Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

CHAPTER 21: JANJI

[HIDE]
Tak terasa dua malam sejak Pesta sudah berlalu. Para Pegawai Terpilih sudah hampir pulih, walaupun satu dua orang masih perlu istirahat lebih lama. Mbak Nia pun meniadakan sesi training dua hari belakangan dan menambah jam istirahat mereka. Seperti malam ini, pada jam 08.30 sehabis sesi santai para Pegawai Terpilih sudah disuruh untuk masuk ke kamar masing-masing. Tak perlu waktu lama untuk masing-masing pegawai mulai terlelap dan masuk ke alam tidur mereka.

Sementara pada dini hari Para Pegawai Terpilih sudah tidur pulas di kasur masing-masing, berkilometer jauhnya dari Gedung Valkyrie tampak seorang wanita sedang memacu motor matic-nya dengan kecepatan tinggi. Dari raut wajahnya dan helm yang tidak sempat dipakai, dapat dipastikan bahwa wanita tersebut sedang berburu dengan waktu. Jaket dan tas kecil yang dipakai seadanya berkibar kencang diterpa angin malam.

Jalanan kosong memudahkan motornya berlari kencang menuju tujuan. Saat siluet gedung yang ditujunya sudah kelihatan, tak sadar bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Sambil makin memacu kecepatan motornya, wanita tersebut menerobos lampu lalu lintas perempatan yang menyembulkan warna merah tanda berhenti. Aku harus cepat memberikan map ini, batinnya. Lagian ini sudah dini hari. Jalanan kosong, pasti tidak ada lagi mobil yang melintas di perempatan ini.

Tapi ternyata dugaan wanita tersebut salah. Dari jalan sisi kirinya, mobil SUV melaju kencang menuju tengah perempatan. Wanita itu terbelalak disergap sinar terang lampu mobil. Tabrakan pun tidak dapat dihindarkan. Bumper mobil SUV itu menghantam bagian kiri motor, seketika memecahkan kaca spion dan membuat bagian sayap kiri motor ringsek. Tak sampai disitu, kecepatan mobil yang tidak berkurang sedikitpun mengakibatkan motor terbawa sampai beberapa meter, menuju taman kota yang letaknya lebih rendah dari jalan raya. Tali pengikat jaket yang ternyata membelit setang motor, membuat wanita tersebut ikut terseret hingga akhirnya membentur besi pembatas jalan dan menggelinding ke bawah, ke arah pepohonan taman kota bersama dengan motornya. Suara ribut besi yang menghantam tanah disertai suara motor yang masih hidup akhirnya hilang seiring wanita dan motornya mendarat di dasar taman kota. Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, bahkan tidak sampai semenit. Tanpa saksi mata, hanya saksi bisu berupa jalanan yang lengang dan udara yang dingin.

DHUAARR! Tak dinyana, jauh di bawah jalan raya perempatan, motor yang sudah ringsek tersebut meledak, tampaknya karena bensin yang mengucur dari tangki yang bocor dan menggenang ke arah kabel yang memercik. Asap hitam langsung membumbung, sementara api menjalar ke semak dan pohon sekitarnya.

“Wah ternyata lebih bagus dari yang direncanakan.” Kata pengemudi mobil SUV yang kini keluar dari mobilnya, untuk melihat kondisi di bawah sana.

“Lho iya ya. Kita ga perlu capek-capek menghilangkan map-nya. Tapi seriusan nih ga usah dicek lagi?” ujar temannya, yang ikut keluar dan mengamati sekitar, memastikan tidak ada satu orang pun melihat ‘kecelakaan’ yang baru saja terjadi.

“Noh, lu ga liat tuh, apinya udah sebesar apa? Kalo ntar lagi damkar datang gue ga yakin ini pohon-pohon masih bisa selamat. Apalagi tuh cewe.” Pria pertama mulai menghidupkan rokok yang sedaritadi ingin dia hisap.

“Iya sih. Ayuklah kita balik, sebelum ada yang liat kita disini.” Tanpa basa-basi mereka kembali ke mobil dan dengan injakan pedal yang dalam mereka langsung meninggalkan tempat 'kecelakaan' yang baru saja terjadi.


***

“ ‘Kecelakaan’? Maksudnya?”

“Ah masa Kak Ve ga tau sih. Kecelakaan itu maksudnya si cewe udah hamil duluan sebelum mereka nikah. Istilah Inggrisnya, married by accident.”

“Oo.. gitu ya.”

Tampak dua wanita cantik sudah merumpi di hari yang masih tergolong sangat pagi. Pegawai biasa belum banyak yang datang. Kursi-kursi masih tartata rapi dan meja kantor masih mengkilap dibersihkan Office Boy yang sudah datang dari jam 6. Sinar matahari pagi mulai merambat di dinding kaca Gedung Valkyrie, membiaskan cahaya ke ruangan yang semakin terang karena sudah ada cahaya lampu. Pagi yang cerah dan dimulai dengan membicarakan, lebih tepatnya menggosip, kehidupan artis tampaknya menjadi pilihan yang tepat bagi dua wanita berparas jelita ini.

DqNhTAmF_o.jpg
ZXXARBq1_o.jpg

“Ah masa gitu sih? Setau aku Mila itu aktris baik-baik lho, Kha.” Veranda berusaha menyanggah gosip yang baru saja didengarnya dari Riskha.

“Keliatannya aja baik, Kak Ve. Tapi kakak liat aja tuh, berapa mantannya. Januari pacaran sama Deryl, eh bulan berikutnya ketauan jalan bareng Bimo, Maret beda lagi. Wajar aja sekarang hamil di luar nikah. Cih, dasar gampangan.” Riskha dengan berapi-api membeberkan info yang dia baca dari majalah gosip.

Sambil menguyah salad yang dibawanya dari ruang makan, Veranda mengikik geli melihat Riskha yang ngomel-ngomel sendiri melihat kelakuan aktris yang lagi naik daun sekarang. Mereka sudah ingin melanjutkan lagi gosip artis lain, ketika handphone Veranda bergetar pelan, memunculkan chat dari mentornya, Melody.

[MELODY] Ve, kamu bisa ke ruanganku sebentar? Mau minta tolong nih.

“Kha, aku ke ruangan Melody dulu ya. Melody masuk kerja kayaknya. Padahal tadi aku pikir ga masuk karena ga sarapan bareng kita.” Sambil mengetik chat balasan Veranda berjalan perlahan menuju ruangan Melody. Tampak para pegawai biasa mulai berdatangan dan ruangan besar pun menjadi lebih ramai.

“Oh gitu. Oke deh kak.”

Sesampainya di ruangan Melody, tampak Melody duduk di kursi empuknya, namun terlihat tidak nyaman. Ketika Veranda akhirnya duduk di seberang mejanya, Melody sudah mengubah posisi duduknya sampai tiga kali.

“Pagi, Mel. Aku pikir kamu ga masuk. Udah fit emang?”

uzIZtQyV_o.jpg
8OY3GzvF_o.jpg

Untuk kesekian kalinya membetulkan posisi duduk, Melody sedikit meringis, “Iya nih. Aku sebenarnya udah dibilang Mbak Nia istirahat total dulu. Salah aku juga sih, kemaren di Pesta sampe minta dianalin ama Bos saking kangennya sama Bos hehe. Efeknya gini deh, anusku masih nyeri. Duduk aja ga nyaman. Tapi kan kamu tau, Ve, kalo kerjaan ga bisa nunggu. Nih udah berapa rapat yang aku skip. Belom lagi review kontrak dengan iklan dan PH.”

“Nah makanya itu Ve, aku panggil kesini mau minta tolong. Hari ini kan ada tiga rapat tuh. Aku mau minta kamu untuk menghadiri tiga rapat itu. Ga usah khawatir, ntar kamu ditemani Nabilah. Dia udah lebih tahu hal beginian. Yang penting kamu udah paham poin-poinnya, trus kalo ada yang kurang pas, ya kamu jabarkan aja. Oia sebelumnya, kamu bikin internal letter dan absensi rapatnya juga ya. Yah yang beginian kamu udah pasti bisa lah. I trust you beb hehe.”

Diminta untuk menghadiri rapat pertama kalinya tanpa sang mentor, Veranda merasa sedikit khawatir. Namun karena sudah sering ikut dalam rapat dan juga ada Nabilah, Veranda sedikit lega. Apalagi ini Veranda merasa ini kesempatan untuk dia dapat mendekat ke Nabilah. Menjalin pertemanan dengan Nabilah.

“Hmm oke Mel. Nanti notulen rapatnya langsung aku kirim via email aja ya.”

“Duh makasih banyak ya cantik. Yaudah aku bentar lagi keluar nih, mesti ketemu sama orang PH. Sore baru balik.”, kata Melody sambil menyiapkan apa saja yang mau dibawa.

“Yaudah Mel, hati-hati ya.”

***

Rapat pertama.

Jam 09.55. Yang ditunggu Veranda akhirnya tiba. Tampak Nabilah bergegas menuju pintu ruang rapat, tempat Veranda menunggu.

Rq4URh5M_o.jpg
ZVcxfOsa_o.jpg

“Kak rapatnya belum mulai kan? Tadi aku ada kerjaan dulu.”

“Belum kok, Bil, ini baru aja mau mulai. Yuk masuk.” ujar Veranda sambil tersenyum ramah.

Rapat berlangsung dengan baik. Veranda dengan tekun mendengar presentasi tim dan mengetik poin-poin penting di laptop. Sementara Nabilah ikut mendengarkan sambil sesekali menanyakan hal terkait presentasi tim. Tak terasa rapat sudah berjalan hampir satu jam.

Drrrtttt. Handphone Nabilah yang diletakkan di meja bergetar. Sambil menatap layar proyektor Nabilah meraih handphone-nya. Saat melihat isi dari chat yang baru saja diterimanya, Nabilah tersentak. Veranda yang berada di sampingnya, ikut kaget. Nabilah kenapa ya, pikirnya. Nabilah buru-buru mematikan layar handphonenya. Namun dari ekor mata Veranda yang sempat menangkap sekilas layar handphone Nabilah, dia dapat membaca chat yang diterima Nabilah.

K33.833.88.SR.

Untuk sesaat Veranda mengeryitkan alis. Kode? Kode apa itu? Namun hal tersebut tidak dia gubris lagi, karena masih banyak poin yang perlu diperhatikan dalam rapat. Fokus Veranda kembali ke layar proyektor, sementara Nabilah terlihat gelisah sambil sesekali menatap pintu kaca ruang rapat. Sampai akhirnya,

“Kak Ve. Aku boleh minta tolong ga?” bisik Nabilah di dekat telinga Veranda.

“Ada apa Bil?” Veranda memundurkan kepalanya, ikut berbisik namun tatapannya tetap ke layar proyektor.

“Kak aku ada urusan nih. Boleh ga Kak Ve dulu yang megang rapat? Nanti kalo udah selesai aku balik lagi kesini secepatnya. Minta tolong ya Kak.” Tatapan minta tolong Nabilah membuat Veranda tak kuasa menolak. Yah anggap aja sebagai momen supaya makin dekat Ve, batin Veranda ke diri sendiri.

“Yaudah kamu selesaikan aja dulu kerjaanmu. Nanti kalo udah kelar kesini lagi ya”

Nabilah tersenyum lega sambil buru-buru beranjak berdiri, keluar dari ruang rapat. Veranda pun kembali fokus ke depan.

Tak lama gantian handphonenya berbunyi pelan. Notif chat muncul. Dari Nabilah.

[NABILAH] Kak kayaknya untuk rapat pertama aku skip deh. Nanti siang di rapat kedua aku join ya. Tolong jangan bilang ke Mbak Melody ya Kak. Thanks Kak Ve.

***

Sore jam 4.
Rapat ketiga. Baru saja selesai.
Sambil mengobrol dengan para pegawai biasa yang menghadiri rapat, Veranda berjalan menuju mejanya. Namun sampai detik itu, Veranda belum melihat Nabilah kembali dan menghadiri rapat, sesuai dengan janjinya.

“Duh Nabilah kemana sih..” Veranda menggumam sendiri sambil melihat layar handphonenya. Sudah beberapa kali Veranda menelpon namun tidak diangkat. Juga sudah dikirim pesan namun tanda sekedar sudah dibaca saja pun tidak ada.

Akhirnya setelah membereskan beberapa berkas dan mengirimkan notulen rapat ke email Melody, Veranda menyerah menunggu Nabilah dan menuju lift untuk kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Veranda merebahkan diri, merasakan lelahnya sedikit menghilang ditelan lembutnya kasur. Sambil iseng membuka portal berita, atas saran Melody untuk Veranda harus mengikuti ‘perkembangan dunia’, Veranda dengan malas menggulir layar handphonenya. Tidak ada yang menarik. Partai Beriman menyatakan akan membuat poros ketiga. Arsenal menang telak atas Getafe. Pengamat: Keputusan yang Diambil Presiden Berisiko. Kecelakaan di Perempatan Jalan Tan Malaka. Artis Mila…

Seketika mata Veranda yang hampir terkatup tertidur kembali terbuka. Kecelakaan di Jalan Tan Malaka? Dekat kantor dong? Veranda langsung menekan tautan untuk membaca berita selengkapnya.

"..Dini hari tadi seorang wanita ditemukan tewas dalam kecelakaan tunggal di perempatan Jalan Tan Malaka. Kecelakaan tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa saja, namun juga membakar dan merusak sebagian kecil area taman kota. Dikonfirmasi ke petugas kebakaran, api berasal dari motor yang meledak karena jatuh dari jalan raya ke taman kota. Saksi mata yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan sempat melihat jasad wanita yang kini sudah dibawa ke rumah sakit. Kondisi jasad tersebut sudah dalam keadaan gosong karena terbakar dalam waktu yang agak lama. Motor dan tas korban juga hampir tidak berbentuk karena ikut dilalap si jago merah. Hingga berita ini diturunkan…"

Veranda tidak kuat membaca tuntas berita yang baru saja dibacanya. Kecelakaan di dekat sini, kok aku ga tau ya, batinnya. Dan entah kenapa saat membaca berita tersebut, intuisinya langsung bergerak menuju satu orang. Orang yang hari ini tidak menepati janjinya.

***​

Terima kasih sudah mau menunggu kelanjutan cerita ini. Terima kasih juga untuk likes dan reply nya.

[/HIDE]
[HIDE]
[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
CHAPTER 22: JEBAKAN

[HIDE]
Box speaker yang terpasang di sudut langit-langit ruangan pada siang itu menggaungkan pengumuman yang membuat para pegawai menghentikan kegiatan sejenak dan beberapa bahkan benar-benar berhenti dari pekerjaannya karena pengumuman tersebut.

“..Selamat siang Bapak Ibu pegawai Valkyrie Management, berikut kami umumkan bahwa tahap penambahan server untuk kebutuhan operasional dan kontrol internal baru saja selesai. Oleh karena itu untuk satu jam ke depan akan dilakukan sinkronisasi server yang mengakibatkan database tidak dapat diakses dan CCTV akan dinonaktifkan selama satu jam ke depan. Untuk perhatiannya kami ucapkan terima kasih..”

Dari beberapa meja terdengar sorakan dan tawa, yang artinya mereka baru saja mendapat tambahan satu jam istirahat. Namun tidak sedikit yang langsung kembali fokus ke layar komputer di depannya, menyelesaikan tugas masing-masing. Beberapa yang tidak dapat melanjutkan pekerjaan langsung memanfaatkan momen tersebut, untuk sekedar istirahat, mengobrol dengan rekan disamping meja kerja, streaming video di internet dan lainnya.

Begitu juga dengan Veranda. Momen sinkronsisasi server itu dipakainya untuk menemui seseorang, yang kemaren tidak menghadiri satu pun rapat setelah rapat pertama.

“Hey Nab.”

Nabilah yang baru saja akan beranjak dari kursinya kaget mendapati Veranda sudah berdiri di belakangnya. O-ow.

f1W7k4TS_o.jpg
T20PPpAj_o.jpg

“E-eh, kak Ve. Halo Kak. Tumben kak Ve kesini”

Basa-basi itu tentu tidak digubris Veranda. Dia langsung memberondong Nabilah dengan berbagai pertanyaan.

“Kamu dari mana aja kemaren? Kok sampe rapat ketiga ga datang-datang juga? Trus kok kamu ga ikut sarapan tadi? Tadi Mbak Nia bilang kamu ada kerjaan mesti selesai pagi ini. Emang ada pekerjaan apa sampe ga sarapan?”

“Nab, kamu kok kayak ngehindarin aku sih?” Pertanyaan terakhir benar-benar menjadi pamungkas dari semua pertanyaan di pikiran Veranda.

Diberondong pertanyaan Veranda yang sudah berdiri di depannya, Nabilah hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, mencoba setenang mungkin menjawab pertanyaan Veranda. Dia tidak bisa lagi menghindar dari Veranda.

“Kak, sebenarnya aku kemaren ke rumah sakit. Aku dapat kabar Ibuku kemaren jatuh di kamar mandi. Untung adikku kemarin tumben pulang cepat. Jadi Ibu langsung bisa cepat dibawa ke rumah sakit. Ibu perlu opname Kak, karena daya tahan tubuh Ibu makin menurun semenjak kepergian Almarhum ayah. Maaf ya Kak Ve kemaren aku ngga bisa ikut rapat kemaren.” Nabilah menuturkan dengan pelan namun menusuk perasaan Veranda.

Veranda terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya menjawab, ”Kenapa kamu ga bilang aku Bil? Kalo kamu kasitau kan aku bisa ngerti.”

“Maaf kak, kemaren itu aku ga bisa mikir apa-apa lagi selain keselamatan Ibu. Makanya aku ga bisa hubungi Kak Ve lagi karena sibuk ngurus administrasi rumah sakit, beli ini-itu, tenangin adek juga.”

Veranda benar-benar tidak bisa menahan harunya lagi. Dia langsung meraih punggung Nabilah, memeluknya erat, tidak peduli beberapa orang melihat mereka.

“Nab, kalo kamu ada masalah, cerita dong ke aku. Kita kan sesama Pegawai Terpilih. Aku kan temen kamu. Aku ada di sini buat kamu.”

“I-iya kak. Aku juga minta maaf ya kemaren ngga ngasi kabar.” Nabilah yang sebenarnya kaget karena mendadak dipeluk hanya bisa menjawab seadanya. Namun setelahnya Nabilah menghela nafas lega. Satu masalahnya selesai hari itu.

***

Momen sinkronisasi server pada hari itu juga dimanfaatkan dengan baik oleh Saktia. Saat box speaker selesai berkumandang, dia langsung melancarkan rencana yang sudah dia susun tadi malam. Segera Saktia mengirim pesan singkat ke Rio.

[SAKTIA]Rio kamu dimana? Cepetan kesini. Aku di lantai 7. Dekat toilet dekat ruang server.

T7PpOjuT_o.jpg

Rio yang membaca pesan singkat Saktia, sejenak bingung. Ada urusan apa Saktia ingin cepat menemuinya? Selintas pikiran nakalnya muncul. Apa Saktia ingin mengulang kejadian Lembur malam itu? Namun karena pesan yang terkesan buru-buru itu Rio tidak berpikir lama dan langsung bergerak menuju lift.

Lantai 7. Lantai yang dikhususkan untuk bagian IT dan ruang server database. Lantai yang sangat berbeda suasananya dengan lantai-lantai di bawahnya yang ramai dan penuh dengan aktivitas. Hanya sesekali aktivitas terdengar di lantai tersebut, yaitu ketika para pegawai bagian IT keluar masuk ruangan mereka. Sisanya, mereka lebih senang bekerja remote di manapun mereka mau karena kebijakan dari Valkyrie yang mengizinkan hal tersebut. Seperti saat ini, setelah server berhasil menjalankan proses sinkronisasi, tentu para pegawai IT tidak mau berlama-lama di ruangan yang dingin itu. Mereka langsung ke bawah menikmati berbagai penganan di kantin, sehingga lantai 7 saat ini lebih sunyi dan dingin.

Sesampainya di lantai 7, Rio dapat melihat Saktia berdiri tidak nyaman menunggunya. Sambil setengah berlari Rio mendekati Saktia, “Hey ada apa kok sampe ke sini sih…”

Tak diduga Saktia langsung memeluknya dan langsung mencumbui wajah Rio.

“Aku kangen kamu sayang. Aku pengen kamu. Birahiku ga bisa ditahan lagi.” racau Saktia sambil mengelus-elus punggung dan perut Rio. Tak perlu waktu lama untuk libido Rio melonjak. Wah bakal enak-enak nih, pikirnya.

Setelah puas menciumi wajah Rio, Saktia mulai membuka kancing atas blusnya. Saktia menggeram seakan ingin menerkam kenikmatan dari tubuh Rio. Dia pun mulai melucuti kancing kemeja Rio.

“Entotin aku Yo. Perkosa aku! Aku udah ga sabar pengen ngerasain kontolmu. Siksa aku sayang. Aku udah ga sabar. Ayo cepet! Sebelum mereka balik ke sini.”

Instruksi singkat nan sensual itu langsung dapat dimengerti. Baiklah sayang kalau itu maumu. Rio benar-benar akan menggempur tubuh ranum Saktia sesuai permintaannya. Sisi liar Rio mulai berkobar, mengimajinasikan bagaimana dia akan menyiksa Saktia.

Segera saja Saktia mengajak Rio ke salah satu ruangan server yang dingin karena AC diset dengan suhu serendah mungkin. Namun suhu dingin tersebut tidak menghambat gairah panas mereka yang akan bercinta. Saktia sesaat bersandar di pintu server, memancing Rio yang sudah tidak tahan untuk menikmati Rio. Rio langsung mendorong pintu, menolak Saktia ke dalam ruangan.

Saktia yang sedikit limbung dan belum dapat menstabilkan posisinya, tidak dipedulikan Rio yang menarik rok Saktia ke atas dengan kasar, sehingga rok hitam yang tadinya mulus kini mengkerut. Tampaklah celana dalam putih dan paha yang mulus dari balik rok tersebut. Rio tidak mau repot membuka bajunya dan Saktia. Dia hanya ingin menikmati selangkangan Saktia. Lagipula tidak akan sempat waktu untuk kami menelanjangi diri, pikirannya mulai menghitung-hitung waktu yang ada.

Tak lupa Rio menampar keras bokong mulus Saktia. Berulang kali ditamparnya sampai Rio tertawa sendiri melihat Saktia yang mengaduh dan tidak melawan malah terlihat menikmati siksaan dari Rio. Tidak puas menampar bokong Saktia, Rio menegakkan lagi tubuh Saktia sehingga kini mereka berhadapan. Rio membuka kasar blus Saktia hingga tepi kancingnya sedikit robek. Rio tidak peduli. Dia langsung mengeluarkan paksa payudara Saktia dan memagut putingnya bergantian.

“Nggghh ahh..” Erangan Saktia tidak diindahkannya.

Setelah puas dengan kedua putingnya, Rio menuju dahaga utamanya. Kembali Rio membalikkan tubuh Saktia dan menunggingkannya. Dengan sedikit menarik celana dalam putih Saktia, kini terpampang jelas apa yang diinginkan Rio: seonggok vagina halus dan siap disantap. Tak perlu waktu lama, Rio membenamkan jari tengah dan jari manisnya dalam-dalam ke liang vagina Saktia. Saktia kembali menggeram menahan rasa nyeri mendadak di selangkangannya yang dengan cepat dikocok Rio.

Tak perlu waktu lama, Rio mendapati vagina Saktia mulai becek dan sudah dapat dinikmati. Ngga sia-sia aku nonton bokep selama ini, pikirnya. Sejak kejadian Lembur yang lalu, Rio semakin intens menonton film porno yang diunduhnya di kantor. Semua adegan diperhatikannya dengan seksama untuk dapat mengetahui trik dalam bercinta. Hasilnya, kali ini Saktia dapat dipaksanya orgasme hanya dengan fingering.

Rio buru-buru membuka gesper dan kancing celananya, menyembulkan batang penisnya yang sudah mengeras maksimal. Rio meludah ke telapak tangannya kemudian membalurkan ke batang penisnya untuk memudahkan penetrasi.

Jleeeb. Aargghh. Rio dan Saktia mendesah bersamaan, tanda permainan dimulai. Segera saja Rio mempercepat kocokannya, sambil kemudian menarik rambut Saktia yang tergerai berantakan. Semakin kencang enjotan Rio, semakin Saktia memekik kesakitan kala rambutnya ikut menjadi sasaran nafsu Rio. Tanpa ampun Rio menjambak sambil menggeram. Wajahnya memerah menahan rasa nikmat di sekujur tubuhnya. Seluruh otot tubuhnya menegang mengusir rasa pegal di pinggulnya. Tenang aja Via, aku akan puasin fantasimu, batin Rio.

Setelah puas dengan posisi doggy style, Rio mencabut penisnya kemudian menarik Saktia berdiri. Roknya yang sudah terlipat ke atas semakin diangkat paksa sehingga kini bokong dan paha mulusnya benar-benar terpampang jelas. Kini saatnya menggoyang dari depan. Paha kiri Saktia diangkat ke samping sehingga dia berdiri dengan satu kaki. Sambil tangan kanannya menahan paha Saktia, Rio mendekatkan selangkangannya ke vagina yang sudah terbuka lebar dan menuntun penisnya dengan tangan kiri.

Saktia hanya bisa menganga namun tidak bisa bersuara ketika liang vaginanya kembali dipenuhi oleh batang penis Rio. Air mukanya menunjukkan ekspresi kesakitan dan memberi kesan kepedihan. Namun dalam hatinya Saktia tidak merasakan kenikmatan yang diinginkannya. Bahkan Saktia meremehkan penis Rio yang dianggapnya hanya menggelitik klitorisnya, karena tentu vagina Saktia sudah biasa menikmati penis berukuran gigan kedua bosnya. Tapi tidak apa-apa, yang penting semua berjalan sesuai rencana. Saktia sekarang hanya berharap Rio cepat ejakulasi sehingga senggama di ruang server itu cepat berakhir.

Pucuk dicinta ulam tiba. Rio tetap menggeram dan kini melenguh, tatkala dirasakannya air mani mulai menjalar di bawah penis. Rio tidak punya pilihan selain mempercepat goyangannya. Beberapa detik berselang, dahaga yang dirasakannya akhirnya terpuaskan. Cairan putih kental menghujani liang vagina Saktia, memuncratkan tabungan spermanya jauh-jauh ke pangkal lubang kenikmatan lawan mainnya. Saktia hanya melenguh, bersyukur akhirnya berakhir juga.

Rio membiarkan penisnya tetap tertancap sampai lemas kemudian menyadari Saktia kini berurai air mata. Rio semakin terkejut ketika dengan jarak sedekat itu Saktia berteriak ke arahnya,

“Pergi kamu! Pergi!” Saktia menolak badan Rio sampai Rio keluar dari ruang server. Saktia dengan cepat menutup pintunya dan mulai menangis. Terlihat kesedihan mendalam terpancar di wajahnya. Sementara Rio di luar pintu berdiri mematung, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Dia mencoba menggedor pintu, namun Saktia bergeming. Rio tahu Saktia yang meminta hubungan intim itu, sehingga akhirnya Rio membiarkan Saktia sendiri. Lagipula Rio takut tertangkap basah oleh pegawai IT yang prediksinya sebentar lagi selesai istirahat. Rio beranjak cepat ke lift, meninggalkan Saktia di dalam ruang server. Rio yakin Saktia pasti ingin waktu sendiri dulu.

Dari balik pintu, setelah mendengar langkah yang menjauh dan yakin Rio sudah turun ke lantai kantor, Saktia bangkit sambil mengusap air matanya dan merapikan kembali pakaiannya. Baju dan roknya sedikit kusut namun tidak terlalu terlihat. Hanya bagian atas kemejanya yang harus dirapatkan karena satu kancing atas terlepas dan tepinya sedikit robek. Tidak tersisa kesedihan di wajahnya, seolah memang tidak terjadi apa-apa. Saktia berjalan cepat menyusuri barisan server yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan, menuju sudut ruangan tidak terlihat dari pintu.

“Gimana? Udah direkam kan?”

Dari belakang salah satu server, muncullah seorang laki-laki kurus dengan kumis dan jenggot yang kurang terawat dan memakai berseragam vendor IT Valkyrie. Sambil cengengesan, pria yang sudah agak tua itu memperlihatkan handphone yang daritadi digunakannya untuk merekam hubungan intim Rio dan Saktia.

“Hehehe udah bos. Ini saya kirim ke hapenya bos ya, sesuai instruksi…”

“Iya cepetan, aku ga ada waktu nih.” Potong Saktia tergesa.

“Saya jadi tegang pas ngerekam tadi bos. Mas Rio bener-bener kasar ya hehehe” Pria itu masih mencoba mencari topik pembicaraan.

“Kalo lo tegang tuh pake duit yang gue kasi kemaren buat ngewe. Susah amat.” Saktia akhirnya melihat notifikasi video terkirim muncul di handphone-nya.

“Oke udah terkirim. Lo masih simpen ya instruksi yang udah gue kasi kemaren? Kalo rencana gue nanti berhasil, perek manapun yang lo pengen gue bayarin.”

“Hehehe oke bos. Terima kasih ya bos.” Saktia berpikir harusnya dia yang berterima kasih dengan orang suruhannya itu.

“Yaudah gue pergi dulu. Jaga hape lu baik-baik. Lanjutannya gue kabari lagi.” Sambil berlalu cepat Saktia meninggalkan pria tua tersebut. Bibirnya menyunggingkan senyum. Bos Titan akan marah besar kalau tahu salah satu dayangnya diperkosa orang biasa. Satu tahap rencananya sudah terealisasi. Kini tinggal menyebar bencana.

***

[/HIDE]

Selamat menikmati.

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd