Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Kejujuran Yang Menyakitkan



POV Orang Ketiga

Suasana nampak sepi. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun interiornya terkesan mewah. Ada tiga kamar di rumah itu. Hening tanpa suara. Seorang anak kecil berusia lima tahun, nampak sedang bermain dengan pengasuhnya. Tidak ada aktivitas lain di rumah itu, dan perempuan yang memasak di dapur.

Kamar utama tidak ada aktivitas. Sepasang suami isteri terlihat sedang tertidur pulas. Keduanya sudah tidak menggunakan pakaian. Selimut tebal berwarna putih yang menutupi tubuh keduanya, sedikit terbuka. Menampakkan buah dada perempuan berukuran sedang dengan pentil coklat yang condong ke pink.

Pasangan suami isteri itu baru menyelesaikan pergumulan yang luar biasa. Nafsu birahi memuncak hingga mencapai kepuasan. Sang perempuan terlihat lebih buas ingin memangsa pasangan lelakinya. Tidak terhitung berapa kali mereka bergumul yang menguras tenaga cukup besar. Akhirnya tertidur hingga menjelang siang.

Ouuwwhhhhppp….. hhmmmmm….. suara lelaki itu pelan. Perlahan dikecupnya dahi perempuan belahan jiwa di sebelahnya. Cukup lembut, sehingga membuat perempuan tersebut tersadar. Perempuan itu membuka mata dan tersenyum lebar. Lesung pipitnya, dan gigi ginsul menambah kecantikan perempuan itu.

“Sudah jam berapa…” ungkap perempuan itu.

“Jam 10 pagi… nampaknya kita kesiangan bangun,” balas si lelaki.

“Mungkin kita kecapean sayang…. Tapi rasanya segar pas bangun tidur....,” sang perempuan menimpali.

Lelaki itu kemudian berinisiatif ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu. Sedangkan si perempuan, masih meluruskan setiap sendi tubuhnya. Sedikit rasa pegal, akibat pertempuran hebat yang berlangsung tadi malam. Entah berapa kali ia mengalami orgasme, sehingga tenaganya sangat terkuras.

Sayup-sayup terdengar pancuran air dinyalakan. Pertanda seseorang sedang berada di bawah guyuran air di kamar mandi. Gemericik air terus terdengar membelah keheningan suasana di dalam kamar. Perempuan yang tadi hanya tergolek di tempat tidur, kini mulai bangkit. Ia mengambil sebuah handuk dan melilitkannya hingga menutupi susu yang menyebul.

“Sayang….. buka pintunya….. aku juga mau mandi…..,” ucap si perempuan memanggil lelaki yang ada di dalam kamar mandi.

“Sama isteri sendiri aja pintu kamar mandi pakai dikunci segala….,” si perempuan sedikit sewot.

“Takutnya si mbak masuk mengambil pakaian kotor. Kan ga enak, kalau tiba-tiba masuk kamar mandi…,” lelaki itu beralasan.

“Kalau mbaknya masuk pas kamu mandi, ajak sekalian mandi bareng….,” perempuan itu menimpali.

Nampak obrolan mereka tanpa batasan. Padahal keduanya merupakan pasangan suami isteri yang sangat dihormati. Namun ketika berduaan, terkadang candaan vulgar mengarah ke seks menjadi hal yang biasa. Keduanya sudah terbiasa terbuka soal hubungan seks. Bahkan beberapa perempuan itu mengungkapkan khalayannya disetubuhi laki-laki lain.

Sang suami masih belum berani memberikan izin. Takut salah pilih, atau kabar seks bebas di keluarga mereka tersebar. Tentu sangat memalukan. Meski ada pergolakkan hati disertai nafsu yang ingin melihat langsung isterinya disetubuhi. Lebih dari itu, keinginan berhubungan seks bersama-sama juga sebetulnya muncul.

Tukar pasangan yang sulit diwujudkan. Karena sangat sulit mencari pasangan cocok. Apalagi lelaki itu merupakan seorang yang sangat dihormati di kalangan karyawan, maupun koleganya. Tentu harga diri keluarga tetap harus dijaga.

Keduanya kini sudah berada di bawah pancuran air. Saling membelai satu sama lain. Sesekali mereka saling memberikan kecupan mesra. Bahkan saling mengulum bibir. Meski mulai ada rangsangan, keduanya nampak enggan menuntaskan ke hubungan seks. Pasangan suama isteri itu masih merasa cukup kelelahan.

“Sayang….. menurut kamu koko Dean orangnya gimana,” isterinya membuka pembicaraan.

“Hhmmm…. cool, santai, enak diajak ngobrol,” suaminya menyahut dengan santai, tanpa berpikiran aneh.

“Maksudnya… bukan itu…. Kamu mengertikan keinginan aku….,” sang isteri sedikit cemberut, namun tetap bermanja dengan suaminya.

“Aku belum berani membayangkan kesana…. Kamu tau kan, cici dan koko orangnya lurus-lurus aja…,” suaminya memberikan penjelasan sifat pasangan yang sedang mereka bicarakan.

“Kalau aku yang memancing boleh tidak….. siapa tahu mereka pasangan yang kita cari selama ini,” isterinya memohon.

“Jujur, aku juga tergoda dengan cici… tapi aku takut menyinggung perasaan kamu,” kata si suami.

“Kemarin pas bicara perkembangan butik, ada koko. Kalau aku perhatikan, matanya juga nakal,” isterinya memberikan penjelasan.

“Nakal gimana sayang,” sang suami mengekspresikan pertanyaan.

“Aku kan pakai hotpans pendek. Kebetulan juga kegerahan habis dari butik sama cici. Blazer aku lepas, dan tersisa tanktop tipis warna putih. Nah, kebetulan koko ambil minum di kulkas samping tempat aku duduk,” isterinya mulai bercerita.

“Hhmmm…….,” hanya itu yang dikeluarkan sang suami.

Seolah mengerti, sang isteri melanjutkan ceritanya.

“Kalau dilihat sih, matanya tidak lepas memandang tubuhku. Aku ga sengaja melihat. Matanya menelanjangi tubuhku. Dari kaki hingga rambut. Paling sering koko melirik susuku,” jelas sang isteri.

“Kamu berani… nanti berhadapan sama cici kamu sendiri loh…..,” balas sang suami.

“Takut sih sayang…..tapi kadang ingin juga ngomong langsung sama cici….tpi cici kalau udah urusan keluarga biasanya tegas,” ungkap si isteri.

“Tapi cici dan koko memang pasangan teraman kalau kita mau merealisasikan fansasi seks,” suaminya menimpali.

“Ntar deh aku coba dulu ngomong pelan sama cici. Sebetulnya pengen curhat juga soal fantasi seks kita yang aneh. Tapi masih takut,” kata isterinya.

Keduanya menyudahi mandi bareng. Seluruh tubuh yang basah dikeringkan menggunakan handuk, dan langsung berpakaian. Kemudian keluar kamar menyapa isi rumah. Tidak lupa memanjakan anak semata wayangnya. Bersiap untuk makan, karena memang perut sudah menagih untuk diisi. Apalagi tenaga mereka terkuras habis.


JULIA


POV Julia

Aku terbangun pukul 12 siang. Pertempuran dengan suaminya hingga pukul 2 pagi, membuatku tertidur pulas. Tidak ada tenaga yang tersisa ketika pertarungan usai. Tidur menjadi pilihan untuk memulihkan tenaga kembali. aku berinisiatif bangun sebelum suaminya terbangun. Kamar mandi menjadi tujuan utama, untuk membasuh seluruh tubuh.

Bau cairan peju menyengat. Benar saja, setelah pertarungan terakhir, aku sangat kelelahan. Bekas peju suamiku yang menetes di memekku, belum sempat dibersihkan. Suamiku sendiri pun ikut tidur. Wajar kalau kamar yang kami tempat bau peju menyengat. Apalagi jendela belum dibuka, hanya desiran pendingin ruangan yang menyejukkan.

Pancuran air aku hidupkan. Terbayang bagaimana birahi suamiku yang melonjak. Tidak biasanya pertempuran hebat terjadi. Paling kami saling memuaskan satu sama lain. Setelah orgasme bersama-sama biasanya langsung tidur. Tetapi sejak sore kepulang adikku kemarin, kami bertempur hebat hingga pukul 2 pagi.

Memang ada terbesit pertanyaan dalam hatiku. Tetapi aku tidak ingin mengganggu suasana hati suamiku. Pertanyaan yang mendasar, nafsu birahinya yang besar. Bukan tidak pernah seperti itu. Tapi sangat jarang. Biasanya itu terjadi, kalau suamiku sedang berfantasi melihat seseorang menurutnya mendorong nafsunya bangkit.

Soal hubungan seks, kami memang terbuka. Meski dari luar orang menilai kami kaku terhadap aturan. Apalagi menyangkut urusan keluarga. Kami hampir tidak pernah mengekspose hubungan seks dengan orang lain. Semuanya kami bicarakan berdua. Itu membuat hubungan kami tetap harmonis, meski suamiku sendiri mempunyai fantasi seks yang aneh. Suka berimajinasi dan berkhayal berhubungan dengan wanita lain.

Sebagai isteri aku memberikan kebebasan. Tetapi aku selalu mengingatkan, agar tidak kebablasan. Takut terkena penyakit. Apalagi tidak diketahui, apakah cewek itu bersih atau tidak. Kadang aku cemburu kalau suamiku mengungkapkan fantasinya. Marah, cemberut, dan langsung ngambek. Setelah dirayu dan digoda, dicumbui, nafsuku langsung bangkit.

Segera kuselesaikan mandiku. Aku masih menyimpan sejumlah pertanyaan terhadap suamiku. Tapi aku akan membicarakan ketika mood kami sedang nyaman. Bisa pada saat makan nanti, atau kebetulan sedang jalan-jalan berdua. Aku tidak ingin merusak moodnya yang berakibat keharmonisan keluarga kami terganggu.

Sebagai perempuan normal, aku juga punya nafsu seks. Memang tidak hyper, tetapi ada kalanya nafsu birahi sedang tinggi. Sangat ingin berhubungan seks. Aku hanya melampiaskan kepada suamiku sendiri. aku bukan tipikal wanita yang suka berfantasi seks. Sangat berbeda dengan suamiku.

Aku lebih bisa menahan nafsu untuk menunggu suamiku pulang kantor. Biasanya aku langsung aku lampiaskan. Setelah selesai, paling langsung tidur. Tidak berhubungan seks lama. Kehidupan seks yang normal.

Selesai berpakaian, aku langsung menuju dapur. Daster tipis berwana pink yang aku pilih. Tidak lupa menggunakan celana pendek untuk menutupi lekuk pantatku. Pengasuh anakku pastinya tidak datang. Anakku sedang bersama opa dan omanya. Aku memang tidak menggunakan assisten rumah tangga.

Urusan dapur, aku kerjakan sendiri. Kalau cucian kotor, dan setrikaan itu aku serahkan ke laundry. Aku ingin melayani suami dengan tanganku. Kalau tidak sempat masak, biasanya kami memilih makan di luar. Aku memilih menjadi ibu rumah tangga, dan mengerjakan semuanya sendiri. Sekarang, sudah mulai disibukkan pada urusan butik yang aku jalankan bersama Esti.

“Papi….. bangun sayang, udah siang…..,” ucapku lembut mencoba membangunkan suamiku yang masih tampak tidur pulas.

“Hhmmmm… jam berapa sayang,” jawab suamiku singkat.

“Sudah jam 1 siang. Bangun dulu yuk, mami sudah siapkan makanan,” kataku dibarengi dengan kecupan di dahi suamiku.

Suamiku mulai membangunkan tubuhnya. Tidak lupa kecupan lembut mendarat di dahi, pipi, dan terakhir di bibirku. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Sudah biasa memang suamiku bersikap romantis begitu.

Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Aku langsung meninggalkan kamar menuju ruang makan. Semua makanan yang sudah aku masak, kutata di meja makan. Memang kebiasaan kami sekeluarga untuk makan bersama. Apalagi suamiku sibuk, dia selalu berusaha menyempatkan makan malam bersama di rumah.

Kota kelahiranku bisa dikatakan cukup besar. Meski begitu, kemacetan yang terjadi tidak sepaharah di kota besar di Pulau Jawa. Semacetnya jalan, suamiku selalu pulang lebih awal. Tidak pernah pulang hingga pukul 10 malam. Bahkan lebih banyak pulang sore hari, karena memang jam kantor berakhir pukul 4 sore.

Tidak terlalu lama aku menunggu, suamiku sudah keluar dari kamar. Masih nampak rambutnya basah, akibat guyuran air. Maklum habis pertempuran tadi malam, tentunya perlu mandi yang bersih. Suamiku langsung duduk di meja makan. Aku langsung mengambilkan piring, dan nasi untuknya.

Tidak ada pembicaraan serius selama makan. Kami hanya membicarakan anak-anak, dan keseharian suamiku di kantor. Aku berpikir sekarang mood suamiku sedang bagus. Memang saat yang tepat membicarakan masalah permainan tadi malam. Mungkin dia bisa lebih terbuka, apa yang membuat nafsunya semakin menggebu.

Meski momentnya tepat, tapi aku urung membicarakannya di meja makan. Aku ingin membawa suamiku ke suasana yang lebih santai. Mungkin bisa dipikirkan dengan mengajak suamiku ke mall, atau sekedar menikati suasana pantai di kota kami sore hari.

“Papi masih capek ga sayang. Istirahat tadi malam sudah cukup kan,” ungkapku mengawali pembicaraan setelah selesai makan.

“Sudah lumayan, tidak terlalu capek. Memangnya kenapa sayang….,” jawab suamiku dibarengi dengan lontaran pertanyaannya.

“Ga papa sih. Kayanya mami pengen beli sesuatu di mall, sekalian ada beberapa kebutuhan rumah yang habis. Anterin mami ke mall ya,” ungkapku.

“Boleh deh. Papi juga kayanya pengen cari suasana. Mumpung kita berduaan, sekalian nostalgia masa pacaran,” canda suamiku.

“Papi ganjen. Kaya anak muda aja,” aku mulai memancing suasana hati suamiku.

Ucapanku hanya ditanggapi ejekan dari suamiku. Candaannya hanya kutanggapi dengan senyuman, sambil merapikan meja makan. Ia pun berlalu meninggalkanku menuju kamar. Kuselesaikan semua pekerjaan di dapur, termasuk mencuci piring. Aku pun menyusul suamiku masuk kamar.

Nampak suamiku sedang mempersiapkan diri. Celana jeans berwarna biru dan baju kaos kerah merk orang main golf berkuda menjadi pilihannya. Tidak lupa farfum rempah berbotol biru tua dengan gambar orang berkuda main golf disemprotkan. Aku langsung paham. Akhirnya mulai menanggalkan daster yang kupakai, untuk berganti dengan pakaian yang lebih pantas.

Legging hitam tipis aku kenakan. Dibalut dengan baju panjang yang menutupi hingga paha berlengan pendek berwarna putih. Belahan dadanya agak turun, sehingga mempertontonkan sedikit payudaraku. Aku sengaja berpenampilan menggoda. Maksudnya untuk memancing suamiku, agar moodnya tetap bagus. Jadi pembicaraan kami bisa lebih terbuka.

Kami menuju salah satu mall yang berada di pinggir pantai. Berjalan masuk mall dan memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu. Berkeliling mall hingga akhirnya mulai terasa lelah. Suamiku mengajak untuk istirahat di sebuah caffe yang menghadap pantai. Memasan minuman dan makanan ringan, untuk sekedar mengganjal perut.

“Kesempatan untuk bicara santai dengan ko Dean. Mumpun santai, dan pengunjung caffe juga tidak terlalu ramai,” gumamku dalam hati.

Aku dan suamiku mengambil tempat di pojokan. Keluar dari ruangan menuju balkon, untuk menikati sejuknya hembusan angin pantai. Suasana yang nyaman kami pilih, untuk tetap menjaga situasi yang romantis. Karena memang saat romantis sangat tepat untuk berbicara dari hati ke hati.

“Anginnya kencang mi, tapi terasa sejuk,” kata suamiku, ketika kami mulai duduk santai.

“Iya juga sih. Sudah lama kita ga menghabiskan waktu sama keluarga,” aku menimpalinya.

“Kapan ya mi. Hampir 10 bulan papi belum pernah cuti. Soalnya kota ini cukup nyaman, dan tidak perlu liburan ke luar daerah. Apalagi anak-anak senang bisa kumpul opa dan omanya,” ungkap suamiku.

“Enaknya kalau liburan berduaan, apa sama anak-anak ya pi,” aku mencoba memancing suamiku, agar mencurahkan keinginan hatinya.

“Kalau sama anak-anak, seru kali ya sayang. Liburan keluarga sambil menikmati pantai atau cari suasana baru alam pegunungan,” suamiku mencoba memberi penjelasan.

“Tapi kalau berduaan juga enak kali ya pi. Kita bisa mengulangi pertempuran kaya tadi malam, setiap saat,” aku terus melontarkan pancingan kepada suamiku.

“Benar juga ya mi. Kita hampir tidak pernah menghabiskan waktu berduaan. Apalagi sejak kelahiran Franky. Kita hampir tidak pernah liburan berduaan, selalu ada anak-anak,” Dean mulai serius.

“Ya, siapa tau kalau liburan berdua, bisa mengulang seperti tadi malam pi,” aku menjawab sekenanya, untuk melihat reaksi suamiku.

“Tadi malam enak banget ya mi,” suamiku mulai bertanya.

“Enak banget pi. Apalagi sudah jarang kita bertempur sehabat itu. Memek mami aja rasanya hampir tidak pernah kering,” aku mulai mengarahkan pembicaraan ke hubungan seks kami tadi malam.

“Masa sayang. Papi juga rasanya sudah jarang mencumbu mami berlama-lama. Paling-paling berhubungan seks sama mami, setelah sama-sama puas selesai. Tadi malam kayanya nikmat banget. Entah berapa kali papi sudah menyemprotkan mani ke memek mami,” kata suamiku mulai terbayang hubungan seks kami tadi malam.

“Iya sayang. Tapi apa ya yang membuat nafsu papi tadi malam seperti menggebu banget,” aku mulai mengorek pikiran suamiku.

“Hhmmmm….rasanya ada dorongan luar biasa mi. Kayanya papi berfantasi lagi,” suamiku mulai tertunduk.

“Perempuan mana pi….ada di kantor ya,” kucoba untuk terus bertanya.

“Orang dekat kita…” hanya itu yang keluar dari mulus suamiku. Mukanya berubah sedikit memerah, dan menunduk.

“Ayolah sayang, kita sudah terbiasa untuk terus saling terbuka. Mami tahu papi punya fantasi seks. Tapi mami tidak marah. Mencoba memahami papi, sepanjang jujur dengan mami,” aku mencoba menenangkannya.

“Esti mi….” jawab suamiku singkat.

Aku langsung terdiam. Tidak menyangka hubungan seks kami yang cukup panas, ternyata datang dari fantasi suamiku terhadap adik kandungku. Sebetulnya aku pengen marah. Tapi mencoba tetap tenang. Tidak ingin menghancurkan suasana romantis kami yang sedang berlangsung. Lagi pula, aku tidak mengecewakan suamiku.

“Papi ingin tidur Esti,” kataku mulai memecah kebisuan. Aku sendiri heran, kenapa pertanyaan itu justru terlontar. Tidak mungkin rasanya aku menyerahkan adik sendiri kepada suamiku. Jangankan adik sendiri dengan orang lain saja, aku tidak rela. Aku hanya mengizinkan suamiku sebatas berfantasi.



***

POV Orang Ketiga

Hancur rasanya hati Julia. Membayangkan suaminya berfantasi seks dengan adik kandungnya. Itu terjadi, ketika ia bersama suaminya melakukan berhubungan seks. Tidak menyangka, kalau suaminya memiliki fantasi terhadap adiknya sendiri. Padahal, pertemuan antara adiknya dengan suaminya termasuk sering.

Tidak pernah sekali pun suaminya memilik fantasi terhadap adiknya. Paling-paling, biasanya dia berfantasi dengan sekretarisnya, atau mungkin dengan beberapa staf di kantornya. Kali ini benar-benar membuat hati Julia sedikit terbakar. Bukan persoalan fantasi seks suaminya. Namun karena melibatkan adik kandungnya.

Meski begitu, Julia tetap mencoba menahan diri. Tidak ingin menghancurkan suasana hati semuanya yang lagi senang. Mereka tetap melanjutkan berbelanja kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya makan malam, sebelum tiba di rumah. ia tetap meladeni candaan suaminya, dan perbincangan romantas, meski pikirannya sedikit terganggu.

“Kenapa bisa adikku sendiri….” gumam Julia dalam hati.

“Bukan kah bisa membayangkan orang lain. Apa mungkin karena kedatangan Esti kemarin yang menggunakan pakaian seksi,” pikiran Julia terus menerawang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Pasangan suami isteri itu mulai memasuki rumah mereka dengan bergandengan tangan. Julia menggelayut manja menyandarkan kepalanya di tangan suaminya. Mereka berjalan memasuki rumah sambil membawa belanjaan yang sudah dibeli dari mall.

Belanjaan yang telah dibeli, dirapikan Julia menyesuaikan tempatnya. Dean sendiri langsung masuk kamar. Setelah selesai menyusun belanjaan, Julia menyusul Dean ke kamar. Dean sendiri asik memainkan HP sambil berbaring di tempat tidur. Julia langsung melepaskan seluruh pakaian bermaksud mengganti bajunya.

Legging hitam sudah dilepas, baju pun sudah tidak melekat di tubuh Julia. Ketika hendak melepaskan kaitan branya, Julia tersentak. Ada tangan yang menarik pinggulnya mengarah ke belakang. Ia pun langsung terduduk di ujung tempat tidur. Tidak lama, mulut basah langsung menciumi leher bagian belakangnya.

Julia pastinya sudah menduga, itu perbuatan Dean. Tidak ada orang lain di kamar, kecuali suaminya sedang rebahan mengecek HPnya. Ia memilih untuk diam menikmati setiap cumbuan yang diberikan suaminya. Rambut panjang terurai sepunggung, tidak menghalangi ciuman demi ciuaman yang diberikan suaminya.

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

Hanya lenguhan tertahan yang dikeluarkan Julia, ketika bibir Dean menyentuh kulit lehernya. Tangan Dean mulai aktif meraba susu Julia dari belakang. Kaitan branya masih menempel. Remasan tangan Dean ke susu Julia tanpa melepaskan bra. Mulut Dean sibuk mencari titik rangsangan untuk Julia.

“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget mi…..terus sayang….” Desahan Julai kembali keluar.

“Mami kebayang ga, kalau papi sedang mencumbui Esti,” bisik Dean pelan, sambil terus memberikan rangsangan terhadap Julia melalui remasan di susunya.

“Apa ga ada orang lain selain Esti sayang,” Julia mencoba menyadarkan Dean.

“Aku terangsang melihat penampilan seksi Esti kemarin sayang. Rasanya sulit dibayangkan bagaimana bisa menikmati tubuh Esti,” fantasi Dean semakin liar.

Pikiran Julia kembali berkecamuk. Ia ingin membiarkan suaminya berfantasi seks. Pada satu sisi, ia tidak tega kalau fantasi itu melibatkan adik kandungnya. Namun rangsangan yang diberikan Dean, tidak memberikan kesempatan Julia berpikir lama. Ia semakin terhanyut mengikuti cumbuan Dean.

Dean membalikkan tubuh Julia. Keduanya mulai saling menempelkan mulut. Tidak hanya menempel, namun saling membuka mulut, mengeluarkan lidah. Saling serang menggunakan lidah hingga ke rongga mulut. Julia mulai terpengaruh terhadap rangsangan yang diberikan suaminya. Ia merasakan cairan memeknya mulai mengalir, pertanda nafsunya bangkit.

Perlahan Dean mulai membaringkan isterinya. Mencumbui setiap inci tubuh Julia hingga susu bagian atasnya. Tangan Dean sudah tidak lagi meremas susu Julia. Namun sudah mengarah ke bagian tengah celana dalam Julia. Sedikit lembab, pertanda Julia sudah mulai terangsang.

Susu Julia akhirnya keluar dari Bra, tanpa melepas kaitannya. Dean segera mengisap pentil susu Julia yang mulai mengeras. Tangannya mulai aktif. Bukan lagi sekedar mengusap, namun mulai menekan pertengahan celana dalam Julia. Mencoba menggesek-gesek bibir memek Julia yang lembab.

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… ,” Julia mulai mengeluarkan desahan. Memeknya sudah mulai terasa gatal. Air yang keluar dari memeknya, semakin banyak. Celana dalam yang digunakannya semakin bahas. Dean sendiri menikmati setiap cairan pelicin yang keluar dari memek isterinya.

Cumbuan Dean mulai mengarah turun ke perut. Sekali tarik, celana dalam Julia sudah hilang. Bulu tipis terawat yang menghiasi di memek Julia sudah terlihat. Jari tangan Dean terus bermain-main memberikan rangsangan di dinding memeka Julia. Desahan Julia semakin tidak keruan. Ingin terus mendapatkan kenikmatan.

Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp…..

Entah kapan, lidah Dean sudah bermain di memek Julia. Perlakuan Dean membuat Julia semakin tidak terkontrol. Desahan Julia semakin sering terdengar.

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

“Papi…. Ooouwwhhhhh… Sststststsss ehehememe……jilatin terus klentit mami……. mami sudah ga kuat….terus sayang…..,” rengek Julia seperti memohon.

Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp…..

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh…

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… mami mau sampai….. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh…,” Julia mengeluarkan desahan panjang. Badannya ikut mengejang. Kakinya menjepit kepala Dean, agar tidak lepas dari memeknya.

Crrooooottttttt……… crreeeettttttttt…….. creeeeetttttt…….. memek Julia mengeluarkan cairan kenikmatan berulang kali. Badannya melengkung ke atas, namun memeknya terus mendesak ke mulut Dean. Nafas Julia nampak terengah menikmati orgamsenya. Perlahan jepitan kaki Julia di kepala Dean mulai melemah.



Bersambung………………
 
Pedekatan dengan Adikku

JULIA


POV Julia

Dalam sisa orgasmeku, pikiran mulai menerawang. Membayangkan hebatnya nafsu suamiku, ketika fantasi liarnya berkembang. Tentunya aku sangat menginginkan hubungan seks kami berkualitas. Mampu memberikan luar biasa. Jika aku membuyarkan fantasinya, pasti akan berpengaruh terhadap hubungan seks kami.

Mataku masih terpejam, menikmati keluarnya cairan memekku. Namun pikiran berkecamuk. Persoalan fantasi seks liar suamiku sudah lama kami bicarakan. Aku tidak masalah. Tetapi kini, adik kandungku yang menjadi fantasinya. Tidak pernah terbayang memang, ketika berhubungan seks dengan suamiku, melibatkan adikku sendiri.

Nafasku mulai teratur. Sisa-sisa orgasme yang aku alami, berhasil dikendalikan. Suamiku perlahan mulai mendekati wajahku. Bibirnya langsung menyentuh bibirku. Lidahnya begitu liar menyeruak masuk hingga rongga tenggorokan. Aku yang tengah melamun membayangkan adikku menjadi fantasi seks suamiku, tidak memberikan perlawanan.

Pikiranku melayang-layang. Terbesit bayangan wajah adikku. Sedih rasanya. Tapi melihat nafsu suamiku yang meledek, aku memilih memendam perasaan itu. Bahkan terbesit niat untuk mewujudkan fantasinya. Tetapi rasanya tidak mungkin. Adikku pasti menolak. Apalagi harus bersetubuh dengan kakak iparnya yang sangat dihormati.

“Sebaiknya nanti aku bicarakan, setelah pertempuran badan kami selesai,” pikirku dalam hati.

Nafsuku perlahan mulai naik kembali. Suamiku sudah menyedot-nyedot pentil susuku. Entah kapan kaitan branya berhasil dilepaskan. Tubuh bugilku, sudah terpampang dihadapannya. Suamiku memang pandai membangkitkan nafsuku. Apalagi ketika fantasi seksnya semakin liar. Tidak bisa dipungkiri, aku pun turut terbawa fantasi liarnya.

“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget pi…..terus sayang….” Desahanku tertahan.

Suamiku hanya melirik sebentar ke atas. Memperhatikan wajahku yang mulai memerah memendam nafsu yang mulai bangkit. Aktivitasnya berlajut. Jilatan, pilinan, dan sedotan bibirnya terhadap puting susuku, membuat nafsuku kembali bergejolak. Aku mulai mengambil inisiatif membalikkan badan.

Kini suamiku rebahan di kasur kami. Kakinya menjuntai ke bawah. Sasaran pertamaku, kontolnya yang dari tadi sudah berdiri. Ukurannya 17 cm dengan diameter 5 cm, membuat aku selalu terpuaskan.

Cuuuuppppp……. Cuuuuupppp…….. cuuuuuppppp….. mulutku mulai beraksi. Kepala kontolnya kukecup. Lubang kecil di kepala kontolnya, tidak lepas dari sasaranku. Aku jilat, sedot, dan sesekali aku masukkan kedalam mulutku. Itu terus aku lakukan berulang.

Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp…..

Suara bibirku ketika mulai menulum kontol suamiku. Ukuran yang besar, memang sedikit menyulitkanku. Namun demi memberikan pelayanan kepada suami, aku selalu berusaha untuk memasukkan semua kontolnya hingga rongga tenggorokan. Bahkan kini, aku mengocok kontolnya menggunakan mulutku maju mundur. Sesekali aku masukkan kedalam mulutku. Itu terus aku lakukan berulang.

Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup……

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Sststststsss….. ehehememe……

Lenguhan suamiku mulai keluar. Ia mulai menikmati permainan mulutku dikontolku. Aku terus berusaha untuk memberikan kenikmatan yang luar biasa. Terus aku lakukan, bahkan dengan bantuan tanganku mulai memainkan biji yang ada di pangkal kontolnya.

“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget mi…..terus sayang….” Desahanku tertahan.

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..

Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup……

Desahan dan suara kuluman mulutku terhadap kontolnya bersahutan. Terus aku lakukan, untuk memberikan kenikmatan luar biasa kepada suamiku. Aku ingin buktikan, isterinya masih mampu memberikan kenikmatan luar biasa. Meski suamiku sendiri mempunyai kelainan seksi, berupa fantasi liarnya terhadap wanita.

“Mami….. papi sudah ga tahan. Nanti bisa crooot…..,” kata suamiku. Tangannya menahan gerakan kepalaku yang maju mundur. Digesernya tubuhku ke sebelah kiri. Aku tetap berposisi menungging, sama ketika mengulum kontolnya. Suamiku langsung mengambil tempat di belakangku.

Blllleeeeeesshhhh……. Kontol suamiku langsung tenggelam ke dalam lubang memekku dari belakang. Terasa sesak, dan aku mendapatkan sensasi yang berbeda. Kontolnya mampu menyentuh lebih dalam ujung rahimku. Aku merasa sedikit kesakitan disertai rasa geli, akibat sentuhan ujung kontolnya di ujung rahimku.

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh… oouuwwhhhhhhhhhhoouwwwhhhhhh……………

Ketika itu, hanya desahan yang mampu kelaur dari mulutku. Suamiku sangat memahami kondisiku. Setiap memasukkan kontol ke dalam memekku, ia tidak langsung menggoyang. Namun membiarkan memekku menyesuaikan ukuran kontolnya. Ketika cairan memekku sudah mulai keluar, baru ia menggoyangnya.

Goyangannya perlahan. Menyesuaikan dengan gerakan pinggulku yang kini sudah merasa nyaman dengan keberadaan kontolnya.

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…,” hanya desahan yang bisa aku keluarkan dengan mata terpejam merasakan nikmatnya sensasi ujung kontol suamiku menyentuh ujung rahimku.

Plooook….. ploookkkk….. ploookkk…… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Desahan dan benturan badan suamiku terhadap pantatku bersahutan. Posisi yang ideal untuk memberikan kenikmatan luar biasa terhadap perempuan. Kontolnya yang menyentuh rongga rahim memberikan sensasi luar biasa. Geli bercampur nikmat yang sulit dibayangkan. Hanya desahan yang keluar, untuk memberikan kode kenikmatan.

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Suamiku mulai mempercepatan genjotannya. Suami desahan kami mulai bersahutan. Aku mulai mengikuti irama genjotan suamiku. Pantatku yang menyatu dengan pangkal pahanya bersahutan. Mengeluarkan bunyi yang tidak kalah seru dengan desahan kami.

Plooook….. ploookkkk….. ploookkk……

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…,” hanya desahan yang bisa aku keluarkan.

“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget pi…..terus sayang….,” desahanku tertahan.

“Papi…. Ooouwwhhhhh… Sststststsss ehehememe…… mami sudah ga kuat…..,” rengekku.

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… ,” aku terus mendesah.

“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… mami mau sampai…..,” desahanku semakin panjang.

Crrooooottttttt……… crreeeettttttttt…….. creeeeetttttt…….. memekku mengeluarkan cairan kenikmatan berulang kali. Membahasi batang kontol suamiku. Aku menjatuhkan tubuhku. Wajahku terbenam ke tempat tidur. Nafas mulai tersenggal. Menahan nikmat yang luar biasa. Perlahan kekuatanku mulai kembali, nafsuku masih bertahan, akibat batang kontolnya yang masih menegang di dalam memekku.

Aku mengambil kendali. Kontol suamiku aku lepas dari memekku. Tubuh suamiku mulai kurebahkan. Badanku mulai menaiki tubuhnya. Aku posisikan mengangkang di atas kontol suamiku. Pantatku mulai aku turunkan ke kontolnya yang sudah menegang. Blllleeeeeesshhhh…….

Kontolnya mulai terbenam ke dalam memekku. Aku diamkan beberapa saat untuk menerima sensasi kerasnya kontol suamiku yang menggapi mulut rahimku. Aku tidak langsung menggoyang. Kubiarkan kontol suamiku tenggelam jauh dalam memekku. Cairan sisa orgasmeku di memek masih membanjiri.

Setelah mampu menyesuaikan memekku dengan kontolnya, aku mulai berinisiatif menggoyangkan pantat. Bukan goyangan naik turun. Namun maju mundur, sesekali aku memutar pantatku. Itu untuk memberikan sensasi terhadap kontol suamiku, agar tetap menyentuh mulut rahimku, namun batangnya aku goyang, sehingga bibir memekku menjempitnya.

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…

Suamiku mulai mengeluarkan desahan. Untuk urusan Women On Top (WOT), aku pastinya ingin dominan. Aku ingin menguasai sepenuhnya suamiku.

“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget mi…..terus sayang….” Desahanku tertahan.

“Mami…. Ooouwwhhhhh… Sststststsss ehehememe……gesekin lagi memeknya sayang……. Papi sudah mau sampai ….terus sayang…..,” kata suamiku.

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss…..

Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh… oouuwwhhhhhhhhhhoouwwwhhhhhh……………

“Papi……. Mami juga sudah mau sampai lagi….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… ehehememe…… Ooouwwhhhhh…,” aku mulai mengeluarkan suara.

“Barengan sayang…. Papi sebentar lagi…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh…,” sahut suamiku.

Goyangan pantatku mulai cepat. Tidak lagi memutar, atau maju mundur. Tetapi sudah naik turun. Memekku menyempit. Dindingnya mulai berkedut, menandakan aku sudah akan meledakkan orgasmeku.

Creeeettttt…….. creeeeeeeetttttttttt……………. Creeeeeeet……………… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… aku mendesah panjang, bersamaan dengan orgamseku yang ketiga untuk malam ini. Tidak berapa lama, diikuti desahan suamiku dan kedutan kepala kontolnya yang menembakkan spermanya ke dalam rahimku.

Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Crooootttttt…. Crooootttttt…. Crooootttttt…. Crooootttttt…. Crooootttttt…. Crooootttttt…. Tujuh kali kontolnya menyemprotkan spermanya yang terasa hangat di rahimku. Aku pun menghentikan goyangan pantat. Aku majukan tubuhku, agar wajahku bisa meraih wajahnya.

Entah siapa uang mulai, bibir kami saling mengulum. Lidah kami saling bertautan, bertukaran air liur. Saling menyerang hingga rongga tenggorokan. Nafas kami terdengar memburu. Namun tetap ingin menikmati sisa orgasme yang baru kami capai bersamaan.


****

POV Dean

Usai berhubungan seks, aku dan isteriku masih rebahan di tempat tidur. Wajah isterinya menyandar di dadaku. Tangannya memeluk tubuhku dengan erat. Raut wajahnya menampakkan kelelahan. Pertempuran kelamin kami memang luar biasa. Dalam dua malam ini, kami melampiaskan semuanya.

Dorongan nafsuku memang semakin menjadi. Itu akibat fantasi seks terhadap Esti yang tidak lain adik kandung isteriku. Aku tidak pernah membayangkan akan berfantasi terhadap Esti. Namun penampilannya ketika datang ke rumahku, membuat nafsu seketika naik. Pakaian yang digunakannya memancing birahi.

Hotspan yang digunakan pendek dan ketat. Menonjolkan belahan pantatnya yang dibalut celana dalam G-String. Aku sempat melihat, ketika ia sedikit membungkuk untuk mengambil makanan di meja. Baju singlet yang digunakan Esti, terlalu pendek. Ketika membungkuk, terangkat hingga punggung dan menampakkan celana dalamnya.

Belum lagi bajunya sangat rendah. Itu menampakkan belahan susunya yang cukup menantang. Aku yang ketika itu mengambil air minum di sebelahnya, tentu tidak bisa mengendalikan nafsu. Kontolku langsung berdiri tegak. Sangat keras yang membuat fantasi seksku justru semakin liar. Ingin rasanya langsung aku gumuli.

Menjadi seorang laki-laki yang mempunyai fantasi seks, memang bukan keinginanku. Fantasi itu sendiri datang tanpa sengaja. Itu akibat kegemaranku membaca cerita yang ada di forumsemprot. Awalnya biasa saja. Namun lama-lama aku mulai membayangkan bisa berhubungan seks dengan perempuan lain, terutama yang sudah bersuami.

Semakin lama, keinginan itu semakin kuat. Aku pun menceritakan semua itu kepada isteriku. Awalnya memang tidak bisa terima. Tapi akhirnya dia mulai mengerti. Syaratnya, hanya sebagai fantasi, tidak diwujudkan. Tidak boleh melibatkan orang dekat, melainkan orang lain yang ditemui di luar keluarga.

Entah kenapa, justru sejak kemarin hingga mala mini, fantasi yang kurasakan justru terhadap Esti. Adik kandung isteriku yang sebetulnya sudah sering berkunjung ke rumah kami. Dulu tidak pernah terbayangkan. Puncaknya kemarin, ketika melihat Esti berpakaian menantang yang mempertontonkan lekuk tubuhnya.

“Papi membayangkan bersetubuh dengan Esti lagi ya…..,” pertanyaan isteriku cukup menohok.

Kami memang terbiasa untuk saling terbuka dalam setiap persoalan. Tidak ada yang ditutupi, bahkan untuk urusan seks. Aku berani menceritakan fantasiku, karena memang kami berusaha untuk saling memahami. Sejak awal bekeluarga, sudah sepakat untuk tidak saling berbohong.

“Cuma fantasi sayang. Tidak mungkin juga mewujudkannya. Pastinya sulit. Apalagi adik kandung mami,” jawabku sekenanya.

Isteriku mulai menunjukkan wajah yang tidak senang. Ia nampak berpikir keras. Tentu saja, dia pasti merasa tidak nyaman kalau hubungan seks kami melibatkan adiknya. Kalau mungkin fantasi dengan cewek lain, isteriku bisa terima. Tapi sekarang melibatkan adiknya. Tentu ada perasaan tidak senangk.

“Itu hanya fantasi mi. Mudahan nanti tidak terjadi lagi. Mungkin ada cewek lain yang menggantikan fantasinya,” aku melanjutkan pembicaraan sambil memejamkan mata. Pastinya ada perasaan tidak enak, takut isteriku tersinggung.

“Coba kalau Esti mau ya pi. Pasti fantasi papi mudah diwujudkan. Ketika kita berhubungan seks, kualitasnya pasti meningkat,” ucapan isteriku terdengar pelan, tapi meyakinkan. Aku sendiri sedikit kaget. Apa mungkin isterinya mengucapkan itu dengan sadar.

“Mami tidak sedang bermimpi kan. Esti adik kandung mami loh,” aku mencoba menyadarkan isteriku kembali.

“Sebetulnya memang tidak ikhlas, kalau adikku yang menjadi korban fantasi papi. Tapi aku juga berpikir, kalau fantasi itu bisa terwujud, kualitas hubungan seks kita bisa membaik seperti sekarang. untuk mewujudkannya tentu tidak mudah. Perlu keberanian. Belum lagi kalau Esti tidak terima dan marah,” isteriku memberikan pandangannya.

“Mungkin bisa saja kita mulai pelan-pelan. Tapi kalau ada perasaan tidak enak, kita bisa hentikan,” aku memberikan penjelasan sekenanya.

“Apakah Esti rela. Apalagi harus mewujudkan dengan kakak iparnya sendiri. Belum lagi nanti kalau suaminya tahu. Pasti akan membuat hubungan keluarga menjadi tidak bagus,” isteriku mulai serius.

“Gimana kalau mami coba dekatin juga Rully. Dengan begitu, Rully tidak dirugikan. Isterinya bisa berhubungan seks dengan papi. Sedangkan Rully bisa menyetubuhi mami,” ideku meluncur begitu saja dari mulut.

Sedikit merasakan gugup. Takut isteriku tiba-tiba marah. Apalagi kali ini untuk mewujudkan fantasiku berhubungan dengan isteri orang melibatkan adiknya, serta dia sendiri. Artinya isteriku harus berkorbang merelakan tubuhnya dinikmati adik iparnya. Tentunya sebuah persoalan yang cukup rumit.

“Papi rela kalau tubuh mami dinikmati Rully. Apa tidak ada rasa cemburu di hati papi melihat isterinya digauli orang lain,” ungkap isteriku meyakinkan.

“Kalau cemburu pasti ada. Tapi jujur pastinya hati papi terbakar. Itu serunya kalau kita bisa tukar pasangan. Api cemburu yang membakar bisa membangkitkan gairah seks pasangan suami isteri,” aku memberikan penjelasan kepada isteri.

“Sok tahu papi. Dari mana orang cemburu bisa meningkatkan gairah seks,” tanya isteriku.

“Itu bisa dilihat dari beberapa artikel sayang. Papi sebetulnya sudah sering membaca artikel yang menceritakan hubungan seks bertukar pasangan. Gairah laki-laki dan perempuan bisa semakin meningkat. Bahkan kualitas hubungan seks suami isteri bisa menjadi lebih dahsyat,” aku mencoba menjelaskan beberapa artikel yang pernah dibaca.

“Bukanya kalau orang cemburu itu akan emosi. Saking emosinya, tidak jarang akhirnya terjadi pertengkaran,” isteriku semakin serius mempertanyakan itu.

“Kalau yang papi baca diartikel justru sebaliknya sayang. Suami atau isteri yang melihat pasangannya bersetubuh dengan orang lain, emosinya memang meningkat. Tetapi, emosi itu bisa dilampiaskan kepada orang yang menjadi partner tukar pasangan. Akhirnya kualitas seksnya semakin bagus,” ungkapku memberi penjelasan.

“Berdasarkan artikel itu, ketika acara tukar pasangan selesai, suami isteri bisa melampiaskan emosi cemburunya saat berhubungan seks. Akhirnya saling ingin memuaskan,” lanjutku lagi.

“Hheeemmmmmm. Tapi kalau tiba-tiba nanti papi cemburu, emosi meningkat, akhirnya tidak terkontrol bagaimana. Bukankah hubungan keluarga menjadi tidak baik,” kata isteriku kembali meyakinkan aku.

“Sayaaangggg….. papi pasti bisa kontrol. Apalagi fantasi papi memang ingin berhubungan dengan wanita lain yang sudah bersuami. Yang penting, kita nikmati ketika berhubungan seks. Kalau kita menikmati, nantinya emosi karena cemburu terlupakan. Fokus kita hanya dilampiaskan kepada pasangan seks kita,” aku coba meyakinkan kembali isteriku.

“Papi kayanya ngebet banget. Apa papi tidak cemburu mami digauli Rully nantinya,” kata isteriku coba mencari keyakinannya.

“Cemburu pasti. Emosi iya. Tapi kan ada Esti yang bisa menjadi pelampiasan emosi papi,” kataku lagi.

“Papi ada ide untuk memulai pembicaraan dengan Esti dan Rully nanti,” isteriku kembali mengeluarkan pertanyaan, meski wajahnya sedikit dibenamkan ke dadaku. Ia mencoba meminta persetujuan.

“Mami sudah siap. Kalau mami sudah siap, pasti ada cara untuk membicarakan dengan Esti,” ucapku singkat.

“Entah lah. Mami belum memastikan siap atau tidak,” balas isteriku yang langsung memelukku lebih erat.

“Besok kita bahas lagi. Sebaiknya kita istirahat dulu,” aku mencoba membuat isteriku tenang.


JULIA


ESTI


***

POV Julia

Pukul 6 pagi aku terbangun. Mataku memandang ke arah suamiku yang masih tertidur. Kami masih bugil. Selesai pembicaraan, kami langsung tidur. Tidak terpikir untuk membersihkan diri setelah berhubungan seks. Aku lihat memekku masih ada sisa-sisa peju. Sudah mengiring, tapi mengeluarkan aroma yang khas.

Kubiarkan suamiku dengan tidurnya yang pulas. Sedangka aku, berinisiatif untuk bangkit dari tempat tidur. Sesegera mungkin masuk kamar mandi, untuk membersihkan diri. Pekerjaan selanjutnya, menyiapkan sarapan. Hari ini minggu. Suamiku masih libur kerja. Anak-anak masih di rumah opa dan omanya. Biasanya sore baru dianter, karena Senin harus sekolah.

Selesai menyiapkan sarapan, aku bergegas menuju kamar. Tidak terlihat lagi suamiku di tempat tidur. Hanya ada gemericik bunyi air dari kamar mandi. Aku pun merapikan tempat sprei tempat tidur. Semuanya berantakan, akibat pertempuran hebat kami tadi malam.

“Papi, mami tunggu di meja makan yah. Selesai mandi kita sarapan dulu,” kataku mengingatkan suamiku, agar bergegas menyelesaikan mandinya.

“Ok sayang,” jawab suamiku singkat.

Semua makanan sudah siap. Nasi goreng, ayam goreng, telor ceplok, ditambah sayuran yang aku masak seadanya. Sarapan kami sederhana, tetapi memang harus ada nasi. Maklum perut orang Indonesia tidak terbiasa hanya diisi dengan roti. Jadi nasi menjadi pilihan untuk sarapan setiap pagi.

Tidak ada pembicaraan serius selama sarapan. Kami hanya membahas persoalan rumah, anak-anak, dan menceritakan apa saja yang kami alami selama satu minggu terakhir. Obrolan yang lumrah dibahas pasangan suami isteri.

Selesai makan, kami memilih untuk berada di ruang keluarga. Suamiku menghidupkan televisi. Mencari siaran TV yang enak ditontot, untuk sekedar menghibur. Tidak lupa aku suguhkan kopi kesukaan suamiku. Ditambah beberapa potong kue yang kami beli di supermarket di mall kemarin. Suasana santai, diawali dengan pembicaraan yang santai pula.

Pembahasan kami akhirnya sampai ke persoalan butik yang aku kelola bersama Esti. Awalnya hanya perkembangan butik yang mulai mendapatkan kepercayaan distributor, dan pelanggan. Hingga akhirnya, membahas penampilan Esti sehari-hari ketika ada di butik. Sontak itu membuat pembicaraan kami kembali mengarah pada fantasi seks suamiku.

“Esti masih bisa berpakaian seksi. Perutnya masih rata. Lah mami gimana, masih ada tonjolan lemak,” kataku kepada suamiku, ketika kami bercerita penampilan adik kandungku di butik.

“Mami sebetulnya seksi. Tonjolan lemak di perut juga tidak terlalu besar. Masih pantas menggunakan pakaian ketat dan seksi. Buktinya kemarin, berani aja, meski masih tertutup,” kata suamiku memberikan pujian.

“Tapi papi senangkan kalau melihat Esti pakaian seksi. Pasti fantasinya bangkit lagi,” aku menimpali sekenanya.

“Mami kayanya belum siap yah. Cemburunya masih ada. Pasti kalau papi wujudkan fantasi sama Esti, mami emosi banget,” suamiku mulai meledek perasaan hatiku.

“Isteri mana yang ga cemburu sayang. Lagian papi fantasi seks malah sama adik mami. Ga ada yang lain apa,” kataku sambil menunjukkan muka yang cemberut.

“Bagus donk sayang. Artinya papi tidak perlu dengan orang lain. Kalau dengan adik mami pastinya terjamin. Kita sama-sama tahu kondisi kesehatan, dan kebersihannya,” suamiku coba membela diri.

Apa yang dikatakan suamiku ada benarnya. Dari pada mewujudkan fantasi seks suamiku dengan isteri orang. Apalagi kalau orang yang baru kenal. Kalau orangnya sudah kenal, lebih enak. Lebih mengetahui bagaimana perilakunya.

“Sebetulnya mami emosi pi. Tapi ada rasa penasaran juga sih. Gimana rasanya cemburu melihat suaminya berhubungan seks dengan orang lain. Mami juga pengen lihat cemburunya papi, ketika isterinya digauli orang lain,” ungkapku membalas ejekannya, meski aku masih menunjukkan muka yang cemberut.

“Yang punya fantasi seks papi, kenapa mami yang justru semangat ingin melihat rasa cemburu papi,” suamiku justru balik bertanya.

“Lagian papi fantasi seksnya aneh. Pengen berhubungan seks dengan isteri orang. Sekarang malah adik mami. Jadi mami penasaran juga, gimana perasaan papi kalau mami nanti berhubungan seks dengan Rully,” aku menjawab dengan tegas.

“Aku pasti siap. Tapi yang penting, mami harus siap. Jangan sampai mami belum siap, sehingga emosinya meledak. Mami perlu belajar berfantasi seks, agar nanti melihat papi berhubungan dengan cewek lain, emosinya dilampiaskan dengan partner sek mami,” ucap suamiku mempertegas keinginannya.

“Biar mami pikirkan dulu sayang. Mami sebenarnya ingin merasakan juga, tapi masih takut. Sekalian nanti mami cari cara bicara sama Esti,” ungkapku sambil menghela nafas.

Sama sekali tidak menyangka, kalau aku sendiri terbawa fantasi suamiku. Semakin ingin melihat suamiku berhubungan seksi dengan orang lain. Tapi ingin pula membakar rasa cemburu suamiku, ketika aku dijamah orang lain. Mungkin dengan cara ini, kami bisa semakin menunjukkan rasa sayang, dan saling memiliki.


***

Hari terus berlalu. Pembicaraan kami tentang fantasi seks terus terngiang. Entah kenapa pula, aku ingin mewujudkannya. Dalam hati, aku hanya ingin membakar rasa cemburu suamiku. Tetapi justru aku paling semangat ingin mewujudkannya. Meski sebetulnya, hatiku sendiri masih belum menyatakan siap.

Hampir setiap malam pula, kami membahas kesiapan hati masing-masing. Apakah nanti malah jadi persoalan, sehingga hubungan kami tidak harmonis lagi. Kami mendiskusikan berbagai pertimbangan. Risiko yang akan dihadapi, sampai akhirnya kami sepakat untuk mencoba membicarakannya dengan adikku sendiri.

“Mami sudah siap sayang. Bagaimana dengan papi. Apakah nanti tidak terbakar api cemburu,” aku mengawali pembicaraan malam itu, setelah kami berhubungan seks. Malam itu, aku mencoba berfantasi membayangkan tubuhku digauli Rully. Sedangkan suamiku, pastinya membayangkan dengan Esti.

“Papi yang mempunyai fantasi seks awalnya. Tentunya papi harus siap. Kalau mami masih ragu, sebaiknya ditunda dulu. Apalagi kita masih nyaman berhubungan seks, meski diselengi dengan fantasi,” ucap suamiku mencoba untuk memastikan keinginanku.

“Mami sudah putuskan untuk coba membuka pembicaraan dengan Esti besok. Mungkin sambil makan siang bersama,” aku meyakinkan suamiku, kalau sebetulnya sudah siap.

“Kalau ini terjadi, papi ingin kita terbuka. Tidak boleh main di belakang. Kalau papi ingin main sama Esti, harus ngomong sama mami. Begitu pula mami. Ketika ingin main dengan Rully, harus sepengetahuan papi,” suamiku mencoba membuat komitmen, agar tidak ada kebohongan diantara hubungan kami.

“Pasti sayang. Papi tidak boleh diam-diam mengunungi Esti. Apalagi sampai menculik Esti dari butik, tanpa sepengetahuan mami,” ucapku kali ini tegas mengingatkan.

“Baiklah. Kalau fantasi seks papi terwujud, kita sepakat tanpa kebohongan. Mami pun harus berani mengakui, ketika berhubungan seks dengan Rully,” suamiku menegaskan kembali.

Kami mulai menyusun rencana, bagaimana mengawali pembicaraan dengan Esti. Selanjutnya meyakinkan Rully untuk terlibat. Aku sendiri tidak tahu, kenapa ingin mewujudkan fantasi seks suamiku yang semakin besar. Padahal aku orang paling menentang. Anehnya, aku justru mengizinkan fantasi liar itu memenuhi pikiranku, ketika kami bersetubuh.

Tahapan rencana mulai kami susun. Itu akan diawali dengan aku mengajak makan siang Esti. Kamis siang, sesuai dengan rencana yang kami bicarakan, Esti dan aku makan siang di pinggiran pantai. Sengaja aku menelpon orang tuanya, agar menjemput anak-anak di sekolah. Alasannya, ingin bertemu dengan klien yang memesan pakaian dari butik.

Obrolan aku dan Esti sendiri sangat santai. Memang tidak langsung masuk ke dalam persoalan tukar pasangan yang kami rencanakan. Namun diawali dengan membicarakan rencana pengembangan butik, masalah anak-anak, dan lainnya. Kemudian perlahan aku menggiring Esti ke hubungan seks keluarganya.

Sebelum aku masuk pada cerita fantasi seks suamiku, ada baiknya mengetahui kondisi keluarga Esti. Tentunya yang pertama aku korek, bagaimana cara dia saling memuaskan satu sama lain. Apakah hubungan seks mereka normal, atau ada yang mengganggu.

“Ehhh… kalau Rully gimana memperlakukan kamu di ranjang,” omonganku masih dalam taraf kesopanan. Tidak ingin langsung vulgar dalam istilah seks yang kasar.

“Kalau itu sih rahasia ci. Yang penting bisa saling memahami, dan memuaskan satu dengan yang lain,” kata Esti. Aku dan adik kandungku memang saling terbuka. Tidak ada rahasia diantara kami, termasuk hubungan keluarga. Hanya kami tidak pernah saling cerita soal seks.

“Bagus lah. Artinya kalau mampu saling memuaskan, tidak ada potensi selingkuh,” ungkapku. Aku sendiri berpikir, agak sulit ingin mengajak Esti masuk ke dalam rencana kami. Apalagi hubungan seks dia bersama suaminya, tidak dalam masalah.

“Yang penting saling memahami ciciku sayang. Kalau kita tidak saling memahami satu dengan yang lain, gimana bisa saling memuaskan,” adikku mulai menimpalinya.

“Maksud kamu. Memahami sudah pasti, keinginan suami. Tapi apakah ada maksud lain dari kata memahami,” aku mencoba menyelidiki maksud adikku.

“Paling penting memahami keinginan masing-masing. Kalau isteri sedang nafsu, apalagi di dorong faktor lain, suami harus paham. Tinggal mengimbanginya saja,” Esti mulai membuka rahasia seks keluarganya.

“Berarti ketika hubungan seks, ada dorongan lain. Itu tandanya, kalian sering punya keinginan lain,” aku coba terus memancing.

“Ciciku yang satu ini mulai kepo deh. Tumben banget yah. Koko sudah mulai minta yang aneh-aneh ya,” selidik Esti menanggapi pertanyaanku.

“Ga lah. Aku sama koko masih normal aja. Koko orangnya ga pernah maksa. Kalau kamu gimana. Rully sering menginginkan yang aneh-aneh ga,” aku menyembunyikan fantasi seks suamiku.

“Terkadang ada sih ci. Tapi sulit mewujudkannya. Tapi tumben cici tanya soal hubungan seks. Koko udah nuntut yang aneh-aneh yah.,” Esti mulai menyelidiki maksudku.

“Hmmmm, gimana yah. Susah juga ceritanya. Nanti malah jadi gossip dalam keluarga,” jawabanku sebetulnya hanya datar, ingin melihat reaksi dari Esti lagi.

“Cici kaya baru kenal aku aja. Masalah apa yang pernah aku bocorkan ke keluarga yang lain. Toh sampai sekarang baik-baik aja kan. Kalau cici mau curhat, aku akan jadi pendengar yang baik,” Esti coba menenangkanku.

“Ceritanya panjang. Tapi itu sebetulnya bisa kami atasi. Sayangnya, aku mulai terbawa suasana,” aku mencoba menerangkan sedikit sambil melihat respon Esti.

“Setiap orang pastinya pengen hubungan seks yang berkualitas tinggi. Bisa saling memuaskan pasangan. Tergantung keinginannya apa, bagaimana mewujudkannya. Kalau tidak bisa, mungkin hanya sekedar membuat imajinasi sendiri aja. Itu sudah cukup saling memuaskan,” aku hanya tertegun mendengar penjelasan Esti.

Tidak pernah menyangka memang, ternyata Esti punya hubungan yang lebih terbuka masalah seks. Bahkan nampaknya, ia lebih berpengalaman dari aku. Sepertinya aku harus banyak belajar dari Esti. Meski tidak mampu mewujudkan fantasi seks suamiku, paling tidak aku tidak mengecewakannya ketika bersetubuh.



Bersambung……………
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd