Aku memang sudah mulai mencoba untuk berpacaran sejak kelas X atau kelas 1 SMA. Namun gaya pacaranku terbilang sehat. Hanya sekedar jalan-jalan ke taman, mall, atau sekedar pergi ke cafe atau ngobrol bersama teman-teman yang lain. Dan saat ini aku merasakan ciuman bibir pertamaku, dari Ryan, dengan kondisi yang sangat-sangat romantis menurutku.
Dengan lembut Ryan mencium bibir tipisku dan membelai mesra rambutku yang bergelombang sebahuku. Aku hanya bisa terpejam menikmati suasananya. Ryan sangat mampu membuatku merasa tenang dan nyaman atas perlakuannya hingga tanpa sadar lidahnya masuk ke mulutku, menyentuh seluruh rongga di dalam mulutku. Lidah kami saling membelit, saling membalas, hingga tanpa sadar terkadang lidahku membalas masuk ke dalam mulutnya, ikut menjilat semua yang bisa aku jilat di dalam sana.
Dan tanpa sadar tangan Ryan yang berada di dalam kaosku, yang sedang mengusap-usap kulit punggungku melepas kaitan BH yang aku kenakan dan lalu tangan itu berpindah ke depan, ke arah dadaku, membelai, memijat buah dadaku, sedikit mencubit dan memelintir putingku yang masih berwarna cokelat kemerahan. Aku sungguh terbuai atas perlakuannya. Ciuman Ryan berpindah ke bagian leher dan belakang telingaku. Terkadang Ryan menjilat dan menghisap daun telingaku sampai aku menyadari bagian depan kaosku sudah diangkat Ryan, buah dada kecilku tebuka, terkadang menempel langsung dengan dada Ryan yang sedang tidak mengenakan kaos.
Aku hanya bisa pasrah menikmati semua yang dilakukan Ryan dan aku ikut mengusap-usap rambut Ryan ketika dia menghisap buah dadaku, menjilat putingku, menggigit dan akhirnya meninggalkan banyak bekas merah di buah dadaku. Aku semakin memeluknya ketika tangan Ryan makin memelukku dengan erat dan tiba-tiba terasa Ryan meremas pantatku dari luar celana sambil merapatkan tubuh bagian bawahnya dengan tubuh bagian bawahku. Lagi-lagi aku merasakan ada yang mengganjal di sekitar situ. Lalu aku teringat kejadian beberapa jam lalu ketika aku sedang tidur sambil menunggu Ryan datang menjemputku. Saat itu aku merasakan ada yang mengganjal di perut bagian bawahku. Aku pikir ini adalah bagian tubuh yang sama. Ya, aku merasakan penis Ryan yang masih terbalut boxer menempel dan sangat rapat dengan selangkanganku.
Hingga akhirnya aku tersadar dan melepaskan pelukan Ryan. Ryan pun dengan cepat menghentikan apa yang dilakukannya kepadaku. Dia mengerti kekagetanku. Aku terduduk di ranjangnya, air mataku tidak terasa mengalir di pipi. Ryan ikut duduk di sampingku, mengusap lembut rambutku. "Maafin aku ya, sayang. Aku kebawa suasana", itulah yang diucapkan Ryan. Aku memakluminya dan berkata "Iya, gapapa. Lain kali jangan berlebihan lagi ya, sayang. Hari ini kami udah dapet ciuman pertamaku, dan aku ga mau lebih. Aku mau kita pacaran yang ga berlebihan. Bisa kan sayang?". Ryan pun menyanggupi permintaanku dengan tersenyum ke arahku sambil mencium keningku. Lalu dia berusaha mencairkan kembali suasana dengan mengambil makanan dan minuman yang tadi dia sempat beli. Lalu kita kembali ngobrol, ngemil sambil nonton TV di kamarnya, sesekali kami berciuman lembut dan hangat dengan lidah saling membelit, beberapa kali kami bertukar air liur, aku mengusap lembut kepala Ryan dan Ryan memainkan buah dadaku yang memang BH yang aku pakai belum terpasang sempurna karena sebelumnya kaitannya sudah di lepas oleh Ryan. Ryan dengan lembut memainkan jarinya di buah dadaku yang kecil ini, merabanya, mengusapnya, mencubit putingnya. Namun ketika Ryan ingin kembali menghisapnya, aku menolak karena aku tidak ingin lagi terbawa suasana dan akhirnya terbuai hingga ke tahap yang lebih jauh.
Lalu kami hentikan apa yang kami lakukan. Aku memperbaiki lagi BH yang aku pakai, aku kembali mengenakan jilbabku, dan kami pindah ke ruang tamu dengan membawa sisa jajanan tadi. Kami lanjut mengobrol dan menghabiskan jajanan. Tidak lama kemudian Ayah meneleponku, menyuruhku untuk segera pulang karena Ayah belum makan dan di rumah sedang tidak ada makanan. Ya, memang sejak aku kelas XI, aku sudah bisa memasak nasi dan beberapa macam sayur untuk keluarga di rumah dan sekarang Ayah memintaku pulang karena dia kelaparan dan memintaku untuk memasakkan makanan untuknya.
Akhirnya aku meminta Ryan untuk mengantarku pulang. Ryan menyanggupinya dan kami segera ke rumahku. Sesampainya di rumah, Ayah sedang duduk di teras rumah. Ryan turun dari motornya sebentar, lalu pamit kepada Ayahku. Setelah Ryan pulang dengan motornya, aku masuk ke rumah dan Ayah mengikutiku dari belakang.
Bersambung...