Dino tengah konsen di mejanya menghadapi lembaran lembaran kertas gambar yang menutupi mejanya. Sekejab sebuah wajah dari masalalunya terbersit. Yani, seorang gadis yang pernah di pacarinya saat masih kuliah dulu. Hubungan yang terbina berlalu begitu saja tak ada ujungnya.
Begitu jam menunjukkan pukul 16 Dino langsung ngacir dengan tergesa gesa. Ia masih ingat alamat dan no telpon Yani masih tersimpan dalam agenda lamanya terkunci di lemari pakaiannya. Tak sabar begitu sampai di rumah dengan terburu buru setengah berlari seraya melemparkan sepatunya ia bergegas ke kamarnya, mengacak acak seluruh isi lemarinya. Girang perasaannya melihat agenda bersampul kulit coklat yang telah lusuh tergeletak di sudut lemarinya. Dengan segera diraihnya agenda tersebut dan membalik tiap halamannya dengan tak sabar. Tertera nama Yani gadisnya dulu itu lengkap dengan nomer teleponnya. Segera dimasukkannya ke dalam tas kerjanya dan lalu bergerak untuk mandi…
Pagi hari Dino telah bergegas berangkat menuju ke rutinitasnya. Tenggelam dengan lembar lembar kertas, kalkulator dan laporan laporan yang memusingkan. Tepat istirahat makan siang dikeluarkannya agenda coklat yang dibawanya dan segera bergerak ke luar kantor menuju sebuah wartel. Diputarnya nomor yang dulu sangat akrab baginya. Terdengar nada sambung, (come on..come…on come.on seru hatinya tak sabar)
“Hallo….” Suara seorang wanita tua menyambutnya dari seberang sana.
“Yaninya ada bu…?” Tanya Dino agak keras.
“Dari siapa ya….?”selidik wanita tersebut.
“Dino bu……….”sahut Dino lagi
“Oooo, sebentar ya…”ujar wanita diseberang. Terdengar suara teriakan memanggil nama yang dimaksud Dino, tak lama kemudian.
“Haloo….”suara ramah yang akrab dengannya beberapa tahun lalu kembali terdengar.
“Yan…Ini Yani….kan…?” Tanya Dino memastikan.
“Betul.., Ini siapa ya……?” Tanya gadis bersuara ramah di seberang sana.
“Dino, Ini Dino…………!”sahut Dino bersemangat.
“Dino, hmm……hmm…Dino hai apa kabar…….?” seru gadis di seberang sana.
“Masih ingat ya kamu…?”Tanya Dino.
“Masih dong……”sahutnya manja. Dan pembicaraan merekapun mengalir seperti air bah yang tak terkendali, saling menanyakan kabar masing masing sampai ke masalah teman teman mereka dulu dan juga kabar mengenai adik kakak juga orang tua masing masing tak luput dari bibir mereka.
Sedikit flashback hubungan mereka berakhir karena waktu mereka masih menjadi kekasih, Yani adalah mahasiswi fakultas ekonomi 3 tahun dibawah Dino pada perguruan tinggi yang berbeda. Dino telah terpengaruh nafsunya sehingga berniat hendak merenggut kegadisan Yani pada saat bercumbu dikost an milik teman kuliahnya pada suatu sore.
Saat itu kondisi mereka berdua telah polos tanpa sehelai benangpun. Yani yang bertubuh mungil berbaring menelungkup di atas ranjang. ‘Gadis ini bertubuh mungil tapi proporsional dengan lekuk tubuh yang menggairahkan, dan pinggulnya sangat bagus bentuknya, sangat menggoda ditunjang oleh dua bongkah bola pantat yang membusung padat’ batin Dino. Tak tahan akan dorongan birahinya Dino menempatkan tubuhnya diatas Yani yang kini telah berbaring menelentang. Seperti biasanya percumbuan mereka dengan posisi ini selalu mereka lakukan akhir akhir ini. Menggesekkan kelamin masing masing hingga puncak kenikmatan yang menjadi tujuan tercapai.
Tapi kali ini Dino tergerak secara naluriah terpicu gairahnya, menggenggam batang kejantanannya, menggosokkan ujung membulat yang telah mengkilat oleh kelembaban yang membasahinya milik lepitan vertikal milik Yani. Berusaha menusukkkan kejantanannya perlahan.
Terasa oleh Yani tusukan tusukan kecil yang hangat pada kewanitaanya. Sadar ia Dino telah kalap dan kehilangan kendali. Dengan sigap ia bangkit , duduk dan menatap tajam pada wajah kekasihnya.
“Apa apaan kamu kak….?”Tanyanya sengit.
“Kamu tau kan komitmen kita untuk tidak melakukan yang satu itu…?”tambahnya tajam
“Aku salah dan khilaf ‘Ni….”sahut Dino.
“Ya sudah, sekarang antarkan aku pulang…”nadanya lebih merupakan perintah buat Dino.