Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
kalau jawaban ngelesnya sih gara2 fitur spelling di word ane lagi eror.

padahal mah typo mah typo aja
:pandaketawa:


Tetep Galih tokoh utama cerita ini. kehadiran sosok Bono hanya mempertegas latar belakang tokih utama aja.



waduh caci maki macam apa pula ini :remas:
Itu bukan CACI MAKI kang, tapi CUCI MEKI
 
Secret and Desire
Chapter 3
Berpisah Tak Seharusnya Terpisah



Semesta sepertinya sedang berbaik hati dengan memberikan terang disiang yang berawan. Kelabu gugusan awan sedari pagi menakuti, akhirnya mengalah pergi oleh sejuknya hembusan angin. Seolah alam tak sampai hati menghapus senyum tawa ratusan siswa yang sedari tadi bergerumul di lapangan tengah dengan aneka warna. Sebuah panggung ditengahnya masih terlihat kosong. Seharusnya 15 menit yang lalu Bono sudah berdiri disana, memberikan pidato terakhirnya dan memulau sesuatu yang sudah ia janjikan. Sebulan ini ia sudah gembar-gembor bahwa perayaan kelulusan tahun ini akan menjadi yang terdahsyat sepanjang sekolah ini berdiri pada 1996. Namun yang dijanjikan belum juga disajikan, jangankan itu, sehelai kumisnyapun tak nampak ditemukan.

Sejak kehadiran Bono dibangku kepemimpinan, sekolah ini selalu menjadi pusat perhatian masyarakat dan media. Menyabet sejumlah juara di olimpiade fisika dan matematika, meraih berbagai penghargaan bidang olah raga dan kesenian, serta prestasi lainnya yang akhirnya membuat pihak sekolah kesulitan mencari tempat kosong dari semua etalase yang selalu penuh oleh piagam dan piala. Semua mata melalui media massa selalu penasaran apa saja yang sudah diraih oleh SMA ini. Bahkan sejumlah pewarta sudah menyiapkan peralatan siaran langsungnya, untuk mengetahui penyebabnya macetnya jalan nusantara sejak pagi tadi.

Bono memang menginstruksikan kepada semua murid kelas 3 dan merekapun menyepakati, bahwa pagi ini mereka akan datang tanpa membawa kendaraan sendiri. Kebanyakan diantar orang tua atau dengan kendaraan umum. Bono hanya tak mau setelah perayaan ini selesai mereka akan berhamburan dijalan melakukan konvoi yang akhirnya terlibat kisruh dengan warga dan pihak kepolisian. Namun keputusan itu pada akhirnya membuat pihak polisi menurunkan sejumlah anggotanya untuk memberikan pengamanan disekitaran jalan Nusantara yang saat ini sudah terparkir puluhan mobil orang tua murid di kedua sisinya.

Pihak Kepolisian sudah bertanya kepada perwakilan sekolah, Kapan kekacauan ini akan berakhir. Namun meraka belum bisa memastikan karena sang penyebab dari semua kekacauan ini tengah terjebak pada situasi yang kurang menyenangkan. Setidaknya hal yang menyenangkan bagi Bono adalah duduk santai mendengarkan kopi dengan alunan musik rock sambil menyisir rapi kumis kebanggannya.



****​


Meski sedikit telat dari yang dijadwalkan tak lantas membuat semua siswa bosan menanti. Mereka tak mau begitu saja melewatkan sebuah tradisi yang sudah dimulai sejak 3 tahun lalu dan menyesal kemudian karena memutuskan pulang lebih awal. Walaupun ekskul musik mulai kehabisan stock lagu dan hanya memainkan lagu yang sama, tak menyurutkan keasyikan mereka menari bersama. Rutinitas sepanjang tahun pada akhirnya membuat mereka terbiasa melakukan hal yang selalu sama.

Tetapi tidak dengan gadis yang sesaat lalu menerima pernyataan cinta dari sahabatnya.” Ih pak Bono kemana ya, lama amat gak dimulai – mulai acara puncaknya” Gerutu Andhini kesal ingin segera momen ini terlewati dan menikmati momen indah lainnya bersama lelaki yang baru saja ia akui sebagai kekasih.

“Sabar aja kenapa sih yang, paling si Bono lagi nyisirin kumisnya dulu” sahut sang kekasih sembari memberikan ice cream pada Andhini

Andhini mengernyitkan dahinya” jangan panggil yang dong.” Bibirnya manyun mengisyaratkan ketidaksetujuannya,”Kamu kan tahu kalau kepala aku peyang, masa dipanggilnya juga peyang”

Ivan hanya nyengir sambil sedikit memakan ice cream yang ia beli dari kantin” Oh iya yah, aku lupa kalau kamu peyang, hihii”

“Ihhh , malah diperjelas. Pokoknya aku gak mau dipanggil kaya gitu, pokoknya kita harus cari panggilan sayang khusus untuk kita berdua ajaah.” Cecar Andhini menunjukan sisi manjanya yang jarang terlihat.

“Aduuhhh bikin ribet aja sih” Ivan cuek saja sambil terus makan ice creamnya

“Bukan ribet dong Van, panggilan itu perlu kali. Kamu bisa manggil bebeb, ay, mama , papi, cinta...” lanjut Andhini memberi opsi.

Melihat tingkah konyol dua sahabatnya yang sedang dilanda asmara Danilla mencoba mendekat “Lagian, memangnya penting yah panggilan sayang – sayangan kalau orang pacaran. Bukannya yang terpenting itu saling menjaga perasaan satu sama lain dan memberikan perhatian kepada orang yang kita sayangi. Apa gunannya pangilan – panggilan sayang kalau nantinya gak bisa ngejaga hubungan itu?”

Mendengar kalimat terakhirnya yang keluar dari gadis berkulit putih bersih membuat Cindy, Papau, Ivan dan Andhini sepakat menatap Danilla yang tiba – tiba muncul setelah tadi hilang entah kemana. Mereka seolah tak percaya kalimat yang terdengar bijak keluar dari bibir merah Danilla.

Wait, barusan lo ngomong apaan?” Tanya Adhini sembari membetulkan kacamatanya ”Gue gk lagi salah denger kan?”

Hahahaha. Papau sampai tak kuasa menahan tawanya “ jangan – jangan lu tadi ngilang habis mabok kecubung ya? Tanya Paula gadis tomboy yang sering dipanggil Papau sembari merangkul pundak Danilla.

Semua reaksi sahabatnya membuat pipi Danilla memerah” yah memang bener kan dalam hubungan kan yang penting komitmen, ya itu sih kata2 nyokap gue” Danilla mencoba memberikan perpektif lain.

“Nay Nay, Lu tuh kaya parnah pacaran aja, lu kan 18 tahun jomblo akut” Seru Andhini yang terkesan meledek “ Jangankan pacaran deket sama cowo aja belum pernah kan lu?”

“Hihih...Iya, bahkan Paula aja sampai ketawa denger kata – kata kamu Nay” Seorang Cindy yang terbiasa diam ikut tertawa oleh pernyataan gadis yang biasa disapa Nay.

“Naaah bener tuh yang Cindy bilang, Papau yang cewek jadi – jadian aja punya pacar meskipun pacarnya gak pernah dikenalin kekita”

“Enak aja lo... Kok jadi gue yang diserang si Din, lagian pacar gue cowok kok, dia anak kuliahan dan anak basket” Sanggah Paula

Andhini segera mengarahkan wajahnya kearah Paula “ Kan gue barusan kaga bilang kalau pacar lo itu cewek , atau.... jangan – jangan lo emang beneran lesbi yaaah Pau” Tanya Andhini mencoba mengorek rahasia sahabat tomboynya.

“Enak aja lu nuduh gua lesbi” Bantah Paula sambil jarinya mencubit dada Andhini

“ Awwwww..... Sakiit begooo” Andhini sedikit kesakitan oleh cubitan Paula yang tepat diputing kanannya. “kok lo cute sih Pau, emangnnya gue gak bisa bales.... Nih rasaaain”

Andhini dan Paulapun akhirnya malah ribut sendiri dengan saling mencubit puting susu masing - masing. Ivan yang melihat kebiasaan mereka itu mala bingung untuk melerainya.

“Wooy malah pada berantem sih”

“SIAPA YANG BERANTEM!!!!” Paula dan Andhini kompak menyanggah

“Ya itu cubit – cubitan, gue yang ngelihatnya kan jadi kepengen ikutan” Tanya Ivan dengan sebuah harapan.

“Ohhh lo juga mau ikutan Van....?” Tanya Paula dengan tangan sambil melepas cubitannya dari dada Andhini.” Din cowo lo mau ikutan juga tuuh”

Andhini juga akhirnya melepas cubitanya lalu menatap wajah Paula” Oh gitu, pacar aku mau ikutan juga?”

Keduanya saling menggangguk lalu menghadap kearah Ivan yang kini wajahnya nampak terlihat mupeng “BOLEH KOOOK” keduanya kompak menyetujui, namun...

Nyuuuut

WADAAAAAWWWW.......

Paula dan Andhini justru mencubit tepat dikedua sisi dada Ivan, tepat pada puting yang kini ditarik lalu dipelintir kekanan dan kekiri. Ivan menjerit seketika saat putingnya dipelintir secara bersamaan oleh pacar dan sahabatnya.

“Awwwww... ampun ampun..lepasin dong bisa putus ntar...” Ivan memohon seraya meringis kesakitan

Tak tahan melihat wajah meringis Ivan, Paula dan Andhini pun melepas cubitan masing – masing. Mereka pun dibuatnya tertawa oleh reaksi Ivan yang tidak terduga sebelumnya.

Ivan meringis kesakitan, mengelus dadanya yang terasa panas dan perih “Ahh cew cewe mah mainnya curang, pasti gue gak boleh bales deh?” Tanya Ivan memastikan

“Gak boleh lah, BUKAN MUHRIM. Hahaha” kedua gadis itu kompak menjawab disusul dengan tawaan yang menggelitik

“Wooy Nay gara – gara lo nih gue yang kena”

Danilla hanya tersenyum melihat semua tingkah mereka. Yang awalnya semua ledekan tertuju pada dirinya malah Ivan yang justru mendapat sakitnya. “

“Habis lo sih emang mesum”

“Kalian ini dari pertama kita kenal waktu MOS sampai sudah lulus gini tetep aja suka pada jahil. Lagian aku setuju kok sama yang diomongon Danilla” Cindy mencoba mencairkan suaasana ketika ia sadar Danilla sedari tadi menjadi objek gunjingan

“Tuh denger Cindy aja setuju sama kata – kata gue barusan, coba lo tadi jg belain gue Van, pentil lo gk bakal kena dobel cubitan.” Sahut Danilla senang merasa ada yang membela.

Gadis pendiam yang selalu bisa menjadi penengah atas semua pertikaian yang pernah terjadi itupun tersenyum, menyusul Paula dan Andhini yang memilih duduk dilapangan.” Lagian memangnya salah yah kalau sampai sekarang Danilla belum pernah pacaran dan masih jomblo” Cindy memandang satu persatu wajah temannya “ kan di negara ini jomblo itu dilindungi oleh undang – undang”

“Lagi pula kalaupun misal sampai tua nanti Danilla masih jomblo , kita berlima masih tetep bersahabat kok. Aku gak akan mau melukai persahabatan kita dengan alasan apapun.” Sambung Cindy tak kuasa menahan tawa.

“ Yaah elu Cin, gue kira lo mau belain gue ujung – ujungnnya malah lebih nyakitin.” Wajah danila merengut kesal

“Emang yah cew pendiem itu sekalinya ngomong pasti nyelekitin ati. Hihihi”

Pada akhrnya mereka tetap tertawa, tetap bahagia. Persahabatan yang sudah terlanjut erat ini tidak akan pernah goyah oleh apapun , apalagi oleh pertikaian konyol barusan. Mereka sudah cukup mengenal satu sama lain dan selalu menerima kekurangan serta kelebihan. Selalu bisa mengisi dikala yang lain merasa kurang. Selalu bisa menerima kekonyolan yang terkadang tak bisa diterima akal sehat sekalipun.

****​

Danilla memilih berdiri disaat sebagian orang memilih duduk karena lelah menunggu kehadiran Bono untuk memulai acara puncak. Beruntung siswa kelas dua dan satu belum bosan memberikan hiburan musik kepada kakak kelas mereka yang sebentar lagi akan menuju phase baru dalam kehidupan. Pemilik wajah sayu itu tiba – tiba terdiam, ia terbawa perasaan oleh omongan Andhini sebelumnya.

Terkadang sahabatnya bertanya pada Danilla, seperti apa lelaki yang mampu membuka pintu hatinya yang masih terkunci rapat. Semua lelaki sepertinya pernah mencoba untuk meluluhkan hati gadis berambut ikal, namun semuanya menyerah dengan jawaban mentah yang menyakitkan. Bahkan setahun lalu sekolah ini hampir saja terlibat tawuran dengan SMA lain hanya karena memperebutkan Danilla. Untung Bono cepat bertindak dengan mendamaikan kedua sekolah dalam sebuah pertandingan basket dan futsal yang diberi nama “ Danilla Cup”

Semua orang terutama Danilla kaget ketika Pak Bono membuat sebuah pertandingan menggunakan nama dirinya. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu asalkan teman – temannya tidak lagi bertengkar hanya untuk memperebutkan dirinya. Pertandingan itupun berhasil mendamaikan dua SMA yang hampir saja memulai sebuah tradisi permusuhan, sekalipun tak ada yang memenangkan hati Danilla.

Danilla sempat binggung apa yang membuat ia spesial sehingga namanya akan dijadikan nama sebuah Turnamen antar sekolah yang jauh lebih besar. Gadis itu sempat menolak ketika pak Bono mengutarakan idenya. Namun Bono memberikan sebuah penjelasan, kalau perkelahian antar teman, pertikaian antar kelas, dan tawuran antar sekolah terkadang bermula dari hal yang sangat sepele dan seringnya karena perebutan wanita. “Dan Danilla sudah terlanjur tercatat sebagai nama dari seorang yang pernah diperebutkan”. Paling tidak itu akan menjadi pengingat, jangan sampai hanya karena kita memperebutkan satu hal yang sama, kita rela saling membenci. Jangan sampai hanya karena nafsu ingin memiliki, membuat kita menjadi manusia tanpa harga diri.

Memiliki raga dan jiwa seorang bidadari membuat Danilla berhak mendapatkan apapun. Ia bisa saja mengencani semua cowok ganteng di sekolah ini. Bisa pula ia menggaet semua lelaki pintar didunia ini. Atau. apabila ia beruntung ia bisa saja memperdaya pria kaya yang mudah nafsu hanya karena rok mini. Ini bukan permasalahan melepas stasus jomblo atau mencari pengakuan bahwa dia bisa juga punya pacar seperti gadis lainnya. Ini masalah hati, masalah perasaan dan masalah harga diri. Harus kepada lelaki yang tepat kunci itu diberikan. Kunci yang akan membuka pintu hatinya untuk yang pertama kali. Lelaki itu adalah galih. Paling tidak itulah yang dikatakan oleh hati kecilnya, dan Danilla selalu mempercayai itu.

Danilla sadar untuk mewujudkan itu tidaklah mudah. Ia harus berusaha dengan puluhan gadis cantik lainnya untuk merebut hati Galih. Apalagi ia juga harus menyembunyikan perasaan ini dari teman dan sahabatnya. Danilla sendiri sering sesumbar bahwa ia gak akan pernah menjadi salah satu cewek – cewek kegatelan itu. Dalam setiap kesempatan Danilla selalu menjelek – jelakan Galih dihadapan sahabatnya. Ungkapan yang paling keji yang pernah ia ucapkan ialah, Galih adalah mahkluk paling sombong yang pernah tuhan ciptakan. Gara – gara hal itu, Danilla sendiri yang harus menerima tulahnya. Hmm, kawus

Mencari kesempatan untuk sebentar saja memandang wajah Galih cukup sulit bagi Danilla. Beruntungnya Papau dan Andhini baru saja menemukan sedikit space kosong dibaju Danilla ;yang begitu banyak diisi oleh tanda tangan dan kata ucapan terutama oleh laki – laki; sehingga gadis itu bisa melayangkan pandangannya kearah roof top gedung E berharap Galih sudah ada disana. Danilla sangat yakin Galih akan menunggunya disana karena ia sudah berjanji

Andhini sangat asik menggambar seekor bebek di bagian saku baju Danilla yang tidak sengaja robek. Tanpa mempedulikan Danilla yang berkali – kali mendesis setiap kali ujung spidol menekan payudaranya yang mulai tumbuh. Danilla selalu risih apabila payudaranya tersentuh, tetapi Andhini gak peduli malahan dengan sengaja menekan area putingnya.

“Kenapa lo, medesah gitu?” tanya Andhini senang melihat wajah Danilla. “ Sange looh ya, diginiin doang dah sange lo. Hihihi”

Namun Danilla tidak menggubris omongan ngelantur sahabatnya. Bahkan ia juga gak peduli saat Ivan ikut – ikutan menulis dibagian belakang kanan rok osisnya. Seperti menulis sebuah surat atau wasiat, spidol yang digunakan Ivan tak pernah berpindah dari pantat kanan Danilla. Sementara tangan kanannya menulis, tangan kiri ivan mulai melingkar disisi lain pantat Danilla yang mulai tinggi membulat. Siang ini Danilla sukses dibuat risih dan merintih oleh dua sahabatnya yang belum genap 1 jam berpacaran. Danilla lebih memilih memandang dari jauh sosok Galih yang kini mulai terlihat.’kamu menepati janjimu’

“Naaahhh jadi deh, pokoknya gambar bebek ini bakal terus ngingetin loe sama gua” Sahut Andhini menyudahi hasta karyanya.

“Iya gue gak bakalan lupa kok sama bebek cerewet macam loe!” Danilla tersenyum lalu mengulurkan tangan kearah Cindy dan Paula lantas menariknya “kalian berempat akan tetap jadi sahabat terbaik gue, meskipun mulai sekarang kita akan berpisah di kota yang berbeda. Tapi persahabatan kita gk akan pernah terpisahkan.”

Terenyuh mendengar perkataan barusan membuat ketiga gadis itupun memeluk erat tubuh Danilla. Mereka sadar ini adalah pelukan terakhir mereka sebagai pelajar SMA dan berharap ini tidak akan menjadi pelukan terakhir mereka sebagai sahabat. Dan lewat pelukan itupun akhirnya membuat mereka sadar atas apa yang Ivan lakukan saat ini.

“Ohhh....Bagus ya, ada yang nyari kesempatan nih grepe – grepe pantatnya Danilla.” Andhini terlihat kesal melihat Ivan dengan asyiknya menulis dirok dengan tangan kirinya melekat dipantat Danilla.

Ivan kaget dan segera menyudahi tulisannya. “ ehhh.. Enggak kok, si siapa juga yang grepe – grepe, ini cuma pegangan aja biar tulisannya rapih, soalnya kan gua nulis di objek yang gak rata” bantah Ivan dengan canggungnya

“Alasan macam apa itu, dasar lo ya, pantat temen sendiri dipegang – pegang” Andhini kembali mencubit perut Ivan

Yaaahhhh.... “ Kenapa dicubit lagi sihhhhhh, yang tadi aja masih perih” Aww awww.

Dengan muka yang mulai terlihat sembab Paulapun ikut mencubit perut Ivan “ Dasar cowok mesum, kok lo mau sih Din jadi pacar cowok mesum kayak gini...”

“Ahhhh elu Pau,, manas manasin ajaa”

Andhini makin keras mencubit perut Ivan bahkan sedikit ia plintir “ Gak ada ampun, baru sebentar pacaran aja dah berani nakal, apalagi dah setahun”

“Siapa yang nakal sih, .... Awwwwww, Nay kan jg temen gue, yah.... Awwww, gue gak bakal napsu laaahh..” Ivan terlihat merintih kesakitan “ Lagian gue Cuma mau ngebuktiin pantatnya Nay itu asli apa Cuma ganjelan. AWWW iya ampun ampun.. Ahchhhh.”

Tidak ada ampun untuk kemesuman dengan alasan apapun. Hal itu juga membuat Cindy akhirnya gemas dan menjewer kuping sahabat mesumnya itu. Namun Danilla justru tersenyum melihat tingkah mereka. Danilla sadar Ivan cukup lama bermain dipantat montoknya; setidaknya itu yang dikatakan mama; karena ia tahu Ivan akan mendapat perlakuan seperti itu. Yah, paling tidak itu cukup mengalihkan perhatian mereka saat perlahan Danilla menghilang dari kerumunan.



****

Siang ini salah satu cinta – cita Bono terwujud. Ketika muda ia pernah berangan memiliki band rock papan atas dan disetiap akhir konser ia loncat kedepan penonton dan melakukan body surfing. Namun pekerjaannya sebagai guru membuatnya sadar hal itu tak akan mungkin terjadi, terlebih dengan gundukan lemak yang menggunung diperutnya semakin menjauhkannya dari momen idaman setiap rockstar di dunia. Tetapi akhirnya semua keinginan itu terwujud;setelah sebelumnya beberapa murid membopong dan mengarak tubuhnya dari depan ruang kepala sekolah menuju lapangan basket; dan kini Bono sudah ada diatas tangan – tangan muridnya yang menopangnya menuju panggung ditengah kerumunan siswa yang sedari tadi meneriaki namanya.

Pria paruh baya yang selalu membanggakan kumis nyentriknya terlihat bahagia. Ia tidak sedikitpun menyangka bisa merasa layaknya rockstar meski pada momen yang jauh berbeda. Bahkan dua vokalis band rock yang sedang melakukan gladi resik untuk acara wisuda dan pensi besokpun dibuatnya tercengang.

Dengan nafas terengah – engah Bonopun menaiki panggung kecil dengan dibantu beberapa siswa untuk naik. Ia meraih microphone dan mendekatkan kebibir berkumisnya sembari mengacungkan salam khas anak metal.

“Kalian ki pancen murid metal tenan rek...” Ucap Bono sembari menganguk – anggukan kepalanya sebagai ungkapan terimakasih.

Bono sama sekali tak bisa menutupi rasa bahagianya “Jujur, bapak ki seneng banget tadi kalian angkat dari sana kesini, bapak ki wes koyo cah bend bendan aja, hmmm..” sampai ia sendiri tak tahu harus berucap apa lagi.

Seluruh siswapun hanya bersorak meneriakan nama kepala sekolah yang akan selalu menjadi kebanggan mereka. Mereka tahu Bono adalah penyuka musik rock, dan hal yang baru saja mereka lakukan akan menjadi kado perpisahan terindah yang pernah Bono dapatkan selama dirinya menjadi seorang pendidik.

“Huhhhh. Yo wes maaf kalian tadi nunggu agak lama soalnya ada sedikit kesalahpahaman. Tapi tenang saja semua sudah terkendali. Aduuhh.. bapak ki sampe lali mau ngomong apa lagi...”



****​


Diatap gedung E yang sedang dibangun sebuah taman Galih berdiri dekat pagar pembatas. Ia memandang kesebuah bentuk kebahagian murni yang mungkin tidak akan pernah ia lihat kalau saja dulu ia menerima tawaran orang tuanya untuk masuk disekolah Internasional. Rupanya pilihanya untuk menimba ilmu disekolah yang kerap dicap sebagai tempat sekolahnya seniman adalah pilihan tebaik selama ia hidup.

Melalui lensa kameranya ia menatap satu persatu wajah – wajah penuh ceria dari seniornya. Mengabadikan setiap momen bahagia dari sudut yang berbeda. Dari sini ia dapat melihat seniornya saling bersorak, moncoret baju satu sama lain dan saling berucap janji persahabatan. Ia juga bisa melihat anak – anak kelas 1 dan 2 tengah menunggu dilantai dua gedung kelas yang mengelilingi lapangan basket. Mereka tengah bersiap menunggu aba – aba dari pak Bono untuk memulai acara puncak. Namun Galih sudah tak melihat sosok gadis itu. Gadis yang membuatnya harus menunggu diatap gedung ini sejak sejam yang lalu.

“Kamu sedang melihat apa?” sebuah suara yang tak asing tiba – tiba terdengar dan membuat Galih langsung berbalik.

“Loh kamu kok disini, acara puncak kan mau dimulai?” Tanya Galih yang terkejut melihat sumber suara itu

Danilla jalan mendekat sembari memilin ujung bajunya yang kini terlihat warna warni “Gak apa, aku gak mau kamu lebih lama menunggu aku disini. Lagian aku kan juga bisa lihat dari sini.” Jawab Danilla dengan tersipu

Keduanya hanya berdiri mematung. Mereka tahu untuk apa mereka bertemu di atap yang dijanjikan Bono sebagai rooftop garden terkece di kota. Namun mereka sama tidak tahu harus memulainya dari mana.

“Oh ya, maaf yah kamu gak bisa ikutan nulis dibaju aku” dengan jantung berdebar Danilla coba membuka.

Galih hanya tersenyum sambil membereskan kameranya dan memasukan kedalam tas “Gak papa kok, lagian semua orang pasti ingin tanda tangan atau tulisannya ada dibaju kamu, biar menjadi kenanagan buat kamu, kan”

“Lagi pula sepertinya aku belum saaatnya menulis sesuatu di baju kamu itu” Lanjut Galih dengan pelan.

“Bukannya aku gak ngehargain perasaan kamu, kalau boleh jujur sebenernya aku juga suka sama kamu sejak kita ketemu waktu aku masih sd dulu. Inget kan?”

Danilla hanya mengangguk dan terus menatap mata Galih

Galih menghela nafas meyakinkan dirinya akan apa yang ingin dia ucapkan. “Tapi sepertinya kali ini aku harus menolak perasaan kamu. Aku gak bisa menjadi apa yang kamu inginkan, aku gak bisa jadi pacar kamu. Sekali lagi bukannya aku gak menghargain kamu. Tapi...”

Mata Danilla mulai berkaca” Tapi apa? Jawab aja aku pengen tahu!”

“huuuft, aku punya cita – cita yang belum aku wujudkan, dan aku yakin kamu juga memiliki hal yang sama. Aku gak mau hanya karena ini cita – cita kita malah gak akan terwujud”

“Tapi kita kan belum mencoba, kita gak akan pernah tahu kedepanya kalau kita gak berani memulainnya”

“Bukan gitu Danilla, hmmm.. saat ini aku masih kelas satu, dan sebentar lagi kamu bakal kuliah. Dan aku yakin diluar sana kamu juga akan menemukan orang yang jauh lebih baik dari aku. Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan, kalau saja kamu tahu siapa aku sebenarnya, aku yakin kamu akan membenci aku”

Danilla semakin mendekat kearah Galih, meraih dan menggengam kedua tanganya. “Aku gak peduli kalau kamu penjahat sekalipun, aku juga gak akan peduli kalau kamu punya sifat aneh, aku gak peduli. Gak ada manusia yang tercipta sempurna.”

“Yah aku juga tahu itu. Tapi aku juga minta kamu mengerti, sekalipun mungkin kamu gak akan mengerti” Karena Galih sama sekali tidak menjelaskan apa – apa.

“Oke aku nangkep apa yang kamu maksud. Kalau itu memang mau kamu, aku bakal nunggu kamu lulus SMA dan meraih cita – cita yang kamu maksud itu. Tapi setelah itu apakah kamu mau menerima cinta aku?” Tanya Danilla sungguh – sungguh

Galih sejenak memejamkan mata sembari membuang nafas.” Jujur aku gak bisa janji, semuanya bisa saja berubah. Tetapi kalau itu memang bisa membuat kamu menerima keputusan aku, aku akan akan berusaha setelah aku tak lagi berseragam putih abu abu aku sendiri yang akan menemuimu terlebih dahulu” Sahut Galih berhati – hati, tak mau mengucap janji yang tak akan bisa ia tepati

“Mungkin memang aku yang bodoh dan gak ada bedanya sama cewek – cewek itu. Aku yang salah. Memang gak seharusnya aku ungkapin perasaan aku kekamu.”

Danilla kembali menghela nafas ia meletakkan kedua tangan didepan dadanya mencoba menenangkan hati dan perasaan yang begitu berkecambuk dan kacau. Baru saja ia merasakan kebahagian bersama teman dan sahabatnya. Namun seketika merasakan sesak yang teramat sakit di dada. Ia sudah bisa menebak kemungkina Galih akan menolak perasaanya tapi ia tak menduga rasanya sesakit ini.

Sakit.

“Huuuuuft. Oke aku hargain keputusan kamu, tapi kamu mau wujudin permintaanku? Untuk yang ini aku mau kamu gak menolaknya atau menundanya.”

“Selama permintaan itu gak merubah keputusanku barusan aku mau ngelakuinnya.”

“Aku ingin mendapatkan ciuman pertamaku dari kamu”

Kalimat itu seperti bom yang meledak dalam tubuh Galih. Gadis yang mendapat predikat tercantik meminta dirinya memberikan sebuah ciuman pertama. Galih tak bisa berkata apapun. Bahkan berdirinya mulai goyah. Tapi ia terlanjur berkata untuk bisa mewujudkan permintaan Danilla yang satu ini.

Namun Galih sadar tak mungkin ia memberikan rasa sakit dihati Danilla lebih dari ini. Iya tentu tidak akan tega terus membiarkan air mata itu mengalir dari mata yg mulai terpejam. Galih tidak pernah suka melihat seorang wanita menangis secara langsung dihadapnnya. Sadar ia tak punya banyak pilihan, iapun memberikan sebuah ciuman pertama kepada Danilla.

Dengan lembut Galih mengecup bibir ranum Danilla. Getaran dibibir merah itu sejalan dengan dekupan jantung yang terus mendobrak dada. Hidung keduanya saling beradi, hingga merasakan hembusan udara keluar dari paru – paru.

Danilla hanya diam ingin sekali ia mempraktekan adegan ciuman film romantis yang sering ia tonton. Namun ia tak tahu harus memulai seperti apa. Yang ia ingat biasanya pemeran itu akan saling memiringkan kepala sehingga kedua belah bibir itu dapat lebih melekat merasakan basah dan hangatnya liur masing – masing.

Cukup lama Danilla membiasakan diri dengan perasaan yang aneh ini. Hingga akhirnya ia mencba menjulurkan lidah kedalam mulut Galih. Lidah itu disambut dengan hisapan kecil lelaki yang juga mulai membiasakan diri memeluk tubuh sang gadis.

Kini keduanya dapat merasakan getaran dada masing – masing. Getaran yang membuat keduanya semakin terhanyut dalam arus kehangatan pelukan yang semakin berubah menjadi lembutnya belaian. Galih terus membelai pinggul dan rambut dari akarnya hingga keujung yang bergelombang indah. Sementara Danilla cukup puas merasakan punggung yang terasa kekar disetiap lentik jarinya.

Kedua insan ini layaknya balita yang baru saja merasakan nikmatnya menjilat permen pertamanya. Galih dan Danilla sama – sama tak mau atau tak tahu caranya berhenti saling menyilangkan lidah. Sampai akhirnya Galih tiba – tiba melepas bibirnya, ketika sadar Danilla meraih tangannya dan meletakan didepan gundukan dada.

“Aku juga ingin kamu menjadi laki – laki pertama yang menyentuh ini”

Danilla terus menahan usaha Galih yang ingin menarik tangannya dari dari dada bulat itu. Bahkan Danilla semakin meremas punggung tangan Galih sehingga lelaki itu dapat merasakan hangat dan lembutnya sebuah mahkota yang selama ini hanya menjadi objek khayalan banyak lelaki.

Galih merasa tak pantas mendapatkan kesempatan ini setelah dirinya menyakiti perasaan bahkan membuat gadis ini menangis. Seharusnya bukan ini, ia membayangkan akan mendapat tamparan, makian atau ditinggal begitu saja dengan sebuah tangisan yang menggema. Namun Danilla justru menuntun dirinya merasakan kehangatan didepan dada yang tersematkan sebuah nama indah ‘Danilla Svastika’

Terdengar dari arah lapangan Bono menyerukan dimulainya kejutan yang ia janjikan. Seketika udara berubah dengan aneka warna dari tepung yang dilempar dari lantai dua oleh seluruh siswa. Kembang api warna yang disusun sewarna pelangi dan confetti turut menghiasi udara siang ini. Ratusan sorakan kegembiraan pun menyusul menyemarakan hari kelulusan yang sekaligus menjadi hari perpisahan. Hari yang akan selalu dikenang. Hari yang akan selalu diingat. Hari yang akan selalu diceritakan.

Berlatar hembusan warna diudara dan iringan suara riuh gembira. Galih dan Danilla kembali menciptakan warna yang berbeda dalam bentuk kecup dan raba.


Jumpa lagi dikehangatan selanjutnya...
Marucil
June 27 2019


 
Terakhir diubah:
Kayaknya apdet kali ini suhu sepertinya lagi bad mod.banyak kata yg berlawanan arti.

Semisal kalimat ini."untuk mewujudkan itu tidaklah berat,sementar dua harus berjuang dengan banyak gadis"

Harusnya kan tidak ringan,karena bersaing dengan banyak gadis.

Terus sambil mendengarkan kopi, ahhh.... Kok habis baca jadi ikutan galau.

Maafkan hamba suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd