Setelah duduk cukup lama di sebuah ayunan taman, Dewi akhirnya membuka sebuah aplikasi online dan menyewa sebuah mobil sewaan dengan supir menuju sebuah kompleks mewah yang kini menjadi tempat tinggalnya. Sebelum ia beranjak pergi, sesekali mencoba menoleh kearah jalan seakan sedang menunggu seseorang. Namun akhirnya menyerah dan berjalan pergi.
“ternyata gw yang belum berubah...” gumamnya sambil tersenyum sesekali.
Lucunya karena melamun Dewi pergi keluar setelah berputar-putar di dalam sebuah komplek dan mencapai jalan keluar yang berbeda. Sesekali ia terlihat menggaruk kepalanya sambil melihat aplikasi peta karena jalanan kompleks itu yang sepi di hari minggu siang. Akhinrya setelah bersusah payah, lima belas menit kemudian Dewi berhasil menemukan mobil sewaaannya dan melompat masuk sambil memohon maaf sekedarnya.
“maaf ya pak udah nunggu lama... boleh kita jalan sekarang?”
“Iya bu... eh mbak...” sahut si supir berjalan memacu mobilnya.
Dan begitulah, setelah berkata seperti itu, tidak ada lagi terdengar percakapan antara keduanya. Selain karena suasana cangung yang di ciptakan oleh sang supir karena salah memanggil si penyewa dengan sebutan ibu, melainkan juga karena Dewi yang sebenarnya tidak ambil pusing lebih memilih tenggelam dalam lamunannya, mengenang segala yang terjadi.
Hari itu, Dewi bersama seluruh anggota OSIS dan beberapa panitia lainnya saat itu sedang sibuk mengadakan jamuan untuk bagi para alumni dan d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) untuk sebuah pesta amal yang akan diadakan di lain hari. Berdasarkan rapat, jamuan itu dilakukan di salah satu hotel bintang lima. Dengan menyewa sebuah ruang rapat yang disulap menjadi tempat jamuan prasmanan.
Karena kegiatan dekorasi dan semacamnya memerlukan waktu dan pengawasan, Beberapa panita di bidang kesenian akhirnya memilih untuk menginap sambil tentunya sesekali mencuri waktu untuk menikmati fasilitas hotel yang tentunya sangat lengkap itu.
Namun rupanya anak-anak kesenian yang terkenal kreatif rupanya terlalu larut dalam permainan. Dan efeknya fatal karena ketka mereka kembali, dekorasi yang sudah selesai ternyata dibentuk menjadi sebuah acara jamuan besar dengan meja-meja utama terletak ditengah ruandan melainkan diletakkan di salah satu pojok seperti pesta kondangan di hotel-hotel.
Tentu saja ketua kesenian saat itu kemudian marah-marah dan menyuruh agar para panitia lembur dan memanggil para petugas hotel untuk menjelaskan semuanya sekali lagi. Sialnya, ssemua berasal dari kesalahan panita sehingga tambahan dekorasi memerlukan uang tambahan. Padahal dana untuk kegiatan mereka sangatlah pas-pas an.
Akhirnya Vani mengambil keputusan berani dengan menyediakan tubuhnya untuk beberapa petinggi dan karyawan hotel untuk memberikan diskon. Namun untuk melakukan kegiatan mesum semacam itu bersama lebih dari empat orang sekaligus, Vani nekat memakai suplemen yang disamarkan sebagai obat penambah Darah.
Kampretnya, panitia kelas dua yang lain juga memanfaatkan momen itu dan bergerak menuju kamar lain dimana Vani digempur habis-habisan bersama beberapa orang wanita lainnya yang biasaVani ajak untuk pesta seks bersama pacar-pacar mereka. Akhirnya tinggallah Dewi dan beberapa panitia kelas satu yang masih polos membantu di aula hotel dengan berbalut keringat.
Karena lelah dan mengantuk tiba-tiba para mudir kelas satu juga punya ide mereka sendiri. Atas usul seseorang, satu-persatu dari mereka bergantian mandi, untuk sekedar menyegarkan badan. Dan Dewi sebagai salah satu orang yang sebelumnya sudah berenang seharian dan meninggalkan tugas dekorasi harus mendapat giliran terakhir.
Dewi akhirnya lebih banyak berkerja sendiri karena harus mengganti waktu yang teman-temannya habiskan untuk repot-repot menggeser meja. Pucnaknya dewi kelelahan dan memutuskan untuk istirahat di kamar panitia. Sialnya karena takut diomelin karena tiduran di ruang panitia, Dewi memilih menuju kamar dimana para senior sedang berpesta seks. Kamar yang Vani sewa untuk dirinya endiri dan teman-temannya.
“Ah iya aku dan kak Vani kan berteman...” gumamnya mendorong pintu kamar Vani yang tidak terkunci.
Untunglah saat ini kamar itu kosong karena para manusia-manusia yang jumlahnya mencapai empat puluh orang itu seudah membopong lima orang wanita yang kini hanya berbalut jubah maandi atau pun handuk menuju taman dan perlataran hotel. Bagaimana pun dengan kegaitan yang mereka lakukan suasana sedingin apa pun pasti akan membuat orang sebanyak apa pun berlangsung berkeringat.
Disanalah lalau Dewi melihat sebotol obat yang tinggal beberapa butir saja. Dengan label penghilang lelah, Dewi yang sudah mengantuk habis-habisan ini tanpa pikir panjang lagi, langsung menlan dua butir obat itu dan merasakan gejolak panas dalam dirinya. Akhirnya merasakan hasratnya tak tertahan Dewi memutuskan mandi dengan sebelumnya sudah mengunci kamar.
Lalu dibawah pacuran shower tampaklanh Dewi yang saat itu masih berusia 15 tahun dengan paha ramping dan dada yang masih ranum dibalut kulit mulus tanpa cela. Sayangnya dadanya kegiatan yang aktif disekolah menekan pertumbuhan dadanya, membuatnya masih belum mampu mencapai ukuran toked ibunya apalagi neneknya yang konon sedikit lebih besar dari baby margaretha saat ia muda dulu.
Mengingat itu Dewi saat ini didalam mobil sewaan kembali merasakan gatal di putingnya. Ia mengingat di balik jaket yang dikenakannya, Dewi hanya membalut dadanya yang kini sudah naik menjadi cup B gemuk karena memuat susu untuk chandra anaknya tercinta. Tanpa sadar Dewi muali menggesek memeknya sambil membayangkn kejadian yang terjadi selanjutnya.
Sementara Dewi nampak sibuk melamun, Celana si supir juga telah ikut menegang tidak karuan. Itu disebabkan karena secara tak sengaja, saat supir melirik ke belakang, ia susu Dewi sedikit sudah membusung menandakan nafsu pemiliknya sedang merangkak naik. Apalagi itu dipertegas dengan gerakan tangan Dewi yang sesekali menggaruk memeknya dari luar celana panjangnya. Sambil membatin supir itu berkata,
“Nih cewek godain gue ya?”
Namun supir itu sialnya tidak memiliki cara untuk mengetahuinya. Karena saat ia sibuk memikirkan cara untuk menguji teorinya sambil speak-speak mesum, mobil itu sudah melewati depan gerbang komplek mewah itu. Dewi yang kini selesai melamun segera berkata dan menepuk pundak supir mobil sewaan itu sambil berkata.
“Bang stop bang!”
“Eh?” jawab supir itu bingung.
“Hampir kelewatan... sa-” ucap Dewi tiba-tiba terhenti.
Lalu Dewi teringat bahwa mobil ini tidak seperti angkot yang biasa ia naiki saat pergi ke sekolah ataupun ke tempat-tempat lain beberapa bulan sebelum ini. Dengan muka memerah Dewi berkata,
“ma-maaf pak... saya- turun di sini aja...”
“sa-saya bisa antar mbak...”
Namun Dewi sudah mengeluarkan uangnya dan menyerahkannya kepada supir itu. Lalu berjalan keluar. Diperjalanan menuju rumahnya yang terletak cukup dalam Dewi kmebali mengingat detil kecil kejadian hidupnya.
Segera setelah mandi, Dewi tubuhnya semakin malyang sampai akhirnya ia roboh diatas springbed hotel itu. Malam terasa sangat panas dan perih sampai akhirnya Dewi benar-benar terbangun dibawah tatapan dua orang yang terlihat panik. Dewi lalu merasakan selangkangannya terasa perih bahkan mengeluarkan noda darah. Samar-samar ia mulai mengingat segala gempuran liar dan juga desahan dan pagutan-pagutan yangn membekas dileher dan dadanya. Tersadarlah Dewi bahwa sesuatu baru saja terenggut darinya. Tanpa sadar Dewi mulai menangis sementara Vani bergerak memeluknya.
Tiga bulan kemudian setelah jamuan itu, Dewi merasa siklusnya terhenti. Dewi segera menyadari keanehan pada dirinya dan secara diam-diam memberikan testpack kehamilan. Selama tiga hari Dewi terus menguji air seninya sendiri menghabiskan segala persediaan yang ada dan selama tiga hari itu pula hasil tes itu membuat suasana hatinya menjadi suram. Dia menangis setiap malam meski diluaran ia masih Dewi yang tersenyum seperti biasa. Lucunya demi menjaga image-nya Dewi masih berbalas pesan dengan Rudi hanya untuk tidak ada satu pun orang yang curiga. Namun Dewi berencana keguguran dengan membuat tubuhnya lelah dan kecapaian dengan segala kegiatan OSIS dan juga kegiatannya malamnya bersama orang yang menjadi suaminya kini.
Kini kembali dari lamunannya, Dewi melangkah naik menuju salah satu boks berisi seorang bayi yang tertidur lelap. Wajahnya sedikit banyak mirip dengan dirinya saat ini dengan sedikit kemiripan dengan wajah suaminya. Lucunya sepert mengetahui kehadiran ibunya bayi ini kemudian menangis. Membuat Dewi kemudian membuka resltering jaket yang dikenakannya. Terlihat bayi mgunil itu lalu meraba dada Dewi yang hanya terbalut tanktop bernodakan carian putih. Dewi pun segera tersenyum dan membiarkan bayi itu melahap susu yang sudah tertahan seharian ini di dadanya.
Dewi mengingat rencananya saat itu terlalu kekanak-kanakan. Doko sebagai ayah Dewi tentu saja dengan mudah curiga melihat anaknya setiap hari selalu pualng larut malam. Apalagi melihat gelagat anaknya yang amat mirip dengan mendiang ibunya saat mengandung dirinya. Ayahnya yang curiga punya hak membongkar kamar Dewi, Diamana akhirnya Doko dari dalam kamar menemukan kotak kosong dari alat tes kehamilan yang masih baru. Tanpa pikir panjang Doko mengambil golok dan menuggu Dewi pulang dengan wajah galak.
Untungnya Dewi hari itu pulang cepat dan sendirian. Teringat saat ia sudah sampai di ambang batas dengan wajah lesu karena kelelahan dan stress. Sialnya, semua itu belum cukup menggugurkan kandungannya. Namun sepertinya Chandra yang kini telah terlahir adalah seorang anak yang kuat sebab setelah itu pun, kejutan kakeknya yang tiba-tiba mengacungkan golok kepada dirinya yang masih dalam kandungan tidak membuatnya kaget dan mati.
Terlepas dari chandra secara utuh, kakek dan ibunya kini mulai berantem satu sama lain sambil menyeret nama Rudi yang jelas bukan merupakan ayahnya. Anehnya, ibu chandra, Dewi tiba-tiba saja panik mendengar nama itu dan segera bercerita mengenai segalanya, mengenai beberapa persetubuhan yang ia lakukan lagi bersama ayahnya dan juga segala kebohongan yang selama ini terjadi. Ibu chandra bercerita dan menangis memeluk kaki kekaeknya membuat chandra semapat merasa sesak.
Tak tahan medengarnya Dewi segera di usir dari rumah padahal Dewi saat itu belum berganti baju dan dalam kondisi hamil. Dengan kalut dia coba menelepon Vani seniornya, dan juga Giska teman baiknya. Namun dalam perjalanan tidak tentu arah, tahu-tahu dia sudah sampai di depan rumah Rudi. Mengingat kemarahan ayahnya yang mungkin merembet kepada lelaki ini, membuat Dewi tidak jadi menyentuh bel rumah itu, dan bersembunyi di taman yang pertama di lihatnya. Tubuhnya lemas dan mual setelah semua kejadian hari ini.
"ughh chandra jangan dijilat dong sayang..." seru Dewi terkaget-kaget.
memeknya berkedut-kedut meminta pemuasan yang selama delapan sebulan ini belum didapatkannya dari suaminya. Suaminya amat khawatir akan janin anak laki-laki yang akan menjadi satu-satunya penerusnya kelak. Dewi mulai membuka celananya dan membaringkan chandra ke atas kasurnya sambil terus melanjutkan menyusui anak pertamanya pada tokednya yang lain. Sambil dewi memuaskan memeknya sendiri yang sudah basah sepenuhnya.
Dewi sadar bahwa jalan mereka tidak lagi sama. Saat itu Dewi juga sudah memutuskan pergi namun rudi sudah ada di belakangnya. Dewi mengingat saat itu ia berusaha mengulur waktu dan berharap Rudi segera pergi. Namun sayang saat Dewi pura-pura pergi, Rupanya Rudi telah menemukan semua benda yang berusaha disembunyikannya. Tulisan-tulisannya mengenai Rudi juga... alat tes kehamilan miliknya.
Saatnya memberi ucapan selamat tinggal dan sebuah pelajaran berharga. Atau begitu pikir Dewi saat itu.
"kamu masih inget cara muasin aku ga rud..." gumam Dewi menjepit klentitnya yang mulai menegang.
***