Saat itu Dino yang bekerja pada sebuah perusahaan konstruksi ditugaskan untuk memimpin sebuah proyek konstruksi di Kabupaten Ciamis, pada sebuah kota kecamatan yang berjarak 1 jam perjalanan dari Kota Banjar di Priangan Timur. Dino sendiri telah menikah dengan selama hampir 1 tahun namun belum dikaruniai seorang anaknya pun. Ini adalah kesepakatan dengan istrinya yang tengah kuliah lagi.
Kota kecamatan itu sendiri tidak terlalu besar tetapi karena merupakan lintasan menuju sebuah objek pantai wisata yang cukup terkenal di Jawa Barat, sehingga menjadikan kota kecil tersebut cukup ramai dibanding kota kecamatan lainnya.
Sesuai dengan kesepakatan dengan bos-nya, Dino pulang ke Bandung setiap 2 minggu sekali, ke kota asalnya yang berjarak lebih kurang 4-5 jam perjalanan.
Awalnya dengan beban dan tanggung jawab pekerjaan yang cukup berat mewakili perusahaan di lokasi, Dino tenggelam dalam kesibukan yang berkepanjangan, dan tak mempunyai waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Oh ya, mes yang disediakan oleh perusahaan terletak di muka pemukiman berjarak sangat dekat dengan lokasi pekerjaannya.
Sampailah pada suatu hari, Ali salah seorang mandornya yang sebaya bercerita bahwa di belakang mes ada seorang wanita muda tinggal dan sering melewati mes sebagai jalan untuk keluar masuk menuju rumahnya. Dino pun penasaran karena apa yang diceritakan sang mandor mengusik penasarannya.
Akhirnya rasa penasarannya terobati saat istirahat makan siang, sembari mengaso dengan Ali sang mandor itu dibelakang mes, wanita muda itu lewat. Wajahnya yang tanpa polesan apapun tak menghilangkan kecantikannya, dengan rambut hitam bergelombang, melenggang melewati mereka.
”...Pak....itu dia yang saya ceritakan tempo hari ” ujar Ali bersemangat
”...Oooo....itu ” sahut Dino seraya mengiringi langkah sang wanita itu menghilang dari pandangannya.
Kembali mereka berdua terlibat dalam pembicaraan serius mengenai pekerjaan yang tengah berlangsung. Tak lama kemudian wanita muda itupun kembali melewati mereka. Timbul keinginan Dino untuk mengenalnya.
”Mba’..., boleh kenalan?” tanya Dino. Wanita muda itu tersenyum manis seraya menghampiri. Dino dan Ali langsung bangkit dari duduknya dan menyambut uluran tangannya.
”Dino......” ujar Dino.
”Astri.....” ucapnya lembut.
“Bapak-bapak ini tinggal disini kan..?, tanya Astri. “Enak sekarang mah…, jadi rame, biasanya agak ngeri lewat disini , apalagi kalau sudah malam” terangnya.
“Emang rumahnya dimana…?” tanya Dino.
“Itutuh…, yang bercat hijau di belakang”, terangnya lagi.
“Oooo tetangga rupanya “ ujar Dino. “Baru tau saya…”
“Si Mas nya ga pernah keliatan sih…, sibuk ya..?” senyumnya sambil matanya berkerjab manis.
“Hehehehe…”kekeh Dino mengakui pendapat wanita itu.
Selanjutnya pembicaraan mereka lancar mengalir sampai pada akhirnya.
”Mas Dino tadi saya dengar ringtonenya lagu Cindai-nya Siti Nurhaliza ya?” tanyanya. Memang saat dia tadi lewat mereka berdua tengah mengutak-atik ringtone ponsel Dino.
”Iya memang kenapa? Suka?” Dino balik bertanya.
”Minta dong..........” imbuhnya lagi. Waduh pikir Dino gimana caranya karena dia tak tahu cara mentransfer ringtone (maklum hp baru inventaris kantor). Idenya muncul seketika.
” Waduh sekarang saya agak sibuk bagaimana kalo hp-nya ditinggal saja, nanti sore pokoknya tau beres ringtone itu sudah ada dalam hp-mu.....” tanggap Dino dengan penuh hati-hati.
”Nggghh....... Ok deh tapi jangan bohong ya?” ucap wanita muda itu lagi.
”Kalo perlu nanti mas antarkan ke rumah....” lanjut Dino lagi yakin.
Wanita muda itupun menyerahkan ponselnya dan Dino dengan berbunga-bunga menerimanya. Dapat deh nomer hp-nya....!
Setelah memanggil salah seorang supliernya akhirnya Dino siang itu berhasil mentransfer ringtone tersebut ke hp milik wanita muda itu dan seperti janjinya Dino menyerahkan hp itu sorenya ke rumah pemiliknya.
Malam itu dengan hati-hati menjelang tidur Dino mencoba meng-SMS Astri. Dia tak berharap banyak karena tidak mengetahui kondisi wanita itu sebenarnya. Tak dinyana SMS balasan pun datang. Malam itu mereka ber-SMS ria sampai menjelang subuh. Begitu juga esoknya, malamnya juga begitu.
++++++++++++
Hingga pada suatu malam Dino terpaksa harus ke rumah salah seorang pekerjanya, yang tinggal masih di seputaran lingkungan messnya, namun ia tak tau jalan. Terbit ide cemerlangnya saat teringat pada Astri. Disampaikanlah oleh Dino keperluannya tersebut, awalnya Astri menolak, namun setelah Dino memintanya dengan amat sangat, Astripun akahirnya bersedia. Mereka berjanji bertemu di depan Mess. Dino menmbuntuti langkah Astri berkel;ok-kelok pada beberapa gang hingga akhirnya sampailah ke rumah pekerja tersebut. Dan setelah Dino menyampaikan maksudnya menemui Aep, Aep pun akhirnya minta ijin pamit sebentar untuk megurus keperluan yang disampaikan Dino tadi. Dan, tinggallah mereka berdua duduk bersisian di kursi.
Dino melirik wajah oval di sampingnya yang tengah menunduk, menyiratkan garis kecantikan yang alami. Timbul hasrat dan inginnya menikmati keindahan itu lebih dekat. Entah darimana datangnya keinginan itu membuat ia memberanikan diri.
”Astri......”panggil Dino perlahan.
”Ya mas....” sahutnya perlahan, memalingkan wajahnya menatap dengan kedua mata indahnya.
,Duh, mata yang indah sangat mendebarkan jantung' Memandang Dino bak sebuah cahaya bulan purnama.
Waktu serasa berhenti saat itu.
Tangan Dino meraih dagu lancipnya dan menggerakkan wajahnya mendekati wajah oval yang membinarkan keindahan itu. Saat wajah Dino hampir menempel, tiba-tiba Astri menunduk.. Dadanya seolah berdentam riuh menggemakan hasrat yang makin menguat. Dino tak berhenti dan menjatuhkan kecupan lembut di keningnya.
Setelah berhasil meredakan gemuruh dalam dadanya, Dino kembali menggamit dagu lancip itu, mendekatkan wajahnya kembali perlahan, seraya memandang dalam-dalam kedua bola mata indah itu. Napas hangatnya menerpa permukaan wajah wanita muda itu. Astri memejamkan matanya dan perlahan bibir Dino berlabuh lembut pada kelopak bibir ranum Astri. Ringan saja kecupan tersebut namun menyentakkan ribuan voltase gairah pada mereka.
Astri tak lagi berusaha menghindari kecupan tersebut. Kembali bibir Dino berlabuh di permukaan bibir wanita sintal itu sesaat setelah tadi sempat menjauh. Dikecupnya lagi perlahan, dan mulai melumati kedua bibir ranum itu menggoda gairah primitifnya. Astri yang tengah terpejam mengimbangi lumatan yang melanda kelopak bibirnya hingga kedua pasang bibir mereka berpalun – palun saling dirasuki gairah yang mulai terbit.
Kecupan dan lumatan Dino bergerak menjauhi bibir Astri, menjalar pada sepanjang rahangnya yang melengkung indah, bergeser turun menjelajahi leher jenjang yang memutih bak pualam. Bergerak terus keatas menuju wilayah belakang telinga dan mengulum cuping telinga tersebut dengan lembut. Terasa tangan wanita muda itu memegang erat pergelangan Dino.
“...Masss....” desis lirih Astri mulai terdengar perlahan.
Namun, tiba-tiba terdengar kecipak langkah mendekati rumah Aep. Seketika Astri mendorong dan membenahi wajahnya yang memerah seraya menarik napas guna meredakan gemuruh gairahnya yang tadi terpicu. Aep muncul di pintu dan melangkah masuk. Setelah menyelesaikan keperluannya dengan Aep, Dino beranjak pulang kembali dengan diantar Astri.
++++++++++++
Pada malam ketiga setelah peristiwa di rumah Aep, mereka ber-SMS ria. Topik yang mereka bahas menjadi lebih intim hingga menyerempet masalah seksualitas. Tak disangka SMS balasan Astri pun tak kalah ’panas’nya, dari seksualitas umum hingga detail- detail hubungan suami istri. (Astri adalah seorang janda muda beranak satu yang ditinggal suaminya menikah dengan wanita lain empat tahun yang silam) pun dibahas mereka. Dino menyatakan dalam SMSnya bahwa ia adalah tipe lelaki yang selalu mendahulukan kepuasan pasangannya dalam bercinta. Astri meledeknya hingga Dino pun panas dan menantangnya. Gayungpun bersambut, namun Astri tak menolak meski juga tak mengiyakan.
Hingga suatu siang berselang sehari setelah SMS intim mereka, menjelang istirahat, ponsel Dino berdering, diliriknya LCD-nya, SMS dari Astri.
“Mas bisa kerumah sekarang Astri pengen ngobrol, lewat belakang aja ya...”,
‘Apalagi yang mau dibicarakannya setelah SMS-SMS ’panas’ kemarin detak Dino dalam hati. Segera Dino beranjak seraya berujar pada mandor dan satpam proyek,
”Saya ke mes dulu mo buang air”,
Dengan langkah tergesa Dino melangkah menuju mes, melewati halamannya, berbelok ke kiri menjejeri jalan di samping mes terus ke belakang, melewati pagar dan berbelok kekanan hingga tertumpu pada pintu belakang rumah Astri. Perlahan mengetuk pintu yang segera dibukakan…
Wanita muda itu berdiri di pintu mengenakan kaos tanpa lengan bertali kecil melingkari pundaknya , menatapnya dengan sunggingan senyum manis.
”Masuk mas...., Cuma ada Astri saja ko, bapak, ibu dan Putri (anaknya) sedang ke Banjar” ,imbuhnya.
Dino melangkah masuk sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Seraya menutup pintu Astri mengemasi safety shoes Dino dan memasukkannya ke dalam.
”Disini saja ya mas duduknya.....”,ujarnya seraya menyodorkan sebuah kursi bulat.
”Mo bicara apa.....” ,tanya Dino.
”Lagi suntuk aja, daripada bengong mending ngajak ngobrol mas” ,terangnya tersenyum seraya menyisiri rambut ikal legamnya yang terlihat lembab dengan jemari lentiknya.
‘Mungkin baru habis mandi dia..’ batin Dino. Pembicaraan mereka mengalir lancar diselingi canda-canda kecil, mencairkan suasana yang tadinya agak kaku. Hingga......
”Eh.....mengenai SMS semalam tadi itu serius....?” ,tanya Dino memberanikan diri untk mengusir keraguannya.
Wanita muda itu tak menjawab. Dia hanya menunduk sambil menatap tajam dengan kedua sudut mata indahnya. Dino beranjak mendekat dan berjongkok menghadap Astri. Sebelah tangannya mendarat pada bahu yang mulus telanjang itu, tangan kanannya menggamit dagu lancip yang beberapa hari lalu di kecupnya. Mendongakkan wajah ovalnya sambil menatap kedua bola mata yang indah itu. Merasakan waktu melambat saat bergerak mendekatkan wajahnya, menghembuskan napas hangatnya, menyaksikan terpejamnya kedua bola mata indah itu dan mendaratkan kecupan yang perlahan-lahan berubah menjadi lumatan-lumatan liar pada bibir ranum yang lembut itu.
Lidah Dino menjalari permukaan bibir ranum itu, menggodanya hingga kedua bibir itu membuka perlahan. Menjalari bagian dalam bibirnya dan kembali mengulum pada bibir atas dan bawahnya bergantian. Kedua tangan Astri meraih keatas dan merangkul bahu dan leher Dino. Ciuman dan lumatan bibir Dino makin bergelora, Astripun membalas dengan tak kalah ’panas’nya.
“...Hmmmhhhh.....” ,desahnya perlahan diselingi kecipak dua pasang bibir mereka bergelut saling membelit di dalam rongga mulut Astri.
Dino meraih tubuh sintal tersebut dan merebahkannya di karpet lembut di ruangan tersebut. Kembali lidah Dino menjalar dari kedua bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus mengecup urat leher yang membentuk formasi penyangga kepala itu dengan bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga yang melancip, menjilati dan melumati wilayah itu dengan tekun.
”.......Mhmass....”, rintih Astri perlahan seraya membelalakkan mata indahnya menikmati sensasi yang tak terbendungkan lagi membangkitkan gairahnya yang terpendam selama empat tahun ini.
Tangan Dino tak tinggal diam mulai menjalar meraba - elus permukaan buah dada yang masih terbalut pakaian itu. Melingkari bukit membusung itu dengan jarinya, berputar mengirimkan jutaan sengatan kenikmatan. Terus turun ke bawah menemukan tepian kaos dan menyelusup ke dalam. Merabai…, mengelusi permukaan kulit yang halus dengan jemarinya.
“...Mmmhhhh...... oohhhh” ,erangan demi erangan dari bibir wanita muda itu mulai terdengar diselingi kecipak bibir yang berpadu.
Tanpa mereka sadari pakaian Astri telah tersingkap di bawah tindihan Dino. Merasa tak leluasa ditariknya kaos tanpa lengan tersebut sekalian dengan cekatan jari Kino melepas kait bahan pembungkus buah dada wanita muda itu. Astri yang saat itu tengah di amuk nikmat tak kuasa menghindarkan bahan pembungkus miliknya itu lepas dari tempatnya, membebaskan isinya menjulang lepas, memampangkan kemulusan yang memutih membulat padat dengan puncak berselimut noktah mungil merah kecoklatan.