Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
asiap bosku
 
Pasangan Tanpa Ikatan

JULIA



ESTI

POV Julia

Suamiku memberikan pelukan hangat ke tubuhku. Wajahku bersembunyi dibalik tangannya. Pengalaman mendapatkan orgasme seperti orang kecing, membuat aku malu di hadapan suamiku. Apalagi kenikmatan yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Orgasme seperti orang kencing kudapatkan dari kocokan jari tangan Rully. Setelah itu, kudapatkan kembali dari kocokan cepat kontol suamiku sendiri.

Nafasku sudah memulih. Tidak ada deru yang menggebu. Normal seperti orang biasanya. Mataku mulai membuka. Kulihat Esti memanjakan diri dipelukkan suaminya. Rully berinisiatif menuangkan sisa minuman import ke gelas masing-masing. Kami mulai menengak minuman bersamaan. Ada rasa lelah, lemas, nikmat bercampur, usai mendapatkan orgasme yang luar biasa. Tetapi tenagaku sendiri seperti tidak kada habisnya. Ingin kembali merasakan sodokan kontol di dalam memekku.

Aku mulai paham. Pengaruh obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman kami, membawa pengaruh besar terhadap stamina. Tidak hanya itu, nafsu birahi dengan cepat bisa bangkit dengan sedikit elusan, dan belaian. Tidak ada perkataan yang keluar dari mulut kami berempat. Hanya saling memberikan perlakuan romantis kepada pasangan kami. Perlahan aku tersadar, suamiku dan Rully belum mendapatkan orgamse.

“Papi dan Rully belum mendapatkan orgamse yah,” ucapku memecahkan keheningan di ruang tersebut. Suamiku dan Rully hanya saling berpandangan. Setelah itu, pandangannya beralih kepadaku dan Esti. Rully membisikkan sesuatu kepada Esti. Perlahan Esti mulai bangkit. Ia mengatur posisi duduknya, agar lebih tegak.

Mendengar ucapanku, Rully dan suamiku langsung menggiring aku serta Esti ke kamar. Mereka memilih kamar tidur yang ada di junior suite. Kamarnya memang lebih luas dibandingkan deluxe yang ditempati Esti dan suaminya. Sebetulnya aku juga turut numpang tidur di kamar itu tadi malam, setelah meraih kepuasan bersama Rully. Bahkan sampai tidak sadar, kalau ternyata kami baru tidur menjelang subuh.

Suamiku merebahkan tubuhku di ujung kasur. Begitu pula Esti, diletakkan Rully bersebelahan denganku. Tidak terpikir apa yang dilakukan suamiku dengan Rully dengan menempatkan kami bersebelahan. Belum selesai aku memikirkan, suamiku sudah mendorong kontolnya untuk masuk ke dalam memekku.

Blllleeeeesssshhhhhh…….

Spontan aku langsung mengeluarkan lenguhan sedikit keras. Ternyata lenguhanku langsung disahut Esti. Ternyata kontol suaminya sudah berada di dalam lubang memeknya. Suamiku dan Rully langsung mengocok kontol mereka. Sontak langsung aku ikuti dengan meneggerakkan pantat mengikuti arah kontolnya. Ketika kontolnya menyodok masuk, pantatku maju. Ketika ia menarik kontolnya kearah luar, langsung pantatku ikut tertarik ke belakang.

sststststsss….. Ooouwwhhhhh… sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Desisan dan lenguhan bersahutan keluar dari mulutku serta Esti. Sedang suamiku terus menggenjot kontolnya di dalam memekku. Mata sayuku sempat mengarah ke sebelah. Nampak tubuh Esti meliuk-liuk menahan kenikmatan dari sodokan kontol suaminya. Kurasakan kocokan kontol suamiku semakin cepat. Begitu pula gerakan Rully memaju-mundurkan pantatnya seperti ingin balapan dengan suamiku. Sedangkan aku dan Esti hanya mampu mengeluarkan lenguhan.

Tanpa ada komando, suamiku dan Rully bersamaan mengeluarkan kontolnya dari memekku dan Esti. Keduanya langsung bertukar tempat. Kini suamiku mulai menggenjot memek Esti. Sedangkan Rully menggenjot memekku. Genjotan mereka dengan kecepatan tinggi. Aku dan Esti hanya bisa pasrah menerima genjotan kontol yang ada di memek kami masing-masing. Tidak berapa lama, aku merasakan ada desakan kuat dari dalam memekku. Orgasmeku hampir desahan dan eranganku semakin menguat.

Tidak hanya aku. Esti nampaknya merasakan hal yang sama. Kami hanya bisa mengimbangi gerakan kontol yang menghujam dalam ke lubang memek. Semakin cepat seperti ingin mencapai sesuatu yang maksimal. Spontan kakiku menyilang untuk mengunci pinggul Rully. Itu membuat kontol Rully semakin menghujam lebih dalam ke lubang memekku. Sedangkan Esti, terlihat mengangkat kakinya di atas tangan suamiku yang bertumpu di ujung tempat tidur.

Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt…… Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt……

sststststsss….. Ooouwwhhhhh… sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Orgasme sudah tidak mampu kutahan. Lenguhan panjang keluar dari mulutku. Sayup terdengar, lenguhan yang sama panjangnya keluar dari mulut Esti. Nafas kami memburu bersahutan. Tetapi genjotan kontol Rully ke memekku tidak berhenti. Menimbulkan rasa geli dengan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Ia terus menghujamkan kontolnya lebih dalam ke memekku. Begitu pula suamiku, tampak tidak berhenti menggenjot memek Esti. Mata suamiku dan Rully sudah mulai memeham, seiring kurasakan kedutan kuat di kepala kontol Rully.

Crooooooooottttt……. Crrrrooooootttt…… crrrrrooooooooottttt…….

“Ooouwwhhhhh…,” mulut suamiku mengeluarkan lenguhan bersamaan dengan Rully. Semprotan sperma dari kontol Rully rusakan menembus masuk rahimku. Nafasnya memburu dengan kuat. Mengeluarkan deruan dan dengusan yang tajam hingga menusuk perutku. Terasa angin keluar dari hidungnya begitu kencang. Aku sendiri tidak menyadari berapa kali semprotan spermanya di dalam lubang memekku.

Setelah nafasnya tidak memburu lagi, Rully merebahkan tubuhnya di samping kananku. Sedangkan sebelah kiriku, ada Esti yang sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya. Suamiku, mengambil posisi di sebelah kiri Esti. Kami berempat berebah terlentang di ujung kasur. Waktu kami gunakan untuk mengistirahatkan tubuh sejenak, setelah hampir bersamaan mencapai puncak kenikmatan.

Kondisi tubuh berangsur normal. Esti berinisiatif membangkitkan tubuhnya. Ia memposisikan diri berada di depan suamiku. Didekatkanya wajah ke kontol suamiku. Sekilas kontol suamiku masih terlihat mengkilap bekas cairan memek Esti bercampur spermanya. Tanpa ragu Esti langsung melumat kontol suamiku menggunakan mulutnya. Dibersihkannya sisa sperma yang ada di batang kontol suamiku.

Melihat aktivitas Esti, birahiku ikut terpancing. Aku pun melakukan hal yang sama terhadap Rully, suami adik kandungku. Tidak ada rasa jijik yang kurasakan, meski kontol Rully baru saja keluar dari lubang memekku. Yang kurasakan sekarang, sensasi kenikmatan luar biasa. Mendapatkan perlakuan ngentot dengan batang kontol suamiku dan Rully secara bergantian. Diakhiri dengan kontol Rully yang menyemprotkan sprema di lubang memekku.

Batang kontol Rully masih meneteskan cairan. Campuran antara sprema dengan cairan dari lubang memekku. Aku langsung mengulum kontol ukuran besar, namun sedikit lebih pendek dari milik suamiku. Kukulum habis hingga pangkal batangnya. Gerakkan mulutku sengaja mengeluarkan dan memasukkan kontolnya secara perlahan. Kontol milik Rully terlihat masih keras. Tidak mengecil seperti biasanya kebanyakan kontol kalau sudah selesai menyemprotkan sperma.

Esti dan aku berlomba memberikan kuluman pada kontol yang ada di hadapan kami. Pasangan kami sekarang sudah tertukar. Kuluman mulutku ke kontol Rully, sedangkan Esti ke suamiku. Mataku sedikit menoleh ke posisi Esti dan Dean. Suamiku terlihat sangat menikmati kocokan kontol di mulut Esti. Kulihat ke arah Rully, ia hanya memejamkan matanya menerima kuluman mulutku di kontolnya.

Tanganku ikut memainkan kontol Rully. Keras maksimal, padahal baru menyemprotkan spermanya di memekku. Tubuhku langsung bergerak naik. Aku membelakangi Rully. Kontolnya kuraih dan mengarahkan tepat berada di bibir memekku. Posisiku kini menduduki Rully dengan membelakanginya. Kontolnya kuarahkan untuk masuk kedalam memekku. Perlahan aku tekan pantatku, sehingga kontolnya menerebos masuk ke dalam memekku.

Blllleeeeesssshhhhhh…….

Suara kontolnya menembus lubang memekku. Aku diamkan beberapa saat untuk menikmati kontol gemuk milik Rully. Setelah merasa cukup, aku menggoyangkan pantatku memutar. Posisiku duduk membelakangi Rully, membuat pantatku bebas untuk meliuk-liuk. Terkadang aku memberikan jepitan di kontolnya dengan menggerakkan bagian pinggul dan perutku. Terasa geli dan nikmat, ketika kepala kontolnya mulai menyentuh mulut rahimku.

Kepalaku menoleh ke arah Esti dan suamiku. Posisi Esti mengangkang menghadap Dean. Esti menggerakkan pinggulnya memutar. Pastinya membuat sensasi berbeda yang dirasakan memek Esti maupun kontol suamiku. Melihat posisi mereka, aku terpancing. Gerakkan meliukkan pinggul semakin aku percepat. Sesekali aku sengaja mendorong pantatku mundur ke belakang, membuat kontol Rully menghujam ke ujung memekku paling dalam.

Membuat gerakan seperti itu, ingin mendesak kontol Rully cepat mendapatkan orgasmenya. Tetapi ternyata pikiranku salah. Kontol Rully sangat kuat untuk mempertahankan, agar tidak orgasme. Malah aku yang kini mulai terpancing semakin mendapatkan kenikmatan. Aku merasakan otot dinding memekku semakin mengencang. Kontol Rully semakin terjepit dan terhisap lebih dalam ke ujung memekku. Birahiku mencapai puncak, dan akhirnya aku mengakui kekalahan. Orgasmeku kini datang kembali.

“sststststsss….. Ooouwwhhhhh…,” desisan dan lenguhan keluar dari mulutku, pertanda aku sudah berhasil mencapai puncak. Tubuhku mengejang ke belakang. Tanganku bertumpu pada paha. Kepala terdongkak ke belakang. Mata terpejam menaham nikmatnya orgasme yang kuraih kali ini. Tubuhku ambruk ke belekang menimpa badan Rully. Nafas memburu, mengeluarkan angin yang berhembus kencang dari hidungku.

Rully berinisiatif menggeser badanku ke samping kirinya. Posisi aku berebah terlentang bersebelahan dengan suamiku. Dicabutnya kontol yang ada di memekku, Rully langsung mengambil posisi di antar kedua kakiku. Ia mengangkat kedua kaki yang berjuntai di lantai ke atas tempat tidur. Kakiku tertengkuk, sedangkan pahaku terbuka lebar. Memekku terekspose yang langsung disumpal Rully menggunakan kontolnya.

Blllleeeeesssshhhhhh…….

Goyangan pantat Rully mulai terasa. Kontolnya mengobok-obok lubang memekku. Masih terasa geli, setelah mencapai orgasme. Tanganku menjambak-jambak sprei untuk mencari pegangan. Menahan rasa geli dari sodokan kontol suami adik kandungku ke dalam memekku. Erangan dan desahan kembali keluar dari mulutku. Kocokan kontol Rully yang perlahan, mampu membangkitkan kembali birahiku. Hujaman kontolnya sudah mulai bisa kuterima dengan nikmat. Rasa geli perlahan mulai hilang, berganti enaknya batang kontol menerobos masuk memek.

Mataku yang terpejam dikagetkan dengan mulut yang menyapu bibirku. Perlahan mataku melihat Esti yang mulai melumat bibirku. Lidahnya menyeruang masuk ke dalam mulutku. Sempat aku melirik, ternyata Esti dalam posisi menungging. Kakinya berada di lantai, sedangkan tubuhnya tengkurap di tempat tidur. Itu memudahkan mulut Esti untuk melumat bibirku. Tidak hanya bibirku yang menjadi sasaran, kini mulutnya menjilati leher dan telengaku.

Mendapatkan serangan atas dan bawah, membuat nafsuku semakin menjadi. Erangan terus keluar dari mulutku yang kini sudah terbebas dari lumatan Esti. Jilatan lidah Esti mengarah ke susuku. Sasarannya puting susuku yang lebih kecil dibandingkan miliknya. Esti langsung mengisap, dan menjilati pentil susuku. Aku semakin terbuai. Nafsuku terus memburu hendak mencapai puncak. Mendapatkan perlakuan dari suami Esti yang menggenjot memekku, serta kuluman Esti dipentil susuku, membuat aku semakin tidak tahan.

Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt…… Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt……

sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Memekku kembali banjir. Batang kontol Rully tersirami cairan memekku yang bening mengental. Badanku mengejang kuat, dan pantatku terangkat. Nafas kembali memburu mengeluarkan semprotan angin yang cukup kuat. Esti menghentikan jilatannya di puting susuku. Mataku terpejam, dan badan terasa lunglai. Lemah tidak berdaya, mendapatkan orgasme beruntun dari kontolnya Rully.

Perlahan kontol Rully keluar dari lubang memekku. Tubuhku bergeser sedikit menjauh dari posisi Esti. Rully mengambil tempatku yang tadi dengan posisi duduk. Kontolnya diarahkan ke mulut isterinya. Aku yang melihat kejadian itu, hanya tersenyum. Kini adik kandungku digenjot atas bawah. Mulutnya dipenuhi kontol suaminya, sedangkan memeknya dikocok kontol Dean yang merupakan suamiku.

sststststsss….. Ooouwwhhhhh… sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Suara yang terdengar di kamar ukuran 6x6 itu bersahutan. Nafasku yang mulai terarur, kembali memberikan tenaga. Kini mataku mampu membuka lebar menyaksikan Esti sedang dikeroyok suaminya, dan suamku. Kekuatan yang didapatkan Rully dan suamiku seperti tidak habis. Obat perangsang yang dikonsumsi mereka, justru menambah keperkasaan. Namun memberikan dorongan nafsu yang kuat kepadaku dan Esti. Aku dan Esti seperti perempuan binal yang terus meminta kenikmatan dari kontol. Sekuatnya Esti, ternyata dia pun tidak mampu menahan nikmat. Suara lenguhan panjang, keluar dari mulutnya.

Ooouwwhhhhh…

Suamiku menghentikan kocokan kontolnya di memek Esti. Sedangkan kontol Rully tertahan di mulut Esti. Lenguhan pelan yang keluar dari mulut Esti, langsung tertahan kontol suaminya. Tanpa aku duga, ternyata suamiku bergerak mendekatiku. Ia menarik tubuhku pelan, dan memposisikannya menungging. Lutut kakiku menekuk di ujung ranjang, sedangkan betisnya lurus ke belakang. Jari tanganku terbuka untuk memperkokoh pondasi, agar tubuhku tidak ambruk.

Kocokan kontol suamiku mulai mengobok-obok memekku. Perlahan dibuatnya gerakan keluar masuk. Melihat posisiku yang menungging, Rully langsung memposisikan kontolnya di depan mulutku. Lutut kakinya terlipat ke belakang untuk memberikan tumpuan. Tangannya langsung mengarahkan kepalaku, agar mulutku semakin dengan kontolnya. Kubuka mulutku untuk menerima hujaman kontolnya.

Hampir 10 menit aku mendapatkan perlakuan seperti itu, sampai akhirnya suamiku mencabut kontolnya dari memekku. Ia kemudian menaiki tempat tidur, dan bertukar tempat dengan Rully. Kini mulut diisi penuh dengan kontol suamiku. Sedangkan dari belakang, terasa kontol Rully menghujam ke lubang memekku. Gerakkannya pelan beberapa saat yang langsung dipercepat. Memekku yang menerima hujaman kontol sejak tadi, kini mulai menyempit. Dinding memekku semakin kuat menggenggam batang kontol Rully.

“Ooouwwhhhhh… aku mau sampai,” ucapanku tertahan sumpalan kontol suamiku. kulirik Suamiku sudah matanya terpejam merasakan nikmat kuluman mulutku ke kontolnya. Kepala kontolnya kurasakan membesar dan berdenyut. Aku semakin bersemangat memberikan kocokan ke kontol suamiku menggunakan mulut. Orgasmeku hampir sampai, tapi aku ingin suamiku segera menyeprotkan spremanya.

sststststsss….. Ooouwwhhhhh… sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt…… Crrrrrrrrrreeeeeeettttttttttttt……

Crooooooooottttt……. Crrrrooooootttt…… crrrrrooooooooottttt…….

Crooooooooottttt……. Crrrrooooootttt…… crrrrrooooooooottttt…….

Rully, suamiku, dan aku melenguh keras bersahutan. Tubuhku mengejang hebat. Otot dinding memekku memberikan sensasi pijatan dan sedotan ke kontol Rully. Memekku mengeluarkan cairan kental membahasi batang kontol Rully. Suamiku menyemprotkan spermanya ke wajahku. Hidung, kelopak mata, pipi, dan bibirku, terkena semprotan sprema dari suamiku. Mulut rahimku menerima semprotan sperma dari Rully. Semprotan sprema Rully berhasil menyeruak masuk hingga rahimku. Baru pertama kali aku merasakan sensasi ngentot yang luar biasa. Kontol suamiku mengobok-obok mulutku. Sedangkan kontol Rully menghujam kuat di lubang memekku.

Mataku menyapu ruangan mencari Esti. Tampak adik kandungku sudah terlelap, akibat kelelahan. Entah berapa kali dia mendapatkan orgasme ketika digejot suamiku, dan suaminya. Aku sendiri sudah tidak terhitung mencapai orgasme yang keberapa. Sampai akhirnya aku merasakan sensasi dikeroyok dua orang laki-laki yang membawaku orgasme kembali. Tenagaku mulai melemah, tak terasa mataku tertutup. Pipiku menempel ke sebuah bantal, dan akhirnya tertidur.



***

POV Dean

Kesepakatan kami, Esti akan mengikuti. Sedangkan isteriku, akan ikut Rully, suaminya Esti. Aku sendiri belum memiliki rencana membawa Esti ke suatu tempat. Yang pasti, kami sudah memutuskan untuk cek out dari hotel GT. Isteriku sedang merapikan pakaiannya. Sengaja kami membawa koper ukuran kecil. Pakaian kami terpisah di koper masing-masing. Usai merapikan pakaiannya dan memasukan ke dalam koper, isteriku merapikan lanjut merapikan barangku.

Ia nampaknya sudah mandi. Itu terlihat dari rambutnya sepunggung yang terlihat basah. Sedangkan tubuhnya hanya dibalut kimono handuk. Aku sendiri baru membuka mata, setelah tertidur nyenyak. Seingatku, aku tertidur tidak lama setelah menyemprotkan sprema di wajah isteriku yang cantik. Sedangkan Rully menyemprotkan spremanya di dalam memek Julia, isterku. Tidak ada kalimat yang terucap, setelah kami mampu mencapai puncak. Tiba-tiba lemah, dan langsung tertidur.

Kusapu di seluruh kamar, nampak kosong. Rully dan Esti sudah tidak terlihat lagi di kamar. Padahal tadi malam, Esti paling pertama tidur di rancang besar ini. Ia terlihat lelah setelah bergumul dengan aku dan Rully. Kontolku menggenjot memek Esti dari belakang dengan posisi nungging. Sedangkan kontol Rully mengobok-obok mulut Esti dari depan. Setelah orgasme melanda Esti, kami lanjut menggarap isteriku. Esti sendiri langsung tertidur.

Tenagaku sudah mulai pulih. Mataku terbuka lebar. Kubangunkan tubuhku, dan langsung menuju kamar mandi. Tidak lupa memberikan ciuman hangat kepada isteriku yang sedang merapikan pakaian. Wajahnya cemberut, karena ciumanku mengarah langsung ke bibirnya. Tentu cemburut, karena bau jigong. Baru bangun tidur langsung memberikan kecupan ke bibirnya yang sudah bersih, dan wangi. Langkahku langsung menuju kamar mandi. Membersihkan seluruh tubuh yang sudah mulai lengket campuran keringat, sperma, dan lainnya.

Selesai mandi, isteriku terlihat masih merapikan diri. Ia kini sudah berpakaian lengkap, tidak seperti sebelumnya. A-line dress berwarna putih dengan renda dari leher bawah hingga bagian atas susunya. Jenis dress wanita yang memang memiliki potongan sempit di bagian atas dan melebar di bagian bawah dengan renda transparan. Pakaian A-line dress yang dikenakannya panjangnya hanya sampai di atas lutut.

Isterku terlihat anggun dengan pakaian yang dikenakannya. Kulit putihnya terlihat bercahaya dengan lapisan make up tipis. Rambutnya dibiarkan terurai menutupi bagian leher hingga pundak. Aku lebih memilih baju Polo shirt untuk santai berwarna merah maron dengan celana jeans warna briu gelap. Tidak lupa tas kulit kecil untuk menyimpan dompet, uang, dan keperluan lainnya. Kusemprotkan farfum merk Perancis yang terkenal dengan wangi fresh tidak menyengat.

“Ayo sayang, sudah jam 10 nih. Mungkin Esti dan Rully sudah menunggu,” ucap isteriku setelah melihat aku selesai menggunakan pakaian. Kami membawa koper masing-masing. Terlihat ruang tamu kamar junior suite masih kosong. Sambil menunggu Esti dan Rully, aku memilih duduk di kursi ruang makan. Sofa yang kami gunakan untuk tempat santai, masih terlihat berantakan. Bekas cairan yang berceceran sudah terlihat rapi, meski belum mengering sempurna.

Tidak berapa lama, Esti dan Rully sudah berada di hadapan kami. Mereka memilih untuk keluar melewati kamar junior suite. Tidak lupa kunci hotel sudah dicabut, untuk diserahkan kembali ke reception hotel. Isteriku mendekatiku. Ciuman mesra dan lembut mendarat di pipi, dahi, serta bibir. Sempat beberapa saat kamu berkecupan bibir dan saling melumat. Itu sebagai ungkapan sayang, apalagi kami harus pergi ke tempat yang berbeda.

“Duh mesranya. Tenang aja, Ci Julia pasti dibalikin dengan utuh,” celetuk Rully melihat perbuatan kami dengan tawa kecil yang keluar dari mulutnya. Sedangkan isterinya, Esti hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan suaminya.

“Jagain isteriku yah ko. Jangan habisin tenaganya, ntar malah ga bisa pulang,” Rully melanjutkan ucapannya sambil melirik ke arah Esti.

“Papah tuh yang hati-hati. Ci Julia sekarang lebih buas loh. Bisa-bisa papah pulangnya kecapean,” sahut Esti sambil meledek Julia yang ada di dekat mereka. Mendengar ucapan Esti, isteriku langsung tersenyum kecut. Ledekan Esti membuatnya semakin malu. Tidak pernah menduga, jika nafsu seks yang keluar dari dirinya membuatnya semakin binal. Sedangkan aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

Rully langsung menyambut tangan Julia. Ia berjalan menuju arah pintu, untuk keluar kamar. Sedangkan aku langsung menggandeng tangan Esti, mengajaknya segera meninggalkan kamar. Tidak lupa, aku memanggil seorang petugas hotel. Kemudian aku membisik pelan yang direspon dengan wajah kebingungan dari petugas hotel itu. Kebingunannya tidak berlangsung lama, setelah lembaran rupiah berwarna merah aku serahkan ke tangannya.

“Koko bisikin apa sampai petugas hotel kebingungan,” bisik Esti setelah kami berlalu meninggalkan petugas hotel itu menuju lift.

“Aku cuma bilang tadi malam ada gempa bumi. Jadi kamar sedikit berantakan. Harus dirapikan dengan benar. Langsung aku selipin uang, dia langsung senyum,” jawabku membisik ke telinga Esti. Adik iparku langsung mencubit perut. Itu membuat kami tertawa bersamaan. Isteriku dan Rully sendiri justru keheranan melihat tingkah kami.

Esti langsung mengurus administrasi di reception. Aku, Rully dan isteriku memilih untuk duduk di lobi. Tidak terlihat banyak orang di area lobi. Mungkin karena sudah menjelang siang, tamu hotel sudah beraktivitas di luar. Sedangkan kami selalu bangun kesiangan, sehingga jarang bertemu dengan tamu hotel yang lain. Kami memilih sofa yang ditengahnya terdapat meja kaca bulat. Rully memilih duduk di sofa yang muat berdua, disampingnya ada isteriku. Sedangkan aku, di sebelah Rully dengan sofa tunggal.

Tidak lama, Esti sudah bersama kami. Ia menginformasikan administrasi hotel sudah dibereskan, dan lupa memesan dua unit mobil untuk kami. Sambil menunggu mobil datang, kami membuka obrolan ringan. Esti langsung duduk di tangan sofa yang aku duduki. Tubuhnya menghadap ke arah Rully dan Julia yang ada di sofa panjang. Sedang badanku sekarang ada di belakang Esti. Wajahku sedikit maju sejajar dengan pinggu Esti, untuk memudahkan melihat Rully dan Julia. Apa lagi kami sedang ngobrol, rasanya tidak sopan kalau wajahku tidak terlihat, meski lawan bicaraku isteri sendiri, dan suami dari adik iparku.

Awalnya pembicaraan kami soal komunikasi yang perlu terjalin. Dalam diskusi kecil itu, kami menyepakati untuk membuat sebuah grup di aplikasi chating. Itu untuk memudahkan kami berdiskusi untuk rencana selanjutnya. Jadi meski aku berada di kantor, Rully punya kesibukan, diskusi tetap bisa berjalan di grup chat. Grup dibuat Esti dan diberi nama, keluarga menyenangkan. Isinya tentu ada aku, isteriku, Esti dan suaminya. Karena memang, tukar pasangan hanya melibatkan kami berempat.

Kami sendiri belum berpikiran untuk melibatkan orang lain, atau bahkan saudara. Kenyamanan tukar pasangan diantara kami sudah terbangun. Ada kekhawatiran, kalau melibatkan orang lain justru membahayakan. Rahasia kami bertukar pasangan untuk berhubungan seks, bisa terbongkar ke orang lain. Tentunya memalukan untuk keluarga besar, khususnya isteriku. Apalagi tukar pasangan kami melibatkan Julia dan Esti yang merupakan kakak beradik.

“Kita bertukar pasangan untuk kesenangan. Jadi jangan ada cinta atau sayang. Perasaan itu hanya diberikan untuk pasangan sah,” ucapku tegas mengingatkan mereka. Kita sepakat untuk tidak membawa perasaan dalam hubungan. Semua murni untuk mencapai kepuasan dan wujudkan fantasi seks. Jadi tidak ada yang saling menyakiti, ketika perempuan atau pria kembali ke pasangannya kembali.

“Setuju,” jawab Esti singkat.

“Deal,” sahut Rully.

Mata Julia melirikku. Setelah tatapan kami bertemu, ia mengangguk tanda setuju. Ada melihat ada kekhawatiran di dalam pikirannya. Mungkin dia khawatir justru aku nantinya yang memiliki perasaan terhadap Esti. Bahkan sebaliknya, Julia telah menaruh harapan terhadap Rully. Sepintas memang terpikir, Julia tadi malam terlihat lebih santai. Ia berperilaku manja terhadap Rully, ketika kami tiba di hotel. Tidak terlihat rasa sungkan, meski aku di hadapannya. Terkesan cuek dan tidak peduli.

“Semuanya hanya untuk kesenangan. Kembali ke rumah, pasangan kita tetap jadi prioritas. Ingatnya tanpa cinta,” kutegaskan kembali di hadapan mereka. Sebelum akhirnya, seorang petugas keamanan hotel terlihat mendekati kami. Ia menginformasikan mobil yang dipesan Esti sudah berada di depan pintu hotel. Esti langsung menggandeng tanganku menuju tempat yang diberitahukan petugas keamanan hotel.

Koper kami langsung disambar petugas hotel untuk membantu membawakan hingga mobil. Aku dan Esti menaiki mobil MPV merek Jepang berwarna coklat. Sedangkan Julia dan Rully menaiki jenis mobil yang sama berwarna putih. Mobil yang kami tumpangi segera meluncur meninggal hotel. Sedangkan mobil yang ditumpangi Rully dan Julia mengikuti di belakang.

“Selamat pagi. Dengan bu Esti yah. Arahnya sesuai pesanan yang bu,” ungkap sopir yang mengendalikan kemudi mobil.

“Iya pak. Kira-kira berapa lama yah pak,” sahut Esti. Aku sendiri masih bingung. Esti tidak membicarakan lokasi yang akan kami tuju. Bahkan kami belum membahas hendak ke mana menghabiskan waktu malam berduaan.

“Udah ga usah bingung. Ikutin aja. Kita cari tempat yang simple, tapi nyaman,” kata Esti yang membaca kebingunganku. Aku hanya membalas dengan anggukan, tanda setuju mengikuti keinginannya. Badanku masih terasa capek. Mataku mulai sesekali tertutup kelopaknya. Aku menyandarkan kepala ke belakang. Esti sendiri menyandarkan tubuhnya ke dadaku bagian samping. Aku langsung memuluk pinggulnya dan menempatkan telapak tangan di perutnya yang ramping. Sangat ramping untuk ukuran seorang ibu satu anak.



***

Dua jam lebih perjalan sampai akhirnya kami tiba di lokasi tujuan. Sebuah gedung menjulang tinggi berentuk zig zag dengan banyak kaca. Ternyata kami berada di perkotaan. Kota S yang terkenal di ujung timur pulau Jawa. Sebuah hotel bintang lima yang sangat terkenal yang terdapat di sejumlah kota besar. Aku sendiri heran, kenapa Esti memilih perkotaan. Tidak ke lokasi yang sunyi, untuk memberikan ketenangan.

“Kita sudah sampai. Ayo sayang,” Esti mengajakku langsung memasuki gedung. Koper kami sudah diurus petugas hotel untuk di bawah kedalam. Seorang perempuan muda dan cantik sudah menyapa kami di sebuah meja tempat reserpasi. Esti menunjukkan kartu tanda penduduk dan menyebutkan sebuah kode. Petugas langsung bekerja melakukan pengecekan di sebuah komputer di depannya.

“Dengan ibu Esteria Mariova. Satu kamar executive dengan tempat tidur king size,” ucap petugas hotel kepada kami.

“Betul mbak,” jawab Esti singkat.

Petugas hotel segera mempersiapkan berbagai keperluan kami. Kunci kamar berbentuk kartu yang disertai magnet, beberapa lembar kertas yang dimasukkan ke dalam tempat kartu yang berfungsi sebagai kunci kamar. Ia menyalin beberapa data pribadi Esti, dan langsung meminta tanda tangan. Beberapa lembar kertas langsung di tanda tangani, dan dikembalikan kepada petugas.

“Pembayarannya mau cash atau menggunakan kartu,” ucap petugas itu lagi.

“Ini silakan gesek aja mbak,” sahut Esti.

“Biayanya satu juta sekian-sekian. Mohon pinnya bu,” kata perempuan itu. Esti langsung memencet sandi untuk bertransaksi. Kartu dengan logo sebuah perusahaan perbankan nasional. Tidak lama mesin EDC milik hotel mengeluarkan kertas yang menandakan transanksi berhasil. Kertas yang memuat riwayat transaksi kartu milik Esti, dan menunjukkan nominal transanksi untuk kamar hotel yang kami pesar.

“Ini kuncinya. Kamar 9**, liftnya ada di sebelah kanan. Sarapan pagi di lantai G. Keluar lift, ibu silakan menuju escalator dan turun ke bawah,” ucap perempuan berambut panjang itu menjelaskan arah menuju restoran.

“Terima kasih mbak,” ucap Esti kepada perempuan berkulit putih itu. Aku hanya mengangguk pelan dan memberikan senyuman, tanda ucapan terima kasihku.

Kami langsung menuju lift dan menuju ke lantai tempat kamar kami. Sebuah kamar berkurukan 49 meter kubik. Kasurnya mengarah ke jendela kaca. Pemandangan perkotaan terlihat begitu indah. Sebuah televisi berada di depan tempat tidur. Sofa kecil berwarna putih di ujung kiri kamar, dan kursi disertai meja bundar di sebelah kiri. Terdapat sebuah lemari tidak terlalu besar. Kamar mandinya cukup luas dengan closet terpisah. Terdapat dua pintu kaca. Pintu pertama terlihat shower, sedang satunya sebuah bathup.

“Sengaja aku memilih hotel ini. Jadi kita tidak perlu buru-buru ke bandara. Jarak bandara dekat dari hotel,” ungkap Esti memecah kesunyian di kamar.

“Pemandangannya bagus. Dari tempat tidur bisa melihat langsung perkotaan,” aku memberikan persetujuan ide Esti dengan memberikan pendapat soal kamar yang ia siapkan.



***

POV Orang Ketiga

Mobil MPV merek Jepang dengan bodi yang rendah, melaju ke arah sebuah lingkungan yang asri. Pohon buah disertai dengan bunga mengelingi lokasi tersebut. Sebuah komplek yang indah di kelilingi pondok-pondok terdapat di tengah taman buah dan bunga. Lokasi wisata yang di dalamnya terdapat resort mewah. Mobil berhenti tepat di depan sebuah pendopo besar dilengkapi dengan lobi. Pada ujung pendopo terdapat petugas berseragam menunggu sebuah counter yang dilengkapi dengan komputer, dan peralatan lain.

Seorang lelaki langsung mendekati counter yang ada di ujung. Ia disambut seorang perempuan berambut panjang sebahu berwarna kecoklatan. Perempuan itu langsung menyatukan kedua telapak tangannya dan sedikit menunduk, ketika menyambut kedatangan pria tersebut. Sedangkan perempuan yang bersama pria itu, memilih untuk duduk di sebuah kursi yang ada di lobi. Petugas hotel menggiring koper mereka, dan diletakkan di sebuah tempat dekat penjagaan.

“Saya minta satu resort yang memiliki kamar tidur,” ucap pria itu kepada petugas perempuan yang ada di counter.

“Boleh minta kartu penduduknya,” sahut perempuan itu.

Perempuan yang bertugas di counter langsung menyiapkan administrasi. Beberapa lembar kertas dipersiapkan, termasuk sebuah kartu yang mengandung magnet. Tidak lupa, kartu tanda penduduk pria itu digandakan melalui sebuah mesin yang berada di belakangnya. Setelah semua administrasi disiapkan, perempuan itu menyodorkan beberapa kertas yang perlu ditanda tangani.

“Biaya seluruhnya satu juta sekian untuk sebuah resort,” ungkap perempuan itu. Pria tadi langsung mengeluarkan sebuah kartu yang langsung disambut petugas dengan memasukan ke sebuah mesin EDC berlogo sebuah bank. Tidak lama keluar sebuah kertas sebagai tanda transaksi berhasil. Dalam kertas tertera jumlah nominal uang transaksi untuk satu buah resort yang telah dipesan.

“Resort Nomor 2**. Ini kuncinya. Sarapan pagi sudah tersedia di restoran. Lokasinya berada di pendopo depan. Silakan bapak ikuti petugas, nanti diantarkan menggunakan kendaraan,” ucap perempuan itu.

“Terima kasih banyak,” kata pria itu yang langsung mengambil kunci berbentuk kartu yang tersusun di dalam sebuah kotak tipis kecil. Ia langsung menuju perempuan yang berada di kursi lobi, dan mengajaknya untuk mengikuti petugas. Mobil kecil yang biasanya digunakan untuk olahraga golf, sudah menunggu. Mereka diantar petugas dengan menumpangi mobil tersebut hingga berada di depan sebuah pondok berbentuk rumah.

Pasangan tanpa ikatan pernikahan resmi itu, langsung memasuki pondok. Langkahnya diikuti petugas yang membawakan koper mereka. Sebuah ruang tamu yang terdapat sofa dan meja lengkap. Masuk lebih ke dalam, ada sebuah dapur yang dilengkapi meja makan. Ada sebuah pintu sebelum menuju dapur. Pintu sebuah kamar yang di dalamnya terdapat tempat tidur ukuran besar. Dalam kamar ada sebuah jendela memperlihatkan taman bunga.

Jarak antar pondok sendiri berjauhan. Antar jendela pondok, terhalang rimbunnya tanaman. Tidak memungkin penghuni pondok yang satu dengan lainnya untuk saling mengintip melalui jendela, meski gordennya terbuka. Hawa di kawasan itu terasa sangat dingin menusuk hingga tulang. Terbaca dalam monitor HP, cuaca hanya berkisar 12 derajat celcius. Suhu yang cukup dingin untuk orang Indonesia yang terbiasa berada di kawasan tropis.

Petugas hotel yang membawakan koper mereka hingga dalam kamar, memohon pamit. Tidak lupa pria yang datang bersama dengan perempuan cantik dengan rambut coklat sebahu itu, memberikan beberapa lembar uang kecil. Itu sebagai ucapan terima kasih, karena telah membantu mengantar, dan mengangkatkan koper hingga dalam pondok. Sedangkan perempuan cantik itu, masih terpesona dengan pemandangan di sekitar pondok yang begitu indah. Dihiasi dengan taman bunga. Dari ruang tamu, bisa terlihat pohon buah yang mengelilingi seluruh areal resort.

“Terima kasih banyak pak. Kalau perlu jemputan untuk menuju pendopo utama silakan tekan 9. Nanti ada kendaraan yang menjemput bapak,” ucap petugas hotel berlalu pergi meninggalkan pondok tersebut.

Mereka merasa nyaman berada di dalam resort. Namun tanpa menyadari, ada sorotan mata yang sejak tadi memperhatikan keberadaan mereka. Seseorang yang mengenal mereka, namun masih sungkan untuk menemui secara langsung. Bahkan sejak dari pendopo utama hingga kamar resort. Sepasang mata yang terus memperhatikan aktivitas keduanya. Secara kebetulan, pemilik mata tersebut, menyewa resort yang berada tidak jauh dari pendodo yang disewa pasangan yang sebetulnya punya hubungan darah.

Sang pria merupakan adik ipar dari perempuan. Pria itu telah menikahi secara resmi, adik kandung perempuan yang kini berada di villa yang mereka sewa. Keduanya memang berpisah dari pasangan masing-masing sedang keluar dari hotel. Isteri sang pria entah pergi kemana dengan suami dari perempuan cantik yang bersamanya. Memang mereka merahasikan keberadaan masing-masing dengan komitmen besok pagi bertemu di bandara sebelum pukul 10 pagi. Minggu pagi sesuai jadwal, mereka akan kembali ke kota asal. Kemudian pasangan resmi berkumpul kembali, dan pulang ke rumah.



Bersambung……………
 
Bimabet
Wah ada yg mengamati... Kita tunggu kelanjutannya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd