Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
02.00 am

"Van....! Eh maaf boleh minta tolong nggak...?"

Rifan menatap pria paruh baya lawan mainnya yang kini berwajah pucat pasi meskipun tersenyum bias. Rifan tau benar pria di hadapannya yang ia ketahui bernama Pak Alam itu kalah cukup banyak malam ini.

Pak Alam pada saat terakhir Rifan ketahui adalah seorang boss padi muda yang juga memiliki usaha penggilingan padi di kampung sebelah.

"Oh silahkan pak, kalo bisa pasti saya bantu kok." Ujar Rifan santai sambil menyantap mie instan rebus dua porsi lengkap dengan dua butir telur rebus dalam wadah mangkok besar .

"Gini Van, aku mau gadaikan motorku 2 juta saja paling lima hari lagi aku tebus." Ujar pria paruh baya itu tampak gemetar.

Rifan terdiam sejenak lalu memandang wajah pria yang sebenarnya priyayi dari desa sebelah itu, sambil berpikir cepat, sebelum berujar.

"Oh gimana yah pak, sebenarnya duit ini saya juga memerlukannya pak, tapi gapapa lah pak tapi beneran lima hari saja yah pak, maaf motor bapak apa merk nya apa?"

"Motor matic keluaran baru kok dek.. itu juga belum lama bapak belinya." Kata pria paruh baya itu mulai agak santai.

"Baiklah pak tapi usahakan dalam lima hari segera di tebus yah pak, maaf pak bukan gimana tapi sekali lagi saya juga perlu duit ini." Ujar Rifan yang dalam hatinya sangat senang sekali.

Rifan dari awal sudah paham akan mendapat duit dari tempat ini tapi ia tak menyangka duit yang ia dapat dari judi kelas kampung ini akan cukup banyak sampai dua digit, hanya dalam 5 jam saja.

"Iya dek jangan cemas soal itu." Kata pria yang juga boss muda dan seumur umur baru kali ini menderita kekalahan judi sampai membersihkan seluruh duit yang di bawanya.

Rifan segera menyerahkan duit dua juta yang di minta setelah Pak Alam menyodorkan kunci kontak motor berlogo satu sayap padanya.

"Motor bapak yang berwarna biru ya dek, tolong hati hati membawanya." Kata Pak Alam yang setelah itu segera mengajak seorang rekannya segera pergi.

Rifan sendiri masih bersantai sejenak sambil menghisap sebatang rokok filter mild rasa buah yang ternyata juga tersedia di warung kecil ini.

Karena sudah merasa puas dan tak tertarik lagi menyaksikan beberapa permainan kelas receh yang lebih banyak gurauannya daripada ketegangannya, Rifan segera undur diri setelah membayar pada Pak Panut.

Rifan sempat melihat Edi yang tengah tertidur pulas di sebuah sudut dekat kalangan orang yang bermain kartu remi.

Di luar Rifan hanya tersenyum puas melihat motor matic berbodi bongsor berwarna biru, lalu setelah menyalakan starternya Rifan segera melaju pulang ke tempat tinggalnya yang terpencil di pojok kampung, dengan satu satunya tetangga dekat berjarak dua pekarangan rumah yang juga masih terhitung saudaranya.

Tok...tok..tokk..

Cukup lama Rifan mengetuk pintu tanpa segera di bukakan, barulah pintu terbuka setelah Rifan berulang kali memanggil mamahnya.

"Kukira siapa, soalnya mama dengar ada suara motor." Ujar Winarni sambil mengusap usap mukanya lalu menyanggul rambutnya yang tergerai.

"Tolong buka lebar pintunya dulu mah." Ujar Rifan yang lalu kembali menghampiri motor bongsor itu dengan maksud akan di masukkan ke dalam rumah.

"Itu motor siapa ? Kau tidak merepotkan orang kan ?" Tanya Winarni yang buru buru menutup pintunya kembali setelah Rifan memasukkan motor.

"Motor Pak Alam, tadi dia pinjam duit dan memberikan motornya buat jaminan." Ujar Rifan yang di wajahnya masih terpancar kepuasan.

"Dan ini buat mamah." Lanjutnya seraya merogoh saku dalam jaketnya, dan memberikan segepok duit berjumlah lima juta yang dibungkus plastik hitam pemberian Pak Panut.

"Ini duit darimana? Kamu nggak aneh aneh kan tadi ?" Tanya Winarni sambil mendekati Rifan yang sudah duduk di amben ruang tengah.

"Hasil menang judi mah, gimana gapapa kan?" Kata Rifan sambil menarik tangan mamahnya agar lebih mendekat.

"Asal jangan mencuri aza." Kata Winarni yang kemudian ikut duduk disebelah Rifan.

Rifan menatap wajah cantik mamahnya itu sejenak sebelum tangannya ia lingkarkan di punggung mamahnya itu.

"Makanlah dulu ! Tadi kamu belum makan kan." Kata Winarni yang seolah tak menolak dengan perlakuan Rifan.

Namun Rifan tak menanggapinya dan justru kemudian satu tangannya yang lain mengusap dengan lembut pipi Winarni lalu menciumnya.

Winarni hanya diam dan membiarkan Rifan terus menciumi wajahnya dan mengecup rambut kepala dan telinganya.

"Ku harap kau sadar dengan yang kau lakukan." Ucap Winarni lirih.

"Kenapa? Apa aku terlihat seperti orang kurang waras, sejak mamah membiarkan aku mengambil tanggungjawab papa seharusnya mamah tau hal semacam ini akan terjadi kan." Balas Rifan yang kemudian mengecup kening Winarni.

Rifan terus menciumi pipi mamahnya itu bahkan kemudian menggesernya hingga bibirnya beradu dengan bibir Winarni.

"Pelan pelan bibirku masih sedikit sakit." Ujar Winarni, yang akhirnya membiarkan Rifan mengeksplorasi seluruh bagian di wajahnya.

Dari ciuman, Rifan terus aktif dan tangannya bergerilya meraba dan kemudian meremas gundukan dada Winarni kiri kanan, yang akhirnya membuat wanita yang semakin cantik di usianya yang semakin matang itu tak kuasa untuk mendesah juga.

"Di kamar saja mah." Bisik Rifan.

Winarni hanya menatap Rifan dengan sayu, namun kemudian menurut saat Rifan merangkulnya dan membawanya ke kamarnya.

"Tapi kau harus janji tak akan pernah ninggalin mamah." Ujar Winarni ketika melihat Rifan mulai meloloskan baju bajunya.

"Tentu saja." Jawab Rifan yang kini sudah telanjang bulat di depan mamahnya.

Winarni tertegun sejenak melihat tubuh gagah dan kekar anaknya itu dengan ukuran kemaluan nya yang kini telah tegang keras mengacung.

Dari dulu Winarni tau Rifan memiliki ukuran kontol yang besar dari semenjak kecil, namun ia tak menyangka kini kemaluan anaknya itu bahkan akan sebesar itu.

"Buka dulu baju mamah !" Lanjut Rifan saat melihat Winarni hanya tertegun saja.

Winarni segera melakukan yang anaknya itu minta, dengan perlahan ia membuka celana legging pendeknya menyisakan celana dalam mini berenda berbahan eksklusif karena memang produksi pabrikan lingerie terkenal.

Lalu gaun tidurnya pun segera terlepas dari tubuhnya yang sintal dan super montok itu.

Rifan kembali mencium dan melumat bibir Winarni sebelum merebahkan tubuh mereka di amben yang hanya beralaskan tikar saja itu.



Bersambung Part 4



Mohon maaf buat para pemirsa dermawan yg berkenan memberikan saweran donasi bs dm langsung yah. Meskipun tdk memaksa sifatnya tp tentu ada beberapa keuntungan yang bisa di dapat misalnya menentukan judul part berikutnya setelah di kasih pilihan oleh author.

Apresiasi lebih dari pemirsa memang sangat author harapkan, demi keberlanjutan cerita ini. Dan atas perhatiannya saya haturkan banyak terimakasih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd