Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

Bimabet
Akhirnya ada kejelasan Ditunggu aksi para pegawai terpilih selanjutnya, suhu. :jempol:
 
CHAPTER 33: PEKERJA BARU


Nabilah hanya diam melewati Veranda sekeluarnya mereka dari lift di lantai kantor. Kejadian kemarin menyisakan hubungan yang dingin di antara mereka. Pun begitu saat Veranda berpapasan dengan Yona. Niat menyapa Veranda hilang saat Yona melengos membuang muka. Hanya Riskha saja yang masih menyapanya hangat saat bertemu.

“Hai Kak Ve. Tadi kok ga sarapan?”

“Ng- lagi ga selera, Kha. Hehe.”

“Tumben Kak. Kenapa? Masih Nabilah?”

Veranda terdiam saat ditanya seperti itu. Dia benar-benar tidak ingin membicarakan hal itu sekarang. Namun hanya Riskha yang sekarang, dan selalu, menjadi tempat curhatnya. Mau tak mau Veranda akhirnya menceritakan kejadian kemarin ke Riskha, dan diakhiri dengan hembusan nafas panjang.

“Udah Kak ga usah terlalu dipikirin. Kayak aku bilang, ntar pasti kembali baik kok. Mungkin sekarang masing-masing perlu waktu sendiri.”

“Iya ya, Kha.” Veranda berujar pasrah. “Makasih yah kamu selalu mau dengerin curhat aku.”

“My pleasure, kak Ve cantik.” Senyum Riskha pagi itu sedikit membantu Veranda mendapatkan kembali moodnya.

Tring! Ponsel Veranda dan Riskha sama-sama bergetar. Pasti notif chat dari grup Pegawai Terpilih. Masing-masing langsung membuka ponselnya.

[MELODY] Semua berkumpul di Ruang Rapat. Sekarang. Thx.

***

Kursi ruang rapat dengan cepat diisi oleh para Pegawai Terpilih namun tetap dalam suasana tenang. Setelah Melody memastikan semuanya sudah siap untuk mendengarkan, dia memulai pertemuan,

“Selamat pagi semuanya. Mungkin rapat ini mendadak bagi kalian, dan saya juga sebenarnya. Alasan saya mengumpulkan kalian disini, karena kita kembali menerima pegawai baru. Lebih tepatnya pekerja lapangan.”

Sepanjang Veranda bekerja di Valkyrie Management, baru dua kali dia menghadiri rapat pengenalan pegawai baru.

“Dan kali ini agak spesial, karena pertama, ada tiga sekaligus yang diterima. Dan kedua, ketiga pekerja lapangan ini adalah langsung dari rekomendasi Bang Simon yang sudah melewati tes dan wawancara. Mengapa rekomendasi? Karena ketiga pekerja lapangan ini adalah saudara jauh Bang Simon yang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.”

Layar LCD berukuran 50 inci menyala dan langsung menampakkan video saat ketiga pegawai baru menjalani wawancara oleh Om Minmon dan Bos Titan. Tampak tiga orang pria paruh baya sedang duduk tegak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Om Minmon dan Bos Titan yang duduk santai di seberang meja. Melody menghentikan video kemudian melanjutkan,

“Ketiga pekerja lapangan ini, dari kiri ke kanan, adalah Pak John, Pak Purnama atau yang katanya biasa dipanggil Pak Pur, dan yang terakhir Pak Toni. Walaupun sudah diterima, mereka akan menjalani training tiga bulan sebelum akhirnya nanti resmi menjadi pekerja lapangan di Valkyrie. Pak John akan menempati tenaga tambahan driver di ekspedisi material namun tidak menutup kemungkinan membantu operasional lain, Pak Pur untuk sementara ini akan menjalani tenaga kebersihan dan Pak Toni ikut dalam tim keamanan internal. Mereka akan langsung diawasi oleh Bang Simon. Nah, jadi kalau kalian nanti bertemu di bawah, jangan lupa beri salam dan berkenalan dengan mereka. Tunjukkan sikap seorang petinggi Valkyrie Management. Mengerti ya semuanya. Ada yang mau bertanya?”

Pak John menempati posisi driver, yang berarti berkoordinasi denganku, batin Veranda. Sekali lagi dia memandang ketiga pekerja baru itu. Wajah berparas keras yang khas, badan yang tergolong tegap dan kulit sawo matang yang ditutup dengan kemeja rapi.

“Mel izin bertanya, untuk Pak John apakah semua job desknya sudah ada yang memberitahu? Soalnya Pak John nantinya kemungkinan akan bersinggungan dengan laporan saya di Administrasi.” Ayana bertanya.

“Nah untuk itu sudah saya perintahkan ke Pak Dirman selaku koordinator pool kendaraan. Dan masing-masing sudah menerima arahan untuk pekerjaannya. Ada lagi?”

Setelah memastikan tidak ada lagi yang bertanya, Melody menutup rapat tersebut. Para Pegawai Terpilih keluar ruangan untuk kembali ke meja masing-masing. Di perjalanan Gracia berbisik ke Naomi dan tidak sengaja didengar Veranda,

“Kok aku ngerasa agak serem-serem ya pekerja yang baru ini.”

“Iya aku juga mikir gitu. Tapi ntar pasti terbiasa kok, apalagi mereka diawasi sama Bang Simon.”

“Ya bagus lah. Semoga deh mereka emang orang baik.”

“Hush kok kamu ngomongnya gitu.”

“Iya karena aku ntah kenapa kurang nyaman aja pas ngeliat mereka di layar tadi.”

Sejujurnya, Veranda juga merasakan hal yang sama.

***

“Ya saya juga kaget pas tau mereka udah di Jakarta. Tiba-tiba datang ke rumah bilang mau cari kerja. Saya tidak tau lagi mau carikan kemana, taunya cuma Valkyrie. Yasudah saya beritahu dua Bos-mu. Untung mereka mau beri kesempatan.”

“Bang… Maaf ya, tapi mereka seperti Bang Simon kan? Maksudnya… memang orang baik?” Ayana berkata hati-hati, khawatir menyakiti hati Bang Simon. Namun Bang Simon justru tertawa.

“Hahahaha! Tenang saja, Nona. Walaupun saudara jauh, saya masih tau mereka pu watak. Dan mereka bertiga langsung dibawah pengawasan saya.”

“Hehe maaf ya Bang Simon.” Ayana jadi tidak enak sendiri. Yona menyenggolnya pelan sambil mengikik.

“Tidak apa-apa, Nona. Wajar kok itu. Semoga mereka juga bisa cepat beradaptasi dengan Valkyrie. Oh iya Bang Simon permisi dulu ya, tadi ada tugas ngawasin barang masuk di basement sehabis jam makan siang. Nona juga cepat habiskan makan siangnya, ini udah hampir jam satu.”

“Oke Om, bye.”

***

Veranda yang dari tadi duduk tegak di depan komputernya, akhirnya bisa bersandar lega di kursinya. Tugasnya yang harus selesai hari itu juga akhirnya beres. Tinggal diserahkan ke bagian Keuangan. Veranda melihat sekelilingnya, menyadari kantor sudah lengang karena hampir semua pegawai sudah pulang. Veranda beranjak menuju bagian Keuangan, tidak menyadari seorang pria paruh baya sudah berdiri di samping Veranda.

“Maaf, Mbak. Mbak Veranda ya?”

“Eh, si- oh, eh bapak Pak Purnama ya? Saya kaget tiba-tiba bapak muncul.”

“Waduh maaf Mbak. Iya saya ditugaskan membereskan gelas-gelas di meja pegawai. Benar saya Purnama, Mbak. Tapi biasanya dipanggil Pur. Panggil Pur saja, Mbak.” Pak Pur berkata sopan.

“Oh gitu, Pak Pur. Kalo gitu saya ngantar berkas ini dulu ya Pak.”

“Oh iya Mbak, saya bisa antarkan kok. Supaya sekalian saya hapal ruangan di kantor ini. Soalnya gedung sebesar ini saya susah hapalnya hehe.”

“Oh kalo gitu dari sini bapak jalan sampe ujung, nah ntar kan ketemu dispenser, nah bapak ke kanan, ada pintu besar yang ada tulisannya Keuangan. Taruh aja di meja kiri yang ada papan nama Tedy. Bisa kan, Pak Pur?”

“Siap, bisa Mbak. Saya ingat.”

“Pak Pur terima kasih banyak ya.”

Veranda memandangi Pak Pur yang berlalu menghilang dari balik lorong. Sambil membereskan tasnya, Veranda pun juga berlalu untuk kembali ke kamarnya.

***
 
CHAPTER 34: CEROBOH

KUBU MELODY

KUBU MASA BODO

KUBU VERANDA

KUBU NABILAH

Suasana di ruang makan pagi itu belum juga menunjukkan tanda-tanda hubungan akan membaik. Bahkan sekarang terkesan ada kubu masing-masing. Melody bersama Yona dan Saktia. Veranda selalu dekat dengan Riskha. Naomi, Ayana dan Gracia mengambil sikap masa bodo dengan perselisihan ini. Dan Nabilah bersama kesendiriannya.

Ponsel Veranda berbunyi tanda notifikasi pesan singkat muncul. Veranda yang tadinya ingin menghabiskan sarapannya dulu, jadi menghentikan kunyahnya saat melihat nama pengirim dan pesannya.

[Tedy Alamsyah] Selamat pagi mbak Ve. Mau tanya mbak, apa laporan barangnya sudah selesai? Karena pagi ini saya mau proses ke bagian Anggaran. Trims.

***

Veranda dengan cepat memandang sekitar di ruangan besar kantor, mencari seorang pria yang kemarin sore ditugaskan hanya untuk mengantar berkas. Sedikit rasa kesal menggelayut di hatinya.

“Ndre, kamu liat Pak Pur ga?”

“Oh yang baru itu ya? Tadi aku liat di pantri. Oh iya, Pak Pur juga nyariin kamu, Ve. Eh emang ad-“

“Oke thanks ya, Ndre.” Veranda langsung lekas menuju pantri. Belum beberapa langkah, Pak Pur terlihat tergopoh-gopoh mendatangi Veranda dengan muka khawatir. Kebetulan, Tedy melihat mereka dan mendekat.

“Pak, kemaren Pak Pur jadi naruh berkasnya ga?”

“Mbak maaf Mbak,” Mendengar kata maaf, Veranda langsung merasa ada yang tidak beres, ”kemaren pas saya mau ke ruangan Keuangan, saya diminta tolong Bu Asih jilid laporan. Karena saya ga enak nolak, saya bantu Bu Asih dulu, Mbak. Pas saya udah selesai, saya lupa jalan ke arah mana dan namanya siapa. Jadi saya simpan dulu supaya pagi ini saya serahkan ke Mbak. Tapi-“ Pak Pur tidak berani melanjutkan dan bahkan tidak berani menatap wajah Veranda.

“Jadi bapak taruh dimana?” Veranda tidak sabar mendengar akhir cerita Pak Pur.

“D-di situ, Mbak,” Pak Pur menunjuk ke meja panjang samping koridor, ”ta-tapi pagi ini saya lihat, udah ga ada, Mb-mbak.”

Badmood tentu bukan jadi pilihan yang bagus untuk mengawali pagi. Namun Veranda tidak bisa membuang kesalnya. Untung Tedy yang juga mendengar kronologisnya, langsung menengahi.

“Mbak Ve, Mbak, masih punya file excel-nya kan ya? Minta tolong emailkan aja Mbak, biar aku yang langsung print dan kasi ke orang Anggaran. Gapapa kok Mbak, Pak Pur mungkin belum hapal ruangan disini. Gapapa Pak Pur, tapi lain kali lebih hati-hati ya.”

“B-baik, Mas. Mas maaf ya. Saya benar-benar tidak sengaja. Mbak, maaf ya.” Melihat kesungguhan Pak Pur, mau tak mau Veranda juga menyudahi sedikit masalah pagi ini.

***
THE CHOSENS
Group Info | Media | Leave Group

[Melody] Girls, aku lagi di Sky Mall nih. Ada yang mau nitip beli ga?

[Ayana] Ih kak Mel mah gitu, jln2 ga ajak

[Yona] Cuktaw.

[Melody] Heehh ini juga karena tadi rapat di Tangerang. Udaah cepetan ada yang mau nitip ga?

[Melody] Perlu aku mention nih satu2?

[Naomi] Meell nitip parfum boleh? :D:p

[Melody] Maksud gue ada yang mau nitip yang remeh2 gitu kayak snack atau apa, bukan nitip BELIIN KADO:bata:

[Melody] Ga sekalian blazer dan rok Bu?? :D bikin ngakak aja

[Naomi] Kwkwkwkw maafkeun jeng. Kebetulan lagi abis nih parfum aku

[Melody] Ywd gpp. Dior Blooming kan ya.

[Melody] ?

[Naomi] Kalo lo cowo udah gue pacarin kali ya Mel. Tau bgt deh kesukaan gue:tepuktangan:

[Melody] Aku itung sepuluh kalo ga ada berarti ga ada lagi yang nitip ya

[Riskha] Kak mel kak mel

[Riskha] Tolong beliin Onigiri ga? Di swalayan bawah belom nyetok dari kemaren2

[Gracia] Mbak mel aku juggaaa

[Yona] Mel aku juga dong hehe!

[Saktia] Kak mel yang cantik dan baik hati aku juga boleh ya

[Melody] KALO GINI BARU KELUAR YA LO PADA :nohope::nohope::nohope:

[Melody] Udah ini aja? Ay? Kha? Ve? Bil?

[Nabilah] Tidak ada kak Mel. Thanks Kak


Veranda memandang rentetan chat yang sedari tadi ramai memenuhi notifikasinya. Nanya sekedar formalitas ya Mel? Veranda membatin. Jarinya menekan tombol samping ponsel kemudian meletakkannya di meja.

***

Dengan tangan yang penuh dengan tentengan barang titipan Pegawai Terpilih lain, Melody keluar dari loby Sky Mall dan menyusuri koridor. Pak Syafi’i sudah menunggu di ujung koridor. Saat melewati restoran cepat saji, Melody melihat tiga orang yang familiar namun belum terlalu dikenalnya. Saat mendengar suara mereka, Melody yakin ketiga pria ini adalah para pekerja baru di kantornya.

“Aduuhh kau itu tolol sekali. Makanya kalo makan itu tenang saja. Ketauan sekali kau ini tidak pernah makan macam gini.”

“Maaf, maaf, John. Aku tadi mau ambil itu sambal. Tidak sengaja sengol kau punya minum. Yasudah ini minuman es nya kita bagi dua saja ya?”

“Halahh kau ini yasudah kita makan aja dulu. Udah bagus2 dikasi duit sama Simon kok jadi sial begini.”

“Yasudah lah John nanti kamu bisa ambil minuman es ku juga.”

Melody yang mendengar perbincangan itu kemudian mendekat. Sementara di dekat kaki meja satu gelas minuman soda sudah meleber mengenai kaki mereka. Namun tampaknya hal itu tidak mengganggu mereka menikmati makanan cepat saji yang mungkin baru pertama kali mereka rasakan.

“Pak John. Pak Pur. Pak Toni.”

“E-eh, Mbak. Mbak.. Mb-mbak..” Mereka ingin menyapa namun tidak mengingat nama atasan baru mereka. Pak John, Pak Pur dan Pak Toni saling menyenggol memaksa satu sama lain untuk menyebut nama wanita cantik di depan mereka.

“Mb-mbak Yo-yona, ya?” Pak Toni mencoba peruntungannya.

“Hehe bukan, Pak.” Jawab Melody yang langsung membuat mereka menunduk malu.

“Saya Melody, Pak.”

“Oo iya betul, Mbak Melody. Saya tadi mau bilang Mbak Melody tapi teman saya ini memang kadang sok tau. Maafkan ya Mbak.” Jawab Pak John cepat sambil perutnya disikut Pak Toni.

“Mbak Melody sudah makan kah? Mari sini makan, Mbak.”

“Hush kamu ini sopan sedikit.” bisik Pak Pur.

“Hehe terima kasih Pak saya sudah makan. Saya juga agak repot bawa ini. Tapi sebentar ya Pak,” Melody meninggalkan mereka yang bingung dan berjalan menuju kasir.

“Mbak, untuk meja yang di luar, tolong tambah tiga Paket Combo Super dan Fresh Orange Juice ya. Ini uangnya.”

Melody kembali ke trio pekerja baru dan memohon diri, ”Pak John, Pak Pur, Pak Toni, maaf ya saya ga bisa makan bareng, lain kali ya Pak. Soalnya lagi ada kerjaan lagi di kantor. Mari Pak.”

“Iya, Bu. Oh iya Bu! Saya bantu angkat belanjaannya ya?” Pak Toni berinisiatif dan sudah berdiri, namun Melody dengan cepat membalas,

“Tidak usah Pak, saya bisa kok, ini udah dekat mobil.”

Kepergian Melody diganti dengan kedatangan tiga paket ayam dan jus jeruk segar yang mereka lihat dan idamkan saat tadi antri di kasir, namun apa daya uang yang mereka bawa tidak cukup.

“Astagaa baik sekali Nona itu. Memang ini rezekinya karena minummu aku senggol.”

“Ah sok tau kamu. Aduh mama, aku bisa kenyang malam ini.”

“Heh! Ngana pu tangan kalo masih tidak bisa dikontrol saya siram pake ini minuman es.”

Riuhnya celotehan mereka masih terdengar samar oleh Melody, yang sambil tersenyum masuk ke mobilnya. Yang tak terdengarnya adalah percakapan mereka setelah itu.

“Nona itu sudah baik, pintar, cantik lagi. Di kampung kita kenapa tidak ada wanita sempurna kayak gitu.”

“Apalagi dia punya badan pasti mantap sekali itu. Aduh enak sekali kalo dientot itu hahaha.”

“Hush kau ini ngomong apa.”

“Halah udah bertiga gini kau masih aja sok baik. Aku tau kontolmu itu sudah lama tidak dimanjakan hahaha.”

“Hahaha diam kau. Aku juga udah liat dari hari pertama, cewe-cewe di kantor ini bikin tegang semua. Kalo ada kesempatan, mungkin kita bisa cicip mereka.”

“Hahaha.”

***
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 35: DOOMSDAY (1)
Belum habis-habisnya kekaguman Saktia setiap dia memasuki kawasan kompleks The Platina Pavilion. Kompleks yang benar-benar menunjukkan level yang berbeda dari semua perumahan seantero Ibukota. Perumahan yang membuat rakyat ekonomi menengah ke bawah bahkan tidak berani bermimpi untuk memiliki properti di sana. Saktia dibuat kagum oleh deretan rumah megah dan lingkungan yang tertata asri. Dia terkadang merasa seperti tidak berada di Indonesia.

Setelah sampai di rumah Bos-nya, Saktia langsung menuju kamar utama. Dengan pelan dia mengetuk tiga kali dan dari dalam terdengar jawaban,

“Masuk.”

Tampak Shania duduk di kursi malasnya yang nyaman. Tungkainya yang indah dan mulus bertumpu pada tangan kursi yang empuk. Shania sedikitpun tidak menoleh ke arah Saktia yang mendekatinya. Perhatiannya terpusat pada lembaran kertas yang dipegang. Semua sudah sesuai keinginannya.

“Siang Bos. Ada berita gembira nih Bos. Tim pengacara tambahan sudah setuju dengan proposal yang kita ajukan. Mereka kini sedang bersiap menyusun materi untuk kemungkinan di pengadilan.”

“Hmm bagus.” Shania acuh tak acuh menjawab. Itu memang sudah sesuai dengan prediksinya.

“Kemudian Bos, untuk narasi kesaksian Tania Dara, dia sudah menguasainya. Timingnya sudah ditetapkan kapan. Pastinya akan mendukung proses takeover.”

“Hmm oke bagus.”

“Dan sekarang, ada yang saya ingin usulkan ke Bos Shania,” Saktia tersenyum misterius. Dan berhasil. Shania kini mengalihkan pandangannya ke apa yang sedang dipegang Saktia.

“Jadi,” Saktia berbisik pelan, “beberapa hari lalu Bos bilang sepertinya kita perlu mata-mata tambahan kan?”

***

Veranda tahu Melody sangat membencinya saat ini. Veranda juga tahu betapa rumitnya hubungan mereka saat ini. Dan Veranda juga tahu, rasa kesalnya ke Melody dan yang lain tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Namun kalau sudah masalah orgasme, Veranda tidak mau diintimidasi seperti ini.

Satu jam berlalu, Veranda dibuat orgasme berkali-kali oleh Melody. Kenikmatan dalam tubuh Veranda dibuat naik turun oleh permainan Melody. Jilatan, jepitan, ciuman dan sentuhan penuh pengalaman dari Melody memanjakan Veranda begitu nikmat. Sementara Veranda, jangankan membalas, di menit pertamapun sudah tak mampu melawan gerayangan Melody yang pasti lebih berpengalaman darinya.

Nafsu berahi mereka sedikitpun tidak menurun. Keringat mengucur dari kulit mereka. Udara sedikit gerah karena Bos Titan memang sengaja tidak menghidupkan pendingin kamarnya. Kini seprei merah marun di tempat tidur Bos Titan sudah basah di beberapa tempat.


“Nggghh brrengseekk kamu Meell arrghhh..!” Untuk kesekian kalinya cipratan air bening menyembur wajah Melody yang tengah menyedot klitorisnya. Tidak sedikitpun cairan squirting Veranda luput dari hisapannya.

Namun bukan Veranda namanya kalau hanya bisa pasrah. Dia merasa sudah waktunya untuk melawan. Tidak mungkin Veranda terus disiksa oleh kenikmatan berahi ini.

Veranda beranjak duduk dan kemudian meraih lengan Melody yang tertumpu di pahanya. Melody terkejut melihat manuver Veranda yang kini mengangkat tubuhnya sehingga menimpa tubuh Veranda. Dengan cepat Veranda menjepit dan menarik kasar puting payudara Melody. Melody mengerang geli. Veranda merebahkan tubuh Melody di sampingnya kemudian meraih dildo merah yang terletak di permadani bawah ranjang.

Tanpa membiarkan Melody bergerak lebih jauh, Veranda dengan cepat membenamkan penis silikon itu ke vaginanya. Jleb! Melody kembali mengerang nikmat. Sementara jari Veranda bergerilya menggesek klitoris Melody. Melody menggelinjang menahan geli nan nikmat di sekujur tubuhnya. Bulu kuduknya meremang. Ayo brengsek! Ayo puaskan aku gadis kampung! Melody menyergah dalam hati.

Namun kini Veranda tidak merasakan lagi kenikmatan itu. Dia ingin lagi. Dia kembali haus berahi. Veranda melangkahi wajah Melody dan mengarahkan selangkangannya ke wajah Melody. Melody yang sedang menutup mata menikmati jalan menuju puncak kenikmatan, tersentak melihat seonggok vagina putih meminta untuk dipuaskan. Maka kembali lidah dan bibirnya mengisap sekaligus menyemprotkan lelehan kenikmatan di vagina Veranda.

Bos Titan yang sedari tadi santai menyaksikan Lesbian Show di kasurnya sendiri, akhirnya mengambil ancang-ancang untuk bergabung di pergelutan penuh gairah itu. Bos Titan merasa lubang kenikmatan kedua selirnya itu sudah cukup siap dan basah untuk menerima penis gaharnya.

Dengan sekali gerakan Bos Titan menarik rambut panjang Veranda sampai-sampai dia mengaduh. Penis Bos Titan perlu dibasahi. Dilumuri air liurnya. Veranda tentu paham. Maka Veranda langsung berlutut di pinggir kasur dan mulai memasukkan penis Bos Titan ke mulutnya. Tenggorokannya menggelegak. Melody juga langsung berlutut di kasur untuk menjilati puting Bos Titan.

“Siapa yang suruh kamu jilat ini!” Bos Titan menjambak rambut Melody dan menariknya ke bawah, untuk ikut membantu Veranda membasahi penis Bos Titan yang ternyata semakin besar. Mulut Veranda kewalahan menerima ukuran penis Tuannya. Mengetahui Veranda akan mengeluarkan penis Bos Titan dari mulutnya untuk beristirahat sejenak, Bos Titan justru mendorong kepala Veranda, membuat Veranda tersedak. Wajahnya kini merah, pernafasannya terhalang. Berkali-kali Veranda tersedak dan memuntahkan angin. Namun Veranda tahu, itu yang ingin dinikmati Bosnya. Menikmati Veranda yang tersiksa oleh ukuran penisnya. Maka setelah mengambil sekali tarikan nafas, Veranda kembali mendorong masuk penis Bos Titan memenuhi pangkal mulut dan amandelnya.

“Hok! Hooeek! Kkhook!” Pelupuk mata Veranda berair hasil dari sedikit rasa nyeri di tenggorokannya.

Melody yang sedari tadi asyik mengulum buah zakar Bos Titan, berinisiatif mengambil posisi Veranda. Ditariknya badan Veranda sehingga akhirnya Veranda mundur ke belakang. Kamu mau cari perhatian ya dari Bos? Enak aja, Melody mendelik ke arah Veranda yang sedang mengambil nafas.

Dengan mengambil satu tarikan nafas panjang, mulut Melody terbuka lebar dan mulai menelan batang penis Bos Titan. Lidahnya bermain-main di bagian bawah penis Bos Titan. Sementara tangan kanannya mengocok pangkal penis dan tangan kirinya meremas-remas pelan buah zakar Bos Titan. Pengalaman memang tidak bisa dibohongi. Bos Titan tampak menikmati pelayanan selirnya satu ini. Matanya tertutup rapat, mencoba menghayati setiap nikmat yang menjalar di tubuhnya. Tanpa sadar mulutnya mendesah.

Veranda langsung kembali berlutut di depan Bos Titan, mengelus pahanya untuk memberitahu bahwa dia sudah siap dipakai kembali. Bos Titan yang melihat Veranda tersenyum sopan menunggu instruksinya, mencubit Labia Majora vagina Veranda.

“Memekmu sudah siap untuk digagahi, hah?”

“Nggh su-sudah, Bos. Erghh.”

“Bagus. Jangan buat aku kecewa.”

“Baik, B-bos.”

Bos Titan mencabut penisnya dari mulut Melody kemudian menghentak-hentakkan penisnya di lidah Melody yang terjulur untuk melepaskan liur berlebih. Bos Titan kemudian mendorong pantat Veranda ke kasur. Veranda langsung mengambil posisi menungging membelakangi Bosnya.

Bos Titan yang sudah tidak tahan melihat onggokan vagina Veranda yang dihiasi klitoris yang kuncup dan Labia Majora yang putih dan gempal, langsung meraih paha Veranda kemudian mengarahkan penisnya yang tegang maksimal ke mulut vaginanya. Tanpa ampun Bos Titan mendorong penisnya dan membobol lubang kenikmatan Veranda.

Dengan pil Ultimate dan balsem jasmine merah, sampai saat ini vagina Veranda tetap belum bisa mengimbangi keganasan penis Tuannya. Tubuh Veranda mengejang tatkala penis Bos Titan menjalar pelan di dinding vaginanya. Veranda belum terbiasa dengan penis berukuran seperti ini. Vaginanya berontak ingin melepaskan rasa sakit yang dibungkus nikmat senggama.

Namun Veranda tidak membiarkan vaginanya mengecewakan Bosnya sendiri. Dia mendorong pantatnya ke belakang untuk mempercepat masuknya penis Bos Titan. Sambil meringis menahan nyeri Veranda bertekad membiasakan vaginanya menerima penis gahar Bos Titan. Tangannya yang bertumpu di kasur mulai bergetar. Keringat membasahi tengkuk dan punggungnya.

Sementara Melody mengerti, Bos Titan di momen seperti sekarang ini tidak boleh diganggu, karena akan mengganggu kenikmatannya. Maka Melody menunggu sambil menyaksikan proses pencabulan Bos Titan ke Veranda. Sesekali jari Melody menggesek pelan klitorisnya sendiri, mencoba ikut meraup berahi berlimpah Bosnya.

Akhirnya vagina tebal Veranda sukses melahap tuntas batang penis Bos Titan. Bos Titan mencoba mendiamkan penisnya sesaat, namun rasa nikmat tidak berkurang atau hilang malah semakin mengelitiki penisnya. Bos Titan melihat Melody menatapnya dengan penuh nafsu sambil menggesek kasar klitorisnya. Melody mendesah manja, berharap dia diikutkan dalam senggama ini. Keinginannya terkabul. Bos Titan menjulurkan tangannya, yang langsung dengan sigap disambut Melody. Namun yang selanjutnya terjadi tidak terpikirkan oleh Melody. Tubuh mungilnya diputarbalik bosnya sehingga vagina Melody tepat berada di depan wajah Bos Titan. Tangan Melody langsung bertumpu pada punggung Veranda, sedangkan pahanya melebar di bahu Bos Titan.

Lengkap sudah formasi pergelutan nikmat ini. Vagina Veranda bertugas memuaskan penis Bos Titan, sedangkan vagina Melody ditugaskan memuaskan lidahnya. Bos Titan menampar bokong putih Veranda, sehingga Veranda mulai memajumundurkan pinggulnya dengan cepat. Melody yang bertumpu pada punggung Veranda menjadi goyang sehingga mau tak mau memeluk perut Bos Titan. Posisinya sangat tidak enak. Pahanya menegang. Untungnya Bos Titan mencengkram keras badannya sehingga Melody tidak perlu menahan posisi tubuhnya.

Veranda dan Melody mendesah bergantian, menikmati posisi masing-masing. Kegaharan penis Bos Titan menggesek liang vagina Veranda tidak hanya memberikan rasa geli nikmat tapi juga memaksa vaginanya melebar semaksimal mungkin. Veranda merasakan penis Bos Titan semakin besar dan sesak. Bahkan dia bisa merasakan urat-urat penis Bos Titan yang mendenyut. Sesekali Veranda mengaduh menahan sakit.

Sedangkan Melody memejamkan matanya menahan geli dan nyeri tatkala Bos Titan melumat sekujur vaginanya. Hampir saja pelukannya lepas saking menikmati permainan lidah Bos Titan. Bulu halusnya meremang. Melody tidak ingin kenikmatan ini berlalu. Melody ingin setiap senti dari tubuhnya dapat dipakai Tuannya.

Namun keinginannya pasti tidak dapat selalu terpenuhi. Setelah beberapa menit puas dengan selangkangan Melody, Bos Titan melemparkan tubuhnya ke kasur bak sekarung beras. Bos Titan mulai memfokuskan ke tubuh yang sedang menungging di depannya. Tubuh mulus nan bersih milik Veranda. Bos Titan menampar keras bokong Veranda hingga yang tadinya putih bersih kini memerah.

“Segini doang kamu bisa goyangnya hah?! Apa gunanya kamu training rutin?!” Bos Titan menyergah melihat kualitas pelayanan budaknya yang dirasa menurun.

“Maaf, Bos.” Veranda hanya bisa mengatakan itu.

“Kurang ajar kamu! Mel! Kalian ngapain aja pas training?! Tidur-tiduran ya?! Pada santai karena ga diawasi?!!”

Melody tahu Bosnya sering menyiksa tubuhnya dan para Pegawai Terpilih lain saat berhubungan badan. Namun malam ini dia kaget melihat Bos Titan sampai marah. Melody berusaha mencairkan keadaan.

“Kami selalu serius saat training, Bos. Maafkan saya, kalau layanan Veranda tidak optimal juga adalah kesalahan saya.” Sesaat Melody mendelik ke arah Veranda. Gimana sih nih orang kok bisa ga maksimal ngelayanin Bos, pikirnya tidak mengerti.

“Ergh brengsek!” Umpatan Bos Titan mengawali penyiksaan terhadap tubuh Veranda malam itu. Bos Titan mulai menggoyang cepat pantat Veranda, menimbulkan bunyi tepukan antara pahanya dan pantat Veranda. Plok plok plok. Bos Titan yang sedari tadi mencengkram pantat Veranda, kini menarik tangannya ke belakang. Tubuh Veranda bergoyang lebih hebat diterjang Bos Titan dari belakang. Payudaranya yang menggantung berayun cepat.

Walaupun sedikit kesal dengan mutu pelayanan Veranda, Bos Titan tetap tidak bisa menampik fakta bahwa vagina Veranda tidak pernah mengecewakannya. Entah kenapa vaginanya bisa memberi rasa dan sensasi yang berbeda. Tidak sampai situ saja, Bos Titan merasa penisnya dapat ereksi paling maksimal hanya pada saat menggagahi liang vagina Veranda.

Melody benar-benar diabaikan. Namun dia rasa tidak masalah. Prioritasnya saat ini adalah mood dan kepuasan Bosnya. Satu hal yang Melody pikirkan adalah Bos Titan yang tidak seperti biasanya. Walau tadi tidak melihat langsung, Melody yakin Veranda tetap sepenuh hati melayani Bos Titan. Melody juga memperhatikan raut wajah Bos Titan yang sedikit tegang. Pasti ada sesuatu yang dipikirin, tebak Melody.

“Ngh ngh yes Bos yesh. Fuck my pussy bossh ahh! Fuckk yes yes yess..” racau Veranda menikmati genjotan dari belakang, sekalian mencoba meredam suasana hati Bos Titan. Namun Bos Titan masih tetap diam fokus menggoyang selangkangannya. Sesekali desahan yang tertahan keluar dari mulutnya.

Kala kenikmatan semakin menggerayangi batang penisnya, Bos Titan menarik keluar penisnya dari jepitan vagina Veranda. Dia memutar tubuh Veranda sehingga rebah di kasur. Bos Titan melebarkan paha Veranda dan kembali memasukkan penisnya dalam-dalam ke lubang kenikmatan Veranda. Tangannya kini bebas menggerayangi sekaligus menyiksa tubuh Veranda.

Bos Titan mulai dari payudara Veranda yang dari tadi tak tersentuh. Tangan kiri Bos Titan manahan satu paha Veranda, sementara tangan kanannya meremas payudara Veranda. Tak lupa putingnya ditarik sampai Veranda menggeram menahan sakit. Bos Titan memajumundurkan pinggulnya begitu stabil dan cepat, sampai-sampai…

Plop. Penis Bos Titan terlepas dari liang vagina Veranda. Veranda yang merasakan hal tersebut, dengan sigap menuntun dan memasukkan kembali penis Bosnya masuk ke lubang vaginanya. Veranda tidak mau sedetikpun menyia-nyiakan kenikmatan penis Bosnya. Nafsunya kini memuncak. Desahan-desahannya makin tak terkendali. Tubuhnya menegang. Tangannya mencengkram lengan kekar Bos Titan dan mengarahkan untuk mencekik lehernya.

“Hell yeahh! Yeah! Fuck me please boss! Fuck harder! Fuck your slave boss! Load me with your cum ahh! Ahh ahh ahh!” Sedari tadi sudah tak terhitung lagi orgasme di dalam vaginanya.

Keinginan Veranda berbuah hasil. Sesaat setelah dia merasakan orgasme untuk kesekian kalinya, Bos Titan juga merasakan akhirnya kenikmatan yang melebur di liang vagina Veranda mencapai klimaksnya. Veranda yang mengerti Bosnya akan keluar, meracau setengah berteriak,

“Penuhi memekku Boss ahhh!”

Tubuh Bos Titan benar-benar menegang hebat. Kenikmatan puncak dari vagina Veranda tidak dibiarkannya sampai disitu saja. Saat penisnya mulai deras menyembur-nyemburkan lelehan putih kental, Bos Titan tidak sedikitpun mengendurkan goyangannya. Bos Titan dapat merasakan batang penisnya benar-benar keras dan tebal. Kemampuan vagina Veranda yang tidak dia dapatkan dari vagina selirnya yang lain benar-benar tidak disia-siakannya. Bos Titan tanpa sadar mencengkram keras kedua paha Veranda. Dia sampai setangah berteriak mengekspresikan rasa puas dalam dirinya.

“Argghh fucckk!!”


Cairan sperma belum juga berhenti menyembur. Menit-menit yang tidak akan dilupakan Bos Titan. Melody yang dari tadi diam hanya bisa takjub menyaksikan kegirangan Bosnya. Dari ekspresi dan wajah Bos Titan yang memerah Melody dapat merasakan kenikmatan yang amat sangat.

Hingga akhirnya Veranda merasa batang penis dalam vaginanya sudah berhenti menyemprot air mani. Hanya menyisakan denyutan urat. Bruk! Bos Titan ambruk di atas tubuhnya. Bos Titan dan Veranda sama-sama terengah puas. Salah satu malam terhebat yang pernah mereka nikmati. Veranda mencoba semakin memperbaiki mood Bos Titan. Veranda mulai menghisap bibir Bos Titan. Meliukkan lidahnya mencari lidah Bos Titan. Tangannya lembut merangkul tengkuk Bos Titan. Sementara penis Bos Titan yang masih terbenam dalam vagina Veranda, kini melemas.

Namun ciuman itu hanya terjadi beberapa saat. Bos Titan mencabut penisnya dan beranjak ke tengah kasur, berbaring lemas di antara bantalnya. Tanpa menoleh ke arah dua gundiknya Bos Titan menggumam,

“Malam ini vaginamu nyelamatin kamu dari service-mu yang sampah itu. Udah sana kembali ke kamar kalian.”

“Baik, Bos. Kami permisi kembali ke kamar.” Veranda langsung turun dari kasur dan melilit tubuh telanjangnya dengan handuk putih besar. Saat melewati pintu kamar Bos Titan, Veranda menyadari ternyata Melody masih berdiri di pinggir kasur. Dengan isyarat tolehannya, Melody menyuruh Veranda keluar duluan. Veranda mengangguk dan akhirnya kini tinggal mereka berdua.

Melody tahu walaupun Bosnya sedang dalam mood tidak baik, tetap punya celah untuk dia bujuk. Perlahan Melody mendekat dan ikut berbaring di samping Bos Titan. Jarinya membelai lembut dada Bos Titan yang lembab oleh keringat. Sesekali Melody mengusap dan merapikan juntaian rambut Bos Titan. Pendekatan yang tak akan bisa dilakukan Pegawai Terpilih lain selain Melody yang paling senior dan bertahun-tahun melayani Bosnya. Yang mengerti kepribadian Bosnya.

“Tadi aku lihat Veranda not bad kok servicenya. Sayang, lagi ada yang dipikirin ya? Kalo kamu belum mau cerita, gak apa-apa. Tapi aku izin tidur disini ya. Manatau kamu pengen pake aku, atau kamu pengen cerita.” Ujar Melody selembut mungkin.

Bos Titan tidak menjawab. Namun tangannya meraih tubuh Melody, merangkulnya sehingga Melody kini dalam dekapan Bos Titan. Melody mengulum senyumnya. Untuk beberapa momen, Om Minmon mungkin tidak bisa mengerti apa maunya Bos Titan. Tapi Melody bisa.

“Aku capek seharian kesana-kemari. Belum lagi beberapa kesepakatan mentok. Pengen pulang cepet untuk nikmati kalian, macetnya gila-gilaan. Hahh!” Akhirnya Bos Titan buka suara.

“Yaudah besok untuk meetingnya aku aja yang handle ya. Kamu di kantor aja gimana? For some company we need different approach. Kamu aku handukin dulu ya. Kamu basah lho ini. Badan kamu leng-”

“Ditambah lagi,” potong Bos Titan namun terhenti, menimbang-nimbang apakah perlu memberitahu Melody hal yang remeh namun akhir-akhir ini menganggu.

“Apa?”

Akhirnya Bos Titan bersuara, “Perasaan aku ga enak belakangan ini. Seakan ada hal ga diinginkan bakal terjadi.”

***

Photo credit to Suhu Ndaskoplak. Selamat menikmati cerita ini kembali Suhu. Kalau berkenan silahkan like dan reply, serta kalau ada saran monggo. Sampai jumpa besok malam.
 
Izin pasang perimeter dulu yah om... hehehe thanks
 
CHAPTER 36: DOOMSDAY (2)

“Ehem!”

Pak Heru langsung menoleh ke sumber suara. Tampak pria paruh baya mengikik geli melihat Pak Heru yang sedikit ketakutan.

“Hihihi Pak Heru ini masih aja takut. Kan ada orang-orang cetak, ngapain masih takut sih? Udah mau subuh juga bentar lagi.”

Pak Heru menjadi naik pitam. Bukan hanya karena Sunandar, pria yang mengagetkannya barusan, sering menjahilinya, tapi juga karena dia merasa Sunandar tidak menghargai dia sebagai pemimpin redaksi. Pak Heru pun membalas,”Heh! Lu jangan sukanya ngagetin orang ya! Ini kalo cetakannya ada yang miss gara-gara gue ga awasi gimana? Lu mau tanggung jawab?!”

Sunandar malah makin tergelak, ”Hahaha! Ga akan lah Pak! Kan beritanya udah fix semua! Tiarsa, poros ketiga dari Partai Beriman! Hahaha gila emang itu orang! Nyali gede! Lagian Pak Heru ini pemred lho, ngapain sih sampe mau ngawasin cetak koran doang. Ini kan tugas saya Pak.” Pak Heru jadi menekan emosinya. Kalo bukan karena lu ponakan gue udah gue tendang lu dari koran ini, batinnya kesal.

Tring!

Ponsel Sunandar berbunyi. Satu email masuk. Dia pun mengecek sambil menggumam email apa yang masuk jam tiga pagi begini. Tak lama dia meremas bahu Pak Heru,

“Pak, Pak.”

“Ade ape? Mau ngerjain gue lagi lu?”

“Kagak Pak! Serius nih. Mesin udah cetak berapa eksemplar?”

“Baru seratusan. Kenape? Lu mau cetak sendiri?”

Sunandar memandang Pak Heru sejenak, kemudian berkata, ”Kayaknya dihentiin dulu deh Pak. Kita perlu ganti headline.”

***




TEET! TEEET! TEEET!

Alarm kebakaran yang dinyalakan Melody membuyarkan mimpi indah dalam istirahat Para Pegawai Terpilih. Veranda dan para Pegawai Terpilih langsung tergopoh-gopoh keluar kamar dan mendapati Melody sudah berdiri di ujung koridor.

“Kak Mel! Kak! Ada apa ini Kak?” Seru Gracia panik.

“Semua tenang! Jangan ada yang panik! Tidak ada kebakaran! Tidak usah tanya-tanya dulu! Gracia! Hubungi Siska bagian Humas, suruh dia cepat kemari sekarang juga! Ayana! Naomi! Hubungi tim kalian masing-masing, bantu tim Gracia untuk nyiapin konfrensi pers pagi ini! Yona! Kerahkan tim untuk pantau portal media online! Veranda! Periksa wartawan udah kumpul atau belum! Kalau sudah, bilang kalau konfrensi pers bakal mulai setengah jam lagi! Sisanya! Ikut saya ke kamar Bos Titan! Cepat! Sekarang!”

Para Pegawai Terpilih langsung berhamburan melaksanakan perintah dari pemimpin mereka, walaupun mereka masih belum menangkap apa yang baru saja terjadi. Namun para Pegawai Terpilih tahu ini bukanlah berita yang baik.

Kecuali Saktia, dalam hati dia girang karena rencananya dan Shania baru saja dimulai. Berarti berita pindahnya Tania Dara dan Neo sudah diturunkan. Dan Saktia menebak kalau sekarang The Detourne sedang menggelar konfrensi pers untuk mengumumkan kepindahan Tania Dara dan Neo Girls.

Sesampainya di kamar Bos Titan, mereka mendapati Bos Titan dan Om Minmon sedang menghadap tumpukan koran yang terbit pagi itu. Laptop putih menyala di ujung meja. Dari raut wajah Bos Titan, mereka tahu ini benar-benar hal yang buruk. Namun mereka hanya diam dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Sementara Om Minmon juga mengguratkan raut wajah serius, tidak seperti Om Minmon yang biasanya senang bercanda.

Srakk! Bos Titan menyambar tumpukan koran di depannya. Koran berhamburan jatuh dari meja, memampangkan besar-besar berita yang menjadi headline pagi itu.

“TANIA DARA DAN NEO GIRLS RESMI TEKEN KONTRAK DENGAN THE DETOURN.”

“TANIA DARA: ‘SAYA TIDAK BAHAGIA DI VALKYRIE.’”

“VALKYRIE DAN DETOURNE KEMBALI MEMANAS”

“UNTUK KEDUA KALINYA, ARTIS NAUNGAN VALKYRIE GABUNG THE DETOURN.”

“SHANIA: TANIA DARA HANYA INGIN BAHAGIA DALAM KARIRNYA.”

Para Pegawai Terpilih terkesiap. Mereka tidak percaya dengan apa yang baru mereka baca. Kini mereka melihat Bos Titan bangkit berdiri dan Om Minmon yang masih terpaku di kursinya.

“Arrgghh! Brengsek! Brengsek! Mereka maunya apa??!!”

Melihat Bos Titan yang marah besar, Om Minmon menoleh ke Melody, ”Kamu sudah siapkan keperluan konfrensi pers?”

“Sudah, Bos. Dalam waktu setengah jam lagi kita sudah siap untuk konfrensi pers.”

“Bagus. Kalian siap-siap. Pastikan semuanya berjalan baik.”

“Baik, Bos. Kami permisi dulu.”

Para Pegawai Terpilih dengan cepat menghilang dari pandangan. Sesampainya di lift, Melody mencengkram lengan Nabilah, ”Heh perek! Lo mau ngulah lagi ya??!”

Nabilah yang daritadi sudah khawatir, memandang Melody takut-takut, “Kak, saya tidak tahu apa-apa sumpah. Sumpah kak. Jangan tuduh saya kak.”

“Awas lo ya kalo sampai kami dapetin buktinya!” sambung Saktia.

“Kita lihat nanti.” Kata Melody akhirnya saat pintu lift terbuka.

***​

Suasana di gedung Valkyrie, di setiap lantai, benar-benar tidak tenang. Para pegawai ramai-ramai membicarakan berita yang bagai mimpi di siang bolong. Tidak pernah terpikirkan mereka kejadian ini akan kembali terulang, setelah bertahun-tahun Valkyrie bangkit dari keterpurukan dan membangun kembali dinastinya. Para pegawai tahu kalau ini akan berbuntut panjang, karena persaingan antara Valkyrie Management dan The Detourne sudah lama menjadi berita skala nasional.

Tidak terkecuali Rio. Dia masih tidak dapat menguraikan logika bagaimana Tania Dara dan Neo Girls bisa bergabung dengan The Detourne. Tidak bahagia? Gila apa! Kurang apa Valkyrie memanjakan talent-talent bahkan yang baru sekalipun, batin Rio. Dan Rio curiga justru Detourne yang melakukan pendekatan sepihak ke Tania Dara dan Neo Girls. Tapi bagaimana bisa? Para talent ini diawasi 24 jam penuh…

Rio terkesiap. Data. Data master. Seingatnya Saktia pernah memintanya setelah pertama kali dia merasakan nikmatnya tubuh Saktia. Selain itu tidak ada siapapun yang pernah dia berikan data sepenting itu. Dengan cepat Rio membuka ponselnya dan mencari nomor Saktia. Kemudian sambil mencari tempat sepi Rio menunggu nada panggil.

“Halo.”

“Halo! Via! Kamu ada share data master yang aku kasi?! Kamu tau ga sih data itu-”

“Heh! Kamu ngomong apa sih?! Siapa share data apa??”

“Kamu jangan pura-pura ngga tau ya! Selain kamu aku ga pernah ngasi data itu ke yang lain. Aku yakin Tania Dara ga-“

“Kamu jangan sembarangan nuduh.”

“Oke kalo kamu bilang gitu. Aku masih punya email terkirimnya. Aku-“

Tut tut tut. Telpon dimatikan. Rio menjadi jengkel. Tapi beberapa detik kemudian dia mendapati notif baru, notif video yang dikirimkan dalam chat. Rio lantas membukanya.

“Ngghh! Ahh..! Ahh! ……. Pergi kamu! Pergi!”

Rio tersentak melihat video itu. Perutnya mengejang. Itu adalah video saat dia menggagahi Saktia di lantai database. Dia dan Saktia tahu kalau hubungan seks itu atas kemauan Saktia. Namun dia melihat bahwa video itu menunjukkan Rio seperti memperkosa Saktia. Rio juga tidak menyangka bahwa ada yang merekamnya.

Tring! Pesan baru muncul.

[SAKTIA] Kamu tahu, dengan kondisi Bos Titan yang lagi marah sekarang, dia ga segan-segan ngilangin nyawa orang hanya karena tau pegawai kesayangannya diperkosa seenaknya. Dan aku punya saksi yang bisa mendukung ceritaku.

[SAKTIA] Sekarang, kamu hapus email terkirim itu. Kamu hapus chat kita ini. Dan bersikap kalau ga terjadi apa-apa. Aku mau bukti screenshot kalo kamu udah hapus emailnya. Ingat, kamu udah perkosa aku.


Wajah Rio memucat. Dia tidak menyangka bahwa apa yang disangkanya rezeki, justru melibatkannya ke masalah sebesar ini. Rio tidak mampu berbuat apa-apa. Dia terduduk lunglai. Rio baru saja memantapkan diri untuk mengabdi ke Valkyrie karena kebaikan Om Minmon, namun tanpa sadar dia sudah mengkhianati kebaikan tersebut.

***

“…jadi kesimpulannya, semua bekerja seperti biasa. Untuk urusan dengan masalah hukum dan kemungkinan untuk somasi, sudah ada yang ngurus. Untuk tugas keluar harus ada izin tertulis dari kepala divisi. Dan pastikan juga tidak ada orang tak dikenal bebas lalu lalang di lingkungan gedung Valkyrie. Semua jelas?” Rapat mendadak yang dipimpin oleh Melody kepada para kepala divisi dan kepala pekerja lapangan berakhir. Semua dengan cepat keluar dari ruang rapat untuk kembali bekerja.

“Mel, aku minta izin, hari ini aku mau ngecek spesifikasi instrumen untuk tour, jadi aku mau ke Suplier mungkin sampai jam makan siang. Apa aku juga mesti bikin surat izin?” Veranda melapor ke Melody.

“Yasudah, kamu pergi saja sekarang. Inget, sesuai janji, kamu siang nanti harus udah ada disini lagi. Perintah Bos untuk Valkyrie waspada sekarang.”

“Baik, Mel.” Veranda berlalu namun bisa melihat sekilas Saktia yang menatapnya kesal.

“Eh, Kak Mel. Aku boleh minta waktumu Kak Mel sebentar saja.” Giliran Saktia yang mendekati Melody. Saktia melihat sekitar untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan obrolan mereka.

“Ada apa? Ada yang penting? Kalau bukan soal kerjaan nanti malam aja.” Melody tetap berjalan tanpa menoleh ke Saktia.

“Menurutku ini penting Mel. Ini berkaitan dengan berita tadi pagi.”

Langkah Melody terhenti. Kali ini pandangannya terfokus pada Saktia. Akhirnya dia masuk ruang rapat kecil berdua dengan Saktia.

“Lanjutkan.”

“Jadi gini Mel, kamu ngerasa aneh ga sih, kita sama-sama tahu gimana Valkyrie memperlakukan talent-talent disini begitu baik. Apalagi Tania Dara. Hampir semua fasilitas diberikan untuknya. Tapi di berita dia ngakunya tidak bahagia. Tertekan. I mean, come on. Ini pasti tidak benar.”

Melody mulai menangkap arah omongan Saktia.

“Jadi apa sih kemungkinan yang ada? Kemungkinannya cuma-“

“Detourn lah yang mendekati Tania Dara dan Neo.” Pungkas Melody. Saktia menjentikkan jari tanda setuju.

“Nah sampai sini, aku juga ngerasa aneh. Tania Dara, Neo, talent-talent lain, apa Kak Mel pernah liat mereka di luar pengawasan manajer masing-masing? Bahkan untuk pulang ke rumah saja mereka diantar supir lho. Nah, aku curiganya kak Mel… ada yang membocorkan data mereka ke Detourne.”

Melody langsung naik pitam mendengar kesimpulan. Marah karena Saktia seenaknya menyimpulkan demikian, namun hati kecilnya takut kalau memang hal itu terjadi.

“Heh kamu jangan seenaknya ngomong gitu ya! Bos Titan membangun kembali Valkyrie ini dengan merekrut orang-orang yang dapat dipercaya. Kamu kira pegawai Valkyrie bisa disogok apa? Pegawai, walaupun itu pegawai biasa, tetap diperlakukan Bos Titan seperti talent. Itulah kenapa kita bisa lihat bahkan ngga ada yang resign dalam satu tahun terakhir ini.”

“Kak Mel maaf kak jangan marah dulu. Makanya aku agak khawatir tadi untuk ngasitau pemikiranku ini Kak. Karena aku tau ini ga masuk akal. Tapi daritadi aku terganggu dengan hal ini. Kak Mel, aku punya usul.”

Melody yang tadi sempat marah kini mau tak mau lanjut mendengar Saktia.

“Gimana kalau, Kak Mel perintahkan tim IT, untuk memeriksa pergerakan data di database Valkyrie. Data masuk, data keluar, email terkirim, email masuk, baik itu email korporat atau email pribadi yang pernah login di komputer kantor. Semuanya. Tim IT pasti bisa tracking historinya. Gimana usul aku ini Kak Mel?”

Melody diam tidak menjawab. Dia berpikir keras apa mungkin harus dilakukan seperti ini. Setelah beberapa menit menimbang, akhirnya Melody menjawab,

“Tidak ada ruginya kita lakukan. Oke aku kerahkan tim IT untuk tracking.”

Saktia tersenyum mendengar usulnya diterima.

***
 
Terakhir diubah:
Kapan ya kedok si ular Saktia cepet terbongkar, biar cepet kelar nasibnya si Saktia dan mendapat akibat karena udah jadi musuh dalam selimut bagi Valkyrie Management :bingung:
Bos Titan perlu :kuat: nih
 
CHAPTER 37: JANGAN KE KANTOR!

Scanning data dan tracking semua pergerakan data baik offline maupun online sudah hampir tuntas. Tanpa sadar satu setengah jam berlalu. Ternyata membutuhkan lebih banyak waktu. Akhirnya setelah proses selesai dan tim IT menganalisa data keluar masuk, telepon di ruang kantor pribadi Melody berdering.

Melody speaking.”

“Siang, Ibu Melody. Kami tim IT baru selesai scanning, tracking dan analisa data Bu. Bu, kami rasa Ibu harus lihat ini..”

Deg! Melody menegang. Apakah yang dicurigai Saktia benar terjadi? Cepat-cepat Melody berjalan menuju lift, sambil jarinya menekan kontak Saktia.

“Via! Kamu ikut saya sekarang ke lantai server.”

“Baik Kak Mel.” Saktia menutup sambungan sambil tersenyum licik. Sebentar lagi, sebentar lagi Valkyrie, dinastimu akan hancur untuk kedua kalinya. Dan kali ini, benar-benar hancur tanpa sisa.

***

“Oke Arman, apa yang kamu dapat?”

“Bu Melody, dari tracking yang kami lihat, terdapat beberapa aktivitas download data, email keluar ke email non korporat dan penghapusan email terkirim Bu. Pertama, untuk tracking data Bu, kami melihat bahwa beberapa data di-download dan diteruskan ke email. Email tersebut walaupun acak, kami curigai adalah email berita online Bu. Itu dibuktikan dari IP Address yang kami lacak berada di salah satu kantor portal berita online.”

“Kantor portal berita?”

“Iya, Bu. Portal media yang belum lama ini berdiri Bu.”

“Kemudian untuk data yang diambil, adalah file terkait database talent. Melihat akses yang kami cek, data itu hanya bisa diambil dari role user level AA, Bu, yang mana adalah user kepala divisi.”

Melody mengernyitkan alis. Kepala divisi? Orang-orang kepercayaan Bos Titan? Tidak mungkin…

“Dan yang terakhir Bu…” Arman terdiam sesaat, “Walaupun penghapusan emailnya cukup pintar, sampai ke layer user, tapi kami bisa selamatkan. Untuk emailnya, ini Bu…”

Arman tidak melanjutkan, sehingga Melody melihat sendiri email yang seenaknya membocorkan data ke pihak yang tak bertanggung jawab.

“Hah?!!”

“Benar, Bu. Emailnya ini… milik Bu Veranda.”

***

“MANA VERANDA??! MANA DIA?! KARTIKA! MANA DIA??!”

Kartika selaku rekan kerja Veranda, terkejut melihat General Manager Valkyrie di hadapannya berteriak dengan wajah merah padam dan garang. Dia tidak tahu mimpi apa saat dia tidur semalam sampai-sampai dia harus menghadapi Ibu Manager yang marah besar. Dia menjawab terbata-bata,

“M-maaf Bu. T-tadi Bu Veranda pergi ke s-suplier instrumen musik untuk t-tour.”

“HUBUNGI DIA! SEKARANG! SURUH DIA KEMBALI KE KANTOR!”

Semua pegawai di ruangan besar itu bingung dan khawatir. Tadi pagi baru saja ada berita tidak enak, sekarang ibu General Manager marah besar untuk alasan yang tidak diketahui. Suasana benar-benar hening menunggu tindakan Melody selanjutnya. Melody sambil mendengus akhirnya kembali ke ruangannya.

“Saktia! Hubungi semua Pegawai Terpilih! Ke ruangan saya! Sekarang!” Melody memerintah melalui telepon di ruangannya.

“Baik, Kak Mel.” Saktia mulai menelepon satu persatu para Pegawai Terpilih yang ada di kantor. Setelah selesai mengabari Pegawai Terpilih, Saktia meraih ponselnya kemudian membuka chat pribadi ke seseorang,

[SAKTIA]Arman, you guys did your job so great. Aku bahkan yakin itu ga manipulasi kalo ga tau apa-apa haha! Sesuai janji imbalan kalian aku transfer dan kita nanti malam kumpul lagi, sambil kamu bisa nikmati cewe yang udah aku janjiin.

***

Para Pegawai Terpilih sudah berkumpul tanpa tahu hal apa yang membuat mereka mendadak dikumpulkan. Semuanya, kecuali Veranda yang belum kembali dan saat ini dicari, menunggu apa yang akan dikatakan kakak tertua mereka. Melody memandang mereka satu persatu. Tak disangka, Melody terisak sebelum akhirnya bersuara di depan mereka.

“Aku benar-benar kecewa. Kecewa! Bisa-bisanya kalian seperti ini? Kalian tidak bisa lagi kupercaya.”

Para Pegawai Terpilih berpandangan satu sama lain. Apa maksudnya ini?

“Kurang apa Bos Titan ke kita? Kurang baik apa? Emang dia pernah nyakitin kalian sebegitunya ya?” Melody mulai menangis.

Naomi memberanikan diri mendekat ke Melody dan mulai mengelus bahunya,”Mel, kami benar-benar ga mengerti. Kenapa Mel? Jelasin ke kami…”

Melody menenangkan diri sebelum akhirnya mengangkat kepalanya, ”Jessica Veranda, yang diangkat Bos Titan sebagai Pegawai Terpilih sama seperti kita, terbukti membocorkan data penting perusahaan ke pihak ga bertanggung jawab. Data yang kemungkinan besar membuat Tania Dara dan Neo Girls pindah ke manajemen brengsek itu.”

“Kalau anak baru seperti itu bisa melakukan hal itu, bagaimana dengan kalian? Apa aku bisa percaya dengan kalian sekarang? Ini masih di internal kantor, gimana kalau di luar kantor? Apa kalian sudah jual data rahasia perusahaan hanya untuk beberapa peser? Memangnya gaji dan fasilitas yang diberi Bos kurang ya?” Melody kini menangis kencang. Menangisi kenyataaan bahwa dia tak tahu apakah dia bisa percaya pada teman-temannya lagi atau tidak.

Yona bangkit berdiri, “Setelah sebelumnya aku dan Naomi dipermalukan dan Bos Titan berjuang nyelamatin harga diriku, kamu pikir aku berani mengkhianati Bosku sendiri?! Yang perlu dicurigai itu dia!”

Yona menerjang ke arah Nabilah yang kaget dan tak menyangka akan diserang. Tangannya dicengkram keras oleh Yona yang amarahnya sudah sampai ubun-ubun. Nabilah berusaha menjauhkan badannya ke sudut ruangan. Pegawai Terpilih lain langsung bereaksi dan berusaha melerai mereka.



“Yon! Udah Yon! Jangan begini!”

“Brengsek lo! Lo mau ngancurin Valkyrie lagi ya! Gue bunuh lo!!”

“Jangan seenaknya nuduh! Kamu punya bukti?! Lepasin!”

Saat semua lagi ricuh melerai, Riskha berteriak, ”Kalau kalian ga bisa diam, aku panggil sekuriti! Memalukan! Hey berhenti!” Namun tidak ada tanda-tanda mereka mendengarkan seruannya. Riskha akhirnya bergegas keluar, namun tidak untuk memanggil sekuriti saja. Dia berlari ke toilet dan mengambil ponsel kecil dari balik roknya. Dengan cepat ia mengetik pesan singkat ke nomor Veranda yang tidak ada di ponsel tersebut namun dihapalnya.

[08XXX...] KAK VE! JANGAN KE KANTOR! LARI! NANTI AKU HUBUNGI LAGI!

***
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd