Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A little perfect life

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
part 9


Saat aku kelas satu di kelasku ada satu orang yang sangat menonjol, meski kepintarannya tidak pernah melebihiku. Meski tubuhnya terbilang kurus dan rata, senyumnya berpadu tingkahnya yang terlalu aktif dan jahil membuat sifat ambisiusnya tertutupi. Anehnya itu juga membuat kami semua tertarik kepadanya seperti besi tertarik oleh magnet. Kami semua beredar mengitarinya dimana ia menjadi pusatnya. Wajar jika dalam waktu beberapa bulan saja semua warga sekolah sudah mengenalnya, terlebih sejak ia bergabung dengan OSIS dan terpilih menjadi ketua kelas.

Awalnya aku mengira ia hanya sebuah cangkang kosong karena bersembunyi wajah cantiknya dan juga kegiatan-kegiatan tak tentu arah. Namun ternyata aku salah. Anak ini ternyata tidak pernah mengabaikan pelajarannya. Misalnya pada saat ia pernah tidak masuk dua hari karena sakit ia tidak berhenti berusaha mengejar dan meminjam catatanku karena merasa aku adalah anak yang paling rajin di kelas.

lalu sejak hari itu, selama seminggu waktu istirahatku habis hanya untuk mengajari anak ini belajar. Lucunya aku tidak sepintar ini saat itu dan membuat kerja kami berdua tidak berjalan lancar. Aku kesulitan menjelaskan dan tentunya Dewi, si cewek aktif ini kesulitan mengerti kata-kata yang kuucapkan.

Namun setelah dewi selesai mempelajari ketinggalannya, kami ketagihan untuk belajar bersama. lalu Dewi pegi mengajak sahabatnya yang juga cewek tercantik di kelas kami, untuk belajar bersama sepulang sekolah. Sejak saat itu, Aku, Giska, Bondan yang tiba-tiba ingin ikut bergabung dan tentu saja Dewi menghabiskan waktu sore untuk belajar bersama dengan bergantian mengunjungi rumah masing-masing.

Namun belakangan, kami mengetahui bahwa Bondan tidaklah sebegitu tertariknya pada pelajaran ataupun nilai-nilai yang sempurna. Dia hanya datang untuk mengincar simpati Giska dan tentu saja mendapatkan hatinya. Lucunya Dewi nampak setuju dengan itu dan kemudian dimulailah keisengannya untuk menjodohkan Bondan dengan Giska.

Sayangnya di tengah perjalanan, Dewi sudah mulai bergabung dengan OSIS dan rencana ini sedikit terganggu karenanya. Sering kali kami hanya belajar bertiga karena Dewi sering kali absen dari kegiatan belajar kami. Atau bahkan kadang sedikit lebih parah karena di tengah-tengah kegiatannya menjelaskan bab baru pada kami telepon berdering dan membuatnya izin untuk kembali ke sekolah dengan segala kegiatan organisasinya itu.

lNamun Dewi masih tidak ingin menyerah mengenai kegiatan mak combalngnya itu. Terutama ketika itu melibatkan sahabatnya. Akhirnya, akulah yang kemudian ditunjuk Dewi mengambil alih kedudukan sebagai pelaksana dan bertindak sebagai mitra membantu menjalankan rencananya. Ya, Dewi sifat ambisiusnya membuatnya bukan menjadi orang yang suka mundur ditengah jalan ketika melakukan sesuatu.

Dan kegiatan kami semakin intim. kami lalu bertukar nomor untuk kemudian saling bertukar pesan. Kami sering berbicara hingga larut malam hanya untuk membicarakan hal-hal romantis. Skenario kencan sempurna atau drama k*rea sebagai pelicin rencana kami. Akhirnya dua orang beruntung ini berhasil besatu. Bukan dalam artian persenggamaan saat kedau kelamin bersatu atau bahkan mengikat janji suci. Bersatu dalam artian mereka berpacaran dan melupakan kerja keras kami.

Sialnya, kegiatan ini menjadikan kami para mak comblang menjadi lebih mengenal satu sama lain. Kami saling mengetahui tipe-tipe pasangan kesukaan kami dan lucunya terlihat jelas kami coba mengikuti itu satu sama lain. Aku mulai membeli beberapa barbel hanya untuk meningkatkan massa ototku dan mecoba terlihat gagah. Sementara dewi pun sendiri mulai mengikat rambutnya dengan kuncir kuda favoritku dan lebih malu-malu dalam menatapku.

Beberapa bulan setelah Giska dan Bondan resmi berpacaran, kelompok belajar kami bubar. Sejak itu, kami terlihat seperti berjalan sendiri-sendiri. Dewi sibuk dengan event besar sekolah, sementara kedua anak lainnya yang malas kusebutkan namanya lagi sibuk memadu kasih membuat aku hanya gigit jari. Untungnya ketika ada kesempatan, aku dan Dewi masih suka bertukar catatan meski kemudian catatanku banyak yang tidak sempat ia kembalikan.

Lucunya, aku diam-diam telah mengetahui rencana Giska. Dia dan pacarnya tidak lagi bertukar catatan denganku karena ingin membalas Dewi karena telah menjodohkannya dengan pacarnya saat ini. Terutama ketika beberapa ali aku mendaptinya melirik nakal kepada kami berdua saat aku dan Dewi sedang bercakap-cakap satu sama lain. Lucunya, ini pertama kalinya dalam hidupku aku membiarkan seseorang menjodohkanku dengan orang lain.

namun mungkin kami tak pernah ditakdirkan bersama. Suatu hari sebuah pesan dari Giska datang ke hapeku. Awalnya aku membacanya dengan malas karena mungkin saja dia hanya ingin menggoda atau menjebakku dengannya. Namun aku yang sedang bobo cantik, tiba-tiba saja melompat turun dari tempat tidur lalu berlari menuruni tangga.

""Dewi baru saja di usir dari rumahnya!"

Akupun bergegas memencet icon berbentuk telepon dan mulai tidak sabar menunggu suara dari arah seberang. Namun setelah tersambung, lima menit pertama suara yang kudengar hanya suara isak tangis, bersama dengan suara gerinda dan kunci-kunci yang terbanting. Merasa ini tidak berhasil, aku memutuskan pergi ke rumah pacar sahabat Dewi ini. Sialnya aku masih belum mendapat SIM saaat itu, membuatky harus repot-repot menaiki kendaraan umum.

Sesampainya disana aku bergegas menuju bengkel di rumah Bondan. Terlihat Giska sedang duduk menunduk di bawah pohon memegangi pipinya. Sementara Bondan diam duduk disamping memandangi pacarnya yang kini terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya.

"Gis! apa yang terjadi?"

"ga tau rud... Dewi cuma pas gw nganter pulang tau-tau Om Joko teriak dan Dewi langsung di gampar keluar."

"dan..." ucap Giska memegangi pipinya.

"Apa Gis? kenapa? kenapa lo diem?"

"kenapa?" tanyaku lagi tidak sabar.

Namun lagi-lagi Giska menangis dan membuatku yang sudah sangat penasaran ini kesal.

Karena kesal aku segera meremas dadanya yang mengembung itu dan membuatnya berteriak. tentu saja, Giska yang montok ini segera berhenti menangis dan menatapku gemetar tidak percaya.

"Bukk!" sebuah pukulan mendarat di pipiku dan membuatku jatuh.

"heh! kunyuk! tangan lo pegang kemana?"

"Heh! gw udah muak dari tadi selalu di tinggal kentang sama ulah kalian! gw mau tau dimana Dewi dan apa yang terjadi padanya!" balasku berteriak dengan penuh emosi.

Singkat cerita aku berkelahi dengan Bondan dan berhasil membuatnya babak belur. Mungkin kalau saja Giska tidak segera memelukku aku bisa saja menghabisi nyawanya, karena sudah membuatku kesal. Setidaknya tonjolan empuk di punggungku tiba-tiba membuat emosiku mereda karena darah dikepalaku berpindah ke tempat lain.

"ma-maaf rud... jangan pukulin Bondan lagi...." seru Giska sambil menangis.

"jadi ada apa dengan Dewi? "

"ga tau rud... gw gak tau... gw udah di usir duluan sama Om joko..."

Giska lalu menunduk dengan takut-takut tidak berani melihat mataku. Lalu aku pun segera mengambil hape Giska yang ia letakkan di kantung rok seragammnya. Terlihat beberapa kali ia mengejang saat aku meraba kulit pahanya yang lembut. Aku merasakan nafasnya memburu nmun aku tidak berpikir apa-apa lagi.

Namun Giska ternyata memang tidak mengetahui apa-apa. Di dalam hapenya hanya ada beberapa foto mesra bersama Bondan dan juga beberapa nomor kontak anak-anak OSIS. Sayangnya seperti Giska, mereka tidak pula mengetahui apapun tentang Dewi. Namun diantara semua daftar panjang, semuanya melewatkan Vani ketua kesenian saat itu. Tidak ada seorang pun yang berani bertanya kepadanya. Terutama karena pacarnya adalah seorang jagoan yeng terkenal suka marah-marah. Ini pula yang menjadi alasan membuatku kesulitan mendapatkan nomor Vani. Tidak ada orang yang mau memberikan nomornya karena mereka takut terjebak dalam pertengkaran kami nantinya.

Beranjak malam aku akhirnya memutuskan pulang tanpa mendapat kemajuan sedikit pun. Dari sekian daftar dan rumah yang ku kunjungi, hanya tersisa satu orang yang bisa menjelaskan semuanya. Namun orang ini tidak pernah mengangkat telepon dariku setiap kali aku mencoba menghubunginya.

Sampai ketika aku melewati taman kompleks rumahku dan menemukan bunyi dering hape yang ku kenal. Lalu aku melihat seseorang duduk diatas ayunan. Seorang wanita dalam balutan kemeja putih dan rok abu-abu yang sedang sibuk melihat hape yang di genggam di tangannya. terlihat setiap kali hape itu bergertar dan berdering, setiap kali itu juga telepon itu selalu di putusnya. Setiap kali telepon itu diputus setiap kali juga aku harus mengulang panggilan.
***

Dengan nafas tertahan aku berjalan mendekati wanita berambut panjang yang kini helai rambut tertutup ke depan menutupi wajahnya. Meski ia berbaju putih, untung saja ia memakai rok berwarna abu-abu. Nuansa horor semakin kental terutama ketika kaki wanita itu tidak menapak tanah dan membuat ayunan yang didudukinya mulai terayun-ayun pelan. Aku dengan deg-degan berjalan pelan mendekatinya dari belakang samapi tiba-tiba ia bersuara dengan lirih...

“Rudi...” suara wanita itu datar

Aku melompat karena wanita memanggil namaku tanpa harus berbalik tubuhku gemetar karena takut wanita di depanku ini bukanlah manusia. Wjar, apalagi jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.

“ga usah kaget rud. Bayangan kamu keliatan tau... lagian aku udah hapal banget siluet kamu yee...”

“muncul terus dalam mimpiku belakangan ini.” Lanjutnya pendek.

Ucapan wanita itu membuat hatiku berdegup kencang sehingga entah setan dari mana yang membuatku ingin segera memeluknya. Orang ini adalah wanita yang terus kucari seharian ini. Dan ternyata aku malah menemukannya dua blok dari rumahku. Kalau saja aku bukan anak yang masih kelas satu SMA, mungkin itu segera inging memeluknya tanpa menghiraukan norma, adat dan budaya. Sayangnya mungkin aku terlalu takut. Akhinya, aku hanya memutuskan duduk disampingnya. Pada ayunan kosong yang tergantung diam seperti suasana canggung ini.

Sialnya, tidakanku malah membuatnya beranjak bangkit dan berjalan pergi seakan ingin menjauhiku. nampak sekali wanita ini ingin sekali bergerak menuju bak pasir tapi terlihat ragu dan membuatnya hanya berdiri membelakangiku dengan padnagan menatap ke arah jalanan kosong.

Aku bisa melihat pantat roknya penuh dengan pasir dan siluet BH-nya juga membayang dari balik kemejanya yang terlihat basah oleh keringat. Lucu mengingat dada wanita ini sebenarnya masih dalam masa pertumbuhan sehingga belum membutuhkan hal-hal semacam itu.

“Apa? Apa yang aku lakukan dalam mimpimu?” tanyaku padanya dengan suara lirih .

Ia lalu nampak berpikir dan menarik nafas sebelum menjawabnya dengan datar seakan tidak terjadi apa-apa. Walau sebenarnya masih tetap masih berbeda dengan biasanya karena normalnya ia berbicara dengan penuh semangat dan kekuatan yang membuat kami semua tertarik kepadanya.

“Apa ya... lupa.."

“ya sudah kalau lupa...” ucapku beranjak bangkit seakan-akan ingin pergi.

Namun ketika aku baru saja hendak mengangkat pantatku yang kencang akibat sering berlatih, wanita itu berkata lagi dengan ucapany yang sangat lirih.

“menangis? Aku rasa dia menangis... lucu sekali kan? Cengeng... Cowok kok cengeng....”

“Eh?... lucu dari hongk**?... lagian ngapain gw nangis di hadapan cewek? lo kali yang nangis ama gw?”

Namun sepertinya aku slaah bicara, dan membuatnya membenatkku dengan suara keras. Semoga saja tetanga tidak bangun karenanya.

“aku tidak menangis... tidak akan!” lanjutnya dengan suara bergetar.

“Ma-maaf wi... gw ga tau kalo lo se emosi itu... ”

“Eh i-iya.... Mungkin rud Aku capek sekolah terus.... Mungkin besok aku mau berenti aja...”

“mungkin besok aku akan pindah... hari ini cu-cuma mau bilang itu aja, datang liat kamu aja...”

Lalu Dewi pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di atas ayunan itu. Aku cukup menyesal tidak mengejarnya saat itu. Namun aku lebih penasaran pada benda yang ingin Dewi sembunyikan. Sehingga aku berjalan menuju bak pasir dan mendapati buku-buku pelajaran Dewi berserakan dan tertimbun di dalam beberapa tumpukan pasir.

Beberapa tumpukan pasir itu kemudian hanya berisi kertas-kertas dan buku-buku yang terbakar dan kuga robek. Beberapa kukenali sebagai catatan-catatan Dewi karena kalimtanya yang menyontek dari catatanku. Kecuali satu tumpukan pasir terbesar, yang kusisakan untuk ku buka paling terakhir karena pasti capek membongkarnya di tengah malam seperti ini. Benar saja saat aku membongkarnya setidaknya aku menghabiskan waktu sepuluh menit. Dan membuat keringatku kembali bercucuran membasih bajuku yang sedikit bernoda tanah karena sibu bekelahi sepanjang sore ini.

Meski gunung pasi itu di tumpuk paling besar, namun ternyata dalam tumpukan itu hanya menyembunyikan sepuluh batang test pack kehamilan yang semuanya menunjukan dua garis, positif!. Lalu kemudian aku bisa juga melihat bahwa melihat beberapa test pack penuh dengan goresan yang berusah menghapus salah satu garis merah dan membuat seakan-akan hasilnya adalah negatif.

Aku mulai dapat mengira-ngira alasan Dewi di usir dari rumah. Lalu dengan cepat amarahku kembali naik. Untuk pertama kalinya aku memukul beton pinggiran bak pasir itu hingga tanganku berdarah. Karena merasa perih ku pun mulai menangis dan mendapati Dewi sudah menunduk disampingku dan sambi memandangi wajahku dan melihatku dengan ekspresi khawatir.

Kini mataku terpejam mencoba utnuk tidak melihatnya karena kecewa. Namun kemudian, aku merasakan hembusan nafas Dewi di hidungku hingga akhirnya beberapa saat kemudian hidung kami berdua mulai bertemu, dan bibir kami mencoba bersentuhan. Sialnya, air mata menghalangi kedua bibir kami untuk benar-benar bertemu. Membuat ciuman basah pertamaku penuh dengan rasa asin. Ini tidaklah romantis karena mungkin rasa asin ini berasal dari keringat. Mengingat seharian ini aku terus jalan-jalan ke beberapa rumah teman sekelas kami dan juga teman OSIS Dewi.

Mengingat itu membuatku mual.



updatenya agak lama lagi mungkin maaf...
 
Terakhir diubah:
Nulisnya yang tenang suhu,,, dinikmati,,, tulisan suhu banyak bolongnya,, tiba2 giska lah,,, tiba2 ada vani lah,,, dll tetap semangat,,, dan lanjutkan karyamu,
 
I think i've got something..
Diawali dari part 7 itu side story pov dewi, flashback
Part 8 present time
Part 9 pov rudy, flashback setelah side story part 7

Ehh.. Hahaha.. Maap nubie soktau
:ampun:
Ceritanya :mantap:
 
Nulisnya yang tenang suhu,,, dinikmati,,, tulisan suhu banyak bolongnya,, tiba2 giska lah,,, tiba2 ada vani lah,,, dll tetap semangat,,, dan lanjutkan karyamu,

Masih bnyk typo suhu..nulisnya pelan2 aja suhu..makasih updatenya suhu

yang part terakhir sudah di diperbaiki suhu, makasih sarannya hhe.curi-curi waktu ngetiknya soalnya
 
I think i've got something..
Diawali dari part 7 itu side story pov dewi, flashback
Part 8 present time
Part 9 pov rudy, flashback setelah side story part 7

Ehh.. Hahaha.. Maap nubie soktau
:ampun:
Ceritanya :mantap:
ga tau harus ngomong apa hehehe, makasih suhu udah betah mantengin cerita nubi...:suhu:
 
Terus terang suhu
Ane bingung bacanya

Tapi tetap berkarya ya hu...
Keep semprot
 
Mungkin para suhu yang sudah pintar mengolah kosa kata bisa kasih sedikit bimbingan untuk suhu re semprot ini jangan pada diem :mad:
 
bolak balik baca tetep :bingung:
sebelum ngetik liat update terakhir ente hu..
biar nyambung dan kasih keterangan hehehe ....
lanjuttttttt. huuu :Peace:
 
Mungkin para suhu yang sudah pintar mengolah kosa kata bisa kasih sedikit bimbingan untuk suhu re semprot ini jangan pada diem :mad:
Ya ampun suhu ampe dibelain... hehe maaf ya emang yang ini banyak egonya penulis. agak susah ngeditnya karena agak beda ga kaya thread cerita ane yang lain. Setiap side storynya bakal beda timeline (sejauh ini rencananya gitu) biar ada kesan misterinya dan agak susah di tebak. mohon maaf suhu kalau terjebak
:ampun::ampun::ampun::ampun:
 
alur maju mundur, flashback dengan multi POV?
kaya filmnya kiera knightley atau film apa yg tentang teroris itu ya?
keren suhu....
bisa narik benang merahnya hanya aja kayaknya loncat dr renata ke dewi agak terlalu cepet....
 
Bimabet
alur maju mundur, flashback dengan multi POV?
kaya filmnya kiera knightley atau film apa yg tentang teroris itu ya?
keren suhu....
bisa narik benang merahnya hanya aja kayaknya loncat dr renata ke dewi agak terlalu cepet....
Iya suhu. Iya sih emang loncatnya parah mungkin kalo udah mau tamat baru ane coba rangkai timelinenya supaya kegambar sekalian bikin lebih panas kali. Btw agak bingung naro side story Renata, soalnya lebih berputar sama Dewi ama tuh cewek sih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd