Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Asik ni bacanya kayak kuda lg lompat maju mundur bisa cerita masa depan atau masa lalu. Masih coba ikutin alur dulu biar gak terlalu bingung. Lanjut lg :beer::beer::beer::beer:
 
Asik ni bacanya kayak kuda lg lompat maju mundur bisa cerita masa depan atau masa lalu. Masih coba ikutin alur dulu biar gak terlalu bingung. Lanjut lg :beer::beer::beer::beer:

sejauh ini kejadiannya masih present day kok. cuma sedikit menggambarkan masa lalu beberapa tokoh biar sama sama memahami karakteristiknya.
:beer::beer:
 
bacanya nti aja ah klo udj berpart2 biar bisa marathon
 
Secret and Desire
Chapter 6
Terjebak Nostalgila

Chapter-6.jpg



Pria yang dahulu bertubuh kekar, bertampang tampan dan gagah dan sering disandingkan dengan sosok Roy Martin kini berubah seperti gentong air yang di berikan secarik nafas. Rambut yang dulu gondong halus dan wangi, kini hanya tersisa beberapa milimeter, bahkan hampir menyilaukan. Patricia memang terkejut dengan perubahan drastis sahabatnya itu. Padahal baru lima tahun mereka tidak berjumpa namun ia hampir saja tidak mengenali pria bertinggi 176 cm itu.

Tetapi perubahan fisik itu tak lantas mengubah sifat Yono yang selalu membuat semua orang nyaman berteman dengannya. Yono masih tetap pribadi yang sama; ramah, menyenangkan tapi juga tegas. Pria berkepala botak plontos itu tahu bagai mana cara memposisikan diri dihadapan para karyawannya. Ia tahu kapan harus bersikap tegas kapan harus terlihat santai. Patricia melihat sendiri bagaimana wajah para karyawannya yang tak sedikitpun terlihat tegang karena tertekan. Meski berlumuran oli dan peluh para mekanik tetap bisa tertawa dan bercanda. Meski para marketing harus dipusingkan dengan setumpuk target yang tak pernah habis, mereka tetap bahagia. Wajar bila kini Yono menjadi pengusaha otomotis yang sukses. Ia paham cara mempekerjakan manusia selayaknya manusia. Manusia bukanlah mesin yang bisa bekerja tanpa henti dan tak mengeluh setiap kali kena marah. Manusia punya hati dan perasaan serta tujuan untuk menjaga senyum keluarga yang ditinggal dirumah.

Patricia melihat berbagai penghargaan terpampang didinding putih. Sebuah pencapaian yang memak layak diterima, dari kerasnya sebuah perjuangan. Patricia takjub lagi bangga melihat semua yang dilakukan Yono selama ini. Semakin takjub karena Yono melakukan semua ini demi keluarga dan ketiga anaknya yang tercinta. Beberapa tahun lalu ia kehilangan sang istri tercinta. Namun itu tak lantas mematahkan semangat Yono sebagai seorang kepala rumah tangga. Yono bersikeras untuk terus mengembangkan usaha yang ia rintis bersama Lastri diawal pernikahan mereka.

Bengkel yang Patricia kunjungi saat ini merupakan bengkel pertama yang dirintis oleh Yono dan istrinya. Dahulu memang tak seberapa besar, bahkan tak mampu untuk menamung 10 mobil. Tetapi kini ada beberapa bangunan yang diperuntukan untuk bengkel dan dealer, bahkan ada sebuah gallery yang memamerkan beberapa koleksi mobil milik pria penggemar bir. Tempat ini bukan lagi sekedar bengkel dan tempat membeli kendaraan. Ini sudah seperti surga bagi para pecinta otomotif bahkan kerap dijadikan lokasi syuting tayangan otomotif dan juga tempat berkumpulnya para youtuber otomotif berbagai roda.


________

Meninggalkan Yono yang masih harus memberikan pengarahan pada karyawnnya, Patricia masuk kedalam ruang pribadi Yono dilantai dua. Sebuah kantor yang cukup nyaman dengan desain minimalis dan nampak modern. Patricia ingat betul ia kerap protes dengan selera Yono yang tak pernah sedikitpun memperhatikan estetika ruangan. Dulu Yono tak mempedulikan apabila tembok kerjanya penuh oleh noda oli atau cipratan cat. Tapi kini semuanya serba putih bersih, sebersih cita – citanya untuk memakmurkan semua karyawannya.

Dalam ruangan yang serba putih nan menyilaukan seperti kepala sahabatnya itu. Patricia membanting tubuhnya pada sebuah lounge chair berlapis bulu warna putih disudut ruangan dekat jendela kaca besar yang mengarah pada worksop. Itu adalah tempat favorit Yono untuk memperhatikan semua aktivitas bengkelnya dari atas. Patrcia merasa seperti menemukan oasis ditengah padang pasir hingga dengan cepatnya tubuh kurus itu terbaring tenggelam dalam lembutnya bulu domba.

Patricia melepas sepatu heelsnya yang menopang kakinya sejak pagi lalu melemparnya entah kemana. Kemudian tangannya mulai melucuti tiap lembar pakaian yang menutupi tubuh indahnya itu; sekalipun sudah tercetak jelas garis – garis penuaan dibeberapa area tubuh. Tanpa sedikitpun beranjak dari rebahannya, Patricia menelanjangi diri dan membiarkan jumpsuit terusan warna beage terjatuh kelantai. Tubuhnya kini hanya terbalut oleh Alexa warna hitam, sebuah merek pakaian dalam wanita yang sedang trand dikalangan sosialita. Dua tahun lebih Patricia didapuk sebagai brand ambasador dari perusahaan underwear milik temannya yang berbasis di Singapura.

Tangan lentik itu lekas meraba selangkangan yang masih terbungkus celana dalam model control brief yang menutupi sebagian area bawah perutnya. Jemarinya aktif meraba dengan lembut bagian yang berenda hingga ia menemukan garis vaginanya yang terasa hangat dan membasah. Patricia mengangkangkan kedua kaki jenjangnya kesamping agar dengan mudah ia menemukan sebentuk benda kenyal berujung pipih yang ia sembunyikan di balik celana dalamnya.

Patricia begitu senangnya mendapatkan vaginanya basah; bahkan cenderung becek; yang diperoleh dari sebuah dildo yang ia sembunyikan sendiri didalam ‘memek’ sedari tadi. Beberapa waktu yang lalu otak nakal Patricia tiba – tiba memberikan ide yang selama ini belu pernah Patricia lakukan. Ketika Agus datang dengan sebuah sepeda motor matic, seketika itu ia ingin merasakan sensasi getaran mesin motor dengan sebuah dildo terbenanm didalam liang vagina.

Meski awalnya Patricia cukup ragu ketika mengenakan dildo didalam toilet mini market, tapi ketika pertama kali pantatnya menduduki jok ia yakin akan mendapatkan sebuah sensasi unik yang cukup memberikan kepuasan dihari penuh kesialan ini. Agus sempat bertanya kenapa Patricia berkali – kali mengaduh setiap roda motornya menginjak polisi tidur, pemuda itu bahkan mengira Patricia kurang nyaman karena tak terbiasa di gonceng, dan memutuskan melajukan sepada motornya dengan kecepatan rendah, bahkan melewati jalan yang memutar sehingga rangsangan itu semakin lama diterima Patricia. Tapi Patricia justru puas, puas sekali. Ia beberapa kali mendapatkan orgasme hingga cukup memberikan jejak lembab di pantatnya. Itu kenapa sesampainya di lounge Yono Mobile tadi, ia lekas merebahkan tubuhnya disebuah sofa.

Dengan bulu pubik yang sudah basah dan lengket tak cukup untuk membuat Patricia puas. Seorang wanita yang kerap dipanggil dengan sapaan Trish tidak akan pernah puas dengan hanya 1 kali orgasme. Ia pun kembali menekan kedalam dildo yang masih terbenam, berharap akan datang kembali orgasme yang kesekian kali dihari yang sama.

Pintu kayu model geser itu terbuka, dan seseorang terkejut melihat kondisi Patricia yang terlihat menyenangkan. “ASTAGFIRULLAH.....”

Meski terkejut dengan tingkah sahabatnya tak lantas membuat Yono heran, Patricia yang ia kenal memang seperti ini Tapi bukan menjadi pembenaran ia melakukan hal senonoh ini didalam kantornya dan pada posisi yang memungkinkan karyawannya melihat.

Yono hanya menghela nafas, bergeleng melihat Patricia yang tersu mendesah hingga menggema di ruangan seluas 5 x 6 meter itu. Yono mengambil sebuah kursi dan meletakan disamping lounge chair dimana Patricia kian terpejam menikmati permainannya sendiri. Yono pun menutupi tubuh bugil sahabatnya dengan sebuah kain lembut yang ia ambil dari atas sofa. Dengan lembut dan gentel, Yono menarik tangan Patricia. Mata Patrciapun terbuka dan mendapati sahabatnya menatap dirinya, dan mulai membelai rambut lembut Patricia.

“Koe keh pancen gemlung apa kepriwe sih??...., Nek sing mlebu karyawanku priwe jal?” Sahut Yono yang dengan tangannya membelai dahi Patricia.
(kamu ini gila atau gimana sih??..., Kalau yang masuk karyawanku gimana coba??)

Patricia hanya terdiam, tersenyum dan sedikit menahan tawa. Yono yang sedari tadi terdengar berwibawa dihadapan para karyawan, kini menggunakan bahasa leluhur yang masih ia gunakan hingga saat ini.

“Kamu sudah puluhan tahun tinggal di kota ini masih saja ngomong ‘ngapak’ ??” tanya Patricia yang mulai terkekeh.

“Lah emange ora olih apa? Sing penting kan kowe mudeng. Nek kambi karyawan apa konsumen ya pancen engong ngomonge bahasa Indonesia mbokan ora pada mudeng sih..., tapi ya nek karo batir lawas ya luwih penak ngomong kayak kie... apa anane...” Jelas Yono bersemangat. (Lah,memangnya gak boleh yah? yang penting kan kamu paham. Kalau sama karyawan atau konsumen memang harus berbahasa Indonesia, takut mereka gak ngerti sih..., tapi kalau sama trmrn lama mah.. lebih enak kayak gini... apa adanya)

“Lagian ini ya, jangan sampai hanya karena kita merantau jauh dari tanah kelahiran membuat kita lupa dengan bahasa ibu kita sendiri. Jangan seperti orang kebanyakan, baru merantau satu dua bulan ngomongnnya sudah elu guwe padahal didenger gak enak.” Lanjut Yono sambil melangkah menuju sebuah rak.

“Terserah kamu deh Yon, lagian aku gak pernah keberatan kan kamu ngomong pakai bahasa apa, pakai bahasa planet mars juga aku gak peduli, yang aku tahu saat ini aku bangga sama kamu. “

“Bangga kenapa???”

“Lihat semua ini, pencapaian yang kamu peroleh, istri kamu pasti bangga diatas sana...” Patricia berkata sambil memiringkan posisi tubuhnya dan melihat Yono yang sedang membuka rak berisi minuman.

“Kowe pan nginung apa Pat Njepat?” tanya Yono tak merespon perkataan Patricia karena dia memang tidak suka akan sanjungan yang berlebih.
(Kamu mau minum apa Pat Njepat?)

“Yang ringan saja, wine juga boleh..”

Yono kembali duduk dihadapan Patricia dan memberikan segelas wine terbaik yang ia punya.

“Kok Cuma satu, kamu nggak?” Tanya Patricia sambil menghirup aroma dari minuman ditangannya.

“Aku kan sudah lama berhenti minum alkohol..” Jawab Yono yang memilih minum air mineral

“Kalau sudah berhenti dari mana kamu dapatkan itu?” Tanya Patricia lagi sambil meraba perut gendut Yono.

“Hehehe, aku tesih ngebir. Ora teyeng nyong nek ora ngebir.Hehehe...”
(Hehehe, aku masih ngebir. Gak bisa aku kalau gak minum bir. Hehehe..)

“Dasar gak konsisten.”

“saya itu sempet kaget loh Yon pas ngelihat kamu genduuuut banget, sampe saya tadi hampir gak ngenalin kamu..”Lanjut Patricia memilih duduk dan menyilangkan kaki.

“Sing luwih gumun ya enyong. Nyong ndeleng koe jan jan huuuhh... kawit mbiyen anjog seprene awake kaya triplek bae, madhang orang sih jane kowe?”
(Yang lebih kaget ya aku lah.. Aku lihat kamutuh ya ampuun huuuhh.. dari dulu sampai sekarang gini aja, dah kaya triplek, sebenernya kamu tuh makan gak sih?)

“Ya Madhang lah, kalau gak makan ya saya sudah mati. Saya itu sekarang rajin oleh raga, yoga, gym sudah pasti, lari, bahkan bulan kemarin saya habis dari Marathon di jepang.” Jelas Patricia sedikit memamerkan tubuh dengan otot kering hasil kerja kerasnya selama ini. “Lagian saya gak sekerempeng dulu tahu, sekadang sudah agak bersisi kok, ini lihat pingung aku ada, pantatku juga naik, ini susu juga agak gedeaan.” Tambah Patricia berdiri dan memutar badannya dihadapan Yono.

“Laaah palingan ya operasi , ora ngandel ngandela enyong...” Ledek Yono puas.

“ihhh enak saja ini coba pegang” Patricia tersinggung dan menarik kedua tangan Yono agar merasakan payudara yang ia yakini sedikit membesar dari sebelumnya.

Lalu dengan santainya Yono meremas payudara Patricia untuk membuktikan omongan sahabatnya itu. Yono juga sebentar meremas pantat molek Patricia yang ia kira sekedar ganjelan celana dalam yang dikenakan.

“Ohh iya yah, mandan gede yah awakmu saiki, Deneng teyeng? Biasane mbok... nek wong wadon ngegym malah nggawe tepos...” (Ohh iya yah, agak berisi badanmu sekarang, tapi kok bisa? Biasanya kan... kalau perempuan ngegym malah bikin makin tepos ya..) Tanya Yono asyik meremas pantat dan kembali meremas payudara setelah sebelumnya Yono melepas ikatan bra hitam berenda yang dikenakan Patricia.

Patricia membantu Yono melepas penyangga payudaranya agar sahabatnya itu dapat menilai perubahan tubuh Patricia yang cukup memuaskan bagi dirinya dan tentu Rama suaminya. Meski kadang melelahkan, nyatanya aktifitas fisik yang selalu Patricia lakukan memberikan hasil yang sangat mengindahkan. Usianya hampir setengah abad, namun tubuhnya masih terlihat padat, kencang. Payudaranya bahkan belum turun dan semakin membulat indah dengan puting meruncing berwarna coklat kemerahan.

Wanita yang sedang merasa geli; karena Yono malah menggelitik aerolanya; tidak pernah malu bertelanjang dihadapan Yono, yang sudah bersahabat semenjak masih dibangku kelas 1 sekolah menengah atas. Tidak ada sedikit pun rasa risih atau takut Yono akan memperkosanya saat ini. Karena Patricia yakin sahabatnya ini bukan tipe om om yang mudah terpancing birahinya, hanya karena melihat rok mini SPG disebuah pameran kendaraan.

Yono dan Patricia, sudah sama – sama puas saling meminum air kenikmatan masing – masing. Keduanya sudah paham betul setiap jengkal tubuh, dan sudah sangat familiar dengan desahan yang selalu mereka senandungkan. Jauh ketika mereka masih sangat muda, jauh sebelum mereka memiliki pasangan hidup. Yon and Trish adalah pasangan ranjang yang sama – sama tak mau mengalah. Mereka adalah partner pemberi nikmat yang tak tahu caranya berhenti.

Pria botak berbadan gendut itu selalu punya cara tersendiri menyenangkan nafsu Patricia yang tak pernah sedikitpun surut. Salah satunya ialah, dengan memelintir puting susu seperti yang saat ini Yono lakukan hingga membuat Patricia tertawa kegelian. Tanpa ia sadari seorang karyawan membuka pintu kantornya dan dibuat mematung melihat adegan mesum disiang bolong ini.

“Ehhh..... Ma Maaf pak Yono, cu cumaa mau ngingetin, jam dua bapak ada rapat sama pihak Mercedes.....” Sahut seorang karyawan gerogi karena melihat tubuh telanjang Patricia.

Yono terkaget mendapati karyawannya masuk dan melihat pergumulan ini. Ia segera berusaha menutupi tubuh Patricia dan lekas berlari kearah pintu dan menyuruh karyawannya keluar. Tapi percuma karyawan divisi pemasaran itu sudah terlanjur melihat indahnya payudara Patricia yang meski kecil tapi terlihat bulat dan mengkal. Sayang saja karyawan itu tak bisa melihat keindahan lain yang saat ini masih tertutup oleh seikat kain bernama celana dalam.

Hanya tawa yang keluar dari bibir Patricia ketika melihat reaksi Yono barusan. Iapun memilih duduk disebuah sofa single seat dan bersandar dengan santai sambil menunggu Yono mengunci pintunya.

“Kenapa kamu terlihat kaget begitu, dia kan hanya melihat tubuhku, tak perlu kamu memarahinya nanti...” Sahut Patricia dengan santai kakinya memangku.

Huufftt...

Sebuah hembusan nafas keluar dari pria yang tadi pagi memangkas jenggotnya yang fullbeard. Ia menenangkan dirinya karena sempat terkejut akan kedatangan karyawannya yang tiba – tiba. Mungkin setelah ini ia akan mendekati lelaki tadi dan memintanya agar menutup mulut. Bukan tanpa alasan. Ia hanya tak rela ada orang lain menikmati tubuh indah Patricia dengan niatan berbeda, terlebih ia tahu Patricia adalah putri dari pemilik sebuah perusahaan besar.

“Ya kowe tah bisa sante, Aku kan gak enak sama kamu, nek dia tahu siapa kamu kan bisa jadi pembicaraan yang gak enak. Apalagi kalau papahmu itu tahu sifatmu masih seperti ini. ...”
(Ya kamu mungkin bisa santai, aku yang gak enak sama kamu, kalau dia sampai tahu kamu itu siapa, kan bisa jadi bahan omongan)

“santai saja sih, gak usah kamu membayangkan terlalu berlebih.”

“Dari pada kamu pusing mending kamu bantu saya bersihin badanku ini, lengket banget dari tadi..”

Yono pun kekamar mandi dan membawa sebuah baskom berisi air hangat dan selembar handuk bersih. Iapun membasuh tubuh Patricia yang memang terasa lengket akan peluh. Yono seperti seorang perawat yang memandikan pasiennya. Dengan lembut ia membasuh setiap jengkal kulit Patricia.

“Dengaren kelekmu ora mbok cukur....” (Tumben ketekmu gak kkamu cukur..) Tanya Yono melihat ketiak Patricia yang meski masih pendek tapi memenuhi seluruh area bawah lengan.

“Ya tadinya hari ini saya mau ke salon, cukur bulu ketek, bulu kaki, jembut, spa, creambath ya pokoknya yang bisa melupakan dari kerjaan lah. Eh tapi sekertarisku lupa pesen tempat. Ditambah lagi supirku gak bilang kalau kursi mobil itu macet, ya sudah deh, untung saya nemu nomor bengkel kamu di google, jadi ya disinilah saya...”

Ohhh Kayak Kuwe

Dengan telaten Yono juga mengelap punggung sahabatnya itu. Dan sedikit memberi pijatan.”Eh ngomong ngomong Rama apa kabar?”

“Baik, dia lagi bantuin papah ngurusin cabang di Surabaya.”

“Tumben dia mau??”

“ya gak ada pilihan kan... “

“iya sih, eh turuke sisan pan dibersihi ora?” (iya sih, eh memeknya mau sekalian dibersihin gak?)

“Ya iya lah, masa iya badan dibersihin memek dibiarin masih kotor...”

Patrciapun melepas celana dalamnya dan menaikkan kaki disandaran sofa sehingga selangkangannya begitu terbuka. Terlihat bulu pubis menghiasi sekitar area kewanitaanya. Bulu yang tumbuh hingga ke pangkal paha dan terlihat ada sejumput bulu yang segaris dengan vaginanya, tumbuh lebih panjang.Yono sedikit kaget melihat begitu lebatnya bulu kemaluan temannya ini. Sejauh yang ia ingat, Patricia selalu mencukur habis dan membiarkan vaginanya tanpa mahkota.

“Jaan jan ... Kie Tempik apa alas roban sin Pat Njepat” ( Yah amuuunn.... Ini memek apa alas roban sih Pat Njepat) Tanya geli Yono dengan panggilan lama dia ke Patricia

“ngeledek saja kamu, bulu saya sebenernya kan memang lebat. Hanya saja dulu setiap kali kita ml, pasti aku cukur sampai halus.... kamu lebih suka yang mana???” Tanya Patricia dengan santainya sambil menikmati sisa wine.

“ohhhhh.... ya sing mandan gundul lah.... nek kayak kie yang bisa nyelip neng untu...” (Ohhhh... yang agak gundul laah.. kalau kaya gini mah bisa nyelip digigi ) Jawab Yono menimpali tak kalah santai melap vagina Patricia dengan handuk yang lebih bersih.

“Memang kamu mau menjilatinya?” Tawar Patricia..

Yono menghentikan gerakannya dan melirik kearah wajah Patricia yang terlihat genit tapi juga sedikit menahan ketawa. “Ya bebeh teman... misal diwein gratis rak bakal tak lamoti...” (Males banget... dikasih gratis juga gak bakal mau ngemutin...) Sahut Yono malah meledek

“Kok kamu nyamain saya kaya ‘telembuk’ sih. Saya tersingging looh....” Patricia kesal, membuang muka

(Telembuk = Pelacur/Perek)

“Rak bakalan kowe kesuh, enyong paham cara meredakan emosimu....” (gak mungkin kamu marah, aku kan tahu cara meredakan emosimu...) Ujar Yono sambil tangannya membelah bibir vagina Patricia.” Ehhh apa kuwee...” (Ehhhh apaan tuuch..) Yono melihat sebenda asing didalam liang kewanitaan yang terlihat basah dan lengket. “ Wooo kontol kontolan jubule..... tesih seneng nganggo kontol - kontolan apa koe trish...” ( wooo kontol kontolan ternyata.... masih suka kamu make kontol kontolan)

Hahahaha

Patricia terbahak – bahak mendengar Yono yang mengistilahkan dildo dengan ‘Kontol – kontolan’. “kamu ih bikin ngakak saja sih.....itu tadi saya pakai sebelum keseini, kan tadi saya kesininya dijemput pakai motor, ya itung – itung kepengen nyoba saja. “

“Lagi pula saya pakai dildo kalau bener – bener lagi iseng saja. Percuma dong punya suami perkasa kalau masih ngandalin alat bantu...”

Yono mencoba meraih dengan jarinya ,dildo yang sedikit tenggelam kedalam vagina.

“Nek weruh kaya kie, enyong dadi kelingan kejadian malam itu, kowe kelingan ora pas wengi – wengi koe masturbasi nganggo timun terus kowe panik nelepon aku gara – gara timune tugel neng njero tempikmu..” (Kalau lihat kaya gini, jadi ingat kejadian malam itu, kamu ingat gak waktu malam - malam kamu masurbasi pakai timun terus kamu panik nelpon aku gara - gara timannya patah didalam memekmu.. ) tanya Yono teringat kejadian unik kala Patricia berusia 23 tahun.

Patricia terbelalak karena sahabatnya masih mengingat kejadian itu. “ Kok kamu masih inget sih.... hahaha” Iapun tertawa dibuatnya.” Saya gak bakal lupa kejadian itu, andai saja waktu itu kamu gak dateng dan ngeluarin sisa timunnya, mungkin nama saya bakal muncul diberita karena tengah malam ke UGD gara - gara ada timun yang tersangkut didalam memek. HIHIHI....”

Seolah mengulang pertolongan Yono kala itu, iapun mencoba memasukan telapak tangannya kedalam vagina untuk meraih dildo yang melesak. Perilaku seks semasa muda memang membuat vagina Patricia lebar dan begitu elastis. Sehingga dengan mudahnya telapak tangan gempal itu menerobos masuk dan menggesek seluruh dinding mulut vagina.

SStttttt...

Patricia mendesis ketika sahabatnya mencoba menarik dildo dari dalam lubang birahinya. Namun Patricia tak mau pergelangan tangan yang sudah masuk separuh itu lekas keluar. Ia cepat menahan tangan Yono dan memintanya agar ia tetap berada didalam. Yono sedikit menolak, tapi ia tak kuasa ketika melihat wajah seram Patricia yang selalu ia munculkan setiap kali keinginannya tak terwujud.

“kamu boleh keluarkan dildonya, tapi saya mohon jangan kamu keluarkan tangan yang dulu sering memberikan saya pertolongan.”

Yono mencabut dildo dari dalam vagina Patricia, sebuah dildo yang cukup panjang berwarna hitam dengan permukaan bertotol. “Hiiiihhhh.... kontol kontolan berlendir” Merasa jijik Yono membuang dildo itu serampangan.

“Kenapa kamu jijik sih?”

“Ya iya lah, walaupun cuma kontol kontolan, kerasane kaya nyekel kontol uwong. Hiiiihhhh....”



Bapak tiga anak ini tak punya pilihan lain kecuali memenuhi permintaan Patricia. Lalu dengan tubuh gempalnya ia mencoba membopong tubuh Patricia dan mendudukannya disofa panjang. Dulu memang mudah menggendong Patricia karena memang tubuhnya selalu kurus sejak lahir, tapi dengan berat badannya sendiri ia cukup kepayahan.

“Kalau bukan kamu yang minta, aku gak bakal perlakukan wanita seperti ini..” Ujar Yono dengan nada serius.

Patricia menatap wajah bulat Yono dan memberikan ciuman dipipinya yang sekarang terasa begitu empuk dibibir Patricia. “Yon, Lastri kan sudah lama meninggal, apa kamu gak kepikiran begitu buat nikah lagi?” Tanya Patricia sambil berusaha merangkul tubuh besar Yono.

Haaahhh... “ Nikah sih kepengen tapi yaah... mungkin belum ketemu jodohnya. Aku juga kepengen memberikan sosok ibu buat ketiga anak – anakku.” Jelas Yono dengan wajah terlihat sedih..

“Mau saya kenalin sama dengan seseorang, kali saja cocok..?” Tawar Patricia

“Ora usah lah, nek batirmu ya mesti kaya kowe kabehan... Awake pada kaya triplek, “ (Gak usah.. Kalau temen kamu ya pasti kayak kamu juga... badannya tipis macam triplek)

“Ya ndak lah... kan dak semua teman – temmm aaaannnnhh kuu....”

Kalimat Patricia terhenti ketika tangan gembul Yono kembali menerobos asuk liang surgawi, hingga membuat Patricia merintih tak bersuara. Seperti piston yang bergerak dalam block mesin, tangan Yono mengocok vagina Patricia hingga menimbulkan suara gemelicik. Meski tak semerdu kenalpot Ferari, suara itu membangkitkan gairah Patricia.

Achhhh..

Suara desahan nikmat keluar dari mulut Patricia yang terus menganga, bertautan dengan deru suara mobil yang sedang dicoba para mekanik dibawah sana. Patricia hanya bisa merangkul tubuh Yono makin erat ketika setiap otot perutnya meregang dan menciptakan sebuah sensasi mengejan yang mengasyikan.

Ughhhhh..

Ughhhhh..

Patricia membenamkan wajahnya dileher Yono yang kini ditimbuni setumpuk lemak. Ia menghirup aromanya, roma yang terasa hangat, sehangat persahabatan mereka yang sudah terjalin 33 tahun lamanya.

Meski sudah tak terhitung mereka melakukan hubungan seks. Mereka tak pernah sekalipun melakukan ciuman bibir, meski hanya saling menempelkan bibir. Keduanya beranggapan, ciuman itu hanya dilakukan oleh mereka yang sedang menjalin cinta. Dan selama ini tidak pernah ada cinta diantara kokohnya persahabatan mereka.

Lima menit Yono secara konstan mengocok vagina Patricia, dan mulai membuat pergelangan Yono terasa pegal. Iapun sadar sejam lagi ia harus menghadiri sebuah rapat dengan perwakilan Mercedes Benz Indonesia. Ia tak mau terlambat pada pertemuan itu. Maka dari itu, Yono mencoma mempercepat ini agar lekas berakhir. Iapun melonggarkan sedikit tangnnya, dan hanya menyisakan empat jari didalam memek Patricia yang begitu basah dan banjir. Ibu jari ia tekan begitu dalam tepat diatas kelentit Patricia yang mengeras dan mencuat diantara reimbunan bulu hitam.

Yonnnn...... “You hurrt mee......tapi aku suka...” Ceracau Patricia ketika Yono makin kuat memberikan dia penetrasi.

Tubuh Patricia semakin kejang, dan memeluk kian kencang. Getaran di syarafnya seolah berkumpul pada satu titik. Tempat dimana ibu jari Yono ‘mengguyel’ itil Patricia. Lalu tak lama Yono merasakan ada getaran asing yang terasa disemua ruas empat jari yang sedari tadi menggelitik di dalam rongga vagina, membuat pria itu sadar Patricia akan mendapatkan sebuah puncak yang cukup besar. Iapun sedikit melemaskan dan mengeluarkan empat jarinya, namun....



CRUUUUTTT CRUUUUUUT



Keluar dengan begitu deras cairan menyerupai kencing yang membuat Yono bertanya – tanya. Bahkan dalam benaknya jengkel, ia sudah memberi nikmat pada Patricia, namun wanita ini malah justru mengencinginya.

Namun bagi Patricia ini bukanlah kencing semata. Ini adalah sebuah puncak kenikmatan yang tidak semua wanita bisa mendapatkannya. Butuh sebuah teknik dan pengenalan titik syaraf agar membuat seorang wanita mengalami squirt.

Ahhhh hufffttt “ Yoonnn kamu bikin aku menyembur..” Ucap Patricia seraya menikmati setiap hentakan setiap kali semburan keluar dari dalam vaginanya.

.

“Jan kowe tega temen sih, malah enyong diuyuhi, kena kelambi maning. “
( Yaaah.. kamu kok tega sih, malah aku dikencingin, mana kena baju lagi.) Gerutu Yono jengkel merasa bajunya dikencingi dan mengharuskan ia berganti pakaian.

“Itu bukan kencing Yoonnn... itu istilahnya Squirt, saya juga baru setahun ini kok bisa sampai seperti ini. Dan STTTT.. hahhhh. Saya sangat seneng kalau bisa mendapatkannya.”

“Apa kuwe nyong tah ora mudeng squad squid, kuwe apane squid word sing neng kartun kae..” ( Apaan tuh aku mah gak mudeng squad squid, itu siapanya squidword yang di kartun itu..) Racau Yono sambil berdiri dan membuka kemejanya yang basah karena cipratan air Patricia.

“Mbuh lah, angel ngomong karo wong sing ora mudengan “ ( Gak tahu ahh, susah ngomong sama orang yang gak paham) Jengkel Patricia dengan bahsa jawa yang begitu fasih.

“Hahahaha. Haaah, gara – gara kowe, nyong kudu ganti klambi maniiing...”
(Hahahaha. Haaah, gara - gara kamu aku harus ganti baju lagi..) Timpal Yono sambil berjalan kearah kabinet dimana ia menyimpan pakaian bersih. Iapun kembali berpakain rapi karena ia harus segera pergi. Sementara itu Patricia hanya rebahan diatas sofa sembari menyeka tubuhnya dengan handuk. Yono menghampiri lagi Patricia yang sudah bisa duduk dengan tegak.

Setelan kemeja dan jas hitam kembali menutupi tubuh gemuk Yono. Ia berjalan menuju sebuah kaca besar untuk sekedar melihat keluar. Iapun melihat beberapa pesan dan email di handphonenya. Lalu, Dengan langkah yang masih sedikit sempoyongan Patricia mendekati Yono yang terlihat sibuk menelepon seseorang.

“Yon kamu gak mau gantian?” Tanya Patricia menawarkan.

“haah... Ora usah lah, nyong ana rapat kieh...” ( Haaah.. Gak usah, aku ada rapat soalnya) Lirik Yono berusaha menolak.

“ayo lah itung – itu merayakan pertemuan kita setelah 5 tahun gak ketemu,..”Patricia merangkul perut buncit Yono “ Memang kamu gak kepengen?”

“Yaah kepeengan lah Pet, tapi waktunya gak pas”

“Halah wong ini saja masih jam satu lebih 15, tadi karyawan kamu bilang kan kamu rapat jam 2. Ada dong waktunya... apa sih yang kamu hindari....”

“Gak hindarin apa – apa kok....”

“Apa jangan jangan kamu sudah menemukan sarang untuk menyimpan ini?” Tanya Patricia sembari tangannya meremas penis Yono dari luar celana.” Sejak Lastri gak ada, siapa wanita yang pernah merasakan ini? Pasti salah satu SPG yang tadi kamu goda kan??”

“Koe keh nek wis nafsu kayak wong gemblung ya,.... ngomong koh ora jelas blabar plontas...” (kamu ini kalau udah nafsu emang kayak orang gila ya.. ngomong gak jelas sama sekali) Jawab Yono dan mencoba menepis tangan Patricia dari penisnya.

Patricia berputar dan berdiri didepan Yono. “ Serius saya tanya, memangnya setelah kamu menduda kamu gak pernah sekalipun ngelakuin dengan siapa begitu?”

Yono hanya tersenyum memandang wajah Patricia yang kini terlihat berantakan.

“Kamu kan tahu problem aku dari dulu itu apa.. Ya kalaupun aku mau, bisa bisa saja aku suruh salah satu karyawan wanitaku yang paling cantik untuk nemenin aku. Tapi apa mereka mau?”

“Hmmm. Jadi kamu masih mempermasalahkan ukuran?” Sahut Patricia sembari tangannya membuka resleting celana dan mengeluarkan penis berukuran kecil dan lemas dari dalam. Sangat bertolak belakang dengan ukuran tubuh Yono.

“Yon Yon heran saya sama kamu, kamu kan sudah membuktikan kalau ukuran gak selamanya sebuah masalah dalam hubungan. Buktinya kamu dan Lastri punya 3 anak ya kan!!”

“Pat, kowe aja ngawur lah, ngko sing neng ngingsor pada weruh loh...”
(Pat, kamu jangan ngawur ah, nanti yang dibawah pada lihat loh) Yono berusaha menjelaskan pada Patricia dimana lokasi mereka berdiri saat ini. Depan sebuah kaca besar yang memungkinkan orang yang beraktivitas di luar akan melihat aktivitas panas dalam ruangan ini.

Patricia tak menghiraukan sedikitpun perkataan Yono. Ia tak peduli sekalipun ada seseorang yang saat ini melihat tubuh telanjangnya. Ia bahkan tidak keberatan bila saat ini banyak orang melihat tubuhnya berjongkok dan memasukan penis Yono kedalam mulutnya. Yono mengakui bahwasanya ukuran penisnya memang tak sampai 10 centi. Dan hal itu kerap menjadi momok dalam hidup Yono selama ini. Sekalipun pada akhirnya Yono memiliki seorang istri dan 3 anak, ukuran tetap saja menjadi problema

Dahulu Yono memang mendapat predikat playboy dan kerap bergonta ganti pacar. Namun semua wanita itu akhirnya pergi tanpa alasan ketika melihat ukuran penis Yono. Kebanyakan wanita yang dekat dengannya memang selalu memiliki anggapan, bahwa ukuran adalah hal mutlak yang akan menjanjikan kenikmatan dan keturunan. Namun pada akhirnya Yono dipertemukan dengan dua wanita yang tak pernah mempermasalahkan ukuran.

Wanita pertama adalah ibu dari ketiga anaknya. Seorang wanita bertubuh mungil yang selalu menghormati Yono sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga. Sampai akhirnya Lastri menghembuskan nafas terakhir karena penyakit kanker, istrinya tak pernah sekalipun mengeluh tentang hubungan seks. Yono selalu bisa menyenangkan Lastri dan memberikan kenikmatan pada tubuh dan batin mendiang istrinya itu.

Wanita kedua adalah wanita yang selama bertahun tahun berbagi cerita baik susah ataupun senang. Wanita bertubuh sempurna yang seharusnya mendapatkan kesempurnaan fisik dari lelakinya. Tetapi Patricia tak pernah peduli akan semua itu, baik pria berpenis besar seperti negro atau pria berpenis kecil sekalipun, ia akan melahapnya seperti makanan pencuci mulut.

Pluupppp

Pluuuup

Didepan jendela kaca ini, Patricia bermain dengan batang yang masih terasa lembut dan imut. Ia sesekali menarik ujung penis itu dengan bibir merahnya. Layaknya mengunyah permen karet, Patricia memainkan penis Yono dalam mulutnya hingga penis itu perlahan menegang.

“Orghhhh... uhh Pat,... uhhhh “

“hmmmm....”

“Gemblung.... cocotmu gemblung Pat..... kowe lagi kencot banget apa yaaah......”
(Gila.... mulut gila Pat... Kamu lagi kelaparan ya...) Ceracau Yono merasakan nikmatnya kuluman Patricia yang begitu lembut dan tak terburu – buru. Yono pantas beruntung memiliki sahabat seperti Patricia, yang selalu bisa memberikan sebuah kenikmatan seperti kenikmatan yang pertama. Setelah meyakinkan diri ia masih memiliki cukup waktu untuk memperoleh haknya. Iapun pasrah dan membiarkan Patricia terus memakan penisnya bahkan kini biji pelirnya menjadi santapan kedua didalam mulut Patricia.

Patricia menghentikan sejenak kulumannya, iapun memandang wajah Yono yang tak dapat menyembunyikan wajah ‘keenakan’. Bagaimana sepongan saya, masih enak kan?” Tanya Patricia sambil kedua jarinya memilin batang penis Yono yang berkedut

“hoooosshhhh...... Jos Gandos Pat, Kowe jan, puancen Joss tenan, lambemu jan jan, ngantek ‘gijil’ melu dipangan....” ( Hooooosshhh...... Jos banget Pat, kamu tuh, memang jos banget, mulutmu hiyaaak ampun, sampe peler kamu makan... ) Puji Yono tak hentinya membelai rambut brunette Patricia

“Makasih pujiannya.” Ia tersenyum sambil terus mengocok penis Yono dengan dua jari “Saya mau kasih kejutan buat kamu..”

Bibir Patricia membentuk senyum dengan penuh arti. Ia melepas genggaman dari penis pria yang kini makin membara “ Saiki lebokna maning kontolmu neng cangkemku, aku ngelak aku kepengen nginung pejuhmu ngantek tetes terakhir.” Pinta Patricia dengan logat ngakap yang terdengar aneh ditelinga Yono.

“Kowe ora lagi geluwean mbok Pat??” (Kamu gak lagi bercanda kan Pat??) Tanya Yono memastikan.

Namun Patricia hanya menggeleng tanda ia serius dengan ucapannya. Dahulu memang Patricia selalu menolak bila Yono mau menumpahkan sperma kedalam mulutnya. Karena bagi Patricia meminum sperma seperti minum cairan pemutih pakaian dan ia tidak nyaman dengan rasa itu. Namun setelah bertahun – tahun kemudian, Patricia justru meminta sendiri agar Yono menumpahkan setiap tetes air maninya kedalam rongga mulut.

Patricia menggapai kedua tangan Yono dan menyuruhnya memegang kepalanya. Dan perlahan Yono mulai memasukan lagi penis kedalam mulut menganga Patricia. Bibir itu mulai menguncup dan wanita itu mulai menghisap sekuat yang bisa ia berikan. Lidah itu ikut memberikan gelitik dikepala penis, sehingga secara naluri pinggul Yono menghentak kedepan mendorong kepala Patricia yang ia pegangi. Yono mencoba memusatkan energinya kepada satu titik, hingga menciptakan sebuah getaran yang melegakan.

CROOT CROOT CROOOT CROOOOT

Beberapa semburan akhirnya menggenangi tenggorokan Patricia dengan air mani. Kental dan terasa nikmat dilidah Patricia yang kini sibuk menjilati lubang kencing, mengais sisa sisa sperma yang mungkin tersisa. Tak menyiakan setiap tetesnya Patricia menelan keseluruhan air nikmat hingga penis Yono bersih seperti sedia kala.



___________


Tepat pukul setengah dua siang, Yono dan Patricia keluar dari gedung itu. Keduanya sudah sama – sama rapih dan wangi. “Eh Yon , kapan – kapan saya kenalin kamu sama tukang jamu gendong langganan saya..”

Sambil berjalan keluar Yono terkejut “ Kamu mau jodohin aku sama tukang jamu???”

“Bukan, dia itu punya ramuan jamu yang mujarab, saya yakin kalau kamu minum jamu dia masalah kamu akan teratasi.” Jelas Patricia dengan menaikkan sebelah alis.

“Hmmmm Boleh boleh saja sih...” Yono menerima sebuah kunci mobil dari salah seorang karyawannya. “Kamu pakai mobil ini saja dulu sambil tunggu mobil kamu beres, lagian wong sugih koh mobil ora tau ganti...”

“Biarin lah, itu kan mobil penuh kenangan. Jadi buat apa di ganti kalau bisa dibenerin, ya toh...”

“Oh ya aku bisa nganter kamu, nanti kamu dianter sama dia saja ya ambil mobilnya.” Kata Yono sambil menyuruh karyawannya mengantar Patricia ketempat dimana Lamborghini terparkir.” aku harus buru – buru ini takute telat.”

“Oh ya sudah, hati hati ya, next time kita cari waktu yang lebih senggang, deal??”

“Yaaah karepmu lah Pat... ya wis tak tinggal sek ya...” Sahut Yono bergegas pergi karena sudah ditunggu supir


------​

Didalam mobil sport bikinan italia itu, Patricia mencoba menyesuaikan diri dengan jenis mobil yang belum pernah ia kendarai. Ia memang sudah lama ingin memiliki satu saja mobil sport seperti ini, hanya saja rumah tempatnya tinggal saat ini tidak memungkinkan untuk menyimpan mobil yang mengeluarkan suara bising. Tetangganya pasti akan rewel setiap kali Patricia keluar masuk dengan kendaraan seperti ini.

Well,Karena sudah terlanjur duduk dibangku kemudi yang terasa mendelep. Ditambah dengan perut yang super keroncongan. Dia butuh asupan karbohidrat yang banyak, karena seharian ini ia sudah cukup banyak mengkonsumsi protein. Ia pun lekas menginjak pedal gas dan menjemput seseorang untuk menemaninya makan siang.

Semoga saja masih keburu...

Ora ngapak ora kepenak



 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd