Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jumpa Lagi, Rina!

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
6

Kami makan di sebuah restoran kecil yang menyediakan berbagai jenis makanan, mulai dari sea food hingga spageti. Benar kata Rina, makanan di sini murah-murah, tapi pelayanannya sangat lambat. Para pelanggan sudah memenuhi ruangan, tapi masih banyak yang belum mendapatkan pesanannya.

Sambil menunggu, Rina dan Aris yang duduk di hadapanku terus bermesraan. Rina gelendotan di lengan Aris, sementara Aris sesekali merangkul tubuh mungil Rina. Wajar sih, soalnya mereka memang sudah lama tidak bertemu. Sudah sewajarnya mereka melepas rindu. Tapi akibatnya aku malah menjadi seperti kambing congek.

Supaya tidak terlalu bosan, aku bermain hp. Sesekali membuka Facebook, Path, lalu bermain Clash of Clans. Melihat tingkahku, sepertinya Aris merasa tidak enak hati.

"Sori ya Ji, gue udah lama sih ga ketemu sama ni anak." ucap Aris sambil tertawa.

"Santaiii," balasku. "Lo puas-puasin dah."

"Salah sendiri jarang pulang. Pasti di sana udah punya selingkuhan cewek bule ya?" ucap Rina, lalu mencubit lengan Aris.

"Ooooh, iya dong. Cewek bule, blonde, seksi, big boobs," goda Aris.

Rina mencibir. "Iya deeh, segalanya yang aku ga punya."

Aku hanya tersenyum mendengar obrolan mereka.

"Ah, kamu sendiri, masa' sih di sini ga punya selingkuhan?" tanya Aris lagi sambil tertawa.

"Ooooh punya dong!" jawab Rina.

"Siapa?"

"Mas Adam Levine!" jawab Rina mantap.

Aris tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha. Daripada kamu mengkhayal yang kejauhan, mending kamu selingkuh sama yang deket aja. Tuh di depan kamu ada cowok jomblo, ganteng lagi."

Ucapan Aris membuat jantungku berhenti sedetik. Aku tahu ia tidak sedang menyindirku, ia hanya sedang menggoda Rina. Aris senyum-senyum melihat ekspresi kagetku.

Rina tertawa terkekeh kekeh. "Ehehe... Mas Panji kan kakak angkat aku, tauuuu!"

"Yaaah....Habisnya kan kasihan, dia jomblo terus tuh. Belum bisa move on dari mantannya!" ledek Aris lagi.

"Udah deh... Jangan mulai-mulai.... Kok gue sih yang jadi target?!" aku protes.

Aris dan Rina tertawa berdua. Sialan benar mereka. Tertawa di atas penderitaanku.

"Lagian, main game melulu!" ujar Rina.

"Eh Ji, gue udah baik banget sama elo nih. Daripada jomblo mending lo selingkuh sama cewek gue aja nih, siapa tau bisa move on! Gue sih khawatir kalau kelamaan patah hati nanti lo malah jadi homo!"

Mereka tertawa lagi.

"Terus aja terus!" Ucapku kesal. "Bantai aja gue terus! Dasar pasangan bully lo berdua! Mentang-mentang bisa mesra-mesraan dan bikin gue jadi kambing congek."

Mereka berdua terus meledekku. Aku pasrah saja. Aku tahu mereka sedang bercanda. Sikap Rina memang berubah seratus delapan puluh derajat kalau sudah bertemu cowoknya. Biasanya, dia masih sopan kepadaku. Candaannya pun tidak pernah kelewatan. Tapi kalau sudah bersama Aris, dia berubah jadi "miss bully".

Setelah puas mengejekku, Rina mulai gelisah karena makanan tidak juga datang.

"Lama banget sih!" ia menggerutu, kemudian bangkit dari tempat duduk.

"Mau ke mana?" tanya Aris.

"Aku ke toilet dulu ya!" jawab Rina sambil beranjak pergi.

"Oke, Beb!"

Tinggal aku berdua dengan Aris. Aku tidak tahu harus membicarakan apa, perasaanku sudah terlanjur bete. Bete karena jadi kambing congek, dan bete karena diledek habis-habisan.

"Sori ya Bro, lo tau kita cuma bercanda" ujar Aris.

Aku tertawa mendengar perkataan Aris. "Yahh.… santai lah..."

Aris menatap mataku dalam-dalam, kali ini dia serius. "Masih belum bisa lupain Eva?"

Ah! Nama itu muncul lagi. Sudah lama aku tak mendengarnya. Sejak lulus kuliah, tak ada seorang pun yang menyebut nama Eva di hadapanku. Bagiku, Eva sudah menjadi masa lalu.

"Nggak. Gue udah nggak pernah ingat dia lagi kok. Minimal sampai saat ini." jawabku sedikit ketus.

"Bukan maksud membuka luka lama."

"Selow... Gue ga apa-apa kok. Yaelah, kaya abege aja sih lo."

Kami berdua tertawa.

Dalam benakku, wajah Eva muncul sekilas. Dia adalah wanita yang membuatku jadi meragukan komitmen dalam sebuah hubungan percintaan. Sekian lama aku mencintainya, ternyata ia tak lebih dari seorang pengkhianat. Bukan cuma dia, mungkin semua orang pun sama. Kesetiaan itu cuma ilusi.

Tiba-tiba lamunanku runtuh karena ada pesan Line masuk ke hp-ku. Dari siapa ini? Oh rupanya dari Rina. Bukannya tadi dia ke toilet?

"Mas, ke toilet dong sebentar" tulisnya, lalu ada stiker Conny yang sedang menjulurkan lidah.

Aku kebingungan, tidak tahu harus membalas apa. Rasanya ada yang tidak beres. Sambil agak panik, aku pun pura-pura menelepon.

"Halo? Halo? Putus putus nih."

"Kenapa?" tanya Aris pelan.

"Sori, gue keluar dulu ya. Sinyalnya jelek di sini. Ada telepon dari bos gue." ucapku berbisik bisik.
Aris mengangguk.

Aku segera beranjak ke luar ruangan sambil terus pura-pura menelepon. Kebetulan jalan ke toilet dan ke pintu keluar masih satu arah. Aku berbelok ke sebelah kiri, ke arah papan bergambar simbol laki-laki dan perempuan. Rupanya toilet laki-laki dan perempuan bersebelahan dan tempat itu sedang sepi.

Pintu toilet bergambar simbol wanita tiba-tiba terbuka. Rina melongok dari dalam toilet, lalu menarik lenganku.

Aku tidak sempat bertanya apa-apa. Tahu-tahu aku sudah berada di dalam kamar toilet berdua dengan Rina. Ia mengunci pintu.

"Ada apa sih?" tanyaku berbisik.

Rina tidak langsung menjawab. Dia malah menunduk.

"Nggg... Soal yang tadi itu... Maaf ya Mas. Aku ga tau kalau Aris pulang. " katanya.

"I... Iya, ga apa-apa kok." Tiba-tiba saja aku teringat peristiwa sore tadi. Apakah itu yang dia maksud?

Rina menatapku dengan matanya yang bulat dari balik kaca matanya. Dia cute sekali. Apalagi pipinya bersemu merah.

"Masih nggak?"

"Hah?"

"Masih butuh bantuan nggak?" tanyanya lagi.

Deg deg deg. Jantungku berdetak kencang. Rina menoleh ke arah selangkanganku. Batang yang tadinya sudah dalam kondisi normal kini kembali tegang. Sial! Padahal aku sudah hampir lupa.

"Ngg.. Sedikit... " jawabku ragu ragu.

Nafasku sesak. Ya Tuhan, apa yang baru saja aku katakan? Ini tidak benar. Kata hatiku mengatakan bahwa ini perbuatan yang salah, tapi....

"Aku bantuin sesuai janjiku deh... Tapi nggak bisa lama-lama ya Mas, takut Aris curiga."

Rina duduk di atas kloset yang tertutup. Dia menarik napasnya dalam-dalam. Seperti sedang mempersiapkan diri dan mengumpulkan tekad. Detik demi detik terasa berjalan lambat. "Huff…"

Zzzree…ett!

Perlahan-lahan ia membuka resleting celanaku. Jari-jarinya yang mungil dan lentik itu menyentuh tonjolan penisku yang masih tertutup celana dalam. Ujung kukunya yang terpotong rapi menggaruk pelan batang ini. Rasa geli dan nikmat langsung menjalar dari ujung penis hingga ubun-ubun kepalaku.

Rina mengeluarkan penisku dari sela CD dan menggenggamnya, telapak tangannya sangat lembut, aku mendesah lumayan keras.

"Sssssttt! Jangan berisik!" bisik Rina.
 
Terakhir diubah:
duh.......ada update tapi ceritanya keburu lupa
baca dari ulang deh........
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd