Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SUKA MENCOBA {REV.3} (18+) ORI (FANTANG MUNDUR)

Bagian mana yang paling bisa dinikmati suhu-suhu, dari cerita ane ini?

  • Humor (yang bikin ngakak/senyum)

  • Setting Cerita (pendahuluan sebelum ekse)

  • Plot Twist (surprise alur)

  • Penokohan (penggambaran sifat karakter)

  • Penyajian/Penyusunan (alur)

  • Kosakata (pilihan kata/rima)

  • Sex Scene (penggambaran ekse)


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Umpan lambung, menyundul pribadi... sebagai penyemangat diri :aduh:
 
Semangat terus om...
Karena memang pembaca berasal dari berbagai golongan, mulai dari yang cepat mengerti hingga yang lamban.
Btw Keep update Om.
We want more... We want more... :semangat: :D ;);):D
 
Wah cerita suhu emang beda, berasa baca novel erotisme dan bedanya yg ini ada mulustrasi jd ga susah ngebayanginnya :)

Note : Ditunggu lagi apdetnya suhu, semoga makin bikin hangat di dinginnya malam perkotaan
 
PART 10


Kami masih terbaring di atas ranjangku, aku dan bundaku. Menatap langit-langit kamar yang berbentuk kerucut itu. Terdiam tenang terpaku, setelah habis beradu.

“ Bun... maafin Rendra ya Bun... Rendra ngecrot di dalem.. padahal bunda sudah bilang, jangan”, aku memulai pembicaraan

Hening tak ada jawaban darinya, dia hanya teronggok disana terpejam tersengal-sengal. Dia setengah mengangkang sambil terlentang, telanjang sambil maniku meluber membasahi memeknya bercucuran, berwarna putih menambah detil warna di selakangan.

Karena mungkin dia sedang bimbang. Bimbang apa yang harus dia lakukan setelah ulah anaknya yang lancang. Aku akui bahwa aku lancang, padahal beliau sudah mengatakan, bahwa aku tak boleh kencing pejuh sembarangan di dalam sarang. Sarang ular miliknya, yang tak sengaja tadi aku menyiraminya. Dia sudah membolehkan ularku bersarang dengan syarat yang sudah kami diskusikan matang-matang. Tapi apa daya karena aku telah dikuasai oleh nafsu binatang jalang.

“Bun... bun... jawab dong bun... ”, panggil dan rajuku mengikuti sambil menoleh ke arahnya.

(Pluk), aku memeluknya erat dari samping, berharap agar hati kami dapat berkomunikasi. Menyampaikan penyesalanku dengan sepenuh hati.

“Maafin Rendra bun.. rendra nggak sengaja tadi.. beneran deh.. suer... kalau gituan lagi, Rendra akan lebih berhati-hati”,

(Hening tak ada jawaban)

.........


“BUUUNNNNN!...., jawab doooooong............ Rendra nangis nih...”, Aku bermanja-manja kepadanya, berharap dia akan luluh dengan tingkahku itu.

(Hening)

................



{POV ELSA}

Anak manjaku itu sedang merajuk merayu, mencoba menghiburku atas kekurang ajaran yang telah dia lakukan kepadaku, dia merasa kurang ajar karena telah memasukan spermanya ke dalam perutku, menyirami telurku lewat lubang vaginaku. Vagina yang juga pernah menjadi jalan lahirnya ke dunia ini dulu. Berpotensi akan menghamiliku, membuat aku punya anak lagi, anak dari anaku yang berarti cucuku, tapi anehnya cucuku akan lahir dari rahimku. Berarti istilah cucu juga kurang tepat menggambarkan hal itu, apa ya statusnya, saudara dari anaku yang sekaligus anaknya, jujur aku bingung memikirkanya. Tapi yang jelas dia akan menjadi buah hati kami berdua.

Apakah aku marah? Tidak juga, karena aku juga setuju memulai hal itu, hanya sedikit kecewa dengan diriku sendiri.

Aku tadi diam termenung karena sedang menikmati orgasmeku yang terjadi sambil memejam, merasakan hangatnya air mani yang membasahi liang senggamaku. Merasakan sisa getaran-getaran kecil di seluruh tubuhku setelah orgasmeku yang berkali kali. Yang terjadi setelah dientot, oops... maksudku, disetubuhi kasar olehnya, anak kandungku. Aku hanya malu mengakui hal itu, malu karena aku juga menikmati, persetubuhan terlarang yang telah terjadi antara kami.

Aku nikmati itu sambil mengurut dan membayangkan kejadian sebelum-sebelumnya. Heran saja, kok bisa sampai pada titik ini, dimana telurku berusaha dibuahi oleh anak kandungku sendiri, Rendra, yang kini sedang telanjang disampingku, memeluki tubuhku yang juga tak berbusana sampai ke atas dadaku, hanya terbalut pakaian tipis transparan yang menggantung di leherku, yang tadi dia sibak ke atas sehingga memamerkan payudaraku.



“Bundaaa.... Maafin Rendraa... (ihik, ihik, ihik..) buah hatiku itu sesengukan dengan rajuk manja berusaha menyentuh kalbuku.

Aku pun bergerak menanggapi itu secara otomatis dengan membalas pelukanya dan membelai rambutnya dengan tanganku. Sebuah gerakan yang terlahir dari insting seorang ibu, yang melihat anak kesayangan semata wayangnya, ketika dia menangis tersedu. Tanpa aku sadar air mataku keluar membasahi pipiku, merasa terharu melihat penyesalanya, karena khawatir telah menyakitiku. Dia menyayangiku, dia memperhatikanku, dia ingin membahagiakanku, dia melakukan aksi-aksi nyata untuku. Tapi aku malah membuatnya melakukan sesuatu yang mungkin akan membuatnya menyalahkan diri, itulah penyesalanku.
99a2d01236361854.jpg
1a044c1236361844.gif


“Ga pa pa kok Ndraaa.... Bunda gak apa-apa..”, Sapaku hangat setelah keheningan yang aku telah lakukan. Dada ini tidak tahan melihatnya seolah kesakitan.

“Ini bukan salahnya Rendra...., harusnya bundalah yang membimbing kamu dari pertama, bukan hanya pasrah saja....”, Aku menambahi untuk menghiburnya dengan membelai-belai rambutnya.

“kalau Bunda hamil beneran gimana..?, tanyanya kembali dengan wajah khawatirnya. Sungguh hati ini tersentuh olehnya.

Seandainya aku sepandai Dewi mungkin hal ini tak akan terjadi. Dewi memang pandai mengendalikan situasi sehingga semua berjalan mulus tanpa kendala yang berarti. Kalau aku jadi Dewi, mungkin aku akan lebih mawas diri, mengambil alat proteksi berupa kondom saat tadi aku memilih-milih lingerie. Dan dalam keseharian aku juga seharusnya mengkonsumsi pil kontrasepsi, karena sudah tahu bahwa cepat atau lambat kelamin kami akan saling menari. Apa daya nafsuku tadi menguasai dan membuatku pasrah dan lupa diri. Jika aku hamil lagi, aku tidak akan menyalahkanya. Sebagai yang lebih dewasa aku akan mengurusi semua masalah ini dengan berbagai solusi. Aku tadi memang bilang belum siap kepadanya karena belum menemukan jawaban pasti, apa langkah yang akan aku ambil jika benar aku hamil anaknya. Tapi sudahlah biar waktu yang menjawabnya, atau Dewi yang akan memberitahukanya.

Aku memang bukan Dewi Asmawangi, sahabatku yang aku sebut tadi. Sehingga ketidak nyamanan ini pun terjadi. Aku Elsa Yulistiya, wanita setengah baya yang merelakan tubuhnya dijamah oleh putra tunggalnya yang manja. Diperkosa sempurna dan tunduk tanpa daya disetiap seranganya. Sebenarnya aku ingin berkata ‘oh yes oh no’ bagai aktor film porno di depanya, mengejang kasar sambil bertingkah binal mengekspresikan diriku sepenuhnya. Tapi aku tidak bisa karena aku ini pemalu dan memiliki kepercayaan diri yang rendah, mudah pasrah dan ragu. Orang bilang aku ini introvert, yang pasrah kalau sudah dipepet. Ada juga yang bilang melo yang mudah tersentuh dan dibuat melongo.



“Ahhh... ehmmm...” mataku terpejam mengernyit, ketika tiba-tiba dia menggoyang-goyang tubuhku manja di dalam pelukanya. Tubuh telanjangku ini bergesekan dengan tubuhnya yang juga telanjang, akibat ulahnya itu. Terasa geli dan hangat disetiap gerakan goyangan manjanya yang cepat.

Putraku memang manja dari dulu dan aku menyukai itu. Kemanjaan yang memenuhi dada seorang ibu, membuatku ingin memeluk dan menuruti permintaanya disetiap rengekanya. Membuatku merasa iba dan timbul keinginan untuk melindungi dan membuat dia bahagia. Mengisi hausnya jiwa yang alami terkode di dalam setiap wanita, hasrat sebagai seorang ibu untuk menyayangi anaknya.

Kejadian ini bermula karena kesepian belaian pria yang terjadi dalam diriku. Rendra mulai menggodaku dan menggerayangi tubuhku. Berusaha memamerkan kejantananya di kala-kala tertentu, memeluku, menciumiku, bertelanjang dada di depanku. Dia juga pernah mengatakan kepadaku, bahwa kontol.. opss.. dedeknya sakit setiap kali bertemu denganku. Sakit bukan sakit darurat, tetapi sakit syahwat dan ingin dirawat dengan sentuhan hangat.

Awalnya aku hanya menganggap semua itu sebagai perkembangan wajar. Pertanda yang terjadi jika anak laki-laki sudah mulai jadi dewasa dan tertarik dengan wanita, karena dia sudah berusia 18 tahun tepatnya.

Dan aku memang wanita pertama yang ada dalam hidupnya dan berada disekitarnya, walau posisiku sebagai seorang ibu tetapi aku juga wanita yang mungkin menarik insting kelaki-lakianya. Tetapi ketika dia mulai berani lebih dari itu, aku mulai resah dan ragu. Dia memintaku untuk membantunya memberi kehangatan itu. Mengocok penisnya di kala kebersamaan kami dengan alasan dia ingin diajari dan takut jika hal buruk akan terjadi. Sebenarnya aku juga mau tapi malu untuk memenuhi pintanya yang satu itu, merasa tidak pantas dan ragu.

Aku pun segera berdiskusi dengan sahabatku Dewi, berharap dia bisa memberi solusi karena aku anggap dia seorang ahli. Dengan tenang diapun bercerita disaat setelah kami melakukan hubungan lesbi. Bahwa Fatah pun demikian, dan dengan ikhlas dia membantu, membimbing Fatah untuk mengenal dan mengetahui dunia ranjang, dunia kelamin, dan dunia kenikmatan badan.

WHAT?!!, kaget aku ketika mendengar hal itu, hal yang kebanyakan orang memandang tabu. Ingin aku menghinanya saat itu juga karena merasa moralku terhina. Moral yang tercipta akibat budaya dan informasi yang aku terima dari orang-orang disekitarku. Yang benar atau salahnya juga belum tentu.

Bagaimana mungkin seorang ibu bisa berseksual dengan anaknya?, pikirku tak bisa mempercaya. Tapi apa daya aku tidak bisa berkata, karena aku sendiri juga sempat berpikir sama sebelum berdiskusi denganya, hanya saja aku tak mau mengakuinya. Ditambah lagi saat kami berdiskusi, kondisi kami tidak bisa dikatakan bermoral juga, hubungan sejenis, lesbian antara dua sahabat, aku dan dia.

Dia pun menambahi, kalau aku tidak mau membantu Rendra menyalurkan birahi dan mengajari, maka dia bersedia menggantikanya. Toh dia juga ibunya, ibu susunya, seorang wanita yang turut merawatnya ketika aku sibuk bekerja. Dia pun menyayangi dan menganggap Rendra sebagai anaknya.

Kalau menyerahkan keadaan Rendra kepada wanita lain, resikonya besar dan masalah bisa melebar kemana-mana. Kalau kami membiarkannya, Rendra bisa stress dan frustasi, lalu bisa saja terjerumus ke hal-hal gila di masa mudanya. Geng motor misalnya, atau memperkosa, atau tindakan bodoh lainya.

Benar juga katanya, siapa lagi yang akan tulus melindunginya selain kami berdua? Ibu yang merawatnya dengan tulus cinta dan berharap besar akan masa depan dan kebahagianya. Wanita-wanita yang telah cukup lama memakan asam garam kehidupan, yang mengerti bahwa skill ranjang juga perlu pembiasaan dan pelatihan. Sehingga aku memutuskan bahwa aku saja yang merawatnya, karena aku ibu kandungnya.

Setelah itu aku mulai memberanikan diri menerima dan menanggapi urusan seksualnya, mendidik dan membantu penyaluran lewat sentuhan-sentuhan ketika dia memberi pertanda. ‘Bundaaaa.....!’ hanya itu saja yang perlu dia katakan, panggilan manja kepadaku ketika dia ingin sesuatu. Mengatakan hal itu sembari memberi pelukan dan membuatku merasakan tegangnya kontol panjang.. opss.. dedek tegang yang dia pepet-pepetkan. Itulah tanda agar aku tahu kalau dia lagi mau, merasakan hangatnya belaian dan tubuhku. Tubuh yang aku kira sudah tak dapat dimanfaatkan selain oleh diriku dan dewi sahabatku, karena suamiku saja enggan menyentuhku.

Aku penuhi keinginan seksual Rendra dengan setulus hati. Lama-lama dan pasti, ternyata aku juga tertarik kepadanya sebagai seorang wanita kepada laki-laki. Diawali dengan melihat, ejakulasinya pertama kali, muncrat-muncrat akibat servisku yang lumayan hebat. Memang tidak sehebat Dewi, tapi aku tahu itu cukup untuk membuat buah hatiku merasakan nikmat dan keluar mani. Membuat jiwa ini puas karena bisa membahagiakanya dengan tubuhku yang hina ini, yang aku kira tidak menarik lagi. Anak manjaku tiba-tiba beraura pria, pada saat dimana spermanya yang hangat melekat di tubuhku, memeluk erat. Sejak saat itu diriku ini mulai terikat olehnya dan semakin menjadi bejat.

Ya, aku mulai beranjak bejat saat awal dimana suamiku menyuruhku melepas hijab dengan alasan agar dia tertarik kepadaku. Tapi apa akhirnya, dia hanya melobangi dadaku ini dan pergi meninggalkanku, sibuk dengan urusan pangkat. Sehingga aku terjerumus menjatuhkan diri ke lembah syahwat, yang orang bilang laknat. Diawali dengan membeli berbagai macam gorengan penabuh syahwat karena tak kuat, lalu jatuh ke lembah homo seksualism dengan sahabatku Dewi yang membantuku menghibur diri. Dan sekarang ini ditambah lagi dengan hubungan sedarah yang baru saja aku nikmati dengan anak kandungku sendiri. Ini semua salahnya karena tidak bisa membuatku hepi, salah suamiku Johan.

“Ahhhh....”, tubuhku menjingkat, ada rasa geli di dadaku. Dia tadi menggeser tubuhnya kebawah menempatkan kepalanya di dadaku.

Anaku ini sekarang sedang nenen di salah satu tetek miliku, tetek yang besar seolah balon terisi air tapi anehnya tidak bisa mengeluarkan air, padahal ada lobang tempat mengalir. Tempat produksi air berwarna putih yang tak bekerja sementara, entah masih cuti atau apa. Tepatnya air susu ibu untuk bisa dinikmatinya. Walaupun tidak keluar susu, anehnya dia tetap menikmati dengan syahdu dan bersemangat.

Terasa hangat dalam dada ini ketika situasi itu terjadi. Situasi dimana anak kandungku kembali netek kepadaku, dalam pelukan dan lindunganku. Geli-geli dan hepi yang membuatku tersenyum bahagia antara lucu melihat tingkah kekanakanya dan kepuasan yang ada di dalam dada.

“Ahh....”, Dia meneruskanya mengenyot-ngenyot putingku manja, sesekali digigitinya mesra, tekstur gerigi giginya sungguh terasa.

“Ahhh...”, satu tanganya tak mau membiarkan puting satunya ketinggalan, menggelitik, mencubit dan menarik lalu menggenggam, meremas, dan memijat gundukan daging tempat dia menempel disana. Terombang ambing bergoyang disetiap gerakan tanganya.

Apa yang mau dia lakukan? Ini sudah bukan interaksi kekanak-kanakan lagi. Ini aksi penggugah birahi dari anaku Rendra yang sedang terjadi.
a948be1236361914.gif


(SRET-buk) “Ahh....” dia tiba-tiba mendorongku dari posisiku tadi, posisi pelukanku yang tadi berbaring kesamping. Hingga kini membuatku terlentang dengan kakiku otomatis mengangkang mencoba menjaga keseimbangan.

Dia terus mempermainkankan payudaraku walau posisi kami sudah berubah, aku terlentang sedang dia tengkurap menindihku diatas tubuhku. Geli-geli-geli, begitu geli rasanya, tapi geli bukan hanya geli tetapi juga bercampur rasa naiknya birahi dalam diri.



“ah...ah,,, ahhh....” Terus nak... teruskanlah karyamu mempermainkan payudara ibumu ini, desahku menjelma sambil terpejam dan menghayati dalam hati.

Dia mempermainkanku, dia mempermainkan naluri keibuan dan kewanitaanku bersamaan. Dia tadi menangis tersedu membujuku membangkitkan sisi keibuanku, menyusu kepadaku membangkitkan memori ketika dia dulu masih dalam gendonganku. Berangsur-angsur dia berubah menjadi laki-laki yang sedang berusaha menguasaiku membangkitkan sisi kewanitaanku. Mendominasi diriku yang lemah ini dengan tenaga lelakinya, berusaha membuatku ingin dijamahi.

Tubuhku menggeliat-geliat karena geli itu terjadi, geli birahi perlahan merasuki diriku meninggi. Perlahan membuatku terlupa bahwa aku seorang ibu, ibunya. Dan membuatku ingin bersetubuh denganya sebagai seorang wanita. Terasa geli pula di daerah kewanitaanku padahal belum ada yang menyentuhnya. Bagian itu berkedut-kedut menghangat seolah sedang memohon dan meminta, jangan lupakan aku Rendra... plis sentuh aku juga.

Dedekmu.. mana dedekmu... kont.. kon... dedek kecilmu... dulu kecil memang.... sekarang... ah... ah... ah...KONTOL, KONTOL BES... BESAR... BESAR... mana KONTOL BESARMU RENDRA SAYAAANG...??

Memeku seolah sedang bergumam dan perlahan berubah, berubah dari sopan menjadi nakal. Mencari kontol anaku tersayang. Memek itu tak akan lupa dengan kontolnya selamanya, selamanya.. SELAMANYA..... Memek ibu yang sudah mencicipi kontol anak kandungnya akan langsung jatuh cinta dan mengabdi dengan terlena, ketagihan akan sensasi yang luar biasa. Hanya mengenang-ngenang memori saja sudah cukup membuatnya merasa gatal tak berdaya, ingin dikocok dan diobok kasar sekuat tenaga di setiap dinding dan bagianya.

.........

“Aahh......”, itu dia.. akhirnya kontol itu menyapanya. Menyapa tempik bundanya dengan bergesek-gesek dipermukaanya. Sopan,... sopan sekali perilakunya, seolah sedang permisi sebelum memasuki pintu surga milik ibunya. Surga dunia yang dulu pernah melahirkanya.
e9fbf21236361764.gif

Kelamin kami itu pun saling terus bergesekan tanpa halangan. Dia memaju-mundurkan pinggulnya dengan gerakan serupa yang tadi dia lakukan, mengentotku kasar tanpa peduli bundanya serasa mau mati keenakan. Bedanya sekarang dia tidak memasukanya ke dalam sarung pusaka, sarung pusaka yang sudah berair bersiap menerimanya. kenapa? KENAPA SAYANG..???

Memang tetap enak terasa, memang juga membuatku mendekati orgasme dalam diri, tapi kurang...., KURANG!

Sungguh ingin aku berteriak sekencang-kencangnya... RENDRA MASUKAN KONTOLMU SEKARANG!!!

“Ah... ah.... ah.... ah....”

..............

Dasar wanita bodoh, dasar wanita munafik, sudah berapa kali kamu melakukan kebodohan dan kebohongan ini? Kamu ingin dia tapi kamu tidak mengatakanya. Kamu ingin bersetubuh denganya setiap ada kesempatan, tapi kamu hanya menunggu tanpa ada pancingan dan ajakan. Inilah yang membuat suamimu tidak menyentuhmu dan memilih bergulat dengan software-softwarenya itu. Karena software lebih menggoda untuk dijamah dibandingkan kamu. Apakah kamu juga ingin anakmu perlahan meninggalkanmu? Hilang gairah karena sikap cupu, malu-malumu? Tidak heran dia lebih betah di rumah Fatah bergaul bersama Dewi sahabatmu, karena dia lebih jujur dan terbuka darimu.

Jancok, siapa yang berbicara dalam kepalaku ini? Aku ingin mencakar-cakar suara wanita itu, suara yang menghina diriku, ta...tapi suara itu benar, a... aku memang merasa diriku munafik. Aku tak mau Rendra meninggalkanku tapi aku tidak pernah berani mengatakan itu. Aku ingin dia hanya untuku, tak ingin dia lepas dari pelukanku.

...........

{POV RENDRA}

I.. YES, berhasil, berhasil.. , hatiku bersorak gembira. Akhirnya bunda tidak marah kepadaku dengan bujuk rayu dan rengekanku. Itulah caranya menaklukan wanita yang keibuan, merengek manja kepada mereka dengan setulusnya untuk menyentuh hatinya.

Wanita suka aksi nyata, berikan mereka sebuah kenyataan simple sederhana yang bisa membuat mereka berpikir jauh dengan sendirinya. Ditambah sedikit gombal-gombal merangkai kata dan ekspresi menyentuh jiwa, jujur dari hati kita, rutin seterusnya dalam situasi yang berbeda-beda.

Diselingi beberapa kali dengan sikap tidak perduli untuk menunjukan bahwa mereka harus menuruti kita, agar kita mau membuat mereka bahagia.

Itulah caraku mendapatkan wanita yang lebih tua dariku, tipe kesukaanku, dengan menunjukan bahwa merekalah yang harus lebih dewasa dibandingkan aku, harus berpikir dan berupaya lebih untuk menjaga kelangsungan hubungan kami.

Sekarang ini aku menaikan kembali birahinya, setelah dia menunjukan reaksi yang aku inginkan, yang dia tunjukan dengan mengatakan bahwa bukan hanya aku yang bersalah, ketika aku ngecrot di dalam memeknya.

Kalau tadi aku egois dan terus saja mengentotnya tanpa meminta maaf terlebih dahulu, jujur dari hati, bisa saja bunda membenciku dan menyalahkanku seorang diri, karena tidak melibatkan sumbangsih darinya dalam hal itu, merasa teraniaya karena dipaksa. Kalau tadi bunda bersikap lain maka tentu aku juga melakukan tindakan yang berbeda untuk menanggapinya.

Wanita memang kebanyakan pasif saja, tetapi mereka juga ingin dilibatkan walaupun hanya dengan omongan, sekedar bertanya saran atau diminta membantu ringan dengan berbagai pengertian. Secara singkatnya dimanusiakan dan diwanitakan.

Kalau kata orang bahwa wanita ingin dimengerti, itu benar, tapi itu hanya sebagian, sebagian lainya adalah bahwa wanita itu ingin mengerti keadaan dan kemauan kita agar dapat menyesuaikan diri, tidak bingung tentang apa yang terjadi, ketika mereka bingung maka mereka akan bertindak ngawur dan bisa membuat kita ingin kabur. Katakan apa maumu dan jelaskan keadaanmu secara tegas dan jelas maka mereka akan mengikutimu, ketika mereka menurut maka tunjukanlah puji kebahagiaanmu sebagai hadiah atas pengabdian mereka. Sedikit wawasan dariku, Rendra Mahardika.


“Ah... ah... ahhh” dia terus mendesah di dalam kuluman di tetek-tetek besarnya bergantian kiri dan kanan. Kiri-kanan kukenyot, kugigit dan kujilat saja berputar-putar untuk aku permainkan. Dengan posisi hampir sama saat kuentot tadi, hanya kali ini aku tidak memasukan kontolku dulu, hanya menggesekannya dengan kelamin ibuku di permukaanya.
0b0c521236361964.gif

37453a1236361654.gif

Aku ingin buat dia tidak tahan sampai dia nanti akan menerima tanpa perlawanan, tapi diawali dengan menunjukan aksi nyata atas ucapanku tadi, menunjukan bahwa aku lebih berhati-hati dalam bersetubuh denganya.



“Bundaaa... aku masukin lagi, ya?”, kataku menyambung ketika aku rasa sudah saatnya. Disaat dia sudah pasrah dan saat kontolku sudah tegang maksimal.

(Angguk, angguk), dia mengangguk malu-malu menyetujuinya. YES, kan.. kan...

“Ah...” (Sleb-clepok) kontolku pun masuk lagi ke liang basah dan hangat itu tanpa kendala berarti. Basah karena bekas pertempuran yang tadi, ditambah mani encer baru yang terbentuk karena rangsang barusan yang aku beri. Ku lihat dia memekik sedikit mendongak ketika kontolku terasa mentok masuk semua, seolah ada yang mengangkat punggungya. Aku mulai mengentotnya.
375c5a1236361954.gif
f38c941236368194.gif




Aku lihat tanganya bergerak menutupi mulutnya. Sebelum mulutnya berhasil tertutup aku sedikit bangkit dan menangkap tangannya, menggenggam dan mendorongnya ke bantal di kedua sisi kepalanya, menahanya disana. Ku korbankan kenikmatan mempermainkan payudaranya untuk melakukan hal itu. Karena yang aku mau adalah untuk melihat ekspresi wajahnya ketika kami beradu dan mendengar suara desah indah ibuku.

“Jangan gitu bun.. Rendra gak suka...”, kataku dengan nada halus mesra sambil menggenggam dan menindih kedua tanganya erat.

“Bu... Bunda... ma.. malu Ndraa..”, rengeknya manja

Tidak seperti biasanya, biasanya aku yang suka merengek kepadanya, tapi sekarang berbalik keadaanya. Ku hentikan gerakan goyangan pinggang dan pantatku tanpa mengeluarkan kontolku, menatap kedua wajahnya dengan raut wajah seperti marah, sebagai pertanda untuknya bahwa aku serius. Seolah sebuah paku yang aku tancapkan ke dahiku dengan sebuah papan pemberitahuan, WARNING: JANGAN TUTUP MULUTMU!

Dia memandangi wajahku termenung saja, tanpa mengatakan apa-apa, kuberi waktu untuk dia menentukan keputusanya.

Aku rasakan tenaga di tanganya berangsur memudar, sebagai tanda dia sudah memutuskan untuk tidak melakukan hal itu lagi, yaitu menutup mulutnya, menuruti permintaanku. Akupun tersenyum kepadanya untuk menunjukan persetujuanku, pertanda aku suka akan keputusanya itu. Hehehe... Rendra gitu loh, pujiku kepada diriku sendiri.

“Rendra ingin melihat wajah cantik dan mendengar suara indah bunda..”, tambahku untuk menguatkan sugesti itu sekaligus sebagai hadiah untuknya.

Aku melihat senyumnya, dia tersenyum tersipu akan perkataanku itu. Aku melepas genggaman tanganku lalu kembali aku genggam bongkahan dadanya dengan masing-masing tanganku.
bfd9e51236361534.gif


“Ah.. ah... ah..” (plok..plok.. plok..), desahnya pun terlepas ketika aku memulai gerakan pinggangku maju mundur, menarik lalu membenamkan kontolku ke dalam liang vaginanya kembali. Aku mengentotnya sambil memijat kedua gunung dagingnya seirama dengan gerakanku. Dimulai dengan gerakan yang perlahan dengan tempo tetap sambil menikmati ekspresi wajah bunda.

e1a8d01236361864.gif

Bunda terpejam lalu melek bergantian, terpejam ketika kontolku menghujam dalam, dan melek ketika kutarik keluar. Ada kepuasan tersendiri ketika bersetubuh sambil memandangi ekspresi bunda, yang sedang menikmati proses itu. Kontras dengan kondisiku saat aku hilang kendali, kini aku menggauli dengan khidmat dan penuh arti.

Perlahan dan pasti aku kembali meningkatkan tempo gerakanku lagi, otomatis berdasar sebuah sensasi yang kurasakan di tubuhku. Sensasi ingin ejakulasi yang semakin lama semakin nyata terasa. Dari lambat semakin cepat aku gas kendaraan itu, kendaraan dengan wujud wanita yang sedang mendesah karena sedang aku setir libidonya. Kecepatan 20 30 40 50 60 70 dan berhenti disana stabil, untuk menghindari kecelakaan lagi. Aku yang sekarang tidak ingin ini terjadi karena sebuah kecelakaan, yang aku inginkan kendaraan itu juga mau mencelakakan diri denganku sepenuh hati. Hamil anaku dengan kemauanya sendiri.


“Ah..... ah..... ah......ah.. ah ah ah”

(PLOK.... PLOK.... PLOK.... PLOK.. PLOK PLOK PLOK)

Desahnya seirama dengan suara bertemunya badan kami berdua. Aku menunggu dengan sabar sambil terus mengamatinya, sampai saat yang tepat ketika kendaraan itu mulai oleng, lalu berkata

“Bunda... Rendra ingin menghamili bunda...”,

“Ahggh... ahh... ahhhh.....ahg..”, desahnya tersedak-sedak, saat aku mengatakan hal itu tepat saat dia mencapai orgasmenya. Dia tak bisa menjawabnya, tak bisa karena sedang larut dalam kenikmatan. Tubuhnya bergetar seolah orang tersetrum listrik tegangan tinggi, hampir mati tak bisa lari.
b952f11236361824.gif


Aku menindih tubuhnya dengan berat badanku untuk menambah kendali, lalu mencium mulutnya untuk memastikan bahwa dia tak bisa menolaknya dengan kata-kata. Aku percepat gerakanku lagi... 80 90 100.., motorpun semakin oleng tak bisa kukuasai, seolah ingin lari dari pengendaranya yang menunggangi, aku tambah gasku, 110, 115.. 116..... MENTOK GASnya BRO! Tiba- tiba ada dinding putih di tengah jalan menghadang, CIIIITTTTTT!, REM BLONG GAN....DAN.........

“AAAAAAAA......”, teriakanku panjang, kontolku berkedut-kedut
4e3bcf1236361564.gif


(CROT CROT CROT CROT... GENJOT CROT)....hah...hah...hah... hah.....
Aku sirami telurnya untuk kedua kali.
e05f7d1236361594.gif
(Bersambung)


Likes, Komens, dan Apresiasinya dinanti

BACK
KLIK>> NEXT
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Wuih udah dua kali nembak nih :D
Dapet piala gak tuh dari hasil 2 kali nembak :bingung::D:Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd