Secret and Desire
Chapter 7
Curious Girls
PoV Galih
βKamu sendiri suka gak sama gadis itu? Kamu sayang gak? Kamu cinta sama dia?
Mama memberondongiku dengan pertanyaan dengan wajah interogator yang menyebalkan. βGak lah mah aku gak bakalan suka sama dia apalagi sampai sayang segala. Mama kan tahu aku sendiri yang memutuskan untuk gak pacaran sampai aku lulus SMAβ Kilahku
βLalu dari mana asalnya muka murung kamu belakangan hari ini, mama lihat muka kamu selalu ditekuk setiap pulang sekolah.β Tanya mama mengubah posisi duduknya agak miring menghadapku. β Kalau kata anak gaul jaman sekarang, Kalau eloh gak sayang kenapa elo galau. Hahh!β Lanjut mama dengan nada bicara yang gak banget.
βIchhh mamah ih... geli aku dengernya mama ngomong kayak gituh..β Jawabku cepat dengan memasang muka jijik.
HIHIHIHI
Mama malah terkekeh lantaran puas membuatku merasa ilfil. Lalu mama membenarkan posisi duduknya lantas mematikan mesin mobil yang sedari tadi membuat tubuhku gemetaran.
βAku gak galau maaah... aku hanya gak percaya saja kalau Danilla sampai berbuat sejauh itu. Aku jadi merasa bersalahβ Kuhentikan kalimatku dan kuhembuskan nafas kedepan β Ya Galih akuin Galih yang salah. Kalau saat itu Galih bisa mengambil sikap yang lebih tegas mungkin Galih gak akan terjebak dalam situasi yang sulit kayak gini. β
Hmmmm....β Mama tahu mungkin berat untuk kamu keluar dari situasi seperti ini, mama juga gak nyangka sih kamu bakal menimpa sesuatu yang.... bahkan kalau mama diposisi kamu .... mungkin mama juga akan galau sih...β
βTerus Galih harus berbuat apa ma?β
βMama gak tahu, mama sebenernya gak perlu tahu, dan mama gak bisa kasih kamu solusi. Dan kalau memang kamu ingin petunjuk ya minta lah sama Tuhan, mama lihat belakangan kamu mulai jarang Sholat juga kan!!β Kata mama dengan tatapan mata yang begitu tajam dan menyeramkan.
Tapi, tunggu dulu. Barusan mama menyuruhku untuk meminta pentujuk kepada Allah. Sejauh yang aku ingat dirinya lah yang sebulan ini jarang beribadah.
βMah... ini spion terbuat dari cermin lohβ Sahutku sambil memegang spion tengah.β Mamah gak kepengen ngaca.?β
βBuat apa mama sudah dari dulu cantik kok...β Kilah mama sembari merapikan tas.
βMama nyuruh aku Sholat, tapi mama sendiri Galih lihat setiap minggu gak pernah ke Gereja kan. Hayooo.......!!!β
Mama melirik kearahku dengan senyum yang kecut karena omongannya barusan kubalikan. βYa sudah yaa... lupain masalah itu.... Lebih baik kita turun, bukannya tadi kamu kepengin kesini kan??? Yuk turun... β
Hmmm. Yang sebelumnya tiba β tiba jemput depan sekolah siapa? Lalu yang nyetir mobil siapa? Lalu yang menawari ide untuk makan disini siapa? Tunggu itu bukan sebuah tawaran, mama sendiri yang menentukan ingin makan disini. Bahakan aku saja gak tahu ini restoran apa. Tapi, seperti biasa, kalau mama sedang dalam keadaaan terpojok selalu menyalahkan orang lain. Dan sialnya hanya aku yang saat ini ada disampingnya.
Setelah mengenakan jaket yang kubawa didalam tas, aku menyusul mama yang terlebih dahulu jalan menuju sebuah cafe bernuansa industrialis. Dari jauh mama menekan tombol memastikan mobil yang katanya ia pinjam dari Om Yono;teman lamanya; terkunci dengan aman. Aku berjalan agak kurang bersemangat, karena siang ini memang gak terlalu lapar. Disamping itu tempat ini terlalu ramai, sebab, meski terlahir sebagai gemini aku tidak suka berada ditempat yang ramai, aku lebih suka tempat yang sepi, atau paling tidak tempat makan yang lebih privat lah. Bukan ditempat yang penuh dengan muda mudi yang justru sibuk dengan
handphone masing β masing
Berusaha menyembunyikan wajah dengan topi yang kukenakan; aku tak ingin hari ini muncul orang yang tiba2 kenala kalau aku itu mantan artis cilik dan ngajakin selfie; aku berjalan sedikit menunduk mengikuti mama yang menaiki tangga. Sialnya aku gak perhatika langkah kakiku sendiri
Braaakkkk.....
Byuuuurrr.....
Aaaaaaa.....
Waadaaaaw....
Aku menabrak seorang pelayan yang sedang membawa penampan penuh minuman. Sontak, tubuhku terhempas kebelakang dan terjatuh kelantai. Gelas yang dibawa pelayan tadi otomatis ikut terlempar dan mendarat tepat ditubuhku, yang kini terkapar menahan sakit dipinggul dan juga basah.
βAduuhh maaf mas saya meleng, gak lihat ada yang mau naik.β Sahut seorang pelayan sembari mebetulkan kacamatanya.
βEhh iya gak apa apa aku juga yang salah kok, aku tadi jalannya nunduk kebawah..β Jawabku meminta ma... Tunggu aku memang berjalan akan menunduk. Tapi aku ingat betul aku menaiki tangga pada sisi kiri. Kalau sampai perempuan ini menabrakku, seharusnya dia yang salah dong?, kenapa aku harus minta maaf.
Pelayan itu menghampiriku terduduk diatas lantai yang kini dipenui oleh minuman berbagai jenis. β Aduh sekali lagi maaf ya maas... saya gak sengaja..β Sekali lagi wanita yang mengenakan kaos polo dan jeans serba hitam serta celemek kulit berwarna coklat itu meminta maaf. Dengan nada bicara yang lembut ia terlihat agak takut dan panik. Mungkin.
Sedetik kemudian terdengar suara agak garang dari belakang tubuhku βAda apa ini? Kenapa kamu ceroboh sekali sih Luna nabrak rang begitu β Seorang wanita dengan nada agak tinggi tiba2 datang dan memarahi pelayan itu. Dari nada bicara dan juga pakaian yang dikenakan sekaligus
name tag yang dikenakan didadanya kutahu dia adalah manager dicafe ini. Oh, jadi ini penyebab kenapa pelayan itu langsung terlihat panik dan takut.
βAduh maaf yah mas, pelayan saya ceroboh. Maklum dia baru dua hari kerja disini.β Kata wanita ini yang kuketahi dari
name tag yang dikenakan didepan dada yang membusung bernama Jelita.
Kejadian ini sampai membuat seorang manager segitunya meminta maaf atas kesalahan karyawannya. Sampai harus berkali kali membungkuk dan memaksaku melihat payudara besar dari celah kerah baju yang tidak disangga dengan penyanggah apa pun. Sebagai seorang manager cafe nampaknya Mbak Jelita cuek dengan penampilannya, ia hanya mengenakan kaos hitam agak gobrang dan celana jeans yang sobek dikedua lututnya.
βLuna bantu masnya berdiri!!β
Wanita yang dipanggil Luna itu pun menghampiriku bersama sang manager dia membantu aku berdiri dan memapahku kesebuah kursi dekat tangga. Aku merasa seperti baru saja terlibat kecelakaan bermotor sampai harus dipapah oleh dua wanita yang boleh dikatakan cukup cantik.
Mama yang mengetahui aku jatuh lekas ikut menghampiri kami dengan wajah yang pura pura panik.
Good job mam good jobβ Ada apa iniβ Seru mama seperti ada kejadian tabrak lari
βIni kak tadi saya menabrak masnyaβ Jawab Luna dengan nada bicara yang masih terdengar lembut.
βOhhhh...β reaksi mama cuek
Pelayan itu lalu berinisiatif mengelap baju osisku yang basah dengan kain yang terselip di
apronnya. Begitu juga dengan Mbak Jelita yang menggambil lap dari pelayan lain yang ia suruh membersikhan tumpahan minuman dibawah tangga.
Mungkin mereka tak ingin meninggalkan kesan jelek kepada pelanggannya, karena cafe ini ternyata baru buka beberapa minggu. Tapi bukan dengan cara seperti ini juga. Aku sadar baju bahkan celana osisku basah kuyup. Tapi gak perlu kan sampai dua wanita ini melapnya dengan kain, kan gak enak kalau dilihat orang lain, untungnya tadi orang hanya sejenak terkejut dan mereka seolah gak peduli melihat aku yang jatuh. Mereka hanya peduli dengan makannya dan juga Instagramnya
Seharusunya ini hanyalah formalitas sebagai bentuk permintaan maaf saja. Namun mbak Jelita dan mbak Luna ini cukup lama menyeka air yang menempel dibaju dan celanaku. Sampai akhirnya aku sadar kenapa tangan mereka berdua cukup lama berada diarea yang sama. Luna dengan sedikit membuang muka dariku menyeka area dada dan perutku; yang boleh kubilang memang sudah berbidang karena sejak kelas satu SMP aku dipaksa ngegym oleh mama untuk menurunkan berat badanku yang dulu. Sementara mbak Jelita, oh sial aku bahkan gak sadar kenapa penisku mulai tegang, yang jelas bukan karena tadi aku gak sengaja melihat payudara mbak Jelita, melainkan karena air yang tumpah ditubuhku adalah campuran minuman soda, minuman santan dan mungkin bir , dan semuanya menggunakan es batu. Wajar lah bila penis dalam celana osisku mulai beraktivitas dari tidur seharian.
βOhh maaf ya mas....β Sahut mbak Jelita dengan asyiknya menyeka area pinggul kiriku, bahkan, entah sengaja atau tidak melakukan remasan kecil pada batang kemaluanku yang dianugerahi Tuhan dengan ukuran cukup besar. Aku kadang memiringkannya kesamping kiri karena itu posisi yang paling nyaman selama ini.
βEhhh sudah sudah mbak biarin saja nanti juga kering sendiri...β Sahutku berusaha menyingkirkan tangan tangan jahil yang mengambil kesempatan dalam βkemrengkelan pinggulβ
Mama yang melihat wajahku yang jelas terlihat
akward bukannya ngebantu terlepas dari wanita jahil ini malah cengar cengir saja. Ibu macam apa yang membiarkan seorang anak SMA dilecehkan ditempat umum seperti ini. Jahat.
βSudah mbak biarin saja, lagian cuma basah kanβ Mama berusaha menyingkirkan dua wanita jahil ini.
βSudah gak apa β apa kak, lagian kakak ini siapa sih...β Seru mbak Luna yang makin terlena dengan memberikan sedikit cubitan didadanya.
βdia mama saya..β Sahutku yang membuat keduanya menghentikan aktivitasnya.
βOhhhhβ
Terlihat jelas bagaimana keduanya jauh lebih canggung ketimbang aku barusan. Wajah itu seketika berubah menjadi wajah heran ketika melihat wanita dihadapan mereka adalah mamaku. Ya wajar, hampir setiap orang yang mengetahui itu akan menampakkan ekspresi yang sama. Menutupi rasa malu, mbak Jelita pura β pura ada yang harus dia cek dan pergi kearah dapur. Hihi dasar wanita jaman sekarang.
__________
Melihat aku yang basah kuyup, mama menyuruh aku membeli pakaian di toko sebelah cafe. Mama juga menyuruhnya mencarikan pakaian untuknya. Hmmm suruh mencarikan pakaian untuk jerapah nampaknya susah.
Akupun masuk ke toko pakaian yang bersebelahan dengan cafe ini. Dari interiornya yang sama β sama industrialis, bisa kutebak managemennya sama. Aku mencari kaos polos lengan panjang dan jeans semuanya warna hitam; ya memang dikeluarga kami hitam adalah warna favorit bersama; di area pakaian laki laki. Lalu segera ku menuju ruang pas untuk ganti sekalian saja. Aku menelanjangi tubuhku dan menyeka bagian yang basah dengan handuk yang aku pinjam dari mbak Luna sebelumnya, dan kuletakan baju basahku kedalam kantong yang kuminta pada pegawai toko ini.
Merasa sudah rapih, aku mengitari area lain dan mencari pakaian yang cocok untuk mama. Tak mau ambil pusing aku langsung saja meminta pelayan agar mengambilkan pakaian yang dipakaikan pada sebuah manekin. Ya, umumnya yang didisplay pada boneka itu ukuran yang paling besar, dan kuyakin akan muat dengan mama.
Gak lama salah seorang pegawai datang membawakanku sebuah kaos putih lengan pendek dan celana spandek hitam, atau biasa mama menyebutnya legging. Mama sering mengenakan celana model ini kalau dia sedang yoga, dan pasti mama gak akan protes aku dengan asal asalannya memilihkan baju berdasarkan apa yang dipajang disebuah boneka peraga.
Setelah pegawai itu meninggalkanku untuk menghampiri pelanggan yang baru saja masuk. Akupun langsung menuju kasir untuk membayar. Perasaanku sudah cukup tenang setelah sebelumnya dua wanita cukup muda melakukan pelecehan pada anak SMA sepertiku. Aku lekas memberikan pakaian yang kubeli pada seorang kasir yang sejak tadi menatapku. Lirih kudengar desisan, tapi kulihat gak ada sepiringpun rujak dimeja kasir itu. Lalu kenapa wanita itu terlihat kepedesan.
βMaaf maaf bisa kesini, itu yang masnya pakai mau saya hitung duluβ Sahut wanita yang baru saja men
scan barcode.
Dengan sedikit bingung aku hampiri saja mendekat kesamping meja kasir. Ternyata aku lupa barcode untuk pakaian yang kukenakan masih menempel. Sang kasir itupun sedikit mendekat kearahku dan meraih bandrol yang terletak dibelakang leher. Lalu aku terdiam saat tersadar letak
bandrol dari celana jeans yang kukenakan
βEhh sebentar mbak yang ini biar aku saja yang ambilβ
Namun aku kalah cepat, dan tangan wanita itu sudah menarik celana jeansku hingga tangan kanannya dengan mudah merogoh kedalam. Ia dengan muka datar yang dibuat buat seolah β oleh terus mencari dimana letak bandrol harga tersembunyi. Padahal tangannya dengan sigapnya meremas batang kemaluanku yang belum juga lemas. Ya sejak lama aku sadari penisku agak susah untuk berdiri, namun sekalinya ngaceng butuh waktu lama untuk kembali normal. Huffftt. Nasib.
βAduuuh kok bandrolnya kaga ketemu ya mas...β Sahut wanita itu dengan nada sedikit binal.
Haaah... Pasrah deh aku. Kubiarkan saja wanita itu mergoh sepuasnya isi celanaku. Mau apa kek. Aku gak peduli. Sampai akhirnya ia merasa bosan sendiri, saat tak ada reaksi apapun dariku meski tangannya dengan sengaja meremas batang kemaluanku bahkan sesekali ia mengocoknya. Hey mbak mbak kasir, remasanmu gak akan cukup untuk membangkitkan nafsuku. Kamu salah orang untuk kau goda. Gumamku dalam hati.
Setelah semua pakaian dihitung, wanita itu memberikan struk dan kembalian. β Mas ....itunya kok hmmmm bisa gede banget sih... padahal masih SMA.β Katanya dengan wajah yang merona.
Hehehe... Aku hanya tertawa kecil mendengar ucapan penuh goda dari bibir tebal merah merona . Sekilas pandang wanita itu cukup cantik dengan rambut panjang hitam. Belahan dadanya bahkan menyembul senonoh dari pakaian terusan yang ia kenakan.
βTerimakasih mas berbelanja disini, besok besok datang kesini lagi ya.β
Gak akan deh aku belanja disini lagi. Bisa bisa harga diriku hilang oleh seorang kasir. Aku pun melangkahkan kaki meninggalkan kasir dengan tetap memberi senyum yang sopan. Aku selalu diajarkan oleh kedua orang tuaku. Meski kita diperlakukan kurang menyenangkan, balaslah dengan senyum.
Di depan pintu toko aku bertemu dengan dua teman kursus bahasa inggrisku. Belakangan aku menyadari bahasa inggrisku lemah. Meski memiliki mama yang blasteran, tidak serta merta membuatku mahir berbahasa inggris. Bahkan setahuku mama juga lemah dalam bahasa asing meski memiliki darah Jerman dan Belanda.
βWoooi Lih, ngapain lo?β Tanya Romi, seorang mahasiswa semester 4 yang kukenal ditempat kursus LIA
βehhh kamu Rom, beli baju, tadi bajuku ketumpahan minuman di cafe itu.β Kataku menjawab Romi sambil menjabat tangannya. βHaaay Jannah apa kabarnya...?β Sapaku kepada Jannah yab berdiri dibelakang Romi
βJannah Jannah.... Jean...β Sungut Jean yang selalu marah kepadaku setiap kupanggil Jannah
βHalah Siti Nur Jannah saja pakai Jean Jean segalaβ Ledekku yang membuatku menerima sebuah cubitan dihidung
βEh lo lagi makan disebelah??β Tanya Romi sambil disibukan dengan layar hpnya.
βIya kenapa memangnya.β
βOhhh kebetulan, gue ada perlu ini sama lo. Lo dilantai berapa?
βLantai Dua....β
βYa sudah ntar kita nyususul kesan yaah. ..β
βIya iya...β Sahutku sekenanya dan lekas meninggalkan mereka berdua yang dikabarkan sedang dekat.
βByeee Jannah....β
βGaliiih.....β
Setelah meninggalkan mereka aku segera masuk lagi kedalam Cafe ini. Syukur Jelita dan Luna gak ada. Sehingga aku bisa melenggang bebas naik kelantai dia. Aku sempat kesulitan mencari posisi duduk mama karena begitu ramainya orang. Namun dengan cepat aku menemukan seseorang yang kepalanya nongol sendiri.
βIni maah, kayaknya pas deh buat mama, tadi aku ngasal saja milih yang dipajang..β
βWoyyy....β
Mama terkaget setelah aku menepuk pundaknya β Apa sih ngagetin mama saja.β
βHabis mama disautin diem bae..β Sahutku sembari duduk dan menyerbu kentang gorang yang terlebih dahulu disajikan.
βHabis mama laper, kamu tahu kan mama kalau udah laper kayak gimana.β Jawab mama kembali menghadap wajahku.
βKaya monster kalau gak kaya vampireβ
Ledekannku dibuahi jeweran dikedua telinga. Mama memang agak seram kalau tersingung. Tapi mama tak benar benar tersinggung terhadapku. Hanya kesel saja sih terkadang dengan segala tingkah jahilku.
βmaah makananya belum dateng..... β
βBelummm....β
βMama dari tadi lihatin apa sih, Galih ajak ngomong matanya mukanya kemana matanya kemana...β
βApa sih anakku sayang, kok kamu jadi cerewet banget hari ini? Tapi ya, bagus deh dari pada cemberut terus mikirin Danilla.β Balas mama
meledekku tepat mengenai hati
βHmmmmmmm....βGumamku kesal dengan ucapan mama.
Tu Bi Kontinu
Alias Bersambung Maning Jon