Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SUKA MENCOBA {REV.3} (18+) ORI (FANTANG MUNDUR)

Bagian mana yang paling bisa dinikmati suhu-suhu, dari cerita ane ini?

  • Humor (yang bikin ngakak/senyum)

  • Setting Cerita (pendahuluan sebelum ekse)

  • Plot Twist (surprise alur)

  • Penokohan (penggambaran sifat karakter)

  • Penyajian/Penyusunan (alur)

  • Kosakata (pilihan kata/rima)

  • Sex Scene (penggambaran ekse)


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Pelan-pelan aja eksekusi mamahnya fatah huu. Gue demen scene kayak beginian. :dansa:
 
Mantap mantap..
Bagus nih ceritanya..dan ternyata reni punya obsesi terhadap kedua nya..
 
PART 9

Nama Gua Rendra...

Eh kalian udah tahu ya... maaf,, lanjut..

.............

Reni dan Fatah lagi malam mingguan sejak habis maghrib tadi, meninggalkan aku seorang diri untuk mereka merajut hati. Dari WA yang kubaca di grup kami setelah menjelang sore hari. Semoga semua berjalan baik buat mereka sahabatku yang aku cinta. Dan aku harap tidak ada pihak yang akan merana di antara mereka berdua pada akhirnya.

Jam menunjukan pukul 19:02, dari tadi pulang sekolah aku langsung balik ke rumah, biar tidak menjadi pengganggu kesempatan mereka berdua. Sebenarnya, pada awalnya mereka memang tidak berencana keluar untuk malam ini. Tapi, menilik dan menyelidik dari kebiasaan Fatah sehari-hari, timing ini biasanya tepat untuk dijadikan ajang menggauli atau memperawani, maka aku berinisiatif mengalahi.

Aku di dalam kamar memandangi Pici dari tadi, browsing sana-sini, dan sedikit mengarang cerita seksi. Di forum cerita berseri, tempat menyalurkan daya fantasi. Asyuek! Sambil sesekali SSI sama bu Sinta yang bongsor nan seksi. Bermodus tanya pelajaran dan kesibukan beliau dirumah sehari-hari. Bu Sinta punya 2 orang anak yang masih kecil-kecil, anak tertuanya baru SMP kelas 7 dan yang kedua SD kelas 5, bernama Rosa dan Rosi (catatan:tenang mereka AMAN). Ternyata beliau janda yang telah dicerai mati, inalillahi. Tadi aku menawarkan diri untuk jadi murid les privatenya yang pertama dari sekolah kami. Karena aku tahu pasti kalau bantu orang bisa nambah rejeki.

Eh, aku mau cerita, tadi siang aku iseng dan membuntuti Fatah dan Reni. Ternyata mereka lagi ihik-ihik di depan toilet sekolah bersama. Kuperhatikan mereka dari jendela, dibalik dinding tempat mereka beraksi, naik meja ditumpuk kursi dengan memastikan terlebih dahulu bahwa hanya aku seorang diri, di dalam ruang seni lukis yang sedang tak dipakai di sekolah kami. Sialan emang si Fatah, cowok kok ngacengan, tak tahu tempat asal ada kesempatan. Walaupun gua juga sama, haha, dasar diriku yang tak punya pendirian. Aku tadi siang berlagak jadi spy sok aksi, mengendap-endap mengintip dengan berani, setelah itu lalu mengikuti mereka untuk masuk ke kelas menjelang bel akan berbunyi.

Fatah memang menanyakan hal itu dariku, spontan aku jawab, lagi ngintipin orang pacaran di depan kamar mandi, kataku. Kalau ngomong sama Fatah dia pasti langsung tahu, kalau yang kumaksud adalah mereka itu. Hal ini menambah keyakinanku, ketika wajahnya memerah antara marah dan malu, wkwk, jahilnya diriku.

Aku memang sudah tahu, kalau mereka cepat atau lambat akan berkenthu. Hanya saja, kulakukan hal itu sebagai obat penasaran dan kekhawatiran. Karena aku ingin tahu sejauh dan bagaimana proses mereka tertuju. Ada sedikit perasaan was-was karena mereka berdua sama-sama sahabatku. Kalau Fatah sudah biasa menghadapi kondisi itu, tapi Reni yang tumbuh di kalangan keluarga haji, aku khawatir dia belum bisa membiasakan diri.

Tapi setelahnya aku tenang karena Reni juga ternyata mau, dan apalagi juga ada Fatah yang membimbing dan mengajarinya cara-cara itu. Sedikit kasihan saja sama si Reni, mungkin besok dia akan jadi kesulitan berjalan, setelah membuka segelan. Karena buatnya memang baru Fatah sajalah, yang jadi pertama sebagai pria idaman, yang memang sejak dulu dia harapkan. Hal ini aku tahu dari gelagat dan kicauan darinya ketika Fatah lagi jalan, dengan cewek-cewek hasil pendekatan.

...........

(Ceklek) suara pintu terbuka mengalihkan anganku.

“Rendra, ayo makan dulu Nak..” sosok Bunda menyapaku.

“Iya Bun sebentar..” jawabku, sambil aku cek-cek kembali tulisan-tulisan dalam Pici miliku, mensave dan mengkoordinasi download-an dalam folder rahasia pribadiku, yang terpassword, terproteksi aman terkendali.

“Kok tumben kamu langsung pulang ke Rumah? biasanya kamu nongkrong dulu di rumah Fatah..” tanya bunda penasaran. Bunda masuk dan bersandar di dinding dekat pintu, tidak mendekatiku. Memberiku sedikit privasi untuk menyelesaikan pekerjaanku. Karena mungkin beliau sadar menjadi ibu, yang punya anak laki-laki seusiaku.

“Anu Bun, ..anu.. lagi pingin aja jagain Bunda.. haha”, jawabku sekenanya. Jawaban yang mirip yang aku ucapkan kepada kedua sahabatku, ketika mereka tadi siang bertanya hal senada setelah pulang sekolah.

“Hemmm.. PRET!, biasanya walau gak ada Fatah, kamu tetep nongkrong di sana sama Reni, atau kalau nggak sama Tante Dewi, ninggalin Bunda sendirian”, lanjut bunda menggodaku sambil menjulurkan lidahnya.

“Prat.. pret.. prat pret, emang KAMPRET?!”, jawabku spontan sambil terus memproses files berkelanjutan.

“hihihi, Cebong berarti..?!”, bunda menanggapi

“Bukan juga Buuun... Rendra kan ular,hehe, memang sih gak punya kaki, tapi kan lebih panjang daripada KADAL, wkwk”,

(Tung ting tung ting) suara Pici tersutdown tanda aku menyudahi, sembari aku beranjak berdiri lalu mendekati bunda.

“Bundaaaa... Rendra kaaangennn!”, ucapku sambil berlari kecil menubruk-memeluk Bundaku yang berdaging, empuk dan hangat itu.

(Pluk-peluk), kuselipkan kedua tanganku ke sela-sela masing-masing ketiaknya, bersatu mendekap lingkar pinggangnya, kugoyang-goyang manja.

Aku lebih tinggi dibandingkan bundaku. Ketika kami sama-sama tegak berdiri, kening bunda berada tepat di mulutku. Tinggiku 173 cm di usiaku yang 18 tahun ini, kata orang aku tumbuh seperti ayahku, bahkan berpotensi untuk melebihi beliau, karena sekarang saja aku hampir setara dengan postur miliknya. Sedikit berbulu pada tubuh dan wajahku, serta memiliki otot-otot massa yang terbentuk tanpa perlu latihan terencana, alias hanya menjalani jadwal rutinku apa adanya. Walaupun sangat jauh bila dibandingkan dengan para binaraga atau orang yang nge-gym terstruktur dan punya menu diet yang luar biasa.

“Preeettt... wong bunda hanya dapat sisa-sis...”

“Aaahhh...!”, desahnya tiba-tiba ketika aku remas bongkahan pantatnya yang besar itu, menghentikan kicauanya.
4f6c381234369204.gif

(Cup) ku kecup keningnya, melepas pelukanku dan berlalu keluar kamar menuju ruang makan yang ada di lantai bawah, meninggalkan bundaku termenung, terpaku sendirian. Hehe, Rendra dilawan!

(dak, dak, dak, dak) suara langkah-langkahku menuruni tangga dengan cepat. Ku toleh ke belakang, ternyata bunda juga mengikutiku tak berapa lama setelahnya, lalu mulai menuruni tangga dengan gaya lemah lembutnya, sambil menyibak salah satu sisi rambutnya ke belakang telinga. Salto salto dah, pikirku untuknya.

Beliau berpakaian seperti biasanya, pakaian simple sederhana daster rumahan longgar bersahaja, 1 potong sampai paha. Seksi sederhana yang sekilas tak punya maksud apa-apa, padahal dengan figur bunda yang bohay, bisa membuat kontol ngaceng kapan saja.
60b5ee1234367384.jpg

(klotak klotek, ting, ting) suara kami yang mengambil piring dan sendok untuk bersiap makan. Kulihat di atas meja telah siap menu makan malam, berupa oseng-oseng kangkung beserta ayam crispy bagian sayap, dada dan paha, yang tentu saja tak sebesar milik bunda, hahaha.

Kami berdua duduk berdekatan di sisi meja berbentuk kotak di salah satu pojokan, tidak bersebrangan ataupun berdampingan, tetapi saling siku-siku dan dapat bersentuhan. Dan kami pun mulai makan.

...........



“Enak bun, masakan bunda... hehe..”, teringat Fatah yang memuji masakan bundanya kemarin.

“hemmm, Gombal...!”, respon bunda tak lama setelahnya.

“ok deh... Gak enak Bun!... hueeekkk..!”, aku tanggapi itu dengan candaku, di tengah mengunyah.

(Plak-brut) Bunda menampar sisi pundaku tiba-tiba, diikuti muncratnya beberapa nasi keluar dari mulutku.

“Eeeeee.. maaf.. Bunda gak maksud..”, pinta maafnya kepadaku, pundak yang baru saja ditamparnya barusan, dia elus-elus lalu menuangkan minum untuku. Energi kinetik itu ½ massa kali kuadrat kecepatan, tiba-tiba aku teringat hal itu. Memang kecepatan tamparan bunda itu lemah lembut, tapi massa bunda itu diatas rata-rata. Pantes, MAK BELEG!

(hening sesaat)

“Bunda cantik malam ini.. ayah mau pulang ya..?!”, tanyaku dengan senyuman, setengah memancing dan meneliti keadaan.

(hening sesaat)

“Ayahmu tadi siang WA bunda... katanya, dia mau pergi mengurusi kantor cabang baru di luar kota..”, jawabnya bernada lemah, nampak malas membicarakan ayah.

“Oh ok..”, jawabku singkat. Pantesan ayah jadi lebih sibuk dari biasanya akhir-akhir ini, ternyata sedang mengurusi cabang kantor sebagai kepala direksi. Aman, bro! EKSEKUSI! Kesimpulanku menyemangati diri. Mau sampai pagi pun jadi, tidur sekamar dan tak perlu bangun untuk pindah-pindah lagi.

Loh, oh iya-iya, kan juga ada tante Dewi yang lagi sendri, hemm... yang mana ya? Bunda atau Tante Dewi? Hemmm... dua-duanya?,...scenenya gimana? hemmm.... sudahkah tepat waktunya? Hemmmmmm.... lemot aku memikirnya sehingga membuat update ceritaku tertunda. Sikat yang dekat dan sederhana aja, toh ini yang pertama! akhirnya keputusan itu pun datang juga entah darimana.

Kami pun selesai makan hampir bersamaan, aku mengambil minum yang tadi sudah bunda ambilkan sembari diikuti bunda yang menata piring-piring kami bertumpukan dan berjalan ke tempat korah-korahan (tempat cuci piring:jawa). Wastafel logam itu tidak jauh dari meja makan, masih dalam satu area ruangan, yang hanya dibatasi oleh tempat furnitur kayu relatif rendah memanjang, tempat menyimpan perkakas dapur, panci dan wajan.

(krocek-krocek-krocek, klontang-klonteng, ting ting) suara bunda memproses membersihkan.

Aku membawa piring makanan-makanan yang tersisa, yang tadi tertata dengan tipe prasmanan. Memasukan kedalam lemari tempat menyimpan, disamping bunda yang terlihat menggerakan tangan, sibuk mencuci perkakas, bekas dipakai kami untuk makan.

(pluk) “Bundaaaa...”, aku memeluk dia dari belakang, melingkarkan tanganku menyelipkan ke pinggangnya, mendekap erat perutnya yang dulu pernah kudiami selama 9 bulan. Menggangunya mencuci piring tanpa menunggu, sebelum selesai berkesudahan.

(Cup, cup cup), kukecupi mesra, leher bagian sampingnya dan juga tengkuknya beberapa kali sambil menghisab-hisab aroma tubuhnya yang wangi . Aku gerayangi perutnya yang empuk dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Sambil bermanja-manja menggesek-gesekan kontolku di bongkahan pantatnya, sehingga perlahan menegang dan memanjang pertanda senang. Merasakan hangat nikmatnya gunung kembar bagian bawah, milik bunda yang terasa menjepit dan meregang.
05057e1234366894.gif


(Bersambung)

Eh enggak ding.. becanda... haha...

Lanjut!



Bunda diam saja tanpa menoleh atau apa, kulihat dia terus memandang dan membolak-balikan piring-sendok yang dari tadi sudah bersih sebenarnya. Kran wastafel terus mengalir menjadi saksi kemesraan yang aku lancarkan kepada dia, Elsa Yulistia. Milf (mother i’d like to fuck) cantik yang berumur setengah baya, wanita pertama yang hadir sejak awal kehidupanku. Mengasihiku, melindungiku, memanjakanku dan berjuang untuku di setiap masa tumbuhnya aku. Ya, dia ibu kandungku.

(Glodak) piring dan sendok yang dia bolak-balik tadi, tiba-tiba jatuh kehilangan tenaga. Terdiam tak dihiraukanya di dasar wastafel dengan air yang terus mengalir lalu menghilang. Ketika aku mulai menggerayangi perut bagian bawah untuk meningkatkan serangan, mendekat ke daerah sarang. Perlahan mendekat, sambil bolak-balik bagai tak tahu arah lobang daerah terlarang.

Daerah yang seharusnya memang terlarang untuku atau untuk pria lain selain ayahku. Tapi HEI kami sama-sama mau. SO FUCK OFF buat you-you yang sok-sokan menilai TABOO! Tak kujamah bukan berarti aku tak tahu atau tak mau, tapi hanya sekedar menunda untuk sang waktu. Sebagai upaya menggugah gairah seks ibuku sebelum ku kenthu.

Ku gerayangi di daerah perut bawahnya yang berambut, dari luar kain yang menyelimut, merasakan gesekan antara rok dan celana dalam polosnya yang terukir jembut semrawut. Berpola agak kasar yang bisa membuat tangan-tanganku betah, seolah sedang kesasar tak bisa keluar.

Tanganya kulihat keluar setelah berenang, dan bersantai memegang tepian kolam pencucian, mengantisipasi dimulainya serangan lanjutan. Menegang-menggengam bergantian, karena takut kehilangan keseimbangan, akibat rangsang yang dia tahu akan terus datang.

Dari bagian bawah berambut itu lalu tanganku bergerak naik ke atas secara perlahan, melewati daging-daging perutnya lalu sampai ke terminal pemberhentian sementara, di pangkal dadanya. Seolah bis yang menurun-naikan penumpang berhenti sesaat disana. Penumpang pun naik turun dengan tertip sesuai aturan, dan berputar-putar mencari tujuan. Ketika kondektur memberi kode, sang sopir pun tancap gas lalu melaju jalan.

(PLEK) “AAAaaahhhhh...! Rendraaaaaa....!”, erang-desahanya nafsu dan manja. Ku genggam payudara besar miliknya. Aku remas-remas dan rempon sedikit kasar dan brutal, karena toketnya memang brutal. Tobrut bukan sembarang tobrut, walau tobrut masih sintal dan kenyal, tidak menggantung dan menggelamber fatal seperti milik wewe-gombel yang binal. Dia menggelinjang-gelinjang kegelian, bagai sedang mandi sirup dan kesemutan.

Kontras dengan sempaknya yang polos, bra miliknya berenda bermotif bunga, namun senada, kasar terasa. Sekarang aku tahu hubungan antara motif CD dan BRA, bahwa motif jembut dan bunga itu bersaudara, karena sama-sama kasar dari luar. Setelah aku rasa sudah waktunya, aku langsung tarik ke bawah saja, tak peduli bajunya bisa robek atau apa. Baju dan Cup bra miliknya terasa sudah meninggalkan pos jaganya, meninggalkan gundukan daging yang tadi ditutupinya. Bak petugas yang mengabdi dengan sesungguhnya, walau dibebas tugaskan mereka tetap membantu menyangga dari bawah lipatan toket besarnya.
a5facc1234369514.gif

Remasan dan urutanku kembali terjadi, menikmati bagian itu yang kini halus mulus tak berbusana, menampakan keindahanya. Terasa kenyal disetiap bagianya, kecuali di bagian pentil susunya yang sedikit keras mengganjal. Pentil susu yang dulu pernah menyambung hidupku, mengalirkan air susu ibu milik bundaku.

Ku goyang-kuurut memutar-putar, sambil sesekali kucubiti pentil yang perlahan mengeras seolah ingin diperas. Sayang tak ada susu darinya, yang mungkin akan keluar jika kelak seseorang menghamilinya. Aku atau ayahku terserah, yang jelas aku ingin puting bundaku kembali mengeluarkan susu seperti milik tante Dewi. Aku ingin mimik cucu dari bundaku sambil berkenthu denganya.
a1c0771234368954.gif

“Rendraaa... Rendraaa....ah... ah...ah”, dia memanggili namaku manja dan mesra sembari menikmati dan mendesah, sepertinya dia sudah pasrah.

Dia manyandarkan tubuhnya ke tubuhku, sambil merem tanpa ragu. Terasa kontolku tegang tak tertahan memenuhi panggilan-panggilan sayang bundaku itu. Pertanda bahwa, ok kenthu aku, walau aku ibumu. Aku tolehkan kepalanya, mempertemukan wajah kami berdua. Aku cumbu mulutnya mesra, beradu lidah, bertukar ludah untuk beberapa waktu yang cukup lama. Tanpa meninggalkan gundukan gunung kembar di dadanya.
4672a51234367234.gif

“Ahh....”, Kuhentikan semua rangsangan itu, gerayangan tangan dan juga cumbuanku. Matanya terbuka, kaget , mencariku sehingga mata kami bertemu, Kaget seolah ingin bertanya, kok berhenti nak, padahal kan enak?

“Kranya dimatiin dulu Bun... hemat air..hehe” (cup) sambil kuberi sebuah kecupan di keningnya sebagai tanda, jangan khawatir bundaa. Malam ini bunda gak perlu makan gorengan, walau bunda tetap akan kepedasan.

Wajahnya memerah tersipu malu, tanpa menjawab dia mematikan kran air yang tadi sempat dia lupakan itu. Lupa yang dimulai kala ada serangan rangsang, penggugah rasa nikmat dari diriku, anaknya sekaligus pria setelah suaminya.

Dia memang tipe setia sejujurnya, tidak bercanda atau mengada-ada. Sayang suaminya tak memenuhi kebutuhan biologisnya, sehingga dia butuh penggantinya. Terbukti ketika tante Dewi mulai mengajaknya berpetualang, dia lebih memilih untuk menjadi lesbian, daripada membiarkan dirinya terjajah kontol sembarangan. Memilih bermain memek-memekan dengan tante Dewi yang berpengalaman atau dari getaran-getaran dan colokan berbagai mainan seks, yang aku sering plesetkan sebagai gorengan.

Jangan salah ya, memek mereka memek asli, yang kumaksud dengan memek-memekan adalah adanya interaksi antara memek mereka dengan berbagai macam aksi, detailnya pikir sendiri. Ketika Tante Dewi memberitahuku bahwa bundaku ready, singkatnya aku mulai beraksi.

aku melepas pelukanku darinya... mundur beberapa langkah memberinya space untuk sejenak bernapas, lalu menunggu reaksi selanjutnya. Anehnya bukanya langsung menoleh lalu memberi serangan balasan seperti tante Dewi, dia hanya mematung disana, memamerkan punggung dan pantatnya kepadaku, yang membuatku semakin gemas ingin meremas. Sudah setengah telanjang kok masih akting tenang, pikirku dalam hati.

(Hening)

Apa dia menolaku? Kalau dia menolakku tentu dia akan membetulkan petugas BH dan baju miliknya yang tadi aku suruh pergi. Atau setidaknya dia akan berlari menghindari. Dia tadi juga menikmati, dan yang itu so pasti. Kenapa dia mematung disana? Tanya hatiku kembali.

“Bun... aku tunggu di kamar Rendra ya...”, Tanpa menunggu jawaban aku pun pergi, setelah sejenak berpikir, jangan-jangan beliau sedang menstruasi. Kalau ternyata benar nanti aku akan lari ke tante Dewi, asal waktu masih mencukupi.

..............


Aku kembali ke kamar, membuka pintu lebar-lebar sebagai pertanda aku sudah tak sabar. Aku buka kaos bajuku dan celana boxerku (tuing), lepaslah burung twit**terku. Tegang menantang ditengah pemiliknya sedang bimbang, seolah DM, JADI NGGAK BANG?!
b1012d1234368684.gif

(Bersambung)... ea.... becanda, becanda

..............

Aku sudah naik ke ranjang, merebahkan tubuhku terlentang sedikit ngangkang, membelai-belai burungku menjaganya agar tetap tenang, sambil reply, SABAR SAYAAANG!

Burungku itu bersemangat sekali, mengantisipasi sepenuh hati, sambil sedikit ngiler membasahi bagian ujungnya dengan air mani, lalu kuusap mengkilap untuk mempersiapkanya hingga terasa geli-geli. Dia pun berkata I AM READY!

(sret) sekelibat ada sesosok bayangan, ini bukan cerita misteri so don’t worry. Sosok bayangan itu sekelebat melewati pintu kamarku. 100% itu bundaku, dan pasti bukan hantu. Tapi kok gak belok ke sini, MASAK GAGAL BANG???? DM kontolku. Adaaah..... kusentil kepala kontolku, untuk menetralisir kecurigaanya itu.

Kudengar ada pintu beroprasi 2 kali, itu pasti bundaku yang sedang masuk ke kamarnya dan menutup pintu kembali. Lama aku menanti tapi tak ada suara atau tanda bunda keluar dari kamarnya lagi.
........

LHO KAN! kita ditinggal sendirian. Aduh sialan..., ni kontol sudah siap beraksi, kerjaanye berair sendiri, tapi jangan bikin dieeeeeee....... jaadi COOOLIII....! duh bunda teganya dirimu. OH MY GOD! Drama twit kontolku panjang mulai mempengaruhku.

(Buk) aku membanting sendiri kepalaku ke bantal pertanda kesal. Kalau memeknya gak bisa dipakai yang lain kan bisa, mulut kek, tangan kek, dan FUCK!...... Kulihat HP untuk melihat jam. Jam 21:05, cukup nggak ini ya kalau ke rumah tante Dewi, nanti Fatah keburu datang lagi? Mau coli kok gak banget, tapi kalau dibiarkan badan terasa anget. Masak bersambung???? Aku membanting HP ku ke samping, rasa-rasanya mau nangis, aku memejamkan mataku sambil meringis.

(ihik..ihik..) WHY?!... WHY?!... WHY ME??? Keluhku dalam hati. Tahu gini tadi setelah selesai makan, langsung cabut ke rumah tante Dewi, kalau sama tante, aku diam aja juga pasti dilayani.

HADAAAAHHHAHHH! Kontolku pun perlahan permisi untuk tidur kembali, ngetwit pun tak berani.

(Buk, Buk, Buk!), kubanting-banting kepalaku lagi beberapa kali.

.............



(serrrr) tak lama setelah aku memutuskan untuk tidur, aku rasakan ada kehadiran lain dalam kamarku membaur.


Sekali lagi ini bukan cerita misteri. Ku buka mataku, kulihat sosok yang tak asing, bundaku datang dan sudah duduk disamping ranjang, memunggungiku tanpa berbicara atau menoleh ke belakang. Ada yang berbeda ternyata, yaitu..... pakaianya.
646d751234367464.jpg


OOOO.... bunda tadi sedang milih lingerie! Ujarku dalam hati, walaupun lama menanti tetapi ternyata WOW sangat seksi dan membangkitkan birahi.

lingerie erotis yang tipis dan transparan menampakan punggungnya samar-samar, memanggil sang burung camar. Burung camar pun bangkit dan menyapaku, kembali tersadar. BANG TERNYATA JADI, ujarnya sambil perlahan berdiri.

Walau burungku bereaksi untuk menyemangatiku, tapi aku tak mau tertipu. Bunda kalau tidur memang seperti itu, memakai lingerie doang. Memang kebiasaan dari dulu untuk menantang ayah jikalau datang. Walau tantangan itu diterima dengan frekuensi yang sangat jarang.

“Buuuun.... jadi ngentot nggak nih..?”, kataku to the point bernada manja karena sedikit kesal.

Dia tidak menjawabku dia bergerak membaringkan tubuhnya ke kasur dengan kepalanya mengarah ke langit-langit kamarku. Sebagian punggung dan kepalanya menindih perut telanjangku. Kalau dilihat dari atas kami berdua terlihat bagai huruf T.

Terpampanglah seluruh tubuhnya itu dari samping, membentuk pemandangan pegunungan. Pegunungan yang aneh yang bisa bikin orang birahi dan terangsang, tertutup kain memang, tapi terlihat telanjang.

Kulihat dia merem saja, nafasnya terengah-engah pasrah dan bergairah. Kurasakan jantungnya berdebar-debar dari bagian tengkuknya yang menempel di perutku.
fd90bf1235880224.jpg

Aku raih salah satu gunungnya lalu ku goyang-goyang. Dia membuka matanya menggelinjang. Kemudan dia memalingkan wajahnya ke arah bawah tubuhku sesaat, lalu memutar balik dengan sangat cepat. Mata kami bertemu tapi dia memejam kembali, merona tak berani memandangi. Mungkin dia sadar kalau tadi sifat malu-malu tapi mau miliknya malah memperparah keadaanya, karena tadi dia menghadap ke arah kontolku yang sudah siap beraksi.

Aku kejutkan otot perutku mencoba duduk, tapi aku rasakan bunda menahanku dengan memperkuat tindihanya. Ni orang gimana sih, ini terusanya gimana coba?? Pikirku sedikit kesal. Aku coba lagi, dan hal itu terjadi lagi, heemmmm.... Aku coba untuk ketiga kali lalu bergeser kesamping menghindari. Dan, akhirnya aku terbebas juga dari tindihanya. Huff akhirnya....

Kepala bunda jatuh keranjang, dia terbaring sambil kaki-kakinya masih menggantung di pinggiran ranjang, setengah mengangkang. Aku segera berdiri turun dan memutari ranjangku lalu bergerak ke sisi kaki-kakinya, kupegang lalu kunaikan dengan gerakan setengah melempar, lalu kugeser geser sehingga seluruh tubuhnya berada di atas ranjang. Dia tetap memejamkan mata teronggok tak bergerak, sedang pura-pura pingsan. Ini orang bener-bener dah... Gua perkosa juga lo!

(PLAK), aku pukul saja pahanya yang montok itu karena gemas. Dia menjingkat sesaat lalu kembali tenang. PEDULI CINCONG! SIKAT!.. Aku berdirikan dan mengangkangkan kakinya, bak seorang bidan yang sedang membantu proses melahirkan. Rumbaian rok lingerie yang dipakainya melorot otomatis ke bagian pinggang. Terpampang sebuah cd transparan menantang. Seolah berkata, AYO ROBEK AKU SAYAAANG!
ee1e1c1234369054.jpg

(PLAK), “AHHH!”,

aku menampar gundukan daging miliknya lagi, tapi kali ini bukan paha tapi memek basahnya

Kali ini dia bergerak dan mendesah, antara kesakitan atau keenakan, yang jelas dia tidak melawan. Hanya menggeliat-geliat bak cacing kepanasan, bergoyang seksi dalam kegelisahan. Dia masih belum mau membuka matanya, dan hanya menjawab dengan sebuah desahan. FUCK, semakin gemas aku merasakan.

(WEK WEK...UWEEEK) kurobek-robek celana dalam itu dengan nafsu keganasan, membuatnya hilang dari peredaran, BODO AMAT, gua udah gak tahan. Kutelusupkan 2 jari-jariku ke dalam memek bundaku itu secara cepat dan kasar.

(clek clek clek clek clek clek clek clek clek),

Kedua tanganya bergerak menutupi mulut, untuk menahan suaranya, tubuhnya naik turun gelisah sedang memeknya sudah dari tadi basah.

Setelah aku puas mecolmek bundaku buas, aku menunduk dan kutambah rangsang untuknya, dengan menjilati memek bunda tak kalah liar. Kusapu, kujilat dan kuhisab bibir labia vaginanya, lalu fokus menggelitik ITIL yang dikelilingi JEMBUT miliknya, tersetruktur untuk menutupi seluruh permukaanya.

(clek clek clek clek clek clek clek clek clek, slurrp... slurrp... jilat jilat, jilat jilat), bagai orang lapar yang sedang makan mi instan goreng spesial, becek dengan sedikit kuah, mi yang berwarna hitam legam, dengan lauk sebutir kacang.
52e66a1234367634.gif

(juh, juh) aku meludah beberapa kali, ada yang nyangsang (nyangkut) di mulutku, entah itu serat kain atau jembut ibuku, lalu kuteruskan kembali, jilmek-colmek-gomek(gobel memek) yang pernah mengeluarkanku. Mau orgasme kek kagak kek, emang gua pikirin. Getar-getar aja terus! Pikirku, ketika kurasa tubuhnya bergetar-getar beberapa kali sambil mengangkat-angkat dengan sendirinya. Aku yang dilanda birahi tak tahu dia sudah orgasme berapa kali, tidak peduli. Kuteruskan seranganganku itu sampai hati ini mengatakan puas lalu berhenti.

(PLAK PLAK PLAK), aku tampar daging tempik bunda sebagai tanda sesi selanjutnya. SIAAP, POSISI, YAK.. masuklah kontol ngaceng tegangku ke dalam liang vagina ibu kandungku. Vagina wanita yang malu tapi mau untuk bersetubuh dengan anak kandungnya, yaitu aku. Aku sibak rumbaian lingerienya sampai menampakan dua gunung kembarnya, terekspos tanpa perlindungan.

“HEM!... HEM!... HEMH!” aku hujam-hujam kasar 3 kali sebagai salam pembukaan, sambil aku berdehem keras mantap membuatnya meratap tertahan, memegangi pangkal pahanya sebagai tumpuan tarikan. Lalu aku berhenti bergerak mengambil nafas, dan memberi waktu diriku untuk mengisi tenaga. Kulihat sosok bunda yang mendelik sesaat, kaget, lalu dia pun merem lagi setelah itu terjadi.

(PLAK PLAK), aku kode bundaku untuk menghentikan tingkahnya itu, dengan menampar daging pantatnya di bagian kiri dan kanan.

“Bunda.. buka matanya Bun!”, ucapanku keluar menyambungya.

Aku tunggu lagi beberapa saat, tidak ada gerakan.

(PLAK PLAK), aku kode lagi

Tetap tak ada sambutan, dia hanya diam terkejut memejam, tersengal-sengal seakan kelelahan. Entah kesakitan, keenakan atau kesetanan. Menggeleng-gelengkan kepalanya manja cepat, kekiri dan kekanan. Menolak perintahku yang membuat diriku semakin gemas tak kuasa melihat kemanjaanya itu.

“Bun... BUN... BUN....!” aku panggil namanya sambil kuhujam-hujamkan kontolku keluar masuk disetiap panggilanku, berharap dia mau menurutiku.

“BUNDA... BUN... BUN...!”, (clepok, clepok, clepok), panggilan suaraku hampir berbarengan dengan suara tumbukan antara selakanganku dan pantatnya. Kulihat bongkahan dadanya pun naik turun seirama dengan sodokanku, indah mempesona.
2554591234366624.gif

“Bunda-clepok... Bunda-clepok... Bunda-clepok... Bunda-clepok... Bunda Elsa-clepok, Bundanya Rendraaa-CLEPOK....!”, kesabaranku sudah diambang batas dibuatnya.

“Gak buka mata, aku crot di dalem nih..!”, ancamku keras.

“Haaaaaaaah....”, dia pun membuka matanya, seolah kehabisan napas, dia melotot dan menarik napas seolah sedang kena asma.

“Ja.. Jangan Ndraa... Bunda belum si.. siap...”, ucapnya terbata memelas.

Aku tersenyum melihatnya yang mulai memandangku, tapi tanganya masih berada di depan mulutnya menghalangiku melihat keseluruhan wajah cantik keibuanya.

Aku tindih dia, dadaku menempel ke toket brutalnya bertumpu dengan siku kiriku, wajah kami begitu dekat. Aku berdiam saja memandangi wajah ayu, elok miliknya. Sayangnya wajah itu terlihat takut, kurang bahagia, mungkin karena ancamanku kepadanya. Dia belum mau menerima benihku dan hamil anaku, anaku yang kelak juga sekaligus jadi saudara sekandungku.

“Peluk aku Bun...!”, perintahku kepadanya.

Bunda pun menurunkan tanganya dan mulai melingkarkan ke punggungku dari bawah ketiaku, membuatku bahagia.

“Bercanda Bun, Rendra gak akan maksa Bunda kok..”, hiburku kepadanya sambil tersenyum.

“Bu.. bukany...Aaahhh...”, belum sempat dia selesai menjawabnya, aku mulai sodokanku kembali.

“Rendra saaayang Bunda..”, kataku berharap membesarkan hatinya mengusir rasa takutnya sambil mendekap erat tubuhnya.

“huu.. huuu..ah.. ah..ah....”, entah terharu atau mendesah, aku memeluk sambil terus menyetubuhinya, dengan gaya pasaran ala kadarnya. Gaya misionaris praktis, yang work dan romantis. Pelukan bunda semakin erat ke punggungku, nafasnya mulai memburu menuju puncak seolah sedang berseteru, berseteru dengan sang waktu, dengan topik kapan orgasmenya akan terjadi untuk kesekian kali.
“Rendraa..... Bun AH... Kel... Ah....R”....., racaunya tak jelas

“RENDRA BELUM!”, jawabku cepat, dengan nada seolah marah, marah karena mencari puncak birahi yang sebentar lagi akan terjadi. Berapa kali pun dia orgasme aku tak peduli.
1a7fc41234369674.gif

Diapun bergoyang-goyang seolah tak nyaman, kelojotan di bawah tubuhku yang terus menggenjot semakin tidak karuan. Kejadian itu pun berlanjut sembari peluh kami berceceran, berolahraga di dalam kenikmatan. Saling mendesah, mengisi jiwa, dengan tubuh-tubuh kami yang basah.

BUNDAAAAAAAA...........! (CROT CROT CROT CROT... GENJOT CROT)....hah...hah...hah... hah.....

....................
b8e20a1234368014.gif

Waduh... kelepasan....

(Bersambung beneran)



Likes, komens dan Apresiasinya dinanti.

Terima kasih kepada suhu yang baik hati.

Mohon maaf bila kelamaan, antara banyaknya kendala menahan dan kesulitan penyusunan. 🙏
Saya pribadi merasa ini masih banyak kekurangan dan perlu masukan untuk perbaikan.

BACK
KLIK>>NEXT
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd