Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Terima kasih atas respon para suhu. Nubie usahakan update secepatnya. Sekarang masih memikirkan soal karakter baru yang masuk dalam cerita.

Mohon dukungan, kalau ada ide dan saran, silakan disampaikan. Kalau sejalan dengan alurnya, nubie usahakan masuk dalam alur ceritab

🙏🙏🙏
 
mantap suhu, penasaran sama kakak beradik soal fantasinya
 
Wow.... Biar Esti yakinkan Julia utk sex yg a bit extreme....
 
Terima kasih atas respon para suhu. Nubie usahakan update secepatnya. Sekarang masih memikirkan soal karakter baru yang masuk dalam cerita.

Mohon dukungan, kalau ada ide dan saran, silakan disampaikan. Kalau sejalan dengan alurnya, nubie usahakan masuk dalam alur ceritab

🙏🙏🙏
Saya mendukungmu.... Tenang doaku bersamamu...
Untuk saran atau masukan...swlama itu masuk ke tempatnya... It's fine by me....
 
Liburan Keluarga



Rully Gunawan

Suami Esteria Mariova (Esti). Berusia 29 tahun. Memiliki perusahaan distributor makan di bawah bendera sayap terbang yang terkenal di Indonesia. Berperawakan tinggi besar, tinggi 175 cm, dan beratnya 60 kg. Sedikit buncit, namun cukup ideal. Kulitnya putih, sedikit bule. Keturunan sebuah kota di Sulawesi yang terkenal dengan masakan buburnya. Memiliki keturunan portugis dari kakeknya.



POV Orang Ketiga

Perbincangan antara kakak beradik di restoran pinggir pantai itu, nampaknya semakin serius. Awalnya hanya sekedar membicarakan bisnis yang mereka bangun bersama. Beralih kepersoalan anak, hingga akhirnya masalah keluarga yang menjurus ke hubungan seks. Esti sendiri sempat bingung, kenapa cici Julia ingin mengetahui lebih banyak tentang hubungan seks.

Kalau boleh dirunut, Esti memang mempunyai pengalaman lebih awal tentang hubungan seks. Meski begitu, Esti tidak pernah memberikan perawannya kepada pacarnya. Itu hanya dilakukan Esti sekedar oral, atau paling banter petting. Tidak sampai memasukkan kontol ke dalam memeknya.

Berbeda dengan Julia. Ia memiliki beberapa orang pacar. Namun tidak pernah menjurus ke hubungan yang mengarah seks. Pacaran normal, pegangan tangan, cium pipi, dan paling jauh ciuman bibir. Belum pernah sampai melakukan lebih, apalagi sampai menunjukkan tubuhnya dihadapan pacarnya.

Esti lebih liar. Karena sejak SMA, sudah memiliki pacar. Bahkan pengalaman pertama melakukan oral didapatkan Esti dari pacarnya di SMA. Meski begitu, Esti cukup mempunyai prinsif. Tidak boleh sampai memasukkan kontol ke memek. Paling jauh sekedar petting dan saling gesek, untuk mencapai kepuasan.

Komitmen itu terus dijaga hingga akhirnya perawannya dipersembahkan untuk Rully, suaminya. Tentunya Rully sangat bahagia, karena isterinya merupakan perawan. Meski keduanya sering bergumul mencari kepuasan. Bahkan saling mempertontonkan alat kelamin, namun tetap menjaga untuk tidak kebablasan.

“Aku sebetulnya memang punya sedikit pengalaman soal seks. Mungkin ini bisa membantu cici. Tapi sebetulnya rahasia. Tidak ada yang tahu, termasuk suamiku,” ujar Esti. Tujuannya hanya ingin membantu cicinya, agar bisa digunakan ketika berhubungan seks dengan suaminya.

“Cici jamin adikku sayang. Tidak akan ada yang tahu, selain kita berdua,” Julia meyakinkan Esti. Julia sendiri sebetulnya ingin mengorek kondisi hubungan seks adiknya. Itu untuk mengetahui, apakah mereka memiliki keinginan yang sama atau tidak. Jika sudah mengetahui, tentu dilanjutkan dengan rencana selanjutnya.

Keduanya terdiam sejenak. Esti mulai menghela nafas. Sedangkan Julia memilih mengalihkan pandangannya ke bibir pantai. Memang ada perasaan tidak enak, ketika curhat persoalan hubungan seks. Apalagi itu dilakukan dengan saudara kandung. Tentunya tidak ada yang ingin keluarganya tahu, bagaimana kehidupan seksnya.

Julia sendiri berpikir hanya ingin mengetahui kehidupan seks adiknya. Itu untuk melihat, apakah keduanya punya kecocokan atau tidak. Jika tidak, artinya Julia dan Dean hanya bisa berimajinasi sampai ada pasangan yang cocok. Sedangkan Esti sendiri, sudah sejak lama ingin mengutarakan kehidupan seksnya kepada cicinya.

Esti memang sedikit liar dalam persoalan seks. Kondisi itu, semakin parah. Suaminya memberikan dukungan, karena memang memiliki sifat yang sama dengan Esti. Keduanya merupakan pasangan suami isteri yang mempunyai kehidupan seks yang lebih terbuka. Meski begitu, setelah menjadi suami isteri, memilih untuk tidak berselingkuh.

Keduanya berkomitmen tetap setiap dengan pasangan, meski mempunyai fantasi seks yang liar. Bahkan fantasi seks tersebut mampu membangkitkan gairah, sehingga variasi dalam bersetubuh terus berkembang. Berbagai gaya dalam berhubungan seks dilakukan keduanya, karena nafsu yang menggebu, akibat fantasi liar.

Kebisuan suasana di rumah makan pinggir pantai mulai pecah. Esti mulai bercerita awal mulanya ia mengenal seks. Bagaimana hubungannya dengan pacar-pacarnya. Itu yang sering memunculkan imajinasi seksnya. Itu pula yang dialami suaminya Rully. Tidak heran, terkadang ketika bergumul, keduanya saling membayangkan sedang bersetubuh dengan orang lain.

Meski mulai terbuka soal kehidupan seks, Esti tetap merahasiakan sosok yang sering menjadi fantasi liarnya. Ia hanya menceritakan fantasi seks liar dengan suaminya, sehingga mampu memuaskan. Tidak terasa, ketika bercerita, Esti merasakan memeknya mulai gatal. Itu karena fantasi seks Esti mulai liar, dan membayangkan kakak iparnya sendiri.

Kakak kandungnya, tidak mengetahui pikiran liar Esti. Tetapi lebih fokus mendengarkan cerita dari adiknya. Dalam pikiran Julia, ternyata adiknya mempunyai kehidupan seks yang liar. Meski ketika sudah bersuami, kehidupan seks liarnya tidak pernah kelihatan. Keduanya mempunyai komitmen kuat, untuk tidak berselingkuhn, dan memilih berimajinasi.

“Jadi kalian kalau berhubungan seks, sering membayangkan orang lain. Memangnya suami kamu ga marah,” Julia mulai menyelidiki.

“Sepanjang kita jujur dengan suami, pastinya tidak. Tapi malah nafsu seks kami semakin meningkat,” Esti memberikan keyakinan kepada Julia.

“Cici pernah membayangkan berhubungan seks dengan orang lain, ketika sedang bersetubuh dengan koko,” tanya Esti kepada cicinya.

“Belum pernah,” singkat Julia.

“Tidak menyangka, ternyata adikku bisa seliar ini. Padahal, aku melihat ia dengan suaminya normal. Kenapa bisa mempunyai fantasi seks yang liar,” gumam Julia di dalam hati.

Julia dan Esti mengakhir obrolan berdua. Kemudian memutuskan kembali ke butik. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Tidak ada obrolan yang mengarah ke hubungan seks ketika keduanya berada di dalam mobil. Julia sendiri lebih banyak memilih diam. Sedangkan Esti, lebih berkonsentrasi menyetir.



***

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Sepasang suami isteri sedang duduk santai di ruang keluarga. Suasana rumah nampak sepi. Anak semata wayang mereka sudah tidur terlebih dahulu, ditemani pengasuhnya. Sedangkan keduanya masih terlihat asik menikmati tontonan di televisi, sambil menikmati kopi.

Keduanya terlibat obrolan yang cukup serius. Sesekali suaminya hanya menghela nafas, nampak memikirkan sesuatu. Sang isteri terlihat menceritakan apa yang telah dialaminya. Bahkan isterinya sangat bersemangat. Obrolan mereka sedikit berbisik, karena takut terdengar pengasuh anaknya. Apalagi asisten rumah tangga mereka nampaknya belum tidur.

“Ini menarik sayang. Tapi papah tidak habis pikir, kenapa cici kamu ingin tahu kehidupan seks kita,” kata si suami mencoba berpikir keras.

“Entah lah. Kalau dilihat, mungkin cici sedikit ada masalah dalam kehidupan seks. Apalagi aku tahu, cici orang yang tidak pernah mempunyai kehidupan aneh-aneh sejak remaja,” isterinya kembali melontarkan teka-teki.

“Apa tidak sebaiknya mamah memancing cici untuk terbuka. Siapa tahu, kita bisa dapat informasi kehidupan seks cici dan koko,” suaminya menimpali sejumlah pertanyaan yang ada di benak sang isteri.

“Tapi mamah masih ragu bertanya. Sebetulnya cici terlihat seperti orang ingin belajar seks, untuk memuaskan suaminya. Sayang cici belum berani terbuka, dan sevulgar mamah ketika bercerita,” lanjutnya isterinya lagi.

Keduanya mencoba memecahkan teka-teki. Suaminya memberikan ide kepada sang isteri. Itu untuk mengajak liburan keluarga pada akhir pekan ini. Sekarang hari Kamis, artinya lusa sudah sabtu. Cici dan koko dalam obrolan yang mereka bahas, tentunya punya hari libur. Apalagi koko yang bekerja di perusahaan multi nasional, sudah pasti mempunyai waktu libur dua hari itu.

“Kemana kita liburan. Kalau hanya dua hari, pasti tanggung. Kecuali kita berkunjung ke ibu kota,” kata sang isteri memberikan ide.

“Boleh juga. Kita coba ke ibu kota. Nanti kita diatur, mamah jalan-jalan sama cici. Biar papah jaga anak di kamar hotel. Jadi urusan perempuan lebih enak bicaranya,” ungkap si suami merencakan liburan pendek ke ibu kota.

Pasangan suami isteri itu menyetujui. Isterinya memastikan akan membicarakan perihal liburan kepada cicinya. Tentu dengan melibatkan anak-anak, supaya tidak tercium rencana mereka. Alasan liburan keluarga, tentunya bisa diterima. Apalagi hanya sekedar melepas penat ke ibu kota yang jaraknya 2 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari kota yang mereka tinggali.

Jumat pukul 10 pagi, keadaan butik masih lengang. Beberapa karyawan mempersiapkan butik, untuk menyambut pelanggan. Nampak dua orang perempuan sedang berbincang di meja kasir. Keduanya kemudian beralih ke lantai dua ruko yang dijadikan tempat gudang. Mereka menuju sebuah ruangan kecil yang digunakan sebagai kantor.

“Suamiku pengen liburan. Cici mau ikut ga. Kita bawa anak-anak ke ibu kota. Paling hanya di hotel, atau jalan-jalan aja. Hari minggu kita balik lagi,” kata perempuan yang lebih muda mengawali pembicaraan.

“Aku harus tanya suami dulu. Takutnya dia ada pekerjaan, atau kebetulan lagi mengawasi proyek,” kata sang kakak.

Kemudian kakaknya mengambil sebuah HP. Menghubungi sebuah kontak yang bertuliskan suamiku sayang. Tidak menunggu lama, telepon tersambung.

“Pi, Esti ngajak liburan ke ibu kota. Berangkat pagi sabtu, kemudian minggu sore pulang. Papi bisa ga,” kata perempuan itu diujung telepon.

“Kebetulan papi sedang kosong. Tim papi sedang berangkat ke beberapa proyek. Kalau pengawasan bisa lewat aplikasi,” sahutan suara laki-laki diujung telepon.

“Berarti papi setuju ya. Kita ajak Frangky sama Lisa. Kebetulan Rommy juga ikut,” perempuan itu memberikan penjelasan.

“Boleh lah. Sudah lama kita ga ngajak anak-anak untuk liburan. Nanti cari hotel yang ada kolam renang yah. Biar papi bisa ajak anak-anak berenang,” sahut lelaki itu.

“Ok sayang. Nanti mami atur deh. Besok berangkat jam 7 pagi setelah sarapan. Daaaah sayang,” kata perempuan itu mengakhiri panggilan telepon.

Perempuan itu meletakan telepon genggamnya di atas meja. Helaan nafas terdengar, tanda sudah lega. Suaminya setuju untuk agenda liburan. Meski hanya sebentar, paling tidak bisa melepas penat.

“Koko setuju. Kita berangkat pukul 7 pagi. Nanti kamu mau di jemput, apa bawa mobil sendiri,” ungkap perempuan itu kepada adiknya.

“Nanti malam aku kabarin cici. Kalau kami menumpang cici, berarti perlu mobil yang agak besar,” kata adiknya menimpali.

“Tenang, nanti cici minta koko untuk bawa mobil SUV kantornya. Kan mobilnya lumayan besar. Anak-anak masih cuku duduk di tengah. Kalau ga, bangku belakang bisa dibuka,” sang kaka menawarkan solusi.

“Ok deh kalau begitu. Nanti aku bicarakan dengan suamiku,” adiknya hanya memberikan jawaban singkat.

Keduanya melanjutkan aktivitas. Bahkan beberapa kali sempat turun untuk melayani pelanggan. Tentunya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Tidak ada pembicaraan serius. Bayangan liburan pendek kedua keluarga memenuhi pikiran. Sedangkan sang adik merasa si kakak sudah masuk perangkapnya.



***

POV Dean


Lalu lintas menuju ibu kota terlihat lancar. Liburan pendek yang kami rencanakan dipenuhi keakraban. Adik isteriku memutuskan untuk tidak membawa mobilnya. Dua keluarga menjadi satu dalam satu mobil SUV. Anakku yang paling tua memilih untuk duduk di belakang. Tidak ingin berdesakan di kursi tengah.

Barang bawaan kami sendiri tidak banyak. Liburan hanya sebenar, besok sore kami sudah kembali. Aku dan isteriku hanya membawa kebutuhan seperlunya. Tentunya tidak ketinggalan pakaian renang kami. Niatku nanti sore mau mengajak anak-anakku untuk berenang. Sudah lama kami tidak bermain bersama, mengingat kesibukkan di kantor.

Isteriku sendiri memilih pakaian santai. Celana pendek hotspan sepaha berbahan jeans berwarna biru menjadi pilihan. Atasnya, dia menggunakan kaos lebar tanpa lengan. Dia memilih sebuah sal untuk menutupi jenjang lehernya hingga belahan susunya. Aku sendiri menggunakan celana pendek selutut dengan kaos lebar.

Suami adik iparku duduk bersebelahan denganku. Dia menemaniku ngobrol sepanjang perjalanan. Pakaian terlihat santai. Celana jeans dan kaos kerah berwarna merah. Yang menarik, adik iparku. Dia menggunakan rok mini di atas lutut. Bahannya nampak dari kain dengan warna putih, dan terlihat transparan. Kaos ketat lengan pendek menampakkan tonjolan susunya.

Diam-diam, aku mulai memperhatikan tonjolan susu adik iparku dari kaca mobil. Anaknya sendiri duduk berdampingan dengan anakku. Tidak ada penghalang mataku untuk melihat tonjolan susunya. Lebih besar dari isteriku, namun tampak ideal dengan bodinya. Tidak terlihat lemak di perutnya.

Pemandangan itu membuat kontolku perlahan menjadi keras. Untungnya celana pendekku agak lebar, sehingga tidak terlihat. Sedangkan suami adik iparku, terlihat asik bercerita pengalaman dia. Sedikit tidak konsentrasi mendengar pembicaraannya. Akhirnya, aku hanya menimpali pembicaraannya sekenanya.

Dua jam perjalanan tidak membuat kami lelah. Masih ada sisa tenaga yang bisa digunakan untuk jalan-jalan. Kami memilih untuk makan terlebih dahulu, sebelum menuju hotel menggunakan nama negara di Eropa. Isteriku memilih hotel itu, karena memiliki fasilitas gym, sauna, dan tentunya kolam renang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Saatnya cek in hotel. Kami hanya sempat jalan-jalan sebentar sebelum makan siang, untuk melihat-lihat pemandangan ibu kota. Kami mendapatkan kamar bersebelahan. Anak-anak mulai merengek untuk minta diajak ke kolam renang. Isteriku menghubungi adiknya lewat pesan singkat, untuk memberitahukan kami ingin ke kolam renang.

“Nanti Esti dan suaminya menyusul. Katanya lagi ganti pakaian dulu,” ungkap isteriku memberikan informasi.

Isteriku merapikan pakaian yang diperlukan untuk kolam renang. Aku memilih memakai langsung celana renang. Kemudian dilapis dengan celana pendek yang kugunakan tadi. Sedangkan isteriku turut menggunakan pakaian renang. Tidak seksi, tapi memperlihatkan pahanya yang putih mulus, dan belahan susunya.

Kimono hotel menjadi pilihan isteriku untuk menutup pakaian renangnya. Tidak lupa, tas yang berisi pakaian ganti kami bawa. Kalau anak-anak, tidak perlu diceritakan. Yang pasti senang, karena bisa main air. Namun kami memberikan pesan kepada anak-anak, untuk tidak bermain di kolam renang dewasa.

Aku memilih untuk duduk di pinggiran kolam. Anak-anak sudah meluncur ke kolam khusus anak. Tentunya tetap di bawah pengawasan isteriku. Kimono yang membalut tubuhnya sudah dilepaskan. Isteriku terlihat seksi. Bodinya sangat menggoda. Pakaian renangnya tampak ketat, tidak mampu menutupi susunya yang tidak besar.

Urusan paha, tentunya sangat mulus. Isteriku menggunakan pakaian renang dengan model bagian bawah berbentuk segitiga menutupi memeknya. Sedangkan paha bagian luar, terpampang jelas memperlihatkan kulitnya yang putih mulus. Aku sendiri memilih bersantai sambil tiduran di kursi pinggiran kolam.

Dari kejauhan aku melihat Esti dan suaminya datang. Tidak menimbulkan gelagat aneh. Suaminya nampak normal menggunakan balutan handuk dengan kaos. Esti sendiri menggunakan kimono hotel. Aku sedikit berdebar ketika mereka mendekat. Bayanganku menerawang, apa gerangan yang terdapat di balik kimono adik iparku.

“Sorry telat yah. Tadi sempat rebahan bentar meluruskan pinggang,” kata Rully yang sudah berada di sebelahku.

“Gapapa, kami juga baru mulai berenang. Aku sendiri masih santai, belum cebur ke kolam,” aku mencoba menjelaskan yang kami lakukan.

Obrolan kami hanya seputar kegiatan di kamar. Tidak ada yang istimewa. Tapi mataku mulai melirik ke Esti. Adik iparku itu mulai menanggalkan kimononya. Aku sedikit tersentak melihat pakaian renang yang dikenakan Esti. Mirip dengan isteriku, tetapi terbuka hingga pinggulnya. Hanya kain berbentuk tali yang terikat di bagian pundaknya.

Kontan aku langsung menenggak liur sendiri. Kulitnya putih, tanpa cacat. Ia menanggalkan kimononya dengan posisi membelakangiku. Setelah itu, langsung menyusul isteriku di kolam renang, khusus anak-anak. Sedangkan aku hanya terdiam mengamati lekuk tubuh adik iparku. Langsing, tanpa ada lemak di bagian pinggulnya. Pantatnya menonjol ke belakang.

“Koko hanya ingin tiduran. Ayo, kita cebur ke kolam,” ajak Rully kepadaku.

“Ayo lah. Mumpung tidak terlalu ramai,” kataku langsung menanggalkan celana pendek dan menyisakan celana renangku.

Rully dan aku berenang mengitari kolam. Beberapa kali kami berenang bersama dari ujung ke ujung. Sesekali beristirahat ke tepi. Ketika beristirahat di tepi hanya obrolan ringat tidak penting yang kami ucapkan. Kemudian melanjutkan kembali untuk mengitari kolam renang, sampai akhirnya isteriku memanggil.

“Papi, tolong jagain anak-anak sebentar. Mami mau pesan minuman dulu,” sedikit terdengar teriakan isteriku. Aku pun langsung menurutinya, dan menceburkan diri ke kolam renang khusus anak. Isteriku naik, dan menggunakan kimono handuk yang tersedia sebagai fasilitas hotel.

Kedua anakku bermain air. Sesekali aku menghalaunya, agar tidak terlalu jauh dari pandanganku. Sedangkan adik iparku, berada tidak jauh dariku. Ia bermain dengan anaknya. Sekilas aku melihat bagian depan pakaian renangnya. Ternyata sama dengan bagian belakang. Tapi bagian depan lubangnya lebih kecil, berada di bawah susunya.

Telanan ludah berulang kali aku lakukan. Lubang pada belahan baju renangnya, menampakkan bagian bawah susunya. Aku menduga, adik iparku tidak menggunakan bra. Benar saja, karena pakaian renangnya berwarna biru gelap mencetak dengan jelas puting susunya. Tidak berani memandang langsung, hanya sekilas aku mencuri-curi.

Pikiranku melayang mulai membayangkan adik iparku. Terbayang susunya yang lebih besar dari ukuran isteriku, dan memperlihatkan pentilnya yang menonjol. Pastinya ukuran pentilnya lebih besar dari isteriku. Sedangkan bagian bawah susunya, sedikit terlihat dari lubang yang ada di baju renangnya bagian depan.

Beberapa kali aku melirik hampir ketahuan. Namun anehnya, adik iparku justru hanya melemparkan senyumnya. Tidak ada kecurigaan atas perilaku mataku yang seolah menelanjanginya.

Kami mengakhiri aktivitas berenang dengan minuman segar dan snack yang dipesan isteriku. Kemudian masuk ke kamar berbarengan. Aku berjalan di belakang isteriku dengan adiknya. Sepanjang jalan menuju kamar, bayangan bodi adik iparku terus menghinggapi pikiranku. Entah kenapa, sangat membangkitkan nafsuku.

“Andai punya keberanian, sudah aku tarik tubuhnya. Aku bawa ke dalam kamar, dan gauli sepuasnya,” gumamku dalam hati.


***
ESTI


POV Esti


Dalam kamar hotel yang aku tempati dengan suamiku, kami mulai berdiskusi. Obrolan seputar kejadian di kolam renang. Bagaimana aku mampu membuat mata kakak iparku jelalatan. Pandangan mata Ko Dean, tidak lepas dari susuku. Bahkan dengan sengaja, aku membuat gerakan untuk memberikan kesempatan pria itu mengintip dari lubang kecil yang ada di pakaian renangnya.

“Tau ga pah, mata koko ternyata jelalatan,” kataku memulai pembicaraan. Aku mengambil posisi duduk di sofa yang ada di kamar hotel. Sedangkan suamiku memilih rebahan bersama anaknya di tempat tidur.

“Masa sih mah. Terus tadi gimana di kolam renang khusus anak-anak, mamah goda ga,” suamiku nampak serius ingin mendengarkan cerita isteriku.

“Jelas donk pi. Kaya ga tau mamah aja. Mata koko hampir copot merhatikan susu mamah,” ucap Esti diselingi dengan tertawa kecil.

“Rencana kita bisa berjalan mulus nih. Tinggal nanti malam urusan mami ngobrol dengan cici,” suamiku memberikan ide dengan penuh semangat.

“Papah sudah ga sabar yah pengen mewujudkan fantasi seks kita. Pasti papah ingin cepat-cepat menikmati tubuh cici kan,” ledekku.

“Kaya mamah ga pengen aja disetubuhi koko,” ungkap suamiku membalas ledekan. Kami mengeluarkan tawa kecil, akibat saling ledek.

Aku dan suamiku, memang memiliki kelainan. Sebelum menikah, keduanya memang cenderung memiliki kehidupan yang bebas. Meski begitu, tidak sampai terlampau jauh. Sebatas petting, saling rangsang, dan diakhir dengan saling gesek di alat kelamin. Tidak heran, dalam kehidupan seks keduanya lebih berpandangan terbuka.

Meski mempunyai fantasi seks liar, masih dalam batas yang wajar. Kami masih menjaga kehamonisan keluarga. Tidak berani merealisasikannya, takut salah memilih orang. Akhirnya hanya berfantasi seks. Kemudian dilampiaskan dengan hubungan seks suami isteri dengan nafsu birahi yang tinggi.

“Kita tinggal selangkah. Kalau nanti malam cici mau terbuka, mamah tinggal kasih tawaran,” ungkapku.

“Tapi lihat situasi ya sayang. Kalau cici merasa gak nyaman, tidak perlu dilanjut. Masih ada waktu untuk membicarakan dengan cici,” suamiku coba mengingatkan.

“Pastinya sayang. Mamah lebih mengenal cici, dibanding papi,” aku menjawab dengan memberikan keyakinan.

“Tidak pernah terbayang ya sayang. Akhirnya kita bisa menemukan partner yang tepat. Kalau berhasil, pastinya menyenangkan. Kita bisa lampiaskan fantasi seks selama ini,” senyum lebar tersirat pada suamiku, setelah mengakhiri ucapannya.

“Hehehehehehehe…… papah sudah ga sabar kan,” aku kembali meledek suamiku.

“Tau ah. Kaya mamah ga aja,” jawab suamiku singkat dan memilih memejamkan mata di samping anaknya yang sudah mulai terlelap, akibat kecapean setelah berenang.


***

JULIA


POV Julia

Malam harinya, aku berpamitan dengan suamiku. Aku dan Esti adikku ingin ke mall yang tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Cukup berjalan kaki. Aku beralasan mencari cemilan untuk menemani selama di hotel. Sempat aku mengajak suamiku untuk ikut. Tapi dia menolak. Tentu saja, karena jalan dengan dua orang cewek pasti merepotkan.

“Kalian pasti lama memilih barang. Dari pada nanti papi hanya melongo di mall, sebaiknya tetap di hotel sama anak-anak,” itu jawaban suamiku, ketika aku mengajaknya.

“Nanti biar papi ajak anak-anak makan di resto aja. Jadi mami ga usah beli apa-apa,” pesan suamiku ketika aku sudah hendak keluar dari pintu kamar.

Adikku ternyata sudah menunggu di depan kamarnya. Setelah melihat aku keluar dari kamar, segera dia mendekatiku. Kami pun mulai berjalan menuju lift. Aku memilih pakaian santai. Baju kaos lengan pendek, dan celana ketat seperti legging. Pakaian yang aku gunakan tidak bisa menutupi bodi. Meski sedikit berlemak, tapi masih terlihat kurus dan ideal.

Kalau adikku, jangan ditanya. Dia lebih berani dalam berpakaian. Meski punya anak, tubuhnya masih terlihat proporsional. Tidak ada lemak yang menghinggapi bagian perutnya. Ketika berpakaian, terlihat seperti wanita yang belum pernah melahirkan. Aku melihatnya menggunakan terusan hitam berada di atas lutut dengan lengan pendek.

Meski terusan, tapi pakaiannya terlihat santai. Bukan pakaian terusan resmi seperti mau ke pesta. Tapi lebih mirip seperti daster, tapi tidak meninggalkan kesan mewah. Itu lah adikku. Dari dulu memang dia paling berani soal berpakaian. Tidak heran, masih SMA sudah memiliki pacar. Sedangkan aku, ketika kuliah baru punya pacar.

Perjalanan ke mall kami lewati dengan obrolan santai. Adikku sendiri terlihat cuek, meski menjadi pusat perhatian sepanjang jalan. Dia tidak pernah menggubris, meski memergoki mata pria yang memerhatikannya.

“Kamu tidak dimarahi suami berpakaian seksi begini,” aku coba mengingatkannya.

Hehehehehehe, dia hanya ketawa mendengar omonganku. Memang aku tidak heran dengan penampilannya. Ketika ke butik, sering menggunakan pakaian seksi. Tapi masih dalam batas wajar. Apalagi ke butik menggunakan mobil, sehingga jauh dari pandangan mata pria hidung belang.

“Malah ketawa. Kamu jalan tanpa suamimu loh. Nanti kalau digoda orang gimana,” peringatanku semakin tegas.

“Cici santai aja. Kaya ga kenal adikmu ini aja. Sudah biasakan melihat aku berpakaian seksi begini,” kata Adikku menjawab sekenanya.

Sikap cuek yang diperlihatkan adikku hanya membuatku terdiam. Tidak terhitung berapa pria yang menatap tajam ke adikku. Aku sendiri hanya menggelengkan kepala. Adikku tidak perduli, meski diberitahu kalau ia dijadikan objek mata pria hidung belang. Bahkan Esti nampak tertawa kecil, dan berbisik “udah ci, cuekin aja”.

“Pantas suamiku memiliki fantasi seks dengan Esti. Penampilannya memang seksi. Lekuk tubuhnya menggoda setiap pria yang kami lewati,” gumamku dalam hati. Aku pun akhirnya tersenyum kecil.



Bersambung…………….
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd