[HIDE]
Box speaker yang terpasang di sudut langit-langit ruangan pada siang itu menggaungkan pengumuman yang membuat para pegawai menghentikan kegiatan sejenak dan beberapa bahkan benar-benar berhenti dari pekerjaannya karena pengumuman tersebut.
“..Selamat siang Bapak Ibu pegawai Valkyrie Management, berikut kami umumkan bahwa tahap penambahan server untuk kebutuhan operasional dan kontrol internal baru saja selesai. Oleh karena itu untuk satu jam ke depan akan dilakukan sinkronisasi server yang mengakibatkan database tidak dapat diakses dan CCTV akan dinonaktifkan selama satu jam ke depan. Untuk perhatiannya kami ucapkan terima kasih..”
Dari beberapa meja terdengar sorakan dan tawa, yang artinya mereka baru saja mendapat tambahan satu jam istirahat. Namun tidak sedikit yang langsung kembali fokus ke layar komputer di depannya, menyelesaikan tugas masing-masing. Beberapa yang tidak dapat melanjutkan pekerjaan langsung memanfaatkan momen tersebut, untuk sekedar istirahat, mengobrol dengan rekan disamping meja kerja, streaming video di internet dan lainnya.
Begitu juga dengan Veranda. Momen sinkronsisasi server itu dipakainya untuk menemui seseorang, yang kemaren tidak menghadiri satu pun rapat setelah rapat pertama.
“Hey Nab.”
Nabilah yang baru saja akan beranjak dari kursinya kaget mendapati Veranda sudah berdiri di belakangnya. O-ow.
“E-eh, kak Ve. Halo Kak. Tumben kak Ve kesini”
Basa-basi itu tentu tidak digubris Veranda. Dia langsung memberondong Nabilah dengan berbagai pertanyaan.
“Kamu dari mana aja kemaren? Kok sampe rapat ketiga ga datang-datang juga? Trus kok kamu ga ikut sarapan tadi? Tadi Mbak Nia bilang kamu ada kerjaan mesti selesai pagi ini. Emang ada pekerjaan apa sampe ga sarapan?”
“Nab, kamu kok kayak ngehindarin aku sih?” Pertanyaan terakhir benar-benar menjadi pamungkas dari semua pertanyaan di pikiran Veranda.
Diberondong pertanyaan Veranda yang sudah berdiri di depannya, Nabilah hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, mencoba setenang mungkin menjawab pertanyaan Veranda. Dia tidak bisa lagi menghindar dari Veranda.
“Kak, sebenarnya aku kemaren ke rumah sakit. Aku dapat kabar Ibuku kemaren jatuh di kamar mandi. Untung adikku kemarin tumben pulang cepat. Jadi Ibu langsung bisa cepat dibawa ke rumah sakit. Ibu perlu opname Kak, karena daya tahan tubuh Ibu makin menurun semenjak kepergian Almarhum ayah. Maaf ya Kak Ve kemaren aku ngga bisa ikut rapat kemaren.” Nabilah menuturkan dengan pelan namun menusuk perasaan Veranda.
Veranda terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya menjawab, ”Kenapa kamu ga bilang aku Bil? Kalo kamu kasitau kan aku bisa ngerti.”
“Maaf kak, kemaren itu aku ga bisa mikir apa-apa lagi selain keselamatan Ibu. Makanya aku ga bisa hubungi Kak Ve lagi karena sibuk ngurus administrasi rumah sakit, beli ini-itu, tenangin adek juga.”
Veranda benar-benar tidak bisa menahan harunya lagi. Dia langsung meraih punggung Nabilah, memeluknya erat, tidak peduli beberapa orang melihat mereka.
“Nab, kalo kamu ada masalah, cerita dong ke aku. Kita kan sesama Pegawai Terpilih. Aku kan temen kamu. Aku ada di sini buat kamu.”
“I-iya kak. Aku juga minta maaf ya kemaren ngga ngasi kabar.” Nabilah yang sebenarnya kaget karena mendadak dipeluk hanya bisa menjawab seadanya. Namun setelahnya Nabilah menghela nafas lega. Satu masalahnya selesai hari itu.
***
Momen sinkronisasi server pada hari itu juga dimanfaatkan dengan baik oleh Saktia. Saat box speaker selesai berkumandang, dia langsung melancarkan rencana yang sudah dia susun tadi malam. Segera Saktia mengirim pesan singkat ke Rio.
[SAKTIA]Rio kamu dimana? Cepetan kesini. Aku di lantai 7. Dekat toilet dekat ruang server.
Rio yang membaca pesan singkat Saktia, sejenak bingung. Ada urusan apa Saktia ingin cepat menemuinya? Selintas pikiran nakalnya muncul. Apa Saktia ingin mengulang kejadian Lembur malam itu? Namun karena pesan yang terkesan buru-buru itu Rio tidak berpikir lama dan langsung bergerak menuju lift.
Lantai 7. Lantai yang dikhususkan untuk bagian IT dan ruang server database. Lantai yang sangat berbeda suasananya dengan lantai-lantai di bawahnya yang ramai dan penuh dengan aktivitas. Hanya sesekali aktivitas terdengar di lantai tersebut, yaitu ketika para pegawai bagian IT keluar masuk ruangan mereka. Sisanya, mereka lebih senang bekerja
remote di manapun mereka mau karena kebijakan dari Valkyrie yang mengizinkan hal tersebut. Seperti saat ini, setelah server berhasil menjalankan proses sinkronisasi, tentu para pegawai IT tidak mau berlama-lama di ruangan yang dingin itu. Mereka langsung ke bawah menikmati berbagai penganan di kantin, sehingga lantai 7 saat ini lebih sunyi dan dingin.
Sesampainya di lantai 7, Rio dapat melihat Saktia berdiri tidak nyaman menunggunya. Sambil setengah berlari Rio mendekati Saktia, “Hey ada apa kok sampe ke sini sih…”
Tak diduga Saktia langsung memeluknya dan langsung mencumbui wajah Rio.
“Aku kangen kamu sayang. Aku pengen kamu. Birahiku ga bisa ditahan lagi.” racau Saktia sambil mengelus-elus punggung dan perut Rio. Tak perlu waktu lama untuk libido Rio melonjak. Wah bakal enak-enak nih, pikirnya.
Setelah puas menciumi wajah Rio, Saktia mulai membuka kancing atas blusnya. Saktia menggeram seakan ingin menerkam kenikmatan dari tubuh Rio. Dia pun mulai melucuti kancing kemeja Rio.
“Entotin aku Yo. Perkosa aku! Aku udah ga sabar pengen ngerasain kontolmu. Siksa aku sayang. Aku udah ga sabar. Ayo cepet! Sebelum mereka balik ke sini.”
Instruksi singkat nan sensual itu langsung dapat dimengerti. Baiklah sayang kalau itu maumu. Rio benar-benar akan menggempur tubuh ranum Saktia sesuai permintaannya. Sisi liar Rio mulai berkobar, mengimajinasikan bagaimana dia akan menyiksa Saktia.
Segera saja Saktia mengajak Rio ke salah satu ruangan server yang dingin karena AC diset dengan suhu serendah mungkin. Namun suhu dingin tersebut tidak menghambat gairah panas mereka yang akan bercinta. Saktia sesaat bersandar di pintu server, memancing Rio yang sudah tidak tahan untuk menikmati Rio. Rio langsung mendorong pintu, menolak Saktia ke dalam ruangan.
Saktia yang sedikit limbung dan belum dapat menstabilkan posisinya, tidak dipedulikan Rio yang menarik rok Saktia ke atas dengan kasar, sehingga rok hitam yang tadinya mulus kini mengkerut. Tampaklah celana dalam putih dan paha yang mulus dari balik rok tersebut. Rio tidak mau repot membuka bajunya dan Saktia. Dia hanya ingin menikmati selangkangan Saktia. Lagipula tidak akan sempat waktu untuk kami menelanjangi diri, pikirannya mulai menghitung-hitung waktu yang ada.
Tak lupa Rio menampar keras bokong mulus Saktia. Berulang kali ditamparnya sampai Rio tertawa sendiri melihat Saktia yang mengaduh dan tidak melawan malah terlihat menikmati siksaan dari Rio. Tidak puas menampar bokong Saktia, Rio menegakkan lagi tubuh Saktia sehingga kini mereka berhadapan. Rio membuka kasar blus Saktia hingga tepi kancingnya sedikit robek. Rio tidak peduli. Dia langsung mengeluarkan paksa payudara Saktia dan memagut putingnya bergantian.
“Nggghh ahh..” Erangan Saktia tidak diindahkannya.
Setelah puas dengan kedua putingnya, Rio menuju dahaga utamanya. Kembali Rio membalikkan tubuh Saktia dan menunggingkannya. Dengan sedikit menarik celana dalam putih Saktia, kini terpampang jelas apa yang diinginkan Rio: seonggok vagina halus dan siap disantap. Tak perlu waktu lama, Rio membenamkan jari tengah dan jari manisnya dalam-dalam ke liang vagina Saktia. Saktia kembali menggeram menahan rasa nyeri mendadak di selangkangannya yang dengan cepat dikocok Rio.
Tak perlu waktu lama, Rio mendapati vagina Saktia mulai becek dan sudah dapat dinikmati. Ngga sia-sia aku nonton bokep selama ini, pikirnya. Sejak kejadian Lembur yang lalu, Rio semakin intens menonton film porno yang diunduhnya di kantor. Semua adegan diperhatikannya dengan seksama untuk dapat mengetahui trik dalam bercinta. Hasilnya, kali ini Saktia dapat dipaksanya orgasme hanya dengan fingering.
Rio buru-buru membuka gesper dan kancing celananya, menyembulkan batang penisnya yang sudah mengeras maksimal. Rio meludah ke telapak tangannya kemudian membalurkan ke batang penisnya untuk memudahkan penetrasi.
Jleeeb. Aargghh. Rio dan Saktia mendesah bersamaan, tanda permainan dimulai. Segera saja Rio mempercepat kocokannya, sambil kemudian menarik rambut Saktia yang tergerai berantakan. Semakin kencang enjotan Rio, semakin Saktia memekik kesakitan kala rambutnya ikut menjadi sasaran nafsu Rio. Tanpa ampun Rio menjambak sambil menggeram. Wajahnya memerah menahan rasa nikmat di sekujur tubuhnya. Seluruh otot tubuhnya menegang mengusir rasa pegal di pinggulnya. Tenang aja Via, aku akan puasin fantasimu, batin Rio.
Setelah puas dengan posisi
doggy style, Rio mencabut penisnya kemudian menarik Saktia berdiri. Roknya yang sudah terlipat ke atas semakin diangkat paksa sehingga kini bokong dan paha mulusnya benar-benar terpampang jelas. Kini saatnya menggoyang dari depan. Paha kiri Saktia diangkat ke samping sehingga dia berdiri dengan satu kaki. Sambil tangan kanannya menahan paha Saktia, Rio mendekatkan selangkangannya ke vagina yang sudah terbuka lebar dan menuntun penisnya dengan tangan kiri.
Saktia hanya bisa menganga namun tidak bisa bersuara ketika liang vaginanya kembali dipenuhi oleh batang penis Rio. Air mukanya menunjukkan ekspresi kesakitan dan memberi kesan kepedihan. Namun dalam hatinya Saktia tidak merasakan kenikmatan yang diinginkannya. Bahkan Saktia meremehkan penis Rio yang dianggapnya hanya menggelitik klitorisnya, karena tentu vagina Saktia sudah biasa menikmati penis berukuran gigan kedua bosnya. Tapi tidak apa-apa, yang penting semua berjalan sesuai rencana. Saktia sekarang hanya berharap Rio cepat ejakulasi sehingga senggama di ruang server itu cepat berakhir.
Pucuk dicinta ulam tiba. Rio tetap menggeram dan kini melenguh, tatkala dirasakannya air mani mulai menjalar di bawah penis. Rio tidak punya pilihan selain mempercepat goyangannya. Beberapa detik berselang, dahaga yang dirasakannya akhirnya terpuaskan. Cairan putih kental menghujani liang vagina Saktia, memuncratkan tabungan spermanya jauh-jauh ke pangkal lubang kenikmatan lawan mainnya. Saktia hanya melenguh, bersyukur akhirnya berakhir juga.
Rio membiarkan penisnya tetap tertancap sampai lemas kemudian menyadari Saktia kini berurai air mata. Rio semakin terkejut ketika dengan jarak sedekat itu Saktia berteriak ke arahnya,
“Pergi kamu! Pergi!” Saktia menolak badan Rio sampai Rio keluar dari ruang server. Saktia dengan cepat menutup pintunya dan mulai menangis. Terlihat kesedihan mendalam terpancar di wajahnya. Sementara Rio di luar pintu berdiri mematung, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Dia mencoba menggedor pintu, namun Saktia bergeming. Rio tahu Saktia yang meminta hubungan intim itu, sehingga akhirnya Rio membiarkan Saktia sendiri. Lagipula Rio takut tertangkap basah oleh pegawai IT yang prediksinya sebentar lagi selesai istirahat. Rio beranjak cepat ke lift, meninggalkan Saktia di dalam ruang server. Rio yakin Saktia pasti ingin waktu sendiri dulu.
Dari balik pintu, setelah mendengar langkah yang menjauh dan yakin Rio sudah turun ke lantai kantor, Saktia bangkit sambil mengusap air matanya dan merapikan kembali pakaiannya. Baju dan roknya sedikit kusut namun tidak terlalu terlihat. Hanya bagian atas kemejanya yang harus dirapatkan karena satu kancing atas terlepas dan tepinya sedikit robek. Tidak tersisa kesedihan di wajahnya, seolah memang tidak terjadi apa-apa. Saktia berjalan cepat menyusuri barisan server yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan, menuju sudut ruangan tidak terlihat dari pintu.
“Gimana? Udah direkam kan?”
Dari belakang salah satu server, muncullah seorang laki-laki kurus dengan kumis dan jenggot yang kurang terawat dan memakai berseragam vendor IT Valkyrie. Sambil cengengesan, pria yang sudah agak tua itu memperlihatkan handphone yang daritadi digunakannya untuk merekam hubungan intim Rio dan Saktia.
“Hehehe udah bos. Ini saya kirim ke hapenya bos ya, sesuai instruksi…”
“Iya cepetan, aku ga ada waktu nih.” Potong Saktia tergesa.
“Saya jadi tegang pas ngerekam tadi bos. Mas Rio bener-bener kasar ya hehehe” Pria itu masih mencoba mencari topik pembicaraan.
“Kalo lo tegang tuh pake duit yang gue kasi kemaren buat ngewe. Susah amat.” Saktia akhirnya melihat notifikasi video terkirim muncul di handphone-nya.
“Oke udah terkirim. Lo masih simpen ya instruksi yang udah gue kasi kemaren? Kalo rencana gue nanti berhasil, perek manapun yang lo pengen gue bayarin.”
“Hehehe oke bos. Terima kasih ya bos.” Saktia berpikir harusnya dia yang berterima kasih dengan orang suruhannya itu.
“Yaudah gue pergi dulu. Jaga hape lu baik-baik. Lanjutannya gue kabari lagi.” Sambil berlalu cepat Saktia meninggalkan pria tua tersebut. Bibirnya menyunggingkan senyum. Bos Titan akan marah besar kalau tahu salah satu dayangnya diperkosa orang biasa. Satu tahap rencananya sudah terealisasi. Kini tinggal menyebar bencana.
***
[/HIDE]