Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Jenny-II

mantap huu, lanjutin plis, klo bisa ditambahi kata2 kasar, melecehkan ato merendahkan :D
 
Salam hangat di bulan November yang sudah mulai akan sejuk ini para pembaca. Sebelumnya beribu maaf karena trit ini macet lama sekali, dikarenakan satu dan lain hal. Hamba akan mencoba mengapdetnya tipis-tipis, tapi dengan tempo yang lebih singkat. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada suhu2 sekalian, selamat bergabung kembali di trit yang jauh dari sempurna ini 🙏



BRUK
Si tua terduduk lemas di sebelahku, dengan senjata tuanya setengah melengkung keras, pads ujungnya menetes cairan kental sisa kenikmatan barusan.
Wajah dan leherku berceceran maninya, yang coba kukumpulkan dengan jemariku yang sedikit bergetar dan nafas yang masih berat.
"Mmmm.. Mmh..... " Kukumpulkan dan kusedot jariku, memindahkan semua ampas kental si tua yang bertebaran di kulitku ke dalam rongga mulutku.
Aku bergeser, berlutut di lantai tepat di antara selangkangan si tua, yang tergeletak dengan nafasnya yang berusaha diaturnya kembali.
Kuraih paksa senjatanya, kuhisap tanpa meminta ijin darinya.
Ia meringis, tangannya terangkat sebelah, hendak melarangku, namun segera dijatuhkannya kembali dengan gontai di atas sofa kotor itu.
"Aahhh.. Ngilu non... Udahh... " Si tua meringis sambil memicingkan mata.
"Mmmm... Sruppp... Fruuuuup... " Aku tak peduli apapun ucapannya, bahkan sebenarnya liang sorgaku masih berdenyut-denyut, masih ingin lebih.
Aku sadar hal tersebut mustahil, dengan kenyataan yang ada.
Kuhisap terus senjata si tua, kurasakan perlahan-lahan semakin mengkerut dan melembek di dalam mulutku.
"Saya ga pernah nembak dua kali non, kayak barusan, " Si tua berkata pelan.
"Hebat kamu non, bisa bangunin kontolku yang tua ini.. " Tambahnya dengan lemah, seperti akan tertidur.
Aku berdiri dengan acuh, mengumpulkan pakaian dan bra ku yang berserakan, sebagian di atas sofa, sebagian di lantai.
Kukibaskan debunya, lalu kukenakan secepatnya.
Si tua tertidur di hadapanku, dengan senjata hitamnya yang juga tertidur diantara bulu kemaluannya yang sedikit beruban.
Aku bergegas pergi, sebelum terjadi hal lain yang lebih buruk.
Ketika berbalik ke arah pintu, terdengar suara semak-semak diluar berbunyi.
Diikuti tawa cekikikan anak-anak berlarian menjauh.
"Sial! Tuh kan, pasti anak-anak sialan tadi liat semuanya! " Umpatku.
Aku berlari keluar, masih kudapati beberapa orang anak bercelana pendek berebutan hendak keluar dari lubang di pagar.
"Buruan woy buruaann"
"Si lonte dateng! "
Dan akhirnya mereka semua berhasil meloloskan diri sebelum aku sampai di lobang pagar tersebut.
Terdengar tawa dan langkah kaki mereka berlari menggema di lorong sempit itu.
"Hmpphh.. " Seperti biasa, aku merangkak melalui lobang pagar tersebut.
Aku berjalan dengan pelan, suara mereka sudah tak terdengar lagi.
Kulihat kiri kanan dengan cemas, sebelum memasuki pekarangan kostku.
Yang kuinginkan hanya mandi lagi, menghilangkan jejak-jejak dosa barusan.
Sekarang perasaan menyesallah yang menguat dalam batinku, mengapa aku sampai terjerumus ke dalam rayuan si tua brengsek itu.
Aku tak tahu, dan aku tak ingin memikirkannya saat ini.
Sesaat kemudian aku sudah mengguyur rambutku dengan air dingin, kukeramasi dengan telaten, dan juga kusabuni setiap jengkal tubuhku.
Saat aku tiba di selangkanganku, sempat ku terhenti.
Teringat kembali di rumah kosong, saat liang sorgaku masih berdenyut-denyut menginginkan lebih dan lebih.
Denyutan itu kembali sekarang, di tengah tubuhku yang licin oleh sabun.
"Ahhhh shit lah... " Aku mendesah pelan.
Kuselipkan jari tengahku yang penuh sabun kuusel-usel klitorisku.
"Ohhhh... " Aku bersandar di dinding, lalu duduk di tepi bak mandi.
Aku mulai terhanyut kembali dalam deraan kenikmatan yang kuciptakan sendiri.
Kututup mata, membayangkan kembali senjata si tua yang hitam berurat.
Suara berkecipak berirama tercipta dari kocokan demi kocokan jari di liang sorgaku.
Kembali hilang kesadaranku, kewarasanku, kewajaranku.
Dengan badan masih berlumuran sabun, kenikmatan ini semakin memintaku untuk terus dan terus mengorek liang sorgaku.
Aku melayang-layang di dalam wc sempit ini, di tepi bak mandi ini.
Masih setengah sadar, kuambil gayung di tepi bak, gagangnya yang bulat licin kuselipkan di liang sorgaku, kukeluar masukkan dengan memberikan tekanan-tekanan pada G-spotku.
"Ahhhhhg.... Huffff... " Di tengah kenikmatan unik ini kucoba melenguh sepelan mungkin.
Tak lama, aku merasa ada bayangan bergerak-gerak di bawah pintu wc dari luar.
Ada suara grasa grusu berbisik-bisik.
Pasti kelompok anak-anak nakal tadi.
Aku melirik lubang angin di sampingku, aku tahu itu akan jadi tempat yang bisa digunakan untuk mengintipku.
Kuatur posisiku tambah mengangkang agar terlihat jelas nanti oleh anak-anak nakal itu.
"Ouhhhh.. " Aku melenguh agak keras agar undangannya semakin jelas, sambil mencolok-colokkan dildo dadakan ini.
Kupejamkan mata, tapi kusisakan sedikit agar bisa melihat ke arah lubang angin tadi.
Dan benar, tak lama, kulihat ujung rambut, lalu muncul sepasang mata bola.
Kumainkan jariku dengan liar di bibir liang sorgaku, tangan satunya berpegangan pada dinding, gayungnya kubuang asal ke dalam bak mandi.
Kupasang telingaku dengan baik, terdengar grasa grusu di luar wc, pasti pada gak sabar ingin bergantian menikmati suguhan gratis langka ini.
Dan sekejap, muncul ideku yang sedetik kemudian langsung kurealisasikan.
Aku mendadak berdiri, menuju pintu, dan membukanya dengan cepat.
Kulongok keluar.
Dua orang anak sudah berada di pagar kost, secepat kilat menghilang dengan tergopoh-gopoh.
Tinggallah seekor anak malang, kuduga dia terjatuh karena temannya bergegas lari saat ia duduk di pundak temannya.
"Aduuh... " Si bocah malang masih terduduk di lantai semen, memegangi bahu kirinya.
Aku masih telanjang dan berlumuran sabun, berkacak pinggang di depannya.
"Tenang dek, kamu akan kubuat ketagihan nanti," Batinku.
"Kamu ngapain liatin kakak mandi hah? " Aku mencoba kelihatan galak.
"Ma.. Maaf tante.. Sa.. "
"Apaan tante?! Aku bukan tante-tante yaa! " Ucapku memotong segera jawaban si bocah.
"Sini kamu" Kujewer kupingnya dengan lembut, dan ia terpaksa berdiri mengikuti jeweranku.
"Sini.. Sini.. " Kujewer dia masuk ke wc.
Kukunci kembali pintunya.
Aku berdiri tepat di depannya, tingginya kira-kira tepat di bahuku.
"Kelas berapa kamu? " Tanyaku sedikit lebih lembut.
"Kelas 1 SMP tant.. Eh kak.. " Jawabnya salah tingkah.
"Kamu pasti udah sering nonton bokep ya? " Aku berkacak pinggang, badanku kubungkukkan sedikit, mendekatkan mukaku ke mukanya sehingga ia terdesak ke pintu.
"Ng.. Nggak kak.. " Cuma 1-2 kali aja.. " Jawabnya terdengar jujur.
"Hmmm masih polos kayaknya nih bocah, " Pikirku.
"Trus, kamu tadi liat kakak di rumah kosong itu juga? "
Ia hanya terdiam, melihat ke lantai.
"Ya kan? " Tambahku.
Ia hanya mengangguk kecil, sesekali mencuri-curi lihat ke arahku.
"Sa.. Saya cuma ikut temanku kak.. S.. Saya ga ngerti tadi kakak ngapain. "
"Ah bohong lagi kan.. Kamu dah pernah nonton bokep katanya. "
"Iya kak.. Tapi nontonnya rame-rame liat hp temenku.. "
"Trus? Pas nonton gimana rasanya? "
"Ng.. Nggak tau juga kak.. "
"Hmm.. Kamu udah pernah berdiri gak ininya? " Aku berjongkok sambil menunjuk ke arah celana pendeknya.
"I.. Iya kak.. Tadi berdiri pas liat kakak.. "
"Kamu mau gak, kakak bikin enak kayak tukang becak tadi? "
"Mm.. Itu.. Eh.. " Gugupnya kian menjadi-jadi.
"Dah, kamu ikutin kakak aja ya.. Kakak ajarin kamu.. Kasian kamu dah jatuh tadi.. "
Kupelorotkan pelan celananya, dengan kolornya sekaligus.
Tampaklah senjatanya yang masih halus mengkilat bersunat, dikelilingi bulu-bulu halus.
Kuraba dengan tanganku yang masih bersabun, kumainkan dengan telaten.
"Enak gak? Oh ya, siapa nama kamu? "
"R.. Roy kak.. Uh... I.. Iya enak.. "
Perlahan tapi pasti senjata bocah baru puber ini mulai mengeras, meski tidak besar seperti punya si tua.
"Kamu biasa giniin burung kamu gak Roy? " Kutatap ia sambil terus menyabuni senjata belianya.
"Belum kak.. Mmh.. " Ia meringis, sebuah kenikmatan baru yang sudah sepantasnya ia rasakan di usianya.
"Udah keras nih burung kamu Roy.. " Kulirik senjatanya yang sudah mengeras sempurna, kini sudah mengkilap dan berbusa oleh sabun.
"Sayang kalo kamu ngecrot, kalo belum kakak kocokin pake ini.. "
Sesaat kemudian, senjata belianya sudah berada diantara kedua payudaraku yang juga licin dan berbusa oleh sabun.
Kumainkan senjata belianya dengan kedua payudaraku.
Kujepit, kumainkan putingku di kepala besi senjatanya.
Kepala senjatanya masih berwarna kemerahan bersih, tapi sudah bertambah merah padam seiring bertambah keras juga.
Kedua tangannya hanya berpegangan di pintu yang disandarinya, memang masih polos bocah ini.
"K.. Kak... " Ia tambah meringis.
"Iya Roy sayang.. Kenapa? "
"A.. Aku kayak mau p.. Pipis kak.. "
"Gapapa sayang.. Keluarin aja pipis kamu.. "
"Di lantai kak? "
"Jangan.. Kamu pipis aja nanti tante minum pipis kamu.. " Aku tetap menjepit senjata belianya naik turun dengan lincah oleh busa sabun.
"A... Ahhh.... Pipisku keluar kak... " Roy spontan memegangi batangnya.
Dengan sigap kukulum senjatanya, sambil kukocok dengan cepat pangkalnya.
"A... Ak... Ahhh... " Badan Roy tersentak-sentak.
Baru saja keperjakaannya hilang di mulut kakak bongsor ini, dalam sebuah wc sempit.

-bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd