Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SUKA MENCOBA {REV.3} (18+) ORI (FANTANG MUNDUR)

Bagian mana yang paling bisa dinikmati suhu-suhu, dari cerita ane ini?

  • Humor (yang bikin ngakak/senyum)

  • Setting Cerita (pendahuluan sebelum ekse)

  • Plot Twist (surprise alur)

  • Penokohan (penggambaran sifat karakter)

  • Penyajian/Penyusunan (alur)

  • Kosakata (pilihan kata/rima)

  • Sex Scene (penggambaran ekse)


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Part 11

“Huaahhheemmm......,”

Aku mulai terbangun pagi itu..., kulihat matahari sudah terang menyinari dari jendela kamarku.

(srek..srek... srek), aku gerayangi kasurku untuk mencari HPku sambil masih sayup-sayup terbangun.. gak ketemu juga. Dimana ya? Pikirku. Aku mendengar suaranya yang bergetar silent seperti biasanya, berisik mengganggu pagi hariku. Biasanya HPku itu ada di sisi sampingku ketika aku terbangun, akibat aku pakai sebelum tidur.

(Nyek), ada sesuatu yang kusentuh, terasa sedikit basah dan lengket diatas kasurku, di sebelah bawah di dekat pinggangku. Aku pun meliriknya, basahan itu berbentuk melingkar tidak rata di sekelilingnya, pinggirnya sudah kering tapi tengahnya masih sedikit basah dan terlihat putih kental. Baru tersadar aku, semalam aku dan bunda habis bermain di atas ranjang ini, ranjang tempat tidurku. Cairan lengket itu adalah sisa-sisa ceceran spermaku yang meluber dari memek bunda. Bunda mana ya? Fokusku berganti sesaat dari mencari HP ke Bunda yang sudah tidak ada disampingku, mungkin beliau sedang sibuk di dapur atau sedang mandi. Pikirku lalu mencari HP kembali.

Oh iya aku baru ingat ternyata HPku semalam aku lempar ke samping ranjang karena kesal, mungkin jatuh. Aku pun mencari di sisi ranjangku dan akhirnya ketemu, HPku ada di atas karpet, sedang tergeletak disana tengkurap dan bergetar-getar. Aku meraihnya, membalikanya dan mematikan alarm yang dari jam 06:00 menyala, waktu yang aku set menyala ketika hari tertentu saja.

Kulihat sudah jam 09:15, hari Minggu, aku cek notifikasi yang terjadi di sana, ada banyak notifikasi terjadi sejak tadi malam aku terakhir menyentuhnya. Kebanyakan notifikasi tidak penting dan tidak berguna. Aku scroll ke bawah saja sampai ada notif WA dari sahabatku Fatah. ‘Bro, (smiley cool), elo dimana? (kemarin, 22:09)’ kemudian ada lagi ‘main jenga yuk’(kemarin, 22:10). Wkwk, dia mencariku ternyata setelah jalan sama Reni. Hemmm... gimana ya kemarin acara mereka? Pikirku ingin tahu. Aku pun segera membalas ‘ sorry bro, kemarin aku dah tidur, baru buka HP sekarang ini’, (kirim).

Kemudian aku tekan tombol back sekali, dan ternyata ada WA dari yang lainya. Dari Tante Dewi, Bu Sinta dan dari Reni.

(Tok, tok, tok) ada yang mengetuk pintuku, membuatku menoleh ke arah pintu. Mungkin itu bunda yang mau menyuruhku sarapan.

“Masuk aja bun... !,”ngapain coba pakai ketuk segala, pikirku.

(Ceklek...blek-ceklek), pintu itu terbuka setengah lalu tiba-tiba menutup kembali dengan cepat. Lho kok?... ASTAGA!, aku lupa sekarang kan masih pagi, ada mbak Sindi, pembantu rumah tangga kami. Mbak Sindi adalah tetangga kami, dia bekerja dari pagi sampai sore hari di rumah kami, biasanya aku memang jarang ketemu kecuali hari minggu atau saat aku pulang cepat dari sekolah. Tadi berarti dia sedang melihatku terlentang telanjang di atas kasur, sehingga menutup pintu kembali. WADUH! Bisa bocor ni acara.

“Ma.. maaf, em..MBAK!.. SEBENTAR...!”, kataku tergagap, setengah berteriak, agar dia dengar. Aku segera menaruh HPku di atas kasur dan mencari boxerku dan ketemu di lantai berkarpet bersama kaosku, aku pakai kembali keduanya secepat kilat, lalu aku ambil beberapa helai tisu yang ada diatas meja lampuku dan segera mengusap-usap basahan melingkar yang ada diatas kasurku tadi, berharap mengurangi kelembapanya, aku genggam tisu itu erat dalam genggaman tangan kiriku. Wajahku memerah panas dan jantungku berdegup kencang akan kegugupan itu. Aku melirik kesana dan kemari seolah sedang mencari sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu. Aku segera menepisnya, mungkin hanya karena kekhawatiran tidak beralasan saja dan tidak mau membuat Mbak Sindi lama menunggu. Setelah semua aku rasa beres, aku membuka pintu, dengan tangan kiri bersembunyi di belakang pinggangku.

(Ceklek..) dia masih disana tertunduk tersipu, memakai pakaian berjilbab kaos ketat, menggunakan yoga pant (celana senam ketat), sunguh kombinasi yang menarik. Dia membawa kain sprei dan peralatan bersih-bersih, vacum cleaner, lap dan penebah kasur. Usianya masih 21 tahun, dia mulai bekerja di rumah kami setelah lulus SMA. Walaupun hanya sebagai pembantu rumah tangga tapi gaji beliau tidak kalah, bahkan lebih dari UMR(Upah Minimum Regional) yang ada di kota kami, dengan porsi kerja sederhana dan konsumsi terjamin. Di tambah tempat kerja yang tidak jauh dari rumahnya.
e76cf11237543044.jpg
c62d681237542774.jpg

Kulitnya sawo matang, wajahnya cantik manis dengan bodi yang aduhai, yang aku tahu sudah keturunan dari keluarganya. Tinggi tubuhnya setinggi bundaku sehingga ketika dia menunduk kepalanya hanya setara dengan dadaku.

“ma.. maaf mbak, Rendra lupa...”, ujarku sekenanya dalam situasi memalukan itu.

(Hening)

Diapun tetap disana tersenyum terpaku....., oh iya aku sedang berdiri menutupi celah pintu, aku segera bergerak minggir mempersilahkan dia agar lebih leluasa masuk sambil salting melirik kesana kemari.

Dia mulai masuk kamarku dan segera bergerak ke ranjang untuk mengganti sprei, dengan sprei yang dia bawa tadi, menaruh HPku di meja dan memulai. Ada rasa ganjil yang tetap ada di dadaku, tapi apa ya? Aku mendekat ke belakangnya was-was mengamati. Tak sengaja aku melirik bongkahan pantatnya yang seksi, bergerak-gerak seirama dengan gerakanya menata selimut dan sprei, membuat kontolku bereaksi, bodinya memang tipeku, tipe wanita ibu-ibu padahal dia belum menikah atau pernah melahirkan, tepatnya sedikit mekar mempesona, menggoda.
ff33d31237542754.gif
Tiba-tiba dia berhenti bergerak memandangi sesuatu yang terangkat melayang. Hitam-hitam, seolah ada bulu-bulu hitam terbang ketika dia menyibak-nyibakan selimutku yang kontras karena selimutku berwarna putih abu-abu. Astaga!.. itu.. itu sobekan celana dalam bunda semalam... MODYAR AKU! Aduh gimana ini?

“Ah...” (bruk), dia mendesah kaget ketika aku maju dan bodi (senggol dengan bodi) dia, dia terlempar terjatuh ke samping terduduk di lantai. Aku segera menyibak-nyibak mencari sobekan celana bunda di seluruh bagian kasur dan sprei. Ketemu sepotong kecil, ketemu sepotong lagi, lalu akhirnya ketemu bagian terbesar dari sobekan kain cd hitam itu lalu aku kumpulkan dalam genggaman tanganku, mundur sedikit untuk memperluas area pandanganku, tidak ada yang hitam-hitam lagi lalu aku segera berlalu pergi keluar kamar dengan segala kegugupanku. Sekilas terlihat dia memandangiku kebingungan di sana, seolah bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Aku segera menuju ke lantai bawah dan menuju ke dapur. Kulihat sarapan sudah ada di atas meja tertata, tapi bukan itu tujuanku. Tempat sampah, tempat sampah.. mana tempat sampah?, hanya itu yang ada di pikiranku. Itu dia tempat sampah ada disamping kulkas, aku segera membuang sobekan cd dan tisu itu ke dalamnya.

“hah.... hah... hah..”, nafasku ngos-ngosan sedikit lega setelah melakukanya. Aku berpikir sejenak untuk mengatur strategi, terbesit beberapa cara di benaku.

(dak dak dak dak) Setelah aku rasa cukup, aku segera kembali ke atas dan menuju kamarku kembali mencoba mengisi keganjilan yang terjadi tadi. Sampai aku di depan pintu kamar, bukanya langsung masuk aku mundur lagi dan menyembunyikan diri dibalik dinding, mengintip cepat untuk melihat situasi. Mbak Sindi sudah selasai menata kasurku dan melanjutkan menyedot debu di karpet lantai kamarku. Aku mempersiapkan diri untuk berakting tenang lalu masuk dan duduk di ranjang, mencari HPku untuk aku pura-pura mainkan untuk membantu menyembunyikan kegugupanku.

“Maaf ya mbak, tadi Rendra dorong mbak sampai jatuh...”, ucapku memulai pembicaraan di situasi canggung itu.

(Hening)

“Ga, papa, kok Ren.. mbak ngerti kok..”, jawabnya dengan nada halus dan tenang.

Waduh, ngerti apaan? Aku pun kaget dan menoleh kepadanya dengan raut bertanya-tanya tidak bisa berkata. Jangan-jangan!

“Rendra semalam habis coli pake cd nya Bunda kan..?”, ucapnya menambahi.

Raut wajahku berubah dari betanya-tanya menjadi bingung melongo sendiri, antara mau bilang, ‘ye.. bukan itu kali’, dengan ‘wah untung dah kalau mbak anggap begitu’.

“I.. iya mbak.. tolong jangan bilang-bilang ya... Rendra malu..”, kataku memelas setelah memutuskan mengiyakan saja, daripada harus mengarang cerita panjang-panjang dan setelah aku pikir belum tentu masuk akal.

Padahal tadi sudah ada karangan indah untuk menjelaskan, kalau itu kain boxerku yang sobek saat aku coli tanpa harus menyebut cd bunda. Tapi setelah dipikir-pikir, yang mencuci baju kan juga Mbak Sindi, jadi pastilah dia juga kenal salah satu cd bunda yang pernah dia cuci, sedangkan boxerku masih terpakai dan tidak robek, masak coli sampai robek tercabik-cabik.

“Ini kan bukan pertama kalinya mbak bersihin kamar Rendra, kalau gak tisu bekas sperma, di boxer atau cd, sprei dan selimut kan ada.. lha itu ada noda juga di sprei yang tadi... dan yang tadi ada sobekan cd lingerie... siapa lagi kalau bukan milik bunda?”, katanya menanggapi tak beberapa lama kemudian. Dia berkata itu dengan raut wajah malu-malu sambil sesekali meliriku tersenyum sambil meneruskan pekerjaanya.

Wajahku membuat raut melongo dengan mulut seolah bersuara ‘O’ dan mata mendolo (melotot). Wah jadi selama ini dia memperhatikan betul jejak-jejak spermaku. Benar-benar teliti dia, pikirku.

“hihihi... ga pa pa kok, mbak ngerti.. Rendra butuh hal itu untuk mengatur birahi...kalau dibiarkan bisa bahaya...”, senyum dan kikih geli tawanya pun melanjutkan dilanjutkan sebuah pengertian.

“Ehem... ehem... Bunda kemana mbak?”, ujarku mengalihkan topik pembicaraan karena rasa malu di hati, merasa ditelanjangi, padahal aku belum mencari bunda sekalipun sebelum bertanya.

“Tadi pagi setelah mandi..., Bunda pergi ke rumah Bu Dewi, Ndra...”, jawabnya.

“oh ok..”, jawabku singkat lalu membuka-buka HP kembali. Membuka wa yang tertunda tadi.

WA Bu Sinta, ‘ini jadwal ibu bisa memberi les buat Rendra, Selasa, Rabu, Kamis jam 18:00-21:00, (smiley senyum)(kemarin, 21:30), jadwal les kimia nih, sekalian memulai pdkt, aku balas ‘ok Bu, nanti Rendra kasih tahu setelah bicara dengan Bunda..’, (kirim)

WA Reni, ‘Rendraaa... nanti Fatah mau ngomong sesuatu ke kamu...’(kemarin, 21:31), tumben muter-muter, biasanya langsung ngomong kalau ada sesuatu, aku balas,’ngomong apaan..?’(kirim).

WA Tante Dewi,’duh Rendra semalem ganas ya..? sampai bunda kewalahan’, (hari ini, 08:22), waduh bunda cerita ke tante dewi ternyata, aku balas, ’hehe, gak kuat Te, gemas sama kelakuan bunda..’ (kirim)

Aku cek-cek lagi notifikasi aplikasi, tidak ada yang menarik, aku lihat jam lagi, jam 10:05, aku memutuskan untuk sarapan, meletakan HP di meja dan beranjak berdiri. Tepat aku akan beranjak berdiri, Mbak Sindi sudah selesai membersihkan lantai dan bersiap juga untuk berjalan keluar, kami pun terdiam sesaat dalam kebetulan itu, seolah sedang berdiskusi siapa yang keluar kamar duluan dan siapa yang mengikuti. Kami pun saling tersenyum dan entah mengapa akulah yang keluar terlebih dahulu kemudian dialah yang mengikuti. Ternyata kami sehati, sama-sama menuju dapur.

(klotak klotek ting ting) setelah sampai di dapur, aku pun mulai mengambil porsi sarapan, menunya sayur bayam dan berkedel kentang, jamur tepung goreng, dan plus sambal tomat sudah terhidang.

Mbak Sindi meletakan peralatan kebersihan di lemari tempat penyimpanan dan mengambil tempat sampah di samping kulkas, mengecek isinya berhenti sejenak dan bergerak ke pintu dapur untuk membuangnya ke tempat penampuangan sampah yang ada di depan rumah, sama seperti biasanya.

(nyam.. nyam.. nyam..) loh, Astaga! Itu kan tempat sampah yang tadi, tempat aku buang sobekan cd bunda, halaaaah... sama saja boong dong, yang buang isinya juga mbak Sindi. Tolol-tolol diriku ini (plak-plak-plak) aku pukul keningku beberapa kali, karena merasa tindakanku sia-sia. Ah sudahlah untung saja mbak Sindi sudah tahu kalau itu memang sobekan cd bunda.

Akupun meneruskan sarapan, tak lama kemudian Mbak Sindi pun masuk kembali, setelah selesai membuang sampah.

“Ayo ikut sarapan mbak.. nemenin Rendra...”, ujarku mengajak mbak Sindi, ketika dia ingin meletakan kembali tempat sampah ke tempatnya.

“Iya Ndraa.. kamu duluan aja.. masih banyak kerjaan mbaknya...”, jawabnya halus menolak.

Dia pun segera pergi meninggalkan ruangan itu, untuk pergi mencuci di ruangan laundry di dekat kamar mandi. Tak lama makanku pun selesai, setelah aku letakan piring di tempat pencucian, aku pun berjalan menuju kamar mandi. Bertemulah kembali aku dengan mbak Sindi yang sedang memilah dan memasukan pakaian ke dalam mesin cuci. Melihat kembali bongkahan pantatnya yang bergoyang-goyang, sehingga membuat dedeku bereaksi, ingin sekali aku plorotkan celana senamnya itu untuk melihat pantatnya yang bersembunyi. Tapi janganlah, nanti bisa kena kasus, karena kami belum begitu akrab. Aku berdiri di dekatnya dan segera membuka kaosku tanpa canggung seperti kebiasaan.
f7e7411237542814.jpg

“Ini mbak, kaos Rendra sekalian...”, ujarku sopan, sambil menaruhnya ke tumpukan pakaian kotor.

“Itu boxernya gak sekalian..?” tanggapanya tiba-tiba. Waduh kok gini, gak seperti biasanya, nantang dia ternyata.

“Emang mbak gak malu kalau Rendra telanjang di sini..?”,

“Nggak lah.. Rendra kan udah mbak anggap adiknya mbak sendiri... toh kamu masih kecil..”, ujarnya seolah meremehkan, Enak aja ngatain gue anak kecil. Ni anak kecil, habis ngentotin nyonya rumah semalem, tau! Pikirku.

“Lah.. tadi pagi mbak malu-malu waktu lihat Rendra telanjang di atas kasur...?!”. tanggapanku tak mau kalah

“Ya itu lain lah... Mbak pikir kan mungkin masih belum selesai colinya...hihihi”. ujarnya seolah meledeku. Coli katanya.. habis ngentot bunda dibilang coli...

(Hening)

Aku pun segera memlorotkan boxerku di depanya sampai ke lantai lalu mengangkat kaki-kakiku, kemudian aku berdiri tegak dan mengejankan diriku maksimal, (tuing), kontolku pun lepas dari sarangnya tegang menantang di hadapanya. Aku pandangi reaksinya sesaat, dia diam tak bergerak memandangi kontolku itu. Aku lihat dia sedikit merem sambil menggigiti bibirnya , mukanya memerah memperhatikan kejantananku itu.

(Hening)

“Kenalan dulu deh... biar akrab...”, kataku menggodanya, sambil tersenyum menang.

“ehem.. ehem... ehem...”, diapun kaget seolah terbangun dari lamunanya, berdehem-dehem beberapa kali sambil salah tingkah. Memalingkan muka lalu mengambil boxerku yang tergeletak di lantai dan meneruskan memasuk-masukan baju ke dalam mesin cuci dengan cepat.

Rasain makanya jangan nantang gua, kena kan sekarang, hehe. Aku pun melangkah dengan gaya arogan bangga menuju kamar mandi, melewatinya. Masuk ke kamar mandi lalu kubuka kran shower (Cerrrrr) lalu kubasahi seluruh tubuhku. Aku ambil sabun dan memulai kegiatan mandi pagiku.

.............



Setelah selesai mandi, aku memakai pakaian dan berniat menyusul Bunda ke tempat tante Dewi. Aku cari mbak Sindi untuk berpamitan kepadanya. Aku cari di dapur tidak ada, aku cari di kamar pembantu juga tidak ada, walaupun mbak Sindi tidak bermalam dirumah, ada tempat untuknya beristirahat siang. Aku mencari di tempat laundry juga tidak ada, hanya mesin yang sedang menyala.

“Ah...ah... krosek..krosek...”, sayup-sayup terdengar suara dari dalam kamar mandi. Aku mendekati dan menguping dari pintu.

“Rendra..Rendra... ah...ah...ah...”, wih gila ternyata dia sedang masturbasi sambil nyebut-nyebut nama gua. Godain ah...

(dok dok dok) “Mbak.. woe... MBAK... WOE...!”, ketokanku sambil meneriakinya kencang dari balik pintu.

“Iya se..sebentar Ndra... Sebentar....”, (krocek, krocek, krocek), terdengar suara seperti seorang sedang cebok. Hihihi, pakai gaya cebok segala. Gua cebokin juga lo.. pikirku dan tertawa dalam hati.

(Ceklek), pintu pun terbuka, Dia menunduk sambil tanganya menyembunyikan sesuatu, kucari-cari wajahnya yang tak mau memandangku dengan menunduk lalu mengintip, mengejar wajahnya.

“Nyari apa mbak.. ngliatin lantai.. nyari sempaknya Rendra?”, banyolku spontan sambil tersenyum lebar.

“Eh...”, Setelah godaku, dia kaget dan terpeleset ke belakang hampir terjatuh, spontan aku tarik lenganya untuk membantunya, lengan yang tadi dia sembunyikan di belakangnya. Diapun tidak jadi terjatuh. Terlihatlah apa yang dia sembunyikan dariku, ternyata dia menyembunyikan boxerku. Wow, dia tadi masturbasi menggunakan boxer yang baru saja aku pakai, sungguh tak terduga. Badanku ini menghangat akan kejadian itu, antara malu dan nafsu. Dan tidak hanya aku, dia pun demikian, salting tidak karuan, melirik kekiri dan ke kanan.

(Hening)

“A.. anu mbak.. Rendra mau ke rumah Fatah nyusul Bunda...”, kataku memecah keheningan.

“I.. iya... hati-hati di ja..jalan”, jawabnya terbata. Aku pun segera bergerak meninggalkanya tanpa membahas lebih lanjut tentang apa yang barusan terjadi.

“Ndraa....!”, dia berlari kearahku dan memegang tanganku dari belakang lalu kami berdua mematung seolah waktu terhenti, persis kaya film drama korea, persis deh pokoknya.

(Hening)

Tanpa berpaling aku pun berkata.

“Ga papa kok mbak... mbak pegang rahasiaku... aku pegang rahasia mbak...”,

Peganganya pun perlahan memudar dan melepasku

“Nanti kita cari waktu yang tepat untuk membicarakan ini... sarangheo “, ujarku menjiwai karakter laki-laki pemeran drama itu

“AWAS BOXERKU JANGAN SAMPAI SOBEK...!”, teriaku sembari berlari meninggalkanya seorang diri.

6800531237544874.gif

bda8111237544864.gif

a8d0291237544884.gif

(Bersambung)

BACK
KLIK>>NEXT
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Matur nuwun untuk update suhu @Turjas :ampun:
Selalu kocak dan dinanti up nya huuu, :pandajahat:
Tancap gas ampek mentoook huuu, eh ampek tamat maksudnya huuu hehehe:pandapeace:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantuuul suhu, update nya jngan lama2 yaaaa 🤘🤘🤘🤘🤘
Alurnya paten, ceritanya mantap, pas smuanya 👍👍👍👍
 
Bimabet
Seru suhu menurut q bagusan Rendra cerita semoga Rendra bisa berpetualang ke mama dan Tante
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd