengamati sejenak.
Yanto tampak celingukan seperti ada yang dicarinya. Lalu dilihatnya kudusan diatas makam ari2 bayi wiguna tersampir dlm kondisi terbalik.

"Lah...kudusan ari2 anake si wiguna kok peteng ya. Mestinya khan terang ...Yanto keheranan rada takut.

Udin menoleh ke arah yg sama seperti Yanto. Seketika spontan mereka lalu berpandangan

"Gek...gek.."....(jangan-jangan.red)
Udin dan Yanto langsung terburu buru masuk ke pekarangan Wiguna.

Sesaat setelah sampai..mereka terhenyak. Perasaan mereka campur aduk. Antara ketakutan dan heran.

"Kub..kuburan...kuburan..ari ari-ne dibongkar...maaall...maliiiingg..!! Yanto tergagap sambil menunjuk ke arah bekas makam yang terbengkalai berantakan.

Kembang setaman dan ubo rampe lainnya bertebaran. Tanah terbongkar dalam...dan meninggalkan aroma aneh...aroma yang tidak enak.

Dukkk...duukkk..dukkk!!!

Suara ketukan terdengar semakin keras menggedor pintu rumah wiguna. Tak lama kemudian pintu terbuka. Terlihat Wiguna hanya memakai sarung dan kaos singlet...mengucek matanya.

"Ohm...pak jaya…!?? Ada apa pak malam2 begini mengetuk rumah sy pak…? Tanya Wiguna heran. Darwati terlihat menyusul dibelakangnya sambil merapikan dasternya.

"Ada hal penting sekali yang ingin kusampaikan padamu nak Wiguna. Ayo ikut aku..kau juga Darwati…"ajak pak jaya tanpa basa basi.

Darwati sesaat memandang keheranan. Suami istri itu saling berpandangan. Lalu sebentar kemudian mengikuti langkah pak jaya dibelakangnya.

Mereka berdua menuju ke sisi kanan pintu dimana terdapat makam ari2 bayi mungil mereka. Diliatnya ada kira2 lima orang disana.

Tubuh Wiguna dan darwati bergetar menahan goncangan perasaannya yang berkecamuk dahsyat manakala melihat dengan mata kepala sendiri keadaan makam ari2 milik buah hatinya yg baru sore tadi di upacarakan.

Matanya mendelik seraya bersimpuh di depan makam yang berantakan tidak karuan. Kosong...tak nampak sedikitpun bungkusan ari2 kecuali secuil sobekan kain mori pembungkusnya.

"Duh.. Gusti….bencana apa yang akan menimpa keluargaku"….kata Wiguna bergetar lirih
sementara darwati memeluk erat tubuh suaminya...air matanya berderai membasahi pipinya…

"Mas Wiguna….an..annak kitaaa...aaakhh.."
Darwati terkulai lemas dan jatuh pingsan.

"Cepat panggil pak mantri !! ...yang laen telpon polisi…!!..terdengar keras suara pak jaya.

=======

Pukul 2 dinihari

Sekelebat bayangan melesat membelah malam. Semakin cepat sosok itu melesat berlari menyusuri tepi jalan yang mengarah ke desa Banyumili.

Sosok yang mirip anjing itu berlari cepat nyaris seperti tidak menapak tanah sambil menggigit sebuah bungkusan kain kecil dimoncongnya.

Tak jauh di depan persimpangan jalan. Satu sosok pengendara motor dengan tas rombong di kanan kirinya melaju gontai.

"Aku bingung kok iso mejuh yo…??..perasaan aku mung dhelok mbak-e kae tok terus….seperti maksleep. Aku rak kelingan opo2. Jebul aku wis ngecroot...gumun aku…" kata si driver yang ternyata adalah pak kurir.
Ia terus melajukan motor bututnya tanpa sadar nyaris berbenturan dengan sosok hitam yang melesat tepat di depan motornya.

CCiiiiieeet!!!…

"Asuuu...heh!!…"sumpah serapah keluar dr bibirnya.
"Dasar kirik..!!!…(anjing.red)..."makinya sesaat ia melihat sosok hitam berbulu yang hampir ditabraknya.

Sebentar ia menghentikan motornya sembari tangannya turun menggapai mengamit sebuah batu sebesar kepalan tangan. Lalu dengan keras dilemparnya ke arah hewan itu.

Buuukkk!!!!
Terdengar keras saat batu itu mengenai kepala anjing itu

"Syukur...rasakno..kowe. pecah ndasmu. Modaroo sisan..…!! kutuknya.
(Rasain..pecah kepalamu..sekalian matilah.red).

Si kurir tampak puas tembakannya mengenai sasaran. Namun sebntar ia terkejut… dadanya terkesiap jantungnya seolah berhenti berdetak. Diliatnya si anjing menoleh ke arahnya dengan sorot sinar mata angker kehijauan. Tubuhnya seolah membesar lalu...menyeringai memperlihatkan sebaris gigi taringnya yang sangar laksana gergaji kemudian mengambil ancang-ancang ke arah si kurir.

"AAAKKHHH...!!
si kurir yang ketakutan sampai ke ubun-ubun...buru2 menarik gas motornya untuk kemudian terbirit-birit pergi sambil sempoyongan ke sana kemari. Untung hewan buas itu tidak mengejar nya.

Anjing itu mendongak lalu moncongnya mendengus ke udara. Sebelum akhirnya berlari kembali dengan cepat bagai angin ke arah utara. Tepatnya ke arah Perbukitan Alastua.

=====

Di dalam sebuah gua di lereng timur Bukit Alastua. Sosok anjing tadi tampak duduk terpekur di depan satu sosok laki-laki yang terdiam dlm posisi bersimpuh sujud menghadap tanah.
Di dekatnya tergeletak bungkusan kain mori berisi ari2 atau plasenta bayi wiguna darwati.

Tak lama kemudian segumpal asap hitam muncul di sekitar tubuh si anjing terus semakin tebal sampai sosoknya tidak kelihatan.

Lalu...sreett...dr balik asap muncul seberkas titik sinar sebesar kelereng berwarna kehijauan melesat lalu masuk kedalam sosok manusia yang bersimpuh tadi.

Tubuh si lelaki tampak bergerak-gerak. Perlahan bahu dan kepalanya terangkat sempurna. Samar dalam pekatnya gua tampak wajah lelaki berusia paruh baya dengan tulang alis menonjol serta rahang yang kokoh. Wajah yang tampak dingin itu terdiam. Lalu….

"Haaahhh….
desah halus keluar dr bibirnya seiring kedua tangannya yang bersedekap turun lalu bertumpu di lututnya yang menekuk bersila.

Sepasang matanya yang terpejam perlahan terbuka.

"Hampir 17 tahun telah berlalu. Tinggal tiga purnama lagi maka ilmu Semar Mendhut telah sempurna kukuasai. Setelah itu aku bisa melakukan segalanya.
"Tapi…..saat itu pula aku harus merelakan anakku. Apakah...hanya demi ini kau harus kukorbankan nduk...."lirih suara si pria terdengar begitu pedih seakan menyayat hati bagai sembilu. (Panggilan anak perempuan -jawa.red)

Lama ia membisu…tanpa sadar setitik air bening jatuh bergulir dr kedua sudut matanya yang sembab.

Sementara di sekeliling dalam goa tak nampak sosok anjing yang tadi ada bersamanya

"Ayah sangat menyayangimu ndukk…"
terdengar halus suara sang lelaki lagi sembari jari tangannya menarik sebuah kalung yg melingkar di lehernya dr balik bajunya.

Dibukanya mata kalung berbentuk bundar terbuat dr perak itu. Tampak mengkilap tertimpa cahaya lilin. Sebuah foto kecil bocah perempuan tertera di dalamnya sambil tersenyum melambaikan tangan.

Lama ia memandang sambil jemarinya mengusap-ngusap lembut foto bocah perempuan itu.
"ayah...ayah....tidak mau….harus kehilanganmu...sayang.
"Lebih baik ayah yang mati daripada harus melihatmu berkorban demi ayah.."
"Karena ayah sangat menyayangimu sayang…
"...anakku…..Mawar Sembilu…" ucapnya lirih lalu mengecup lembut foto anak perempuan tersebut.

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd