Bogel_Trek
Semprot Lover
- Daftar
- 18 Jan 2017
- Post
- 225
- Like diterima
- 3.021
Kejujuran Yang Menyakitkan
POV Orang Ketiga
Suasana nampak sepi. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun interiornya terkesan mewah. Ada tiga kamar di rumah itu. Hening tanpa suara. Seorang anak kecil berusia lima tahun, nampak sedang bermain dengan pengasuhnya. Tidak ada aktivitas lain di rumah itu, dan perempuan yang memasak di dapur.
Kamar utama tidak ada aktivitas. Sepasang suami isteri terlihat sedang tertidur pulas. Keduanya sudah tidak menggunakan pakaian. Selimut tebal berwarna putih yang menutupi tubuh keduanya, sedikit terbuka. Menampakkan buah dada perempuan berukuran sedang dengan pentil coklat yang condong ke pink.
Pasangan suami isteri itu baru menyelesaikan pergumulan yang luar biasa. Nafsu birahi memuncak hingga mencapai kepuasan. Sang perempuan terlihat lebih buas ingin memangsa pasangan lelakinya. Tidak terhitung berapa kali mereka bergumul yang menguras tenaga cukup besar. Akhirnya tertidur hingga menjelang siang.
Ouuwwhhhhppp….. hhmmmmm….. suara lelaki itu pelan. Perlahan dikecupnya dahi perempuan belahan jiwa di sebelahnya. Cukup lembut, sehingga membuat perempuan tersebut tersadar. Perempuan itu membuka mata dan tersenyum lebar. Lesung pipitnya, dan gigi ginsul menambah kecantikan perempuan itu.
“Sudah jam berapa…” ungkap perempuan itu.
“Jam 10 pagi… nampaknya kita kesiangan bangun,” balas si lelaki.
“Mungkin kita kecapean sayang…. Tapi rasanya segar pas bangun tidur....,” sang perempuan menimpali.
Lelaki itu kemudian berinisiatif ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu. Sedangkan si perempuan, masih meluruskan setiap sendi tubuhnya. Sedikit rasa pegal, akibat pertempuran hebat yang berlangsung tadi malam. Entah berapa kali ia mengalami orgasme, sehingga tenaganya sangat terkuras.
Sayup-sayup terdengar pancuran air dinyalakan. Pertanda seseorang sedang berada di bawah guyuran air di kamar mandi. Gemericik air terus terdengar membelah keheningan suasana di dalam kamar. Perempuan yang tadi hanya tergolek di tempat tidur, kini mulai bangkit. Ia mengambil sebuah handuk dan melilitkannya hingga menutupi susu yang menyebul.
“Sayang….. buka pintunya….. aku juga mau mandi…..,” ucap si perempuan memanggil lelaki yang ada di dalam kamar mandi.
“Sama isteri sendiri aja pintu kamar mandi pakai dikunci segala….,” si perempuan sedikit sewot.
“Takutnya si mbak masuk mengambil pakaian kotor. Kan ga enak, kalau tiba-tiba masuk kamar mandi…,” lelaki itu beralasan.
“Kalau mbaknya masuk pas kamu mandi, ajak sekalian mandi bareng….,” perempuan itu menimpali.
Nampak obrolan mereka tanpa batasan. Padahal keduanya merupakan pasangan suami isteri yang sangat dihormati. Namun ketika berduaan, terkadang candaan vulgar mengarah ke seks menjadi hal yang biasa. Keduanya sudah terbiasa terbuka soal hubungan seks. Bahkan beberapa perempuan itu mengungkapkan khalayannya disetubuhi laki-laki lain.
Sang suami masih belum berani memberikan izin. Takut salah pilih, atau kabar seks bebas di keluarga mereka tersebar. Tentu sangat memalukan. Meski ada pergolakkan hati disertai nafsu yang ingin melihat langsung isterinya disetubuhi. Lebih dari itu, keinginan berhubungan seks bersama-sama juga sebetulnya muncul.
Tukar pasangan yang sulit diwujudkan. Karena sangat sulit mencari pasangan cocok. Apalagi lelaki itu merupakan seorang yang sangat dihormati di kalangan karyawan, maupun koleganya. Tentu harga diri keluarga tetap harus dijaga.
Keduanya kini sudah berada di bawah pancuran air. Saling membelai satu sama lain. Sesekali mereka saling memberikan kecupan mesra. Bahkan saling mengulum bibir. Meski mulai ada rangsangan, keduanya nampak enggan menuntaskan ke hubungan seks. Pasangan suama isteri itu masih merasa cukup kelelahan.
“Sayang….. menurut kamu koko Dean orangnya gimana,” isterinya membuka pembicaraan.
“Hhmmm…. cool, santai, enak diajak ngobrol,” suaminya menyahut dengan santai, tanpa berpikiran aneh.
“Maksudnya… bukan itu…. Kamu mengertikan keinginan aku….,” sang isteri sedikit cemberut, namun tetap bermanja dengan suaminya.
“Aku belum berani membayangkan kesana…. Kamu tau kan, cici dan koko orangnya lurus-lurus aja…,” suaminya memberikan penjelasan sifat pasangan yang sedang mereka bicarakan.
“Kalau aku yang memancing boleh tidak….. siapa tahu mereka pasangan yang kita cari selama ini,” isterinya memohon.
“Jujur, aku juga tergoda dengan cici… tapi aku takut menyinggung perasaan kamu,” kata si suami.
“Kemarin pas bicara perkembangan butik, ada koko. Kalau aku perhatikan, matanya juga nakal,” isterinya memberikan penjelasan.
“Nakal gimana sayang,” sang suami mengekspresikan pertanyaan.
“Aku kan pakai hotpans pendek. Kebetulan juga kegerahan habis dari butik sama cici. Blazer aku lepas, dan tersisa tanktop tipis warna putih. Nah, kebetulan koko ambil minum di kulkas samping tempat aku duduk,” isterinya mulai bercerita.
“Hhmmm…….,” hanya itu yang dikeluarkan sang suami.
Seolah mengerti, sang isteri melanjutkan ceritanya.
“Kalau dilihat sih, matanya tidak lepas memandang tubuhku. Aku ga sengaja melihat. Matanya menelanjangi tubuhku. Dari kaki hingga rambut. Paling sering koko melirik susuku,” jelas sang isteri.
“Kamu berani… nanti berhadapan sama cici kamu sendiri loh…..,” balas sang suami.
“Takut sih sayang…..tapi kadang ingin juga ngomong langsung sama cici….tpi cici kalau udah urusan keluarga biasanya tegas,” ungkap si isteri.
“Tapi cici dan koko memang pasangan teraman kalau kita mau merealisasikan fansasi seks,” suaminya menimpali.
“Ntar deh aku coba dulu ngomong pelan sama cici. Sebetulnya pengen curhat juga soal fantasi seks kita yang aneh. Tapi masih takut,” kata isterinya.
Keduanya menyudahi mandi bareng. Seluruh tubuh yang basah dikeringkan menggunakan handuk, dan langsung berpakaian. Kemudian keluar kamar menyapa isi rumah. Tidak lupa memanjakan anak semata wayangnya. Bersiap untuk makan, karena memang perut sudah menagih untuk diisi. Apalagi tenaga mereka terkuras habis.
POV Julia
Aku terbangun pukul 12 siang. Pertempuran dengan suaminya hingga pukul 2 pagi, membuatku tertidur pulas. Tidak ada tenaga yang tersisa ketika pertarungan usai. Tidur menjadi pilihan untuk memulihkan tenaga kembali. aku berinisiatif bangun sebelum suaminya terbangun. Kamar mandi menjadi tujuan utama, untuk membasuh seluruh tubuh.
Bau cairan peju menyengat. Benar saja, setelah pertarungan terakhir, aku sangat kelelahan. Bekas peju suamiku yang menetes di memekku, belum sempat dibersihkan. Suamiku sendiri pun ikut tidur. Wajar kalau kamar yang kami tempat bau peju menyengat. Apalagi jendela belum dibuka, hanya desiran pendingin ruangan yang menyejukkan.
Pancuran air aku hidupkan. Terbayang bagaimana birahi suamiku yang melonjak. Tidak biasanya pertempuran hebat terjadi. Paling kami saling memuaskan satu sama lain. Setelah orgasme bersama-sama biasanya langsung tidur. Tetapi sejak sore kepulang adikku kemarin, kami bertempur hebat hingga pukul 2 pagi.
Memang ada terbesit pertanyaan dalam hatiku. Tetapi aku tidak ingin mengganggu suasana hati suamiku. Pertanyaan yang mendasar, nafsu birahinya yang besar. Bukan tidak pernah seperti itu. Tapi sangat jarang. Biasanya itu terjadi, kalau suamiku sedang berfantasi melihat seseorang menurutnya mendorong nafsunya bangkit.
Soal hubungan seks, kami memang terbuka. Meski dari luar orang menilai kami kaku terhadap aturan. Apalagi menyangkut urusan keluarga. Kami hampir tidak pernah mengekspose hubungan seks dengan orang lain. Semuanya kami bicarakan berdua. Itu membuat hubungan kami tetap harmonis, meski suamiku sendiri mempunyai fantasi seks yang aneh. Suka berimajinasi dan berkhayal berhubungan dengan wanita lain.
Sebagai isteri aku memberikan kebebasan. Tetapi aku selalu mengingatkan, agar tidak kebablasan. Takut terkena penyakit. Apalagi tidak diketahui, apakah cewek itu bersih atau tidak. Kadang aku cemburu kalau suamiku mengungkapkan fantasinya. Marah, cemberut, dan langsung ngambek. Setelah dirayu dan digoda, dicumbui, nafsuku langsung bangkit.
Segera kuselesaikan mandiku. Aku masih menyimpan sejumlah pertanyaan terhadap suamiku. Tapi aku akan membicarakan ketika mood kami sedang nyaman. Bisa pada saat makan nanti, atau kebetulan sedang jalan-jalan berdua. Aku tidak ingin merusak moodnya yang berakibat keharmonisan keluarga kami terganggu.
Sebagai perempuan normal, aku juga punya nafsu seks. Memang tidak hyper, tetapi ada kalanya nafsu birahi sedang tinggi. Sangat ingin berhubungan seks. Aku hanya melampiaskan kepada suamiku sendiri. aku bukan tipikal wanita yang suka berfantasi seks. Sangat berbeda dengan suamiku.
Aku lebih bisa menahan nafsu untuk menunggu suamiku pulang kantor. Biasanya aku langsung aku lampiaskan. Setelah selesai, paling langsung tidur. Tidak berhubungan seks lama. Kehidupan seks yang normal.
Selesai berpakaian, aku langsung menuju dapur. Daster tipis berwana pink yang aku pilih. Tidak lupa menggunakan celana pendek untuk menutupi lekuk pantatku. Pengasuh anakku pastinya tidak datang. Anakku sedang bersama opa dan omanya. Aku memang tidak menggunakan assisten rumah tangga.
Urusan dapur, aku kerjakan sendiri. Kalau cucian kotor, dan setrikaan itu aku serahkan ke laundry. Aku ingin melayani suami dengan tanganku. Kalau tidak sempat masak, biasanya kami memilih makan di luar. Aku memilih menjadi ibu rumah tangga, dan mengerjakan semuanya sendiri. Sekarang, sudah mulai disibukkan pada urusan butik yang aku jalankan bersama Esti.
“Papi….. bangun sayang, udah siang…..,” ucapku lembut mencoba membangunkan suamiku yang masih tampak tidur pulas.
“Hhmmmm… jam berapa sayang,” jawab suamiku singkat.
“Sudah jam 1 siang. Bangun dulu yuk, mami sudah siapkan makanan,” kataku dibarengi dengan kecupan di dahi suamiku.
Suamiku mulai membangunkan tubuhnya. Tidak lupa kecupan lembut mendarat di dahi, pipi, dan terakhir di bibirku. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Sudah biasa memang suamiku bersikap romantis begitu.
Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Aku langsung meninggalkan kamar menuju ruang makan. Semua makanan yang sudah aku masak, kutata di meja makan. Memang kebiasaan kami sekeluarga untuk makan bersama. Apalagi suamiku sibuk, dia selalu berusaha menyempatkan makan malam bersama di rumah.
Kota kelahiranku bisa dikatakan cukup besar. Meski begitu, kemacetan yang terjadi tidak sepaharah di kota besar di Pulau Jawa. Semacetnya jalan, suamiku selalu pulang lebih awal. Tidak pernah pulang hingga pukul 10 malam. Bahkan lebih banyak pulang sore hari, karena memang jam kantor berakhir pukul 4 sore.
Tidak terlalu lama aku menunggu, suamiku sudah keluar dari kamar. Masih nampak rambutnya basah, akibat guyuran air. Maklum habis pertempuran tadi malam, tentunya perlu mandi yang bersih. Suamiku langsung duduk di meja makan. Aku langsung mengambilkan piring, dan nasi untuknya.
Tidak ada pembicaraan serius selama makan. Kami hanya membicarakan anak-anak, dan keseharian suamiku di kantor. Aku berpikir sekarang mood suamiku sedang bagus. Memang saat yang tepat membicarakan masalah permainan tadi malam. Mungkin dia bisa lebih terbuka, apa yang membuat nafsunya semakin menggebu.
Meski momentnya tepat, tapi aku urung membicarakannya di meja makan. Aku ingin membawa suamiku ke suasana yang lebih santai. Mungkin bisa dipikirkan dengan mengajak suamiku ke mall, atau sekedar menikati suasana pantai di kota kami sore hari.
“Papi masih capek ga sayang. Istirahat tadi malam sudah cukup kan,” ungkapku mengawali pembicaraan setelah selesai makan.
“Sudah lumayan, tidak terlalu capek. Memangnya kenapa sayang….,” jawab suamiku dibarengi dengan lontaran pertanyaannya.
“Ga papa sih. Kayanya mami pengen beli sesuatu di mall, sekalian ada beberapa kebutuhan rumah yang habis. Anterin mami ke mall ya,” ungkapku.
“Boleh deh. Papi juga kayanya pengen cari suasana. Mumpung kita berduaan, sekalian nostalgia masa pacaran,” canda suamiku.
“Papi ganjen. Kaya anak muda aja,” aku mulai memancing suasana hati suamiku.
Ucapanku hanya ditanggapi ejekan dari suamiku. Candaannya hanya kutanggapi dengan senyuman, sambil merapikan meja makan. Ia pun berlalu meninggalkanku menuju kamar. Kuselesaikan semua pekerjaan di dapur, termasuk mencuci piring. Aku pun menyusul suamiku masuk kamar.
Nampak suamiku sedang mempersiapkan diri. Celana jeans berwarna biru dan baju kaos kerah merk orang main golf berkuda menjadi pilihannya. Tidak lupa farfum rempah berbotol biru tua dengan gambar orang berkuda main golf disemprotkan. Aku langsung paham. Akhirnya mulai menanggalkan daster yang kupakai, untuk berganti dengan pakaian yang lebih pantas.
Legging hitam tipis aku kenakan. Dibalut dengan baju panjang yang menutupi hingga paha berlengan pendek berwarna putih. Belahan dadanya agak turun, sehingga mempertontonkan sedikit payudaraku. Aku sengaja berpenampilan menggoda. Maksudnya untuk memancing suamiku, agar moodnya tetap bagus. Jadi pembicaraan kami bisa lebih terbuka.
Kami menuju salah satu mall yang berada di pinggir pantai. Berjalan masuk mall dan memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu. Berkeliling mall hingga akhirnya mulai terasa lelah. Suamiku mengajak untuk istirahat di sebuah caffe yang menghadap pantai. Memasan minuman dan makanan ringan, untuk sekedar mengganjal perut.
“Kesempatan untuk bicara santai dengan ko Dean. Mumpun santai, dan pengunjung caffe juga tidak terlalu ramai,” gumamku dalam hati.
Aku dan suamiku mengambil tempat di pojokan. Keluar dari ruangan menuju balkon, untuk menikati sejuknya hembusan angin pantai. Suasana yang nyaman kami pilih, untuk tetap menjaga situasi yang romantis. Karena memang saat romantis sangat tepat untuk berbicara dari hati ke hati.
“Anginnya kencang mi, tapi terasa sejuk,” kata suamiku, ketika kami mulai duduk santai.
“Iya juga sih. Sudah lama kita ga menghabiskan waktu sama keluarga,” aku menimpalinya.
“Kapan ya mi. Hampir 10 bulan papi belum pernah cuti. Soalnya kota ini cukup nyaman, dan tidak perlu liburan ke luar daerah. Apalagi anak-anak senang bisa kumpul opa dan omanya,” ungkap suamiku.
“Enaknya kalau liburan berduaan, apa sama anak-anak ya pi,” aku mencoba memancing suamiku, agar mencurahkan keinginan hatinya.
“Kalau sama anak-anak, seru kali ya sayang. Liburan keluarga sambil menikmati pantai atau cari suasana baru alam pegunungan,” suamiku mencoba memberi penjelasan.
“Tapi kalau berduaan juga enak kali ya pi. Kita bisa mengulangi pertempuran kaya tadi malam, setiap saat,” aku terus melontarkan pancingan kepada suamiku.
“Benar juga ya mi. Kita hampir tidak pernah menghabiskan waktu berduaan. Apalagi sejak kelahiran Franky. Kita hampir tidak pernah liburan berduaan, selalu ada anak-anak,” Dean mulai serius.
“Ya, siapa tau kalau liburan berdua, bisa mengulang seperti tadi malam pi,” aku menjawab sekenanya, untuk melihat reaksi suamiku.
“Tadi malam enak banget ya mi,” suamiku mulai bertanya.
“Enak banget pi. Apalagi sudah jarang kita bertempur sehabat itu. Memek mami aja rasanya hampir tidak pernah kering,” aku mulai mengarahkan pembicaraan ke hubungan seks kami tadi malam.
“Masa sayang. Papi juga rasanya sudah jarang mencumbu mami berlama-lama. Paling-paling berhubungan seks sama mami, setelah sama-sama puas selesai. Tadi malam kayanya nikmat banget. Entah berapa kali papi sudah menyemprotkan mani ke memek mami,” kata suamiku mulai terbayang hubungan seks kami tadi malam.
“Iya sayang. Tapi apa ya yang membuat nafsu papi tadi malam seperti menggebu banget,” aku mulai mengorek pikiran suamiku.
“Hhmmmm….rasanya ada dorongan luar biasa mi. Kayanya papi berfantasi lagi,” suamiku mulai tertunduk.
“Perempuan mana pi….ada di kantor ya,” kucoba untuk terus bertanya.
“Orang dekat kita…” hanya itu yang keluar dari mulus suamiku. Mukanya berubah sedikit memerah, dan menunduk.
“Ayolah sayang, kita sudah terbiasa untuk terus saling terbuka. Mami tahu papi punya fantasi seks. Tapi mami tidak marah. Mencoba memahami papi, sepanjang jujur dengan mami,” aku mencoba menenangkannya.
“Esti mi….” jawab suamiku singkat.
Aku langsung terdiam. Tidak menyangka hubungan seks kami yang cukup panas, ternyata datang dari fantasi suamiku terhadap adik kandungku. Sebetulnya aku pengen marah. Tapi mencoba tetap tenang. Tidak ingin menghancurkan suasana romantis kami yang sedang berlangsung. Lagi pula, aku tidak mengecewakan suamiku.
“Papi ingin tidur Esti,” kataku mulai memecah kebisuan. Aku sendiri heran, kenapa pertanyaan itu justru terlontar. Tidak mungkin rasanya aku menyerahkan adik sendiri kepada suamiku. Jangankan adik sendiri dengan orang lain saja, aku tidak rela. Aku hanya mengizinkan suamiku sebatas berfantasi.
***
POV Orang Ketiga
Hancur rasanya hati Julia. Membayangkan suaminya berfantasi seks dengan adik kandungnya. Itu terjadi, ketika ia bersama suaminya melakukan berhubungan seks. Tidak menyangka, kalau suaminya memiliki fantasi terhadap adiknya sendiri. Padahal, pertemuan antara adiknya dengan suaminya termasuk sering.
Tidak pernah sekali pun suaminya memilik fantasi terhadap adiknya. Paling-paling, biasanya dia berfantasi dengan sekretarisnya, atau mungkin dengan beberapa staf di kantornya. Kali ini benar-benar membuat hati Julia sedikit terbakar. Bukan persoalan fantasi seks suaminya. Namun karena melibatkan adik kandungnya.
Meski begitu, Julia tetap mencoba menahan diri. Tidak ingin menghancurkan suasana hati semuanya yang lagi senang. Mereka tetap melanjutkan berbelanja kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya makan malam, sebelum tiba di rumah. ia tetap meladeni candaan suaminya, dan perbincangan romantas, meski pikirannya sedikit terganggu.
“Kenapa bisa adikku sendiri….” gumam Julia dalam hati.
“Bukan kah bisa membayangkan orang lain. Apa mungkin karena kedatangan Esti kemarin yang menggunakan pakaian seksi,” pikiran Julia terus menerawang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Pasangan suami isteri itu mulai memasuki rumah mereka dengan bergandengan tangan. Julia menggelayut manja menyandarkan kepalanya di tangan suaminya. Mereka berjalan memasuki rumah sambil membawa belanjaan yang sudah dibeli dari mall.
Belanjaan yang telah dibeli, dirapikan Julia menyesuaikan tempatnya. Dean sendiri langsung masuk kamar. Setelah selesai menyusun belanjaan, Julia menyusul Dean ke kamar. Dean sendiri asik memainkan HP sambil berbaring di tempat tidur. Julia langsung melepaskan seluruh pakaian bermaksud mengganti bajunya.
Legging hitam sudah dilepas, baju pun sudah tidak melekat di tubuh Julia. Ketika hendak melepaskan kaitan branya, Julia tersentak. Ada tangan yang menarik pinggulnya mengarah ke belakang. Ia pun langsung terduduk di ujung tempat tidur. Tidak lama, mulut basah langsung menciumi leher bagian belakangnya.
Julia pastinya sudah menduga, itu perbuatan Dean. Tidak ada orang lain di kamar, kecuali suaminya sedang rebahan mengecek HPnya. Ia memilih untuk diam menikmati setiap cumbuan yang diberikan suaminya. Rambut panjang terurai sepunggung, tidak menghalangi ciuman demi ciuaman yang diberikan suaminya.
Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss…..
Hanya lenguhan tertahan yang dikeluarkan Julia, ketika bibir Dean menyentuh kulit lehernya. Tangan Dean mulai aktif meraba susu Julia dari belakang. Kaitan branya masih menempel. Remasan tangan Dean ke susu Julia tanpa melepaskan bra. Mulut Dean sibuk mencari titik rangsangan untuk Julia.
“Ooouwwhhhhh….. Sststststsss ehehememe….enak banget mi…..terus sayang….” Desahan Julai kembali keluar.
“Mami kebayang ga, kalau papi sedang mencumbui Esti,” bisik Dean pelan, sambil terus memberikan rangsangan terhadap Julia melalui remasan di susunya.
“Apa ga ada orang lain selain Esti sayang,” Julia mencoba menyadarkan Dean.
“Aku terangsang melihat penampilan seksi Esti kemarin sayang. Rasanya sulit dibayangkan bagaimana bisa menikmati tubuh Esti,” fantasi Dean semakin liar.
Pikiran Julia kembali berkecamuk. Ia ingin membiarkan suaminya berfantasi seks. Pada satu sisi, ia tidak tega kalau fantasi itu melibatkan adik kandungnya. Namun rangsangan yang diberikan Dean, tidak memberikan kesempatan Julia berpikir lama. Ia semakin terhanyut mengikuti cumbuan Dean.
Dean membalikkan tubuh Julia. Keduanya mulai saling menempelkan mulut. Tidak hanya menempel, namun saling membuka mulut, mengeluarkan lidah. Saling serang menggunakan lidah hingga ke rongga mulut. Julia mulai terpengaruh terhadap rangsangan yang diberikan suaminya. Ia merasakan cairan memeknya mulai mengalir, pertanda nafsunya bangkit.
Perlahan Dean mulai membaringkan isterinya. Mencumbui setiap inci tubuh Julia hingga susu bagian atasnya. Tangan Dean sudah tidak lagi meremas susu Julia. Namun sudah mengarah ke bagian tengah celana dalam Julia. Sedikit lembab, pertanda Julia sudah mulai terangsang.
Susu Julia akhirnya keluar dari Bra, tanpa melepas kaitannya. Dean segera mengisap pentil susu Julia yang mulai mengeras. Tangannya mulai aktif. Bukan lagi sekedar mengusap, namun mulai menekan pertengahan celana dalam Julia. Mencoba menggesek-gesek bibir memek Julia yang lembab.
“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… ,” Julia mulai mengeluarkan desahan. Memeknya sudah mulai terasa gatal. Air yang keluar dari memeknya, semakin banyak. Celana dalam yang digunakannya semakin bahas. Dean sendiri menikmati setiap cairan pelicin yang keluar dari memek isterinya.
Cumbuan Dean mulai mengarah turun ke perut. Sekali tarik, celana dalam Julia sudah hilang. Bulu tipis terawat yang menghiasi di memek Julia sudah terlihat. Jari tangan Dean terus bermain-main memberikan rangsangan di dinding memeka Julia. Desahan Julia semakin tidak keruan. Ingin terus mendapatkan kenikmatan.
Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp…..
Entah kapan, lidah Dean sudah bermain di memek Julia. Perlakuan Dean membuat Julia semakin tidak terkontrol. Desahan Julia semakin sering terdengar.
Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……
Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. Sststststsss….. Ooouwwhhhhh…
“Papi…. Ooouwwhhhhh… Sststststsss ehehememe……jilatin terus klentit mami……. mami sudah ga kuat….terus sayang…..,” rengek Julia seperti memohon.
Slruuuuup…… sluuppppp….. Slruuuuup…… sluuppppp…..
Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Sststststsss….. ehehememe……
Sststststsss….. ehehememe…… Ooouwwhhhhh…
“Sayang…. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… mami mau sampai….. Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh… Ooouwwhhhhh…,” Julia mengeluarkan desahan panjang. Badannya ikut mengejang. Kakinya menjepit kepala Dean, agar tidak lepas dari memeknya.
Crrooooottttttt……… crreeeettttttttt…….. creeeeetttttt…….. memek Julia mengeluarkan cairan kenikmatan berulang kali. Badannya melengkung ke atas, namun memeknya terus mendesak ke mulut Dean. Nafas Julia nampak terengah menikmati orgamsenya. Perlahan jepitan kaki Julia di kepala Dean mulai melemah.
Bersambung………………