Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak Hasrat (Lisa dan Labirin)

Bimabet
13 | BIMBANG

Ryan masih tercekat akan ucapan Lisa beberapa menit lalu, dirinya masih saja bermain dengan batang rokok yang tertiup angin di sela jari-jari nya. Tak ada ucapan hanya napas berat yang keluar dan masuk dengan ritme cepat.

Lisa sudah masuk pada kamar setelah ucapan yang ia lontarkan pada gendang telinga suaminya itu. Disatu sisi dia sedih saat menjahili suaminya yang dua Minggu tak ia belai, tapi disatu sisi dirinya seperti tertantang untuk terus seperti ini bahkan ada ide besar dikepalanya.

Pak Eko masih terduduk pada cafe didepan komplek. Usianya tak bisa berbohong jika ditanya masalah fisik yang terus menurun. Tapi entah mengapa energi yang diberikan Lisa sangat besar hingga dirinya seperti dihipnotis untuk terus bercumbu dengan wanita dengan perawakan mirip Maya, selingkuhannya dulu.

Ko Atong bergelut dengan kancing kemeja yang akan ia pakai malam ini, tangannya bukan tak mampu untuk sekedar memasang kemeja tetapi ada rasa bersalah juga euforia berlebih pada setiap peristiwa tadi. Dan tangan itu masih saja bergetar sedang mulut nya tersenyum penuh arti.

----

Udara malam terasa begitu pengap dihidung Ryan disaat lagi dan lagi Lisa membuat dirinya jengkel setengah mati.

"A Ryan keluar dulu ya, bawaan nya kalo makan lihat a Ryan gini jadi pengen muntah."

Gila.
Kesal.
Bimbang.

Semua bercampur aduk didalam hati Ryan, hingga ada panggilan masuk digawai yang sedang ia genggam.
Pemuda yang saat ini duduk dihalaman belakang itu segera mengangkat telepon dan berpindah tempat menuju halaman depan dengan melewati Lisa dan ko Atong yang asik mengunyah menu makanan khas Sunda.

"Halo bang." Saut Ryan setelah orang didalam telepon menyapa terlebih dahulu.
"Halo Yan, posisi dimana sekarang?."
"Bandung bang, ada apa ya udah lama kita ga kontakan gini." Balas Ryan.
"Gua ada job buat lu hahaha, masa lulusan teknik jaga toko terus."

Seketika Ryan menghentikan senyumnya, kepalanya segera bergerak ke arah belakang dimana Lisa yang sedang tersenyum sembari mengunyah tahu beserta nasi.

"Mmm gua udah nikah bang." Balas Ryan ragu.
"Terus kenapa, ini kesempatan Lo Yan. Gua yakin bakat Lo ga cukup berhenti jadi penjaga toko."

Ryan lagi-lagi menunduk. Ada rasa ingin keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggapai impiannya sejak lama untuk menjadi engineer handal. Tapi disatu sisi dia tak bisa meninggalkan Lisa dalam keadaan seperti ini, dirinya ketakutan jika meninggalkan Lisa disaat seperti ini akan memperkeruh suasana.

Huft.

"Yan." Panggil orang dibalik telepon.
"Eh iya bang, nanti gua kabarin secepatnya ya. Minta ijin istri dulu hehe." Balas Ryan yang tak mampu menolak senior kampusnya itu.
"Oke deh, kabarin ya." Tutup pria dibalik telepon.

Ryan pun berbalik menuju ruang makan, Lisa hanya bisa mengerutkan kening melihat suaminya itu berjalan tergesa dan tiba-tiba tangan Lisa ditarik hingga membuat ko Atong pun menghentikan kegiatan makan malamnya.

"Ada apa si A?." Tanya Lisa kaget.
"Aku mau ngomong dulu, beh Lisa aku bawa keluar dulu sebentar." Ucap Ryan dengan tegas.

Lisa pun hanya bisa mengikuti langkah suaminya yang masih saja menggenggam tangan nya dengan erat.

Saat ini keduanya duduk pada jok mobil yang sudah direnovasi sedemikian rupa oleh Ryan bulan lalu. Lisa hanya diam menatap pada kaca mobil yang memantulkan sedikit bayangan dirinya. Disisinya Ryan memutar kunci dan segera menahan gas untuk pergi dari rumahnya ini.

"Ada apa aa ?." Tanya Lisa yang dibalas dengan deheman dari Ryan.
"Kita keluar dulu sayang, ada yang mau aku kasih tahu ke kamu."
"Kan bisa dirumah, ini aja aku belum cuci tangan loh a?" Tanya Lisa yang masih saja menatap keca yang sudah tak memantulkan dirinya.

Ryan segera menepi pada jalan komplek, tangannya dengan cepat bergerak memindahkan gigi dan menarik tuas rem.

"Kita ke hotel ya. Aa mau ngomong serius sama kamu." Ucap Ryan dengan kedua tangan menyentuh pipi Lisa.
Tanpa sadar Lisa melupakan segala rencana jahatnya pada suaminya itu dan segera memajukan bibir.
"Ih alesan AA mah." Balas Lisa lucu.
Ryan pun tak mensia-siakan kesempatan, mulutnya menyambut untuk segera berkelit pada mulut imut Lisa.

Mmhhhh
Cuppp

"Hehe, kita berangkat lagi ya." Putus Ryan yang meninggalkan Lisa dengan pipi yang memerah.

Lisa hanya terdiam dan tangannya menggenggam erat sabuk pengaman. Disampingnya Ryan menahan sanyum dan segera mengusap rambut halus Lisa, lagi-lagi Lisa memalingkan pandangan pada sisi kirinya.

Jalanan tampak sepi saat ini, Ryan dengan leluasa menggerakkan stirnya untuk merapat pada sebuah hotel bintang lima. Lisa pun hanya bisa menahan senyum membayangkan Ryan yang berubah menjadi laki-laki tegas dan penuh kasih.

"Aku udah pesen kamar."
"Eh." Respon Lisa kaget.
"Selama kita nikah sampai kamu punya bayi di perut kita belum pernah honeymoon sayang." Lanjut Ryan yang terus menggenggam tangan kanan Lisa disisi kirinya.

Keduanya sama-sama menikmati suasana malam jalanan kota kembang yang cerah, tak ada satu patah katapun dari mulut keduanya. Seperti sama-sama tahu dan tak ingin tahu.

Mobil Civic itu segera berbelok arah menuju parkiran mobil yang baru Lisa sadari bahwa ini hotel bintang lima. Tanpa menunggu lama Ryan menggenggam tangan Lisa dan berjalan menuju lobby hotel. Lisa pun hanya mengikuti setiap arah langkah Ryan.

Setelah proses check in keduanya menunggu di depan pintu lift. Sampai saat ini belum ada yang membuka suara, Lisa pun bingung ingin memulai percakapan dari mana.

Ting.

Pintu lift terbuka, namun saat Lisa ingin berjalan kedepan tangan Ryan menggenggam lebih erat bahkan seperti meremas semua jari Lisa. Sontak saja Lisa mengaduh meski tak mampu di sengar oleh Ryan.

"Ehhh ada apa a?." Tanya Lisa yang semakin kesakitan karena tangannya terlalu sakit di remas oleh Ryan.

Namun Ryan tak menjawab matanya lurus kedepan pada seorang wanita berambut pendek dengan pakaian khas Chinese. Mata Lisa otomatis ikut melihat arah pandangan Ryan.

Cantik.

Ucap Lisa didalam hati saat melihat wanita itu tersenyum manis pada suaminya. Antara cemburu juga terpana pada wanita yang tinggi badannya tak jauh berbeda dengan dirinya.

"Halo Ryan, udah lama ga ketemu." Ucap wanita dengan kulit sawo matang itu sembari mengulurkan tangan.

Lisa pun reflek menatap wajah suaminya yang ternyata berubah menjadi tegang bahkan terlalu serius.

"Kita naik langsung." Ucap Ryan yang langsung merangkul Lisa untuk masuk kedalam lift.

Wanita Chinese itu hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Lisa yang melihat semua itu masih bingung bahkan terlalu bingung dengan situasi ini. Tak berapa lama pintu lift pun tertutup, namun saat belum tertutup sempurna tangan wanita Chinese itu segera mengab pintu dan otomatis terbuka kembali.

"Aku rindu kamu Yan".

-----

"Itu siapa a?" Tanya Lisa setelah duduk pada sisi ranjang.
"Bukan siapa-siapa kok, maaf ya kalo bikin kamu penasaran." Jawab Ryan tak menyelesaikan masalah.

Lisa hanya bisa diam, sebenarnya dirinya belum mengenal Ryan lebih jauh. Bahkan masa kecil Ryan pun ia dapat dari pak Eko yang notabene adalah orang luar.
Lisa memantapkan hati untuk bisa mengenal suaminya lebih dalam mulai hari ini.

"Masa bukan siapa-siapa si?." Tanya Lisa lagi.
" iya sayang, dia temen aja." Jawab Ryan mengambil tempat disisi Lisa.

"Ish, AA mah gitu. Udah lah Lisa pulang aja." Jawab Lisa manja.
"Pulang kerumah atau mau ini hmm." Balas Ryan dengan senyum jail sembari memegang penisnya yang ternyata sudah mengacung.

Lisa menahan senyum mengingat ukuran penis suaminya itu tak ada apa-apanya dengan milik ko Atong apalagi pak Eko yang bisa membuat Lisa kelojotan setengah mati.

Dengan senyum palsu wanita itu segera meraih penis milik Ryan dan dengan cepat melahapnya. Kedua tangan Ryan meremas rambut Lisa, tubuhnya bergerak gelisah saat Lisa menyedot semua penisnya hingga tak nampak sedikitpun.

"Sshhh udah udah ahhh." Jerit Ryan yang tak kuat menahan sperma nya.
Lisa pun mengerti dan langsung menyudahi permainan nya.

Jujur wanita itu kecewa pada suaminya yang belum apa-apa sudah mengeluarkan sperma, ingin sekali protes tapi semua itu tertahan dalam mulut dan hanya bisa tersenyum.

Seakan-akan puas.
Seakan-akan menikmati.
Seakan-akan terbalas.

Hati kecil Lisa sebenarnya ingin menerima semua itu, tapi apalah daya jika masa lalunya merubah segala hal termasuk urusan seks.

Ryan masih menormalkan detak jantungnya, dia sebenarnya malu jika terlalu cepat keluar seperti ini. Tapi ia sudah tidak tahan saat istrinya menjilati penis seperti permen bahkan menyedot hingga seluruh penisnya tenggelam.

Dengan sisa tenaga Ryan berdiri dan berjalan menuju kamar mandi tanpa memakai celana, sedangkan Lisa kembali duduk pada sisi ranjang dengan kedua tangan menanagkup.

Hening seketika merayap pada setiap sela kamar hotel, tak ada lagi hawa panas-hanya ada rasa malu juga bimbang yang menemani.

Didalam kamar mandi Ryan menatap dirinya pada pantulan cermin, penisnya sudah menciut. Tangan pemuda itu menyentuh dengan pelan, menggerakkan dan memainkan penisnya. Namun, tak kunjung mengacung bahkan semakin menciut.

Dengan napas berat Ryan keluar dari kamar mandi dan tatapannya tertuju pada Lisa yang sudah tidur dengan posisi menyamping. Ryan pun hanya bisa diam dan rasa bersalah pun mencuat hingga menusuk pada rongga pernapasannya. Seperti ada beban berat yang ia pikul, terlebih Ryan tahu jika istrinya itu memiliki libido yang besar.

Tak terhitung kejadian seperti ini terulang dan berakhir dengan Lisa yang masturbasi sendiri. Ryan pun memilih pergi dari kamar hotel untuk sekedar melepas penat dengan sebatang rokok.

----

"Kok diluar si?" Ucap perempuan Chinese yang membuat Ryan memalingkan wajah.

Bersambung.....
 
14 | SENYAWA

Entah hembusan keberapa yang keluar dari mulut Ryan dengan disertai kepulan asap rokok. Meresapi malam dengan rasa gelisah, masih teringat dalam benaknya bagaimana Lisa menatap matanya dengan penuh rasa kecewa. Ia pun tak menyadari jika semakin kesini permainan ranjang nya menurun bahkan tidak ada apa-apanya seperti orang kehabisan energi.

Huft.

Catherine. Wanita keturunan Chinese dan Arab yang sudah lama tidak ia lihat tiba-tiba hadir bahkan di depan istrinya. Ia tak menampik jika wanita itu masih cantik bahkan terlalu cantik setelah 6 tahun tak bertemu.

Perpisahan yang menjadi dasar keduanya tidak mungkin bersama, dimulai dari perbedaan prinsip hingga kasta sosial.

Ryan kembali mengingat masa lalunya yang penuh dengan cerita. Saat itu dirinya menjadi mahasiswa baru disalah satu universitas negeri di kota kembang. Masuk dengan beasiswa tak membuat Ryan rendah diri namun sebaliknya dia seperti menjadi manusia baru yang penuh ambisi.

Saat baru menginjak semester 4 Ryan seringkali mengambil pekerjaan analis struktur yang ia dapat dari dosen nya. Meski begitu semua mata kuliah tak luput dari nilai A.

Hingga saat semester 6 dirinya bertemu dengan Catherine, wanita yang selama ini menjadi primadona dikampus. Meski Ryan jurusan teknik sipil dirinya tahu akan Catherine yang notabene berada di fakultas seni rupa.

Wanita yang dulu berambut pendek itu aktif dalam setiap kegiatan organisasi kampus maka tak ayal jika Ryan yang sehari-hari hanya aktif di lab bisa bertemu dengan Catherine.

Saat tengah melakukan uji kuat beton Ryan tak sengaja melihat wanita dengan rambut pendek berjalan gelisah diruang dosennya.

"Ada apa ya teh?." Tanya Ryan sembari melepas sarung tangannya.
"Mau ketemu pak Budi." Ucap Catherine sembari memeluk tumpukan kertas.

Ryan pun langsung berjalan menuju ruangan sebelah dan tak lama kembali lagi dengan gelengan kepala.

"Yahh, gimana atuh. Soalnya ini titipan dari organisasi untuk pemateri yang ngisi seminar."

"Sama saya aja gapapa, nanti kamu konfirmasi ulang." Jawab Ryan yang hanya bisa menahan tawa karena rambut Catherine kejatuhan daun dari luar ruangan.
Catherine pun hanya bisa kikuk didepan Ryan yang memiliki tubuh jangkung.

"Ada apa si?." Tanya Catherine.
Ryan tak membalas dan langsung mengambil daun yang hinggap diatas rambut Catherine.
"Eehh" reflek Catherine menundukkan kepala

Merah sudah pipi Catherine.

Huft.

Ryan kembali menghembuskan nafas berat. Sudah batang rokok kedua yang dia habiskan.

"Kok diluar si."
Ryan memalingkan wajahnya dan nampak wanita yang sejak tadi memutar ulang masa lalunya. Ryan pun segera mematikan rokoknya karena tahu dulu Catherine sangat benci asap rokok. Melihat itu Catherine hanya tersenyum kecil dan segera mengambil tempat disisi Ryan.

Keduanya menyandarkan tangan pada pagar, tak ada kata yang terucap. Hanya ada lampu kota dan riak air dari kolam dibawah.

"Tadi siapa?." Tanya Catherine dengan suara pelan.
"Lisa. Istri aku." Balas Ryan malas.

"Cantik." Catherine menatap wajah Ryan yang semakin dewasa dengan brewok tipis dikedua pipinya. Ingin sekali dia memeluk Ryan seperti dulu tapi semua berubah saat keputusan gilanya membuat semua hancur.

Perjodohan dan kebutaannya akan harta yang membuat hubungan dengan Ryan berantakan. Tak terhitung berapa umpatan yang keluar dari mulut Ryan dan teman-temannya saat itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur.

"Suami kamu gimana kabarnya?." Tanya Ryan asal.
"Gitu deh." Balas Catherine.

Ryan hanya tersenyum masam ingin sekali segera beranjak dari Catherine. Jujur saja dirinya masih sakit setiap kali melihat mata wanita itu, seperti ada yang belum usai dan merasuk dan bersenyawa.

"Aku ke atas dulu." Ucap Ryan dingin sembari memasukkan kotak rokok kedalam saku celana.
"Yan." Catherine dengan tiba-tiba memeluk Ryan dari belakang. Wanita itu seketika menitikkan air mata yang sudah lama ia tahan.

Didepannya Ryan hanya bisa bergeming dan sulit untuk merespon pelukan Catherine, rasa sakit di dada Ryan kian naik hingga menusuk tenggorokan. Namun, semakin erat pelukan Catherine semakin hilang rasa itu dan segera berganti rasa hangat yang menyebar di dadanya.

"Maafin aku Yan." Isak Catherine.

"Udah ya, udah aku maafin sekarang kita punya jalan masing-masing." Ucap Ryan yang melepas paksa pelukan Catherine.

Namun Catherine tak tinggal diam, tangannya segera mengambil alih tubuh Ryan. Dengan sisa tenaga Catherine mengambil kedua sisi muka Ryan untuk menunduk dan....

Mmppfttt

Ryan hanya bisa melotot menahan rasa terkejut nya, perutnya seperti mengeluarkan ribuan kupu-kupu. Rasa ini persis ketika pertama kali mencium bibir Catherine di bengkel kampus.

Catherine membelit leher Ryan dengan tangannya, lidahnya menjelajahi seluruh mulut Ryan. Ryan pun ikut membalas belitan lidah Catherine dengan kuat. Tangan pemuda itu ikut meramaikan cumbuan dengan menyentuh dan meremas pinggang Catherine.

Akal Ryan sudah hilang dan lupa jika dirinya sudah memiliki istri dan Catherine sudah memiliki suami. Tangan pria itu sesekali meremas pantat yang dibalas dengan desahan oleh Catherine.

Hingga beberapa menit kemudian keduanya melepaskan ciuman, saling mengambil napas dan menatap mata masing-masing.

Tanpa pamit Ryan melepaskan tangannya pada pinggang Catherine dan berbalik arah menuju dalam hotel. Sedangkan Catherine masih terpaku akan kejadian tadi.

Tangan Ryan masih bergetar bahkan saat menempelkan kartu pada lift tak sengaja dirinya menjatuhkan kartu itu. Dadanya masih saja naik turun, seperti ada euforia berlebih yang membuat senyum diwajahnya tak usai untuk selesai.

Sebelum masuk kamar Ryan menyentuh dadanya sekali lagi untuk menurunkan ritme napas.

Klek.

"Aa dari mana?." Tanya Lisa seketika pada suaminya itu.
"Eh bangun?, Dari bawah ngerokok." Balas Ryan yang menyengir menahan rasa bersalah.

Lisa pun berjalan mendekat dan mencium dada Ryan yang sudah beraroma tembakau, Lisa pun memeluk Ryan denga erat.

"Aa kalo keluar bilang ya." Rengek Lisa.
Ryan pun menegang sebentar sebelum ikut memeluk istrinya itu, seketika rasa bersalah mencuat kembali.

"Iyaa, maaf ya kalo belum bisa muasin kamu selama ini." Ucap Ryan yang bingung akan kondisinya saat ini.
"Apasi." Balas Lisa dengan lebih mengencangkan pelukan, kali ini aroma tubuh Ryan menjadi candu baginya.

Ryan pun melepaskan pelukan Lisa dengan pelan, tangannya memegang kedua pundak wanita yang kini tengah hamil anaknya itu. Mata mereka beradu dan saling menyelami isi kepala masing-masing.

"Aku sayang kamu Lisa." Ucap Ryan tanpa sadar dan hanya mendapat kedipan mata tak percaya dari Lisa.

Cup.

Lisa mencium bibir Ryan dengan cepat, dan dibalas oleh Ryan dengan kecupan yang lebih lama. Lisa pun tak tinggal diam dan segera membalas dengan lumatan.

Keduanya saling membelit lidah dan menikmati setiap detik yang terjadi diantara keduanya. Menyelami rasa nyaman dan berupaya menghilangkan pikiran negatif sejauh-jauhnya.

"Aku mau jenguk debay." Ucap Ryan yang napasnya sudah memburu.

Lisa pun segera membuka kancing piyamanya, sedangkan Ryan ikut melepas semua pakaian yang menempel pada tubuhnya.

"Sini a." Ajak Lisa yang menarik tangan Ryan untuk mendekat. Lisa menuntun suaminya menuju kamar mandi, Ryan pun hanya mengikuti tanpa banyak tanya.

"Kamu udah ngisi bathub?." Tanya Ryan pelan.
"Iya, kan kamu baru pulang dari luar kota." Balas Lisa mendahului untuk masuk bathub.

Ryan hanya bisa menegukkan Saliva, ia tak mengerti mengapa Lisa semakin hari menjadi sosok yang lebih sempurna. Payudara kencang dengan puting berwarna coklat muda itu mulai tertutup dengan busa sabun didalam bathub.

Ryan pun langsung mengikuti Lisa dengan ikut masuk kedalam bathub.

Ahh.

Otot tubuh Ryan melemas setelah perjalanan panjang mencari supplier, urat kakunya kian mengendur diterpa hangatnya air di bathub.

Kini Lisa tengah bersandar di tubuh suaminya, menikmati hangatnya air dan gerakan napas dari Ryan.

"Aa cape ya?" Tanya Lisa yang jari nya aktif memainkan busa.
"Gitulah, kan demi kamu sama Dede bayi."

"Gombal." Balas Lisa.

Karena Lisa yang terus bergerak kanan dan kiri lambat laun penis Ryan menegang, duduk pemuda itu jadi tak nyaman karena sensasi gesekan pantat dan licinnya sabun semakin menggila.

"Mmhhh sakit sayang." Desah Ryan yang semakin memajukan pinggulnya pada belahan pantat Lisa.

Lisa tersenyum kecil dan memilih berdiri, Ryan yang sebelumnya memejamkan mata kebingungan karena Lisa sudah tidak ada dihadapannya. Istrinya itu sedang membasuh dibawah aliran shower.

Ryan pun segera mengikuti dan tangannya mendekap Lisa dari belakang. Penisnya sudah berada pada belahan pantat Lisa yang sengaja dimundurkan.

"Sshh terus a." Desah Lisa yang terbawa permainan nya. Ryan masih saja menggesekkan penis bahkan saat ini seperti ada tenaga baru yang siap dialirkan menuju rahim Lisa.

Lisa semakin menggoyangkan pantatnya ditengah gesekan penis Ryan yang semakin menagih, meminta akan kenikmatan duniawi yang terbungkus dalam balutan cinta yang perlahan Lisa resapi.

Ryan berubah.

Lisa seperti tak menemukan sosok Ryan yang lama, kini dibelakangnya seperti ada seorang pria gagah dengan aura kejantanan yang besar.

"Sshhh akhhh" Lisa mendesah seiring gerakan Ryan yang semakin cepat.
"Enak hmmm" tanya Ryan tanpa sadar dan penisnya sengaja mulai dimasukkan kedalam vagina Lisa yang licin.

"Akhhhh teruss hmm." Lisa tak menampik jika ukuran penis Ryan tak seberapa jika dibandingkan milik pak Eko tetapi rasa sodokan nya begitu nikmat bahkan dadanya menghangat.

Tangan Lisa semakin bertumpu pada tembok dengan air yang terus mengalir dari ujung shower. Keringat, air bahkan napas semua bersatu saat gerakan pinggul Ryan bertambah cepat.

Rahim Lisa seperti digesek olah besi panas yang meramaikan rasa nyaman bahkan binal. Begitupun sebaliknya Ryan seperti baru kali ini menikmati bercinta dengan Lisa.

Vagina istrinya itu seperti alat penyedot hingga penisnya tenggelam dalam kehangatan yang terpaksa harus ia gerakan agar tidak tenggelam.

Ribuan syaraf saling bergesekan dan meminta untuk segera dipuaskan. Pinggul Lisa ikut bergoyang dan tangan Ryan pun meremas pantat istrinya dengan gemas.

Sesekali pipi Lisa tak luput dari cumbuan mulut Ryan yang membuat seluruh badannya nyaris dipenuhi bercak merah. Namun itu menjadi candu baginya ketika rasa perih, gesekan penis dan cumbuan mulut suaminya menjadi nikotin yang ingin terus ia nikmati.

Tak terasa waktu berlalu dan gerakan Ryan pun semakin cepat bahkan terlalu cepat untuk menyetubuhi ibu hamil seperti Lisa.

Lisa pun tak menegur bahkan tubuhnya merespon dengan liar dan tak terasa dengkul Lisa bergetar saat gerakan cepat itu berubah menjadi semakin cepat.

"Akhhhh aku mau shhh" Lisa bergerak tak beraturan seiring cepatnya goyangan Ryan. Dibelakangnya Ryan tersenyum haru dan berusaha berfokus untuk memuaskan istrinya itu.

"Akhhhhh"

Lisa squirt.

Gila.

Ryan melepaskan penisnya ketika cairan Lisa menyembur dan membasahi seluruh paha miliknya.

Keduanya terdiam dan Lisa hanya bisa menunduk malu menahan rasa yang baru kali ini ia rasakan.

Bahkan saat menjadi pelacur pun dirinya tak pernah merasakan sensasi seperti sekarang. Tubuhnya melemah dan tangan Ryan menopang agar tidak jatuh.

Lisa masih mengatur nafas nya saat Ryan tanpa izin kembali memasukkan penis yang masih menuntut untuk dipuaskan.

"Akhhh" Lisa menahan napas saat rasa orgasme nya belum usai ditambah gesekan Ryan yang pelan namun konstan.

Ryan pun segera meremas kedua payudara Lisa dari belakang dan sesekali menjilati leher jenjang istrinya itu.

Tak berapa lama Ryan pun mempercepat gerakannya dan...

"Shhh ahhh" Lisa lagi lagi memuntahkan cairan dari rahimnya yang disambut dengan sperma panas milik Ryan.

Kini hanya suara air dan napas yang memburu.

Lisa berbalik badan dan langsung mengambil ciuman, Ryan pun merespon dengan hikmat. Saling membelit dan menaruh rasa aman saat lidah yang berbicara.

Tak ada percakapan saat ini.

Saling memahami.

Lisa menangis sejadi-jadinya menahan rasa bersalah yang telah ia perbuat selama ini dibelakang Ryan. Andai saja dirinya merasa cukup untuk hal nafsu, maka tak ada pak Eko bahkan ko Atong dan pria lainnya yang bisa menyentuh dirinya.

Kini ciuman keduanya terlepas dan berganti dengan pelukan Lisa yang erat.

Ryan semakin tak tega untuk meninggalkan Lisa. Namun, dirinya sudah memikirkan dengan matang-matang jika cita-citanya harus segera dicapai.

------
Jari Lisa bergerak seperti membuat lingkaran tepat di dada Ryan. Jari-jari itu merangkai rasa yang tak bisa keluar dari mulut dan berakhir dengan bulatan imaji yang tergambar pada luasnya pikiran wanita dengan kulit putih itu.

Ryan hanya bisa melihat rambut dan sebelah pipi Lisa yang bersandar pada dadanya, pikirannya masih tertuju pada ajakan seniornya untuk berangkat ke timur tengah bulan depan.

Hembusan napas yang cepat membuat Lisa mendongak, mata lucunya itu mengedip beberapa kali sebelum senyum Ryan tergambar.

"Cantik." Ucap Ryan spontan yang dibalas dengan raut malu dari Lisa. Perlahan wanita itu bergerak mundur dan membelakangi suaminya dengan mengambil semua selimut yang tadinya menutup tubuh keduanya.

"Hehe, lucu banget istri aku." Ucap Ryan kembali.

"Apaan si." Balas Lisa dibalik selimut tebal.

Ryan pun menggelengkan kepala, Kim dirinya memantapkan diri untuk berbicara pada Lisa.

"Lis." Suara Ryan merendah dan dibarengi tangannya untuk menyingkap selimut.

Lisa pun segera menyembulkan kepalanya, dan mengambil tempat disisi Ryan yang tengah bersandar.

"Ada apa ?." Tanya Lisa.

Ryan pun merangkul pundak Lisa dan keluar lah sudah unek-unek nya selama ini tentang dirinya yang ingin mencapai cita-cita sebagai engineer.

Lisa mendengar dengan serius, dadanya bergerak cepat dan gelisah setiap kata yang terucap dari mulut Ryan.

"Jadi Aa akan berangkat ke timur tengah." Putus Ryan tanpa melihat mata Lisa yang sudah berkaca-kaca.

Perih memang, tapi inilah keputusan Ryan.

"Aa jahat." Ucap Lisa yang kini merasakan sakit diantara dada hingga leher. Seperti ada batang besi yang bersarang dan menuntut untuk segeralah dicabut.

Air mata itu mengalir pelan dan menetes pada selimut. Ryan yang melihat itu semakin erat merangkul dan memupuk pelan.

"Nanti kamu juga berangkat, tapi dua bulan setelah aku disana. Kan lagi hamil." Ucap Ryan menenangkan Lisa.

Namun air mata Lisa tak kunjung berhenti namun semakin deras. Bagaimana tidak setelah perjalanan yang ia lalui baru kali ini ia bisa menikmati rasa nyaman sekaligus bahagia.

Lisa pun memilih beranjak dari ranjang untuk memakai piyama yang tergantung pada lemari di samping ranjang.

Ryan hanya bisa menahan napas, ia tidak berpikir jika respon Lisa seperti sekarang.

"Kalo Aa tetep pilih berangkat biar Lisa aja yang pergi." Ucap Lisa dingin.

"Gak gitu, maksud aku..."

"Maksudnya Aa udah gak sayang kan sama aku." Jerit Lisa yang semakin marah.
"Pergi aja kalo gitu, biar Lisa disini sama bayi." Lanjut Lisa dingin.

Ryan pun ikut berdiri dan memeluk Lisa yang sudah tak bertenaga itu.

"Aa ngerti, tapi kan cuma setahun. Nanti juga kita ketemu lagi. Tapi posisi nya kamu lagi baru hamil dan tak mungkin naik pesawat berjam-jam." Terang Ryan yang semakin menguatkan pelukan.

Tangisan Lisa mereda dan paham akan situasi nya saat ini. Saat di ranjang tadi suaminya itu bercerita dengan mata berbinar tentang cita-citanya. Egois, jika ia menahan kepergian suaminya hanya demi bisa bersama seperti saat ini.

"Lisa ijinin, tapi nanti aku ikut." Ucap Lisa pelan bahkan semut pun kiranya tak dapat mendengar.

"Hah?." Balas Ryan spontan.

"Aku ijinin, asal Aa gak boleh nakal." Terbit lah sudah senyuman Ryan.

Pelukan tadi berubah menjadi ciuman yang saling menuntut. Ada rasa lega pada dada Ryan saat ini.

"Aa janji gak bakal nakal." Ucap Ryan yang tak bisa berhenti tersenyum dibalik pundak Lisa.

-----

"Terus yang gesekin memek aku siapa?." Ucap Lisa dalam hati.

Bersambung.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd