Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Catatan Adinda

Part 2

Sebuah Rasa

"Ahh.. bay geli", desahku.

"Aku buka celana kamu ya?", tanya nya sambil mengemut puting buah dadaku. Ya, sekarang aku sedang berada di pangkuan Akbar. Yang dimana bagian atas tubuhku sudah tidak menggunakan apa-apa.

"Kamu jangan ninggalin aku", jawabku sambil menatap mata dia.

Dia mengangguk lalu melepas kancing celana yg kupakai lalu tanpa sedikit halangan dia meloloskan celana ku bahkan sampai celana dalamku dia tarik langsung.

"Akbar.. aku malu", kataku.

cupp..

ahmmmm... hmmm

dia langsung mengecup bibirku dan kami langsung bermain lidah disana.

Tangannya meregangkan kedua pahaku. Aku menurutinya.

Ahhhhhhhhhhhhhhhhh

aku melengguh panjang saat tangan akbar mengelus bagian paling rahasia diriku. Dan sekarang aku sedang bertelanjang berdua dengan akbar.

dan.. di waktu itulah aku melepas satu hal berharga kepada sorang lelaki yg sudah ku percayai.

Jujur saat pertama melakukan hal itu, aku merasakan kenikmatan tapi juga merasakan kesakitan yg lumayan membuatku tidak terlalu nyaman. Begitu pula dengan Akbar, baru beberapa menit dia memompa tubuhku, dia langsung menekan dalam kemaluannya di kemaluanku dan dia akhiri dengan lengguhan panjang.

Dan, terisi penuhlah sebuah kondom yg akbar pakai saat itu.

Skip dari hari itu dan di keesokan harinya.

Aku kembali bekerja dengan normal, walau tubuhku merasa belum sepenuhnya normal. Selangkanganku masih terasa perih apalagi saat aku pipis.

"Eh, din.. Sabtu kosong gak? anak-anak ngajak maen nih kerumah gue", sapa Rendi di sela kerjaku.

"Kayanya kosong sih, dimana emang rumah lo?", tanyaku.

"Di daerah manglayang din, seger pokoknya", kata dia.

"Ayo aja", jawabku.

"Emang lo kagak maen ama yayang lo dinda?", kata Ana menimpa.

"Kagak, dia lagi ke makasar nganter nyokapnya"

"Hahaha kesepian dong lo ya"

"sialan lo"

"Eh, tapi kita kesana nya sambil jalan yok, gimana?", ajak rekan ku yg lain namanya Irma.

"Hah jalan? Kan jauh ceuu", kata Ana

"Ya sekalian olahraga aja kali, lagian kalo banyakan kan gabakalan terasa, gimana din?", kata Irma.

"Ayo aja gue, terserah kalian deh ngikut aja orang perantauan"

Dan skip ke hari sabtu, kami akhirnya berangkat menuju rumahnya rendi di daerah cileunyi.

Kami berangkat 5 orang. Aku, Ana, Irma, Mas jay, dan Ardi. Kami menggunakan damri lalu turun di daerah jalan cagak cileunyi sana. Lalu kami jalan kaki darisana menuju daerah atasnya.

"Hah, gila jauh banget anjir", kataku protes.
"gue bilang juga apa dinda", timpal Ana.
"Sini gue gendong deh ayo siapa mau duluan", kata mas jay seolah mencari kesempatan.

"Dih ogah", sanggahku.

Lalu sekitar menit berselang kami sampai di daerah dekat gunung manglayang sana, dengan bermandikan keringat kami sampai di sebuah komplek baru.

"Selamat datang dirumah baru gue", kata Rendi, ya ini adalah rumah baru dia setelah memutuskan untuk kredit satu unit rumah.

"Jauh banget ren sama kantor", kata ku.

"Hahaha yg penting sesuai sama penghasilan gue sih din"

Rumahnya cukup nyaman . Perumahan type 21 yg dia tinggalin sendiri cukup nyaman menurutku.

"Eh gue ikut mandi yaa ren, gerah anjir", kata Ardi.

"Yaudah gih, kalo kalian mau mandi sok aja lah", kata Rendi.

"Gue bareng Irma mandinya", timpah mas jay.

"Heh apaan sih mas. Ngaco", kata Irma.

Kami hanya ketawa menertawakan tingkah Mas Jay karena kami semua tahu bahwa Mas Jay sedang FWBan sama Irma dengan posisi mas Jay sudah mempunyai istri. Parah memang.

"Yaudah kalau gak mau, sama dinda aja yuk din", kata dia.

"ih apaan sih koq jadi gue mas", kataku.

"Jangan ganggu anak perawan mas Jay", kata Ana.

"Hahaha oh masih virgin toh, harus banyak dilatih dong"

Mereka pun tertawa.

------------------------------------------------------

Hubungan ku dengan akbar sedikit merenggang, pun karena dia sekarang sedang sibuk dengan pekerjaan dia di ibukota. Aku sendiri bekerja dgn normal di kota kembang.

Semenjak aku bermain ke rumahnya Rendi bersama teman kantor, aku malah menjadi akbar dengan mas jay. Kami sering bercanda gurau jika lagi senggang.

Terkadang mas jay bercanda sambil memegang tanganku dan terkadang bkin aku merasa geli sendiri. Entahlah apa yg aku rasakan.

Siang ini aku sedang makan, makan yg aku bawa dari kostan. Tadi pagi masih sempat untuk memasak sedikit.

Ditengah makan siangku, mas jay tiba-tiba ada di samping mejaku lalu membawa satu kursi untuk duduk di dekatku.

"Hai din"

"hai mas, makan", kataku basa basi

"mau dong". kata dia

"lah, serius?", kataku sembari memberikan kotak makan ku.

"suapin", kata dia.

"dih"

aku pun menhiraukan kehadiran dia lalu lanjut makan.

"katanya nawarin", kata dia

"Lah, ini mas", kataku kembali

"suapin", kata dia sambil sedikit merengek

"ada-ada aja deh mas"

"sekali aja din"

"yaudah nih aa", kataku sambil menyuapi satu suap terakhir kpd dia. dia memakannya.

Aneh banget menurutku sikap dia akhir-akhir ini.

"Din, sore sibuk gak?", katanya

"Kenapa gitu mas?"

"makan yuk?"

"dimana mas?"

"gimana nanti aja"

------------------------------------------------------

"Kita putus aja"

"Apa bay? kita putus?"

"gimana lagi, liat respon keluarga aku kepada kamu, kamu gak bisa ikut sama seperti keluarga ku kan"

"tapi bay.. kamu gak inget semua perjuangan aku? bahkan aku udah kasih perawan aku sama kamu", jawabku dengan nada tinggi.

Kami sedang berada di kamar kost ku, dengan akbar yg tiba2 meminta hubungan kami berakhir.

"aku gak pernah maksa untuk kamu kasih itu"

"Gila kamu ya"

"aku gak bisa din, banyak hal yg harus di relakan karena semuanya"

"setelah semua yg aku beri kepadamu lalu bilang itu? pengecut kamu ya"

"maaf din"

Akbar tiba2 pergi meninggalkan diriku yg hanya bisa menangis sendiri di kamar.

Hari itu sangatlah berat, atas semua perjuangan yg aku berikan untuk hubungan kami. Atas semua adaptasi ku yg mencoba mendekati keluarga dia.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seminggu semenjak putusnya huhungan aku dan Akbar, aku masih belum kembali seperti semula.

Aku kebanyakan termenung di kantor. Semua teman mencoba menghiburku, dan semua hanya sia-sia.

Aku saat ini sedang beristirahat dan tidak makan karena sedang tidak mood.

Lalu tiba-tiba mas jay mendekatiku membawa sekotak nasi.

"Nih makan, jangan sedih mulu elah", Kata dia membawakan sekotak nasi dari rumah makan bu imas.

"Eh, gak usah ngerepotin mas"

"Udah makan sana, gue gak bakal pergi kalo gak di makan"

"Iya-iya nanti gue makan"

"Masih sedih din?"

"Gitu lah mas"

"Ambil cuti dulu aja, bakal gue acc kalo mau", Kata dia.

"Iya kayanya mas, gue harus cuti dulu kayanya. Mau pulang juga sebenernya"

"Iya gih cuti aja, 4 hari cukup gak din?", kata dia.

"Gak tahu mas, gue bingung takut pake bis pulangnya. Tapi mau pulang juga"

"Mau gue anterin gak?"

"Eh, gak usah"

"Udah, gue sekalian jalan-jalan. Hari lusa gimana?"

"Ngerepotin mas"

"Nggaklah, lusa tapi berangkat jam satu siang ya. Lo tunggu di kostan aja nanti ya"

"Beneran mas?"

"Bener, santai aja deh"

Dan, akhirnya aku meng-iya-kan ajakan dia untuk mengantarkanku pulang ke sukabumi.

Hari lusa adalah hari jumat, dan aku bakal cuti hari senin dan selasa aja.

Mas Jay sendiri semakin lumayan dekat denganku. Aku hanya menggangap dia sebagai kakak aja. Tidak berpikiran macam-macam. Lagian aku tahu huungan gelap dia dengan Irma.

Hari kamis aku berbelanja dulu untuk oleh-oleh keluagaku. Aku membeli beberapa makanan ringan di jl leuwipanjang.

Lalu aku mencoba memesan ojek online untuk membawa barang belanjaanku. Lalu tidak lama ojek itu datang dengan menggunakan motor sport.

"Dengan teh Dinda?", tanyanya memastikan.

"Eh, iya a, aduh susah a motornya gede ini bawaannya banyak", kataku.

"Iya sih teh, bisa lah di depan sedikit, di pegang di belakang sama teteh sedikit juga gimana?", tanyanya.

"Oke deh a"

Aku pun naik ke motornya.

Di jalan kami pun berbincang sedikit.

"Kuliah teh? Mau pulang bawa oleh2?", tanyanya.

"udah kerja a, iya ini mau pulang bawa ini"

"oh udah kerja, dimana teh?"

"Di jl asia afrika a. Aa udah lama jd gojek?", tanyaku.

"Baru-baru teh, cari tambahan aja sambil kuliah", Jaewabnya.

"Oh, kuliah dimana a?", tanyaku.

"Di unla teh, panggil Daniel aja teh, namaku Daniel", katanya.

"Eh iya, Aku Adinda a"

"Ini kemana teh beloknya?"

"Setelah jembatan belok kiri a"

Lalu kamipun sampai di depan kostan ku.

"Sini teh biar aku bawain semuanya", kata dia dengan cekatan membawakan bawaanku.

"Eh iya makasih a", kata ku sambil berjalan menuju kamar kost ku.

Di deretan kamar kost masih tampak sepi, sepertinya penghuni lain belum pada pulang.

"A, disini aja", kataku di depan pintu kost.

Dia lalu menaruh belanjaan di depanku.

"Jadi 25 ribu ya a?", tanyaku sambil memberikan uang ongkosnya.

Lalu tiba-tiba


jeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeedddddddddddddddddddduuuuuuuuuuuuuaaaaaaarrrrrrrrrrrrr

ada petir sangat kencang sekali, aku yg kaget replek langsung memeluk Daniel si tukang ojek itu.

"Eh teh, udah gapapa gapapa", kata dia.

Lalu aku replek melepaskan pelukanku kembali.

"Eh maaf a, kaget"

"Gapapa gapapa, yaudah atuh ya teh aku pulang"

"Eh iya, terima kasih ya"

"Eh teh satu lagi"

"Apa a?"

"Boleh minta kontak teteh? Nanti kalo mau ngojek langsung whatsapp aja teh, gak usah pake aplikasi. Rumah ku deket di pungkur koq"

"Oh, iya a. Boleh ini", aku memberikan kontaku. Rasanya tidak ada salahnya juga aku memberikan kontak ku kepada dia.

"Mari teh dinda"

"Iya makasih ya"

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lalu jum'at siang aku di jemput mas jay menggunakan mobilnya.

"Gak ngerepotin mas bener?"

"Bener din, ayok"

Kami pun berangkat menuju sukabumi jam 2 siang.

Di jalan kami beecerita banyak.

"Istri mas tahu kalo mas nganterin aku?"

"Nggak hehe"

"ih entar ngambek mas"

"Gapapa, dia kan ada di surabaya juga santai"

"Kenapa gak dibawa ke bandung aja mas?"

"Kan dia kerja juga disana din"

"Tapi kan karir mas juga bagus disini, gak begitu ngaruh lah"

"Kalo jadi guru susah din, dia juga cita-citanya jadi guru kan jadi gak bisa maksa juga sih"

"ohh, iya sih mas"

"Kamu betah di kantor?"

"Betah lah mas, apa yg gak bikin gak betah lah"

"Hahahaha, caari pacar lagi dong. Anak-anak kantor kan banyak yg jomlo tuh"

"hahah, nanti aja mas lah. Lagi males"

"Eh, nanti kita makan dulu di cianjur ya, laper gue"

"Oke mas"

Mobilpun melaju di jalan yg sudah sampai di daerah rajamandala.

Akupun tertidur karena mengantuk.

Saat ini aku sedikit terbangun dengan posisi tanganku sedang di elus oleh tangan mas jay.

"Mas"

"eh, din, sorry jadi kebangun"

"Ngapain mas?"

"Hahah, nggak. Tadi gemes aja liat tangan lo"

"Dih aneh, udah sampe mana mas?"

"ciranjang nih din, macet bubaran pabrik"

"Oh, iya ya"

Sekitar jam 4 kami sudah dekat dengan kota cianjur.

Lalu selepas lampu merah jalan pramuka, tiba-tiba mobil mengeluarkan asap dari mesinnya.

"Aduh, kenapa tuh?"

"Wah, mas kenapa?"

"Kita berhenti dulu deh"

Lalu kami berhenti di bahu jalan. Mas Jay lalu mengecek kondisi mobil.

Aku ikut turun juga.

"Kenapa mas?"

"Gak tahu, gue gak ngerti mesin"

"Lah, trus gimana dong?"

"Haha gue udah kontak bengkel terdekat disini koq"

Aku pergi dulu menuju minimarket lalu membeli cemilan dan minuman.

"Nih mas ngopi dulu", kataku.

"Eh, thanks din. Padahal gue pengennya susu"

"Aduh, sorry tadi gak nanya mas"

"Hahah, yaudah nanti kasihnya gue susu ya"

"Oke-oke"

Lalu tak lama datang mobil derek dan menderek mobil ke bengkel yg dekat dari sana.

Pihak bengkel memberikan waktu besok pagi untuk memperbaiki kondisi mobil karena sekarang posisi bengkel sudah mau tutup.

"Gimana dong din?"

"Ya, mau gimana lagi mas, tapi bingung"

"Kita pesen hotel aja gimana?"

"hah?"

"Gue pesenin dua kamar ya din, nih hotenya deket dari kita", sembari menunjukan hp nya yg sedang berada di aplikasi booking hotel online.

"Oke deh mas", aku pun terpaksa meng-iya-kan dan kami di antar oleh pihak bengkel ke hotel yg terletak di di jalan aria wiratanudatar.

Sesampainya disana, aku lalu masuk ke kamarku. Posisi hotel ini ada di belakang lapangan futsal.

Sekadar informasi: Hotelnya itu berderet dua lantai seperti kostan, aku berada di kamar nomor tiga lantai dua. Sedangkan Mas jay ada di kamar nomor 11 di lantai satu.

Sekitar jam 7 malam aku dan mas jay makan berdua di luar kamar. Sambil bercerita kami melihat beberapa pengunjung yg akan menginap juga.

Lalu tiba-tiba pegawai hotelnya mendekati kami.

"A, kalo butuh pengaman bisa kasih tahu saya ya, biar gak perlu kemana-mana lagi"

"Siap a", kata mas jay.

"Eh apaan sih", timpalku.

"Udah gapapa biarin aja din"

Lalu setelah selesai makan aku pun balik lagi ke kamarku. Disana aku mandi lalu menonton. Sekarang aku hanya menggunakan piyama saja yg aku bawa untuk pulang ke sukabumi.

Aku gak bisa tidur entah kenapa dan sekarang udah sekitar jam setengah 11 lebih.

Aku coba chat temen ku dan semuanya tidak ada yg membalas.

Lalu aku iseng mas jay karena memang bete.

"Mas jay"

"Yoi din, kenapa?"

"Belum tidur mas?"

"Belum nih, lagi order kopi. Lo mau?"

"Pesen dimana mas? Gak repotin?"

"Nggak lah, yaudah sini turun ngopi dibawah"

"Berisik mas banyak orang ya?"

"Iya, yaudah ngopinya di dalem kamar aja din"

Akupun turun kebawah dan aku melihat banyak orang yg sedang mengobrol di kursi depan kamar mereka.

Lalu aku ketuk kamarnya lalu masuk ke dalam.

"Eh din, bentar ya belum dateng kopinya"

"Iya mas"

Lalu aku duduk di kursi sedangkan mas jay di ujung kasur.

"Kenapa belum tidur din?"

"Gak tahu nih mas, gak ngantuk aja"

"Lah, terus ini gue pesenin lo kopi, yg ada tambah melek dah"

"Yaudah gapapalah mas"

"Eh, btw kenapa lo putus sama cowok yg suka nganterin itu din?"

"Haha, gitu lah mas. Beda keyakinan"

"Ohh.. dia islam?"

"Iya, beda juga aku yakin dia nya nggak haha" kataku menghibur diri sendiri.

"Hahaha bisa aja lo, eh bentar gue ke depan dulu dah dateng gojeknya nih"

Aku hanya mengangguk saja dan menunggu

Gak lama mas jay datang dengan dua kopi di tangannya.

"Nih din", kata dia memberikan aku satu gelas.

"Thanks mas"

"eh tadi rame di luar sekarang dah sepi aja loh"

"Eh masa iya mas"

"Iya din gak ada di luar tuh yg berisik di kamarnya masing-masing di hotel lumayan tapi temboknya jelek deh gak kedap suara banget asli"

"Iya ya mas, berarti suara kita juga kedenger sama mereka dong ya"

"Yaudah lah ya biarin aja din"

"Eh mas, tadi gue beliin kopi minta nya susu, sekarang malah beli kopi. Labil lo"

"hahahah, mau susu juga sih din"

"Lah terus kenapa beli kopinya"

"Maunya susu elo", kata dia langsunng to the point

"Apaan sih mas aneh-aneh aja kalo ngomong"

"Hahahah canda canda, santai gak usah takut din"

Mas jay lalu membuka laptopnya dan membuka aplikasi netflix.

"Eh din, lo nonton ini gak?", kata dia sambil memperlihatkan salah satu serial yg tayang disana.

"Nggak mas, gue nonton money heist sih kemarin, seru", kataku yg sekarang ada di sebelah dia karena dia melihatkan layar laptopnya.

"Iya ya katanya seru"

Tak lama kami mengobrol yg dimana aku ada di sebelah dia di kasur juga. Lalu terdengar teriakan dari kamar sebelah.

Ahhh... ahhh... ahhh... ahhh.. ahhh...

Suara yg sangat terde jelas dan tentu saja itu bukan suara dari hantu.

Akupun menatap mas jay kaget, begitu pula dia.

"Hahaha udah biarin aja, mereka gak sadar kalo kamarnya gak kedap suara kali", Kata dia sambil play satu film di laptopnya.

Aku sendiri jadi awkward diposisiku dan juga aku mulai merasa ada hal yg datang entah darimana. Putingku yg bergesekan langsung dengan piyamaku terasa gatal.

Lalu suara dari kamar sebelah kembali menguat.

ahhh.. saya...ngg enakk... ahhhhh ahhhh

Aku bingung di posisiku.

Lalu mas jay menyebut namaku.

"Din"

Aku menoleh ke arah dia lalu.

cuppppp

Bibir kami bertemu.

Aku tidak melawan, tanganku kaku berada di pahaku.

hmmmmm.... ahhmmmmm

lidah kami saling bertemu, sekitar 3 menit di posisi itu. Tangan mas jay tanpa perlawanan sudah ada di dadaku yg masih terbungkus baju namun tidak ada halangan lagi disana.

Ahhhmmmm... mass.....

Desahku di tengah lidah kami yg sudah bertemu.

Lalu mas jay melepaskan bibirnya dari bibirk.

"Din, mas mau susu ya udah gak di bungkus nih susunya", kata dia.

Aku sudah tidak bisa bertindak apapun.

Aku hanya mengangguk meng-iya-kan permintaannya.

Lalu tangannya langsung menuju kancing piyamaku dan melepaskan satu per satu kancingnya.


Bersambung..

Mau melihat atensi nya dulu yak. Jangan khawatir ceritanya bakal macet. Dan untuk setiap scene yg ada di tiap part akan ada yg saling menyaambung. Jadi kalau ada scene kentang di salah satu part, akan ada lanjutannya di part yg lainnya.

Dan, Selamat menikmati. Selamat malam semuanya. Salam lestari, salam literasi.
 
Lohhh kmrn si Akbar pingin susu sekarang kok prewinya Dinda udah jebol aja?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd