poligan24
Semprot Kecil
- Daftar
- 20 Oct 2021
- Post
- 97
- Like diterima
- 3.572
13 | BIMBANG
Ryan masih tercekat akan ucapan Lisa beberapa menit lalu, dirinya masih saja bermain dengan batang rokok yang tertiup angin di sela jari-jari nya. Tak ada ucapan hanya napas berat yang keluar dan masuk dengan ritme cepat.
Lisa sudah masuk pada kamar setelah ucapan yang ia lontarkan pada gendang telinga suaminya itu. Disatu sisi dia sedih saat menjahili suaminya yang dua Minggu tak ia belai, tapi disatu sisi dirinya seperti tertantang untuk terus seperti ini bahkan ada ide besar dikepalanya.
Pak Eko masih terduduk pada cafe didepan komplek. Usianya tak bisa berbohong jika ditanya masalah fisik yang terus menurun. Tapi entah mengapa energi yang diberikan Lisa sangat besar hingga dirinya seperti dihipnotis untuk terus bercumbu dengan wanita dengan perawakan mirip Maya, selingkuhannya dulu.
Ko Atong bergelut dengan kancing kemeja yang akan ia pakai malam ini, tangannya bukan tak mampu untuk sekedar memasang kemeja tetapi ada rasa bersalah juga euforia berlebih pada setiap peristiwa tadi. Dan tangan itu masih saja bergetar sedang mulut nya tersenyum penuh arti.
----
Udara malam terasa begitu pengap dihidung Ryan disaat lagi dan lagi Lisa membuat dirinya jengkel setengah mati.
"A Ryan keluar dulu ya, bawaan nya kalo makan lihat a Ryan gini jadi pengen muntah."
Gila.
Kesal.
Bimbang.
Semua bercampur aduk didalam hati Ryan, hingga ada panggilan masuk digawai yang sedang ia genggam.
Pemuda yang saat ini duduk dihalaman belakang itu segera mengangkat telepon dan berpindah tempat menuju halaman depan dengan melewati Lisa dan ko Atong yang asik mengunyah menu makanan khas Sunda.
"Halo bang." Saut Ryan setelah orang didalam telepon menyapa terlebih dahulu.
"Halo Yan, posisi dimana sekarang?."
"Bandung bang, ada apa ya udah lama kita ga kontakan gini." Balas Ryan.
"Gua ada job buat lu hahaha, masa lulusan teknik jaga toko terus."
Seketika Ryan menghentikan senyumnya, kepalanya segera bergerak ke arah belakang dimana Lisa yang sedang tersenyum sembari mengunyah tahu beserta nasi.
"Mmm gua udah nikah bang." Balas Ryan ragu.
"Terus kenapa, ini kesempatan Lo Yan. Gua yakin bakat Lo ga cukup berhenti jadi penjaga toko."
Ryan lagi-lagi menunduk. Ada rasa ingin keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggapai impiannya sejak lama untuk menjadi engineer handal. Tapi disatu sisi dia tak bisa meninggalkan Lisa dalam keadaan seperti ini, dirinya ketakutan jika meninggalkan Lisa disaat seperti ini akan memperkeruh suasana.
Huft.
"Yan." Panggil orang dibalik telepon.
"Eh iya bang, nanti gua kabarin secepatnya ya. Minta ijin istri dulu hehe." Balas Ryan yang tak mampu menolak senior kampusnya itu.
"Oke deh, kabarin ya." Tutup pria dibalik telepon.
Ryan pun berbalik menuju ruang makan, Lisa hanya bisa mengerutkan kening melihat suaminya itu berjalan tergesa dan tiba-tiba tangan Lisa ditarik hingga membuat ko Atong pun menghentikan kegiatan makan malamnya.
"Ada apa si A?." Tanya Lisa kaget.
"Aku mau ngomong dulu, beh Lisa aku bawa keluar dulu sebentar." Ucap Ryan dengan tegas.
Lisa pun hanya bisa mengikuti langkah suaminya yang masih saja menggenggam tangan nya dengan erat.
Saat ini keduanya duduk pada jok mobil yang sudah direnovasi sedemikian rupa oleh Ryan bulan lalu. Lisa hanya diam menatap pada kaca mobil yang memantulkan sedikit bayangan dirinya. Disisinya Ryan memutar kunci dan segera menahan gas untuk pergi dari rumahnya ini.
"Ada apa aa ?." Tanya Lisa yang dibalas dengan deheman dari Ryan.
"Kita keluar dulu sayang, ada yang mau aku kasih tahu ke kamu."
"Kan bisa dirumah, ini aja aku belum cuci tangan loh a?" Tanya Lisa yang masih saja menatap keca yang sudah tak memantulkan dirinya.
Ryan segera menepi pada jalan komplek, tangannya dengan cepat bergerak memindahkan gigi dan menarik tuas rem.
"Kita ke hotel ya. Aa mau ngomong serius sama kamu." Ucap Ryan dengan kedua tangan menyentuh pipi Lisa.
Tanpa sadar Lisa melupakan segala rencana jahatnya pada suaminya itu dan segera memajukan bibir.
"Ih alesan AA mah." Balas Lisa lucu.
Ryan pun tak mensia-siakan kesempatan, mulutnya menyambut untuk segera berkelit pada mulut imut Lisa.
Mmhhhh
Cuppp
"Hehe, kita berangkat lagi ya." Putus Ryan yang meninggalkan Lisa dengan pipi yang memerah.
Lisa hanya terdiam dan tangannya menggenggam erat sabuk pengaman. Disampingnya Ryan menahan sanyum dan segera mengusap rambut halus Lisa, lagi-lagi Lisa memalingkan pandangan pada sisi kirinya.
Jalanan tampak sepi saat ini, Ryan dengan leluasa menggerakkan stirnya untuk merapat pada sebuah hotel bintang lima. Lisa pun hanya bisa menahan senyum membayangkan Ryan yang berubah menjadi laki-laki tegas dan penuh kasih.
"Aku udah pesen kamar."
"Eh." Respon Lisa kaget.
"Selama kita nikah sampai kamu punya bayi di perut kita belum pernah honeymoon sayang." Lanjut Ryan yang terus menggenggam tangan kanan Lisa disisi kirinya.
Keduanya sama-sama menikmati suasana malam jalanan kota kembang yang cerah, tak ada satu patah katapun dari mulut keduanya. Seperti sama-sama tahu dan tak ingin tahu.
Mobil Civic itu segera berbelok arah menuju parkiran mobil yang baru Lisa sadari bahwa ini hotel bintang lima. Tanpa menunggu lama Ryan menggenggam tangan Lisa dan berjalan menuju lobby hotel. Lisa pun hanya mengikuti setiap arah langkah Ryan.
Setelah proses check in keduanya menunggu di depan pintu lift. Sampai saat ini belum ada yang membuka suara, Lisa pun bingung ingin memulai percakapan dari mana.
Ting.
Pintu lift terbuka, namun saat Lisa ingin berjalan kedepan tangan Ryan menggenggam lebih erat bahkan seperti meremas semua jari Lisa. Sontak saja Lisa mengaduh meski tak mampu di sengar oleh Ryan.
"Ehhh ada apa a?." Tanya Lisa yang semakin kesakitan karena tangannya terlalu sakit di remas oleh Ryan.
Namun Ryan tak menjawab matanya lurus kedepan pada seorang wanita berambut pendek dengan pakaian khas Chinese. Mata Lisa otomatis ikut melihat arah pandangan Ryan.
Cantik.
Ucap Lisa didalam hati saat melihat wanita itu tersenyum manis pada suaminya. Antara cemburu juga terpana pada wanita yang tinggi badannya tak jauh berbeda dengan dirinya.
"Halo Ryan, udah lama ga ketemu." Ucap wanita dengan kulit sawo matang itu sembari mengulurkan tangan.
Lisa pun reflek menatap wajah suaminya yang ternyata berubah menjadi tegang bahkan terlalu serius.
"Kita naik langsung." Ucap Ryan yang langsung merangkul Lisa untuk masuk kedalam lift.
Wanita Chinese itu hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Lisa yang melihat semua itu masih bingung bahkan terlalu bingung dengan situasi ini. Tak berapa lama pintu lift pun tertutup, namun saat belum tertutup sempurna tangan wanita Chinese itu segera mengab pintu dan otomatis terbuka kembali.
"Aku rindu kamu Yan".
-----
"Itu siapa a?" Tanya Lisa setelah duduk pada sisi ranjang.
"Bukan siapa-siapa kok, maaf ya kalo bikin kamu penasaran." Jawab Ryan tak menyelesaikan masalah.
Lisa hanya bisa diam, sebenarnya dirinya belum mengenal Ryan lebih jauh. Bahkan masa kecil Ryan pun ia dapat dari pak Eko yang notabene adalah orang luar.
Lisa memantapkan hati untuk bisa mengenal suaminya lebih dalam mulai hari ini.
"Masa bukan siapa-siapa si?." Tanya Lisa lagi.
" iya sayang, dia temen aja." Jawab Ryan mengambil tempat disisi Lisa.
"Ish, AA mah gitu. Udah lah Lisa pulang aja." Jawab Lisa manja.
"Pulang kerumah atau mau ini hmm." Balas Ryan dengan senyum jail sembari memegang penisnya yang ternyata sudah mengacung.
Lisa menahan senyum mengingat ukuran penis suaminya itu tak ada apa-apanya dengan milik ko Atong apalagi pak Eko yang bisa membuat Lisa kelojotan setengah mati.
Dengan senyum palsu wanita itu segera meraih penis milik Ryan dan dengan cepat melahapnya. Kedua tangan Ryan meremas rambut Lisa, tubuhnya bergerak gelisah saat Lisa menyedot semua penisnya hingga tak nampak sedikitpun.
"Sshhh udah udah ahhh." Jerit Ryan yang tak kuat menahan sperma nya.
Lisa pun mengerti dan langsung menyudahi permainan nya.
Jujur wanita itu kecewa pada suaminya yang belum apa-apa sudah mengeluarkan sperma, ingin sekali protes tapi semua itu tertahan dalam mulut dan hanya bisa tersenyum.
Seakan-akan puas.
Seakan-akan menikmati.
Seakan-akan terbalas.
Hati kecil Lisa sebenarnya ingin menerima semua itu, tapi apalah daya jika masa lalunya merubah segala hal termasuk urusan seks.
Ryan masih menormalkan detak jantungnya, dia sebenarnya malu jika terlalu cepat keluar seperti ini. Tapi ia sudah tidak tahan saat istrinya menjilati penis seperti permen bahkan menyedot hingga seluruh penisnya tenggelam.
Dengan sisa tenaga Ryan berdiri dan berjalan menuju kamar mandi tanpa memakai celana, sedangkan Lisa kembali duduk pada sisi ranjang dengan kedua tangan menanagkup.
Hening seketika merayap pada setiap sela kamar hotel, tak ada lagi hawa panas-hanya ada rasa malu juga bimbang yang menemani.
Didalam kamar mandi Ryan menatap dirinya pada pantulan cermin, penisnya sudah menciut. Tangan pemuda itu menyentuh dengan pelan, menggerakkan dan memainkan penisnya. Namun, tak kunjung mengacung bahkan semakin menciut.
Dengan napas berat Ryan keluar dari kamar mandi dan tatapannya tertuju pada Lisa yang sudah tidur dengan posisi menyamping. Ryan pun hanya bisa diam dan rasa bersalah pun mencuat hingga menusuk pada rongga pernapasannya. Seperti ada beban berat yang ia pikul, terlebih Ryan tahu jika istrinya itu memiliki libido yang besar.
Tak terhitung kejadian seperti ini terulang dan berakhir dengan Lisa yang masturbasi sendiri. Ryan pun memilih pergi dari kamar hotel untuk sekedar melepas penat dengan sebatang rokok.
----
"Kok diluar si?" Ucap perempuan Chinese yang membuat Ryan memalingkan wajah.
Bersambung.....
Ryan masih tercekat akan ucapan Lisa beberapa menit lalu, dirinya masih saja bermain dengan batang rokok yang tertiup angin di sela jari-jari nya. Tak ada ucapan hanya napas berat yang keluar dan masuk dengan ritme cepat.
Lisa sudah masuk pada kamar setelah ucapan yang ia lontarkan pada gendang telinga suaminya itu. Disatu sisi dia sedih saat menjahili suaminya yang dua Minggu tak ia belai, tapi disatu sisi dirinya seperti tertantang untuk terus seperti ini bahkan ada ide besar dikepalanya.
Pak Eko masih terduduk pada cafe didepan komplek. Usianya tak bisa berbohong jika ditanya masalah fisik yang terus menurun. Tapi entah mengapa energi yang diberikan Lisa sangat besar hingga dirinya seperti dihipnotis untuk terus bercumbu dengan wanita dengan perawakan mirip Maya, selingkuhannya dulu.
Ko Atong bergelut dengan kancing kemeja yang akan ia pakai malam ini, tangannya bukan tak mampu untuk sekedar memasang kemeja tetapi ada rasa bersalah juga euforia berlebih pada setiap peristiwa tadi. Dan tangan itu masih saja bergetar sedang mulut nya tersenyum penuh arti.
----
Udara malam terasa begitu pengap dihidung Ryan disaat lagi dan lagi Lisa membuat dirinya jengkel setengah mati.
"A Ryan keluar dulu ya, bawaan nya kalo makan lihat a Ryan gini jadi pengen muntah."
Gila.
Kesal.
Bimbang.
Semua bercampur aduk didalam hati Ryan, hingga ada panggilan masuk digawai yang sedang ia genggam.
Pemuda yang saat ini duduk dihalaman belakang itu segera mengangkat telepon dan berpindah tempat menuju halaman depan dengan melewati Lisa dan ko Atong yang asik mengunyah menu makanan khas Sunda.
"Halo bang." Saut Ryan setelah orang didalam telepon menyapa terlebih dahulu.
"Halo Yan, posisi dimana sekarang?."
"Bandung bang, ada apa ya udah lama kita ga kontakan gini." Balas Ryan.
"Gua ada job buat lu hahaha, masa lulusan teknik jaga toko terus."
Seketika Ryan menghentikan senyumnya, kepalanya segera bergerak ke arah belakang dimana Lisa yang sedang tersenyum sembari mengunyah tahu beserta nasi.
"Mmm gua udah nikah bang." Balas Ryan ragu.
"Terus kenapa, ini kesempatan Lo Yan. Gua yakin bakat Lo ga cukup berhenti jadi penjaga toko."
Ryan lagi-lagi menunduk. Ada rasa ingin keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggapai impiannya sejak lama untuk menjadi engineer handal. Tapi disatu sisi dia tak bisa meninggalkan Lisa dalam keadaan seperti ini, dirinya ketakutan jika meninggalkan Lisa disaat seperti ini akan memperkeruh suasana.
Huft.
"Yan." Panggil orang dibalik telepon.
"Eh iya bang, nanti gua kabarin secepatnya ya. Minta ijin istri dulu hehe." Balas Ryan yang tak mampu menolak senior kampusnya itu.
"Oke deh, kabarin ya." Tutup pria dibalik telepon.
Ryan pun berbalik menuju ruang makan, Lisa hanya bisa mengerutkan kening melihat suaminya itu berjalan tergesa dan tiba-tiba tangan Lisa ditarik hingga membuat ko Atong pun menghentikan kegiatan makan malamnya.
"Ada apa si A?." Tanya Lisa kaget.
"Aku mau ngomong dulu, beh Lisa aku bawa keluar dulu sebentar." Ucap Ryan dengan tegas.
Lisa pun hanya bisa mengikuti langkah suaminya yang masih saja menggenggam tangan nya dengan erat.
Saat ini keduanya duduk pada jok mobil yang sudah direnovasi sedemikian rupa oleh Ryan bulan lalu. Lisa hanya diam menatap pada kaca mobil yang memantulkan sedikit bayangan dirinya. Disisinya Ryan memutar kunci dan segera menahan gas untuk pergi dari rumahnya ini.
"Ada apa aa ?." Tanya Lisa yang dibalas dengan deheman dari Ryan.
"Kita keluar dulu sayang, ada yang mau aku kasih tahu ke kamu."
"Kan bisa dirumah, ini aja aku belum cuci tangan loh a?" Tanya Lisa yang masih saja menatap keca yang sudah tak memantulkan dirinya.
Ryan segera menepi pada jalan komplek, tangannya dengan cepat bergerak memindahkan gigi dan menarik tuas rem.
"Kita ke hotel ya. Aa mau ngomong serius sama kamu." Ucap Ryan dengan kedua tangan menyentuh pipi Lisa.
Tanpa sadar Lisa melupakan segala rencana jahatnya pada suaminya itu dan segera memajukan bibir.
"Ih alesan AA mah." Balas Lisa lucu.
Ryan pun tak mensia-siakan kesempatan, mulutnya menyambut untuk segera berkelit pada mulut imut Lisa.
Mmhhhh
Cuppp
"Hehe, kita berangkat lagi ya." Putus Ryan yang meninggalkan Lisa dengan pipi yang memerah.
Lisa hanya terdiam dan tangannya menggenggam erat sabuk pengaman. Disampingnya Ryan menahan sanyum dan segera mengusap rambut halus Lisa, lagi-lagi Lisa memalingkan pandangan pada sisi kirinya.
Jalanan tampak sepi saat ini, Ryan dengan leluasa menggerakkan stirnya untuk merapat pada sebuah hotel bintang lima. Lisa pun hanya bisa menahan senyum membayangkan Ryan yang berubah menjadi laki-laki tegas dan penuh kasih.
"Aku udah pesen kamar."
"Eh." Respon Lisa kaget.
"Selama kita nikah sampai kamu punya bayi di perut kita belum pernah honeymoon sayang." Lanjut Ryan yang terus menggenggam tangan kanan Lisa disisi kirinya.
Keduanya sama-sama menikmati suasana malam jalanan kota kembang yang cerah, tak ada satu patah katapun dari mulut keduanya. Seperti sama-sama tahu dan tak ingin tahu.
Mobil Civic itu segera berbelok arah menuju parkiran mobil yang baru Lisa sadari bahwa ini hotel bintang lima. Tanpa menunggu lama Ryan menggenggam tangan Lisa dan berjalan menuju lobby hotel. Lisa pun hanya mengikuti setiap arah langkah Ryan.
Setelah proses check in keduanya menunggu di depan pintu lift. Sampai saat ini belum ada yang membuka suara, Lisa pun bingung ingin memulai percakapan dari mana.
Ting.
Pintu lift terbuka, namun saat Lisa ingin berjalan kedepan tangan Ryan menggenggam lebih erat bahkan seperti meremas semua jari Lisa. Sontak saja Lisa mengaduh meski tak mampu di sengar oleh Ryan.
"Ehhh ada apa a?." Tanya Lisa yang semakin kesakitan karena tangannya terlalu sakit di remas oleh Ryan.
Namun Ryan tak menjawab matanya lurus kedepan pada seorang wanita berambut pendek dengan pakaian khas Chinese. Mata Lisa otomatis ikut melihat arah pandangan Ryan.
Cantik.
Ucap Lisa didalam hati saat melihat wanita itu tersenyum manis pada suaminya. Antara cemburu juga terpana pada wanita yang tinggi badannya tak jauh berbeda dengan dirinya.
"Halo Ryan, udah lama ga ketemu." Ucap wanita dengan kulit sawo matang itu sembari mengulurkan tangan.
Lisa pun reflek menatap wajah suaminya yang ternyata berubah menjadi tegang bahkan terlalu serius.
"Kita naik langsung." Ucap Ryan yang langsung merangkul Lisa untuk masuk kedalam lift.
Wanita Chinese itu hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Lisa yang melihat semua itu masih bingung bahkan terlalu bingung dengan situasi ini. Tak berapa lama pintu lift pun tertutup, namun saat belum tertutup sempurna tangan wanita Chinese itu segera mengab pintu dan otomatis terbuka kembali.
"Aku rindu kamu Yan".
-----
"Itu siapa a?" Tanya Lisa setelah duduk pada sisi ranjang.
"Bukan siapa-siapa kok, maaf ya kalo bikin kamu penasaran." Jawab Ryan tak menyelesaikan masalah.
Lisa hanya bisa diam, sebenarnya dirinya belum mengenal Ryan lebih jauh. Bahkan masa kecil Ryan pun ia dapat dari pak Eko yang notabene adalah orang luar.
Lisa memantapkan hati untuk bisa mengenal suaminya lebih dalam mulai hari ini.
"Masa bukan siapa-siapa si?." Tanya Lisa lagi.
" iya sayang, dia temen aja." Jawab Ryan mengambil tempat disisi Lisa.
"Ish, AA mah gitu. Udah lah Lisa pulang aja." Jawab Lisa manja.
"Pulang kerumah atau mau ini hmm." Balas Ryan dengan senyum jail sembari memegang penisnya yang ternyata sudah mengacung.
Lisa menahan senyum mengingat ukuran penis suaminya itu tak ada apa-apanya dengan milik ko Atong apalagi pak Eko yang bisa membuat Lisa kelojotan setengah mati.
Dengan senyum palsu wanita itu segera meraih penis milik Ryan dan dengan cepat melahapnya. Kedua tangan Ryan meremas rambut Lisa, tubuhnya bergerak gelisah saat Lisa menyedot semua penisnya hingga tak nampak sedikitpun.
"Sshhh udah udah ahhh." Jerit Ryan yang tak kuat menahan sperma nya.
Lisa pun mengerti dan langsung menyudahi permainan nya.
Jujur wanita itu kecewa pada suaminya yang belum apa-apa sudah mengeluarkan sperma, ingin sekali protes tapi semua itu tertahan dalam mulut dan hanya bisa tersenyum.
Seakan-akan puas.
Seakan-akan menikmati.
Seakan-akan terbalas.
Hati kecil Lisa sebenarnya ingin menerima semua itu, tapi apalah daya jika masa lalunya merubah segala hal termasuk urusan seks.
Ryan masih menormalkan detak jantungnya, dia sebenarnya malu jika terlalu cepat keluar seperti ini. Tapi ia sudah tidak tahan saat istrinya menjilati penis seperti permen bahkan menyedot hingga seluruh penisnya tenggelam.
Dengan sisa tenaga Ryan berdiri dan berjalan menuju kamar mandi tanpa memakai celana, sedangkan Lisa kembali duduk pada sisi ranjang dengan kedua tangan menanagkup.
Hening seketika merayap pada setiap sela kamar hotel, tak ada lagi hawa panas-hanya ada rasa malu juga bimbang yang menemani.
Didalam kamar mandi Ryan menatap dirinya pada pantulan cermin, penisnya sudah menciut. Tangan pemuda itu menyentuh dengan pelan, menggerakkan dan memainkan penisnya. Namun, tak kunjung mengacung bahkan semakin menciut.
Dengan napas berat Ryan keluar dari kamar mandi dan tatapannya tertuju pada Lisa yang sudah tidur dengan posisi menyamping. Ryan pun hanya bisa diam dan rasa bersalah pun mencuat hingga menusuk pada rongga pernapasannya. Seperti ada beban berat yang ia pikul, terlebih Ryan tahu jika istrinya itu memiliki libido yang besar.
Tak terhitung kejadian seperti ini terulang dan berakhir dengan Lisa yang masturbasi sendiri. Ryan pun memilih pergi dari kamar hotel untuk sekedar melepas penat dengan sebatang rokok.
----
"Kok diluar si?" Ucap perempuan Chinese yang membuat Ryan memalingkan wajah.
Bersambung.....