Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA The Introvert (Is Back) (Update Part 16)

Status
Please reply by conversation.

PendekarTanpaNama

Adik Semprot
Daftar
10 May 2018
Post
122
Like diterima
274
Bimabet
Permisi agan agan semua, jadi setelah menjadi silent reader di forum ini kurang lebih hampir setahun, akhirnya saya memutuskan untuk membuat cerita saya sendiri, mohon maaf jika ada kesalahan penulisan atau kesalahan bahasa, karena ini pertama kalinya saya nulis, dan dibagikan ke suatu forum. Kritik dan saran dipersilahkan agar kedepan cerita ini jadi lebih matang dan lebih bagus.

Index :
Part 0 : Teaser
Part 1 : Prolog
Part 2 : How I know her
Part 3 : Me, Her, and Her Best Friend
Part 4 : The Tragedy in the Empty Room
Part 5 : Love in My Room
Part 6 : The Moment Before The Storm
Part 7 : The Moment of Truth
Part 8 : And It's A ............
Part 9 : Cappuccino in the Morning
Part 10 : Encounter at The Street
Part 11 : An Awkward Request
Part 12 : Teaching Session (Sort of)
Part 13 : The Proposal and A New Family
Part 14 : The Inner Conflict
Part 15 : The Sad News
Part 16 : Double Danger
 
Terakhir diubah:
Teaser

Di sebuah kamar hotel di Jakarta, Kamar No. 76. Terlihat seorang cewek yang berperawakan tinggi dan berkulit putih sedang menungging di atas ranjang tengah menerima sodokan keras dari seorang cowok berkulit sawo matang dan berbadan atletis.

“Ngghhhh, Aaahhhh, Dy, Pelan pelan, aaghhh” Kata kak Shani sambil menahan hujaman penisku

“Aaarrrghhh, gak bisa kak, pinggul saya gerak sendiri aaaarrrrggghhh” Ujarku sambil menyodok Kak Shani dari belakang

Kenikmatan luar biasa yang gak bisa kujelaskan dengan kata kata itu menghampiri tubuhku, ditambah lagi melihat wajah Kak Shani yang sayu dan pasrah, dan juga kulitnya yang mulus, tubuhnya yang sexy seperti model itu membuatku makin kencang menyodok vaginanya dengan penisku ini.

“Aaaaahhhhh, Dy, Aku mau keluar, Aaaahhh” Kata Kak Shani sambil mendesah

“Arrrghhh bareng kak, saya juga bentar lagi, Aaargggh” balasku sambil mempercepat sodokanku terhadap Kak Shani

Aku hampir mencapai batasku, dan kelihatan juga bahwa Kak Shani sudah tidak tahan lagi, setelah 2 menit, Kak Shani pun teriak.

“Aaaah, Aaaaaa, Aaaaaaaaah, Dyyyyy, Ardyyyyyy !!!!!”
“Kak Shaniiiiiii !!!!!!!” balasku sambil mendorong dalam dalam penisku di dalam vagina Kak Shani
 
Prolog

Aku berdiri di depan gerbang kampusku, kampus yang terkenal dengan keseniannya di daerah cikini. Aku pun melaju dengan motor Yamaha R15 ku menuju fakultas Film & TV. Terlihat disana masih sepi, hampir tidak ada orang disana kecuali para staff kebersihan yang masih membersihkan area kampusku itu.

Oh iya, perkenalkan nama aku Faisal Ardy Mahesa, biasa dipanggil Ardy, aku anak semester 5 di jurusan Film & TV, aku berasal dari Kalimantan, itulah kenapa aku gak biasa memakai istilah “Lo”, “Gue”, dan istilah istilah lainnya yang dipakai anak Jakarta pada umumnya. Jangankan istilah, terkadang aku masih tidak hafal dengan nama nama daerah yang ada di Jakarta, sehingga aku sering stop dulu di tepi jalan untuk memerika aplikasi maps di hp ku. Yah, bisa dibilang keadaan ini yang membuatku tidak punya terlalu banyak teman di kampus.

Sesampai di depan kelas aku pun langsung duduk di teras karena pintu kelas belum terbuka, jelas saja, aku datang pada pukul 6 pagi, mahasiswa mana yang rajin banget ke kampus jam segitu ? Sepertinya hanya aku saja. Aku pun duduk di teras, mengeluarkan kopi kemasan botol yang kubeli di mini market, rokok menthol yang kubeli di tempat yang sama, dan laptop gamingku yang baru kubeli seminggu yang lalu dengan uang hasil beasiswaku. Aku menyalakan laptopku dan aku bermain game Tetris.

Pasti kalian berpikir, “Laptop Gaming cuman buat main Tetris ??!!” Eits, tenang dulu, aku juga memiliki game game lain seperti GTA V, PES, dan PUBG, tapi entah kenapa aku lebih suka memainkan Tetris di waktu senggangku, mungkin karena gamenya yang simple dan membutuhkan kecepatan otak dan tangan untuk membuat semua balok balok itu tersusun rapi yang membuatku tidak pernah bosan memainkannya.

1 Jam berlalu, akhirnya pintu kelasku pun di buka, satpam yang bernama Sutoyo yang membukakan pintu kelasku itu pun menegurku.

“Dy, hari hari sendirian terus, gak bosan?” kata pak Sutoyo
“Haha enggak pak yo, lagian kalau gak sendirian emang sama siapa pak?” Kataku sambal melirik ke arah Pak Sutoyo
“Cari pacar gitu loh dy, mukamu loh ganteng, terus pinter, badanmu atletis, motormu keren, mana ada yang gak mau.” Ujar Pak Sutoyo dengan nada yang sedikit kesal
“Haha belum kepikiran pak, nanti paling datang sendiri, jodoh gak bakal kemana pak” balasku sambal melanjutkan gameku.

Pak Sutoyo pun tersenyum, setelah itu beliau pun pergi meninggalkanku sendiri. Aku pun langsung menenteng tas ku sambil memegang laptopku terus kemudian masuk kelas.

Tak lama, Khalil pun datang, Khalil bisa dibilang satu satunya teman baik yang ku punya di daerah Jakarta ini, dia juga pendatang, dia berasal dari daerah Yogyakarta.

“Dy, Dy, Nolep bener lo ya, pagi pagi buta udah di kelas” katanya setengah teriak
“Bodo amat lil, tumben banget kamu datang jam segini, biasanya kan kamu yang paling telat datangnya” balasku sambil tetap fokus bermain Tetris.
“Gue mau nyontek tugas lo, kan lo paling rajin kalau masalah tugas hehe” katanya sambil nyengir
“Woalah kampret !!!” Sahutku kesal
“Ayolah Dy, lu kan sohib gue, gak ada gue lo gak punya teman loh hahaha” kata Khalil sambil ketawa
“Cih, iye, iye, nih” balasku sambil mengeluarkan kertas tugas yang telah kukerjakan dari tas
“Nah gitu dong, haduh jadi enak nih gue hahaha” balasnya sambil mengambil kertas yang kuberikan ke dia, dia ketawa bahagia layaknya seseorang yang memenangkan Hadiah undian.

Aku pun melanjutkan gameku, kulihat si Khalil tengah menyalin jawaban dari kertas tugasku di kertasnya. Tiba tiba dia ngomong.

“Dy, loe pernah ke FX gak?” tiba tiba si Khalil bertanya
“FX Sudirman ? Belum pernah sih, lagian ngapain juga disana ?” balasku cuek
“Dy, temenin gue ya nanti kesana, nonton JKT 48 Dy” katanya setengah berteriak
“Ah, enggak ah, kan kamu tau sendiri aku gak suka duduk di tempat terlalu lama terus nonton pertunjukkan gitu, kecuali nonton film di Bioskop” Balasku sambil tetap fokus bermain
“Ayolah Dy, Pokoknya ku traktir deh, Tiketnya, Two Shootnya, Merchandisenya, plus makannya, pokoknya semuanya, PLEASE !!!!!”

Aku terdiam sejenak, sebenarnya aku tidak ingin ikut, apapun yang ditawarkan si Khalil, tapi bagian terakhir dari ajakannya itu yang bikin aku terpancing. Siapa yang gak pengen makan gratis ? Apalagi sekarang sedang akhir bulan, dan Mamaku belum ngirim uang bulanan.

“Hmmmm, ya udah, jam berapa ?” kataku sambil menoleh ke Khalil
“Jam 7 Dy, nanti gue ke rumah lo jam 5, kita naik mobil lo aja kesana ya ?” kata si Khalil bersemangat
“Bangke, ya udah, deal” balasku sambil melanjutkan gameku
“Sipp, Wooooaaah lo emang sohib gue paling the best Dy Wooooaaaahhh” Kata si Khalil sambil teriak teriak
“Udah gila ni anak” kataku dalam hati

Sesampainya di rumah aku pun bersiap siap, jam dindingku menunjukkan waktu Pukul 17.00. Si Khalil datang 5 menit kemudian, dan kami pun pergi dengan menggunakan mobil Alphard keluaran tahun 2019 milikku.

Kalian mungkin bertanya, Kok bisa anak rantau kayak aku punya rumah, punya motor, dan punya mobil ? Well, ini semua hasil warisan dari Alm. Ayahku, Beliau memiliki perusahaan Batu Bara terbesar di Kalimantan. Setelah Ayah wafat, warisan itu dibagi ke Mamaku dan kedua adikku. Nominal total warisannya adalah 7x.xxx.xxx.xxx. sebenarnya tanpa menunggu bulanan dari Mamaku, aku masih bisa bertahan hidup dengan mudah di Jakarta, apalagi aku selalu mendapat beasiswa setiap bulan, tapi Mamaku bilang uangku mending disimpan aja, karena udah tugas mamaku untuk membiayai keperluanku, dan aku sebagai anak yang baik ya nurut aja hehe.

Akhirnya pada jam 18.00 kami sudah sampai di FX. Si Khalil pun langsung menuju ke Teater JKT 48, dia pun mengantri untuk membeli tiket. Setelah mendapatkan tiket, dia pun mengajak aku masuk. Setlah masuk kami pun duduk di barisan paling depan.

“Astaga Dy, paling depan, siap siap aja di Eye Lock sama member” Kata si Khalil kegirangan
“Woi Lil, Sadar !!!! biasa aja kali” sahutku risih

Pertunjukkan pun dimulai, para member JKT 48 itu menari sambil menyanyi, memperlihatkan gerakan tarian mereka yang sangat luwes, tapi entah kenapa aku tidak begitu tertarik dengan tarian dan nyanyian mereka, tapi perasaanku berubah saat sesi MC.

Halo semuanya, Semanis coklat selembut sutra, aku Shani !!!!

Dan dari situ lah, cerita ini bermula….
 
dari penggambaran ceritanya, keknya suhu belum pernah teateran ya?
 
How I know her

Sepanjang pertunjukkan aku hanya memperhatikan Shani ini. Entah kenapa ada sesuatu yang membuatku terpikat dengannya, dan aku bukan tipe orang yang mudah terpikat dengan orang lain, terutama perempuan. Memang sih, dia memiliki wajah yang cantik, terus perawakannya yang tinggi bak model, tapi bukan itu. Kalau berpatokan dengan kriteria tadi, di kampusku juga banyak yang seperti si Shani ini, tapi mereka tidak ada yang memikatku sama sekali.

“Lil, yang Shani itu nama lengkapnya siapa ?” Aku bertanya pada si Khalil
“Oh Shani, Shani Indira Natio nama lengkapnya. Kenapa emang ? eh bentar, jangan bilang lo naksir Shani ? berat Dy, beraaat, kau tak akan kuat” Khalil kembali bertanya kepadaku
“Apaan sih Lil, aku nanya doang, lagian juga wajar kalau cowok suka sama cewek, berarti aku normal dong” jawabku
“Lah lo bisa juga suka sama cewek, gue pikir lo homo Dy hahahaha” Kata si Khalil sambil ketawa
“Mulai kurang ajar ya” sahutku sambil ngejitak si Khalil
“Aduh, sorry Dy sorry hehe” jawab si Khalil sambil cengengesan

Setelah pertunjukkan selesai, aku dan Khalil pun keluar, dan saat keluar itu aku kaget. Para member itu udah berbaris rapi di belakang meja. Kulihat orang orang di depanku pada mengompaki mereka dan dibalas dengan ucapan terima kasih oleh para member.

“Lil, ini aku ikut kompak juga kah ?” aku bertanya pada Khalil
“Kompak, kompak, lo pikir kompak buat anak sd ? ini Namanya Hi-Touch” Jawab si Khalil
“Sama aja pe’a” jawabku sedikit kesal

Aku pun mengompaki mereka satu per satu, ucapan terima kasih mereka hanya kubalas dengan anggukan dan senyum seadanya. sampai giliranku untuk mengompaki si Shani ini.

“Terima Kasih kak udah dateng, sampai ketemu lagi ya” Katanya dengan senyumnya yang khas itu
“Eeeee, Iya, sama sama” Jawabku canggung
“Dasar, sudah ci Shani aja dibalas ucapannya, yang lain dari awal cuman diangguk angguk aja kek konser metal” kata seorang member yang tidak kukenal yang berdiri di sebelah Shani, member lain yang mendengar hal itu pun ikut tertawa termasuk si Shani.

Sungguh perasaan yang canggung, tapi seru. Aku udah lama enggak ngerasakan perasaan ini semenjak….., ah udahlah, aku tak mau mengingat hal itu. Hal menyakitkan yang bisa dibilang mempengaruhi kepribadianku sekarang ini.

“Dy, gue ke toilet dulu ya, lo duluan aja ke parkiran” kata si Khalil
“Hededeh, buruan, bentar lagi FX tutup loh” jawabku
“Iyaa Faisal Ardy Mahesa, cerewet amat kayak mak gua lu” Kata si Khalil sambil berjalan meninggalkanku menuju toilet

Aku pun menunggu Khalil di parkiran, udah hampir setengah jam aku menunggu si Khalil, tapi tak ada tanda tanda bahwa dia akan balik.

“Mana sih si Khalil, jangan bilang dia coli, dasar manusia lemah syahwat” celetukku

Saat menunggu, aku kaget, ternyata ada si Shani lewat, dia saat itu menggunakan jaket warna coklat dengan baju dalam berwarna putih, dan celana jeans ketat berwarna hitam. Aku pun hanya memperhatikan dia, mataku tak berkedip sama sekali saat dia lewat, jantungku berdegup kencang tak karuan.

“Loh, kakak yang tadi ? ngapain kak ? bentar lagi FX tutup loh” tiba tiba Shani menghampiriku, sontak membuatku tersadar dari tatapanku tadi
“Hah ? Eh, anu, heeee, lagi nunggu teman di toilet” jawabku sambil mencoba tersenyum
“Oh gitu, btw kakak fans baru ya ? Aku baru pertama kali ini liat kakak, soalnya aku tuh hafal muka muka fans yang sering teateran.” Kata shani sambil memandangku
(“Ya Allah, pandangan biasanya aja kayak gini, bikin orang meleleh !!!!”) “Oh gitu, iya sih hehe, aku bukan fans sih sebenernya, cuman nemenin temen doang” Jawabku sedikit canggung
“Oh cuman nemenin, pantas kayaknya kakak tadi gak terlalu enjoy nontonnya, mungkin perform kami kurang bagus ya kak ? Tanya shani sambil memasang muka lesu
“Eh, bukan gitu, eh, gimana ya, kalian bagus kok performnya, memang akunya aja sih, aku gak bisa terlalu lama di tempat yang rame gitu, aku jadinya risih sendiri” jawabku sedikit panik
“Oh gitu, kirain, sebentar, jangan bilang kakak ini introvert ?” Shani bertanya lagi, kali ini dengan ekspresi penasaran
“Eeeeeeeh, bisa dibilang gitu sih, hehe” jawabku dengan perasaan betul betul canggung
“Ih kak, sayang banget loh, penampilan kakak padahal keren, masa sifatnya Introvert sih” kata si shani tiba tiba, ekspresinya berubah lagi, kali ini seperti, seperti apa ya, seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan yang bagus dan mahal, malah dibelikan mainan yang murah, tetap menerima tapi ada sedikit kekecewaan.
“Ya mohon maaf, memang sifatku begini hehe” jawabku atas pernyataannya tadi
“Oh iya kak, nama kakak siapa ?” tiba tiba dia bertanya
“Namaku Faisal Ardy Mahesa, panggil aja Ardy” jawabku sambil mencoba tersenyum
“Oh Ardy, nama yang bagus kak” ujar Shani dengan tersenyum juga

Tiba tiba terdengar suara ringtone Hp berbunyi, ternyata itu suara Hp Shani.

“Hallo ?” Kata shani menjawab telpon
“Astaga, jadi gimana dong gre ?” ujar Shani panik
“Ya udah, kamu bawa ke bengkel aja dulu mobilnya, entar aku pulang naik gojek aja”
“Okay, hati hati gre, dadaaaah” Kata Shani sebelum mematikan telponnya”

“Kak Ardy, aku duluan ya, mobilnya Gracia mogok, jadi terpaksa aku harus naik gojek malam ini, duluan ya kak” kata Shani mau pamit
“Eh Shan, sebentar, ku antar aja mau gak ?, aku bawa mobil nih, kasihan kalau kamu naik gojek malam malam, entar masuk angin” Ucapku secara spontan, membuat Shani yang hampir pergi kembali menatapku.

Entah apa yang merasukiku, ini pertama kalinya aku nawarin mengantar pulang seorang perempuan, entah darimana kata kata dan keberanianku itu datang.

“Gak papa nih kak ? takutnya ngerepotin lagi” Kata Shani
“Enggak papa kok Shan, ya udah, kamu naik aja langsung ke mobilku, mau ku antar kemana ?” Tanyaku
“Ini sih kak, jalan xxxxx xxxxxxx” Balas Shani
“Oh ya udah, ayo naik” ajakku ke Shani

Kami pun masuk ke dalam mobil, aku pun menyetel aplikasi Maps di hp ku sesuai alamat yang Shani bilang. Setelah selesai mengatur aplikasi itu, aku menyalakan mesin mobil, mengendarai mobil ini keluar parkiran, kami pun pergi dari FX.

“Oh ternyata Kak Ardy Gocar ? atau Grab Car ? Tanya shani tiba tiba setelah menyadari aku menggunakan aplikasi maps sebagai patokanku mengendarai mobil
“Eh, eeeeh, bukaaan, kebetulan aku ini pendatang, jadi gak terlalu hafal jalanan, maklum lah, Jakarta luas” jawabku dengan perasaan agak sedikit awkward
“Oh begitu, Emang kak Ardy asalnya darimana ?” Tanya Shani lagi
“Aku dari Kalimantan Shan, tepatnya Kalimantan Timur” jawabku sambil tetap memerhatikan jalan
“Oalah, eh bentar deh, aku habis dari Kaltim loh kak, Ada Circus JKT48 di Balikpapan kemarin” Ujar Shani memberitahuku
“Oh gitu, bagus deh” jawabku seadanya
“Ih kak, jangan cuek gitu dong, udah introvert, cuek, nanti gak ada cewek yang mau sama kakak loh” Kata Shani setengah jengkel setengah kesal.
“Hehe iyaa Shan, sorry, btw aku kelahiran 99, kalau kamu ?” tanyaku pada Shani agar dapat membuka obrolan lagi.
“Aku tahun 1998” jawab Shani
“Oh tua kamu setahun, ya udah aku aja yang panggil kamu kakak gimana ?” tawarku kepada Shani
“Aku biasanya dipanggil cici sih kak” jawab Shani dengan ekspresi bingung
“Aku gak biasa manggil cici Shan, Kakak aja gak papa ya ?” tanyaku lagi pada Shani
“Hmmm, oke deh kak” Shani mengiyakan tawaranku
“Panggil Ardy aja Kak, tua an kakak soalnya hahaha” Ujarku sambil ketawa
“Ih beda setahun aja kok hahaha” Shani ikut tertawa

Akhirnya kami sampai di tempat tinggal Shani, sebuah rumah minimalis berwarna putih yang terlihat sangat indah. Shani pun keluar dari mobilku, kemudian dia menghampiriku dari luar pintu mobil.

“Dy, makasih banyak ya” Kata shani
“Eh, iya sama sama kak” jawabku
“Dy, boleh minta no hp mu ?” tiba tiba Shani bertanya
“Eh boleh sih, 08xxxxxxxxxx” Jawabku sambil menyebutkan no hpku
“Oke deh, makasih ya Dy, see you soon, byee” Ucap Shani sebelum berjalan masuk ke rumahnya
“ Bye Kak hehe” jawabku sembari menyalakan mesin kemudian melajukan mobilku

Entah kenapa, aku sangat bahagia malam ini, padahal aku hanya megantar pulang seorang perempuan, tapi rasanya seperti, seperti apa ya ? pokoknya udah lama bahagia ini tidak kurasakan, apakah aku jatuh cinta ? ah, jika memang aku jatuh cinta, biarkan saja, biarkan aku menikmati perasaan seperti ini, karena perasaan ini sangat jarang datang menghampiriku.

Tiba tiba aku mendengar dering hp ku berbunyi, aku berharap itu Shani yang sedang mencoba mengetes no yang baru kuberikan tadi, ternyata betul, dia mengirim pesan lewat wa.

“Hey Dy, ini nomorku ku, jangan disebar luaskan ya, soalnya kalau fans fans jkt tau, bisa panjang urusannya hehe” isi pesan dari shani
“Iyaaa, aman kok” balasku
“dan juga jangan kasih tau temanmu atau siapapun” balas shani
“Iyaa Shani Indira Natio” balasku
“Okee Dy, aku tidur duluan ya, thanks for tonight, goodnite” balas shani
“Nite Shani” balasku

Tiba tiba Hp ku berdering lagi, ada telepon masuk, “Bukannya Shani udah tidur ?” gumamku heran. Aku melihat nama dari penelpon dan itu pun membuatku teringat sesuatu, aku pun mengangkat telpon itu, dan terdengar suara seorang Laki – Laki berteriak

“WOY, TEGA LU YA, TEMAN SENDIRI DITINGGAL SENDIRIAN DI FX !!!!!”
“Astagfirullah, Lil, aku lupa Lil kalau kamu tadi Toilet” Ucapku baru ingat
“BODO AMAT, CEPETAN JEMPUT GUA, GUA SENDIRIAN DISINI WOI !!!!”
“Iyaa Lil iyaa, aku otw” balasku sebelum menutup telpon, kemudian melaju lagi ke Fx, menjemput si Khalil.
 
Terakhir diubah:
Mantap suhu
Wah, makasih bang, cerita abang juga salah satunya yang bikin saya tertarik nulis

Nyimak dulu
Monggo, Silahkan...

Ditinggal mati Adrian, shani berpaling ke ardy. Ckckck.
Adriannya pergi, jadi Shani buat Ardy aja haha

Wah harus ngasih jejak nih
Asiap, lanjut terus sampe ngewe
Wkwk sabar gan, kalau langsung to the point, kurang seru

Tandain dulu gan kalo si shani
Monggo gan
 
Me, Her, and Her Best Friend

Aku sedang duduk di kantin kampusku, sambil meminum es teh manis yang baru kupesan. Aku masih mencoba untuk mencerna kejadian semalam, akhirnya setelah sekian lama, aku berhubungan lagi dengan seorang perempuan. Entah sudah berapa lama semenjak aku terakhir kali begini.
Tiba tiba ada pesan masuk ke hp ku, dari Shani

“Hey Ardy, sibuk gak?” kata shani

“Lagi istirahat ngampus sih kak, ada apa kak ? Kangen ?” balasku, mencoba menggodanya

“Hmmm, kalau iya kenapa ? gak boleh ?” entah dia juga mencoba untuk menggodaku atau bagaimana

“Kalau kangen itu ketemu kak, bukan gak boleh” balasku

“Justru itu, malam aku pengen ngajak kamu jalan, kita ketemuan di PIM boleh ? Nanti aku ajak juga Gracia, itu loh yang nyeletuk pas kita Hi-Touch kemarin”

“Oh yang mobilnya mogok semalem, gimana mobilnya ? Udah baik ?”

“Udah kok, nanti kita ketemuan di depan aja, jam 7, oke ?”

“Oke, sampai ketemu jam 7 Kak Shani”

“Okay, thank you Ardy, See you soon”

Aku pun tersenyum membaca chat itu, ah rasanya masih seperti mimpi, bahkan mimpiku gak pernah seindah ini, bisa berhubungan dengan salah satu member JKT48, yang notabene aku bahkan gak terlalu kenal. Aku hanya mengenal mereka saat mereka baru dibentuk. Waktu membernya masih ada Melody, Nabilah, Veranda, Kinal, dan member Gen 1 lainnya. Setelah itu aku tidak terlalu peduli dengan perkembangan Idol Group itu. Tapi siapa sangka sekarang aku malah pengen lebih tau tentang mereka.

Khalil tiba tiba nyamperin aku, dengan ekspresinya yang cengengesan dan gaya berjalannya yang tidak menunjukkan wibawa sama sekali, padahal dia dipercaya menjadi ketua himpunan mahasiswa di fakultasku, tapi entah, gayanya tidak menunjukkan sama sekali bahwa dia adalah ketua himpunan mahasiswa.

“Dy, lo malam ada acara ?” tiba tiba dia bertanya sambil duduk di kursi di depanku

“Ada sih, gue mau ke PIM” jawabku cuek sambil meminum es teh manisku

“Lah, ngapain introvert kayak lu ke PIM ?” ekspresi Khalil seperti tidak percaya

“Gak usah kepo lah Lil, mau tau aja urusan orang” jawab gue dengan nada risih

“Bentar dulu Dy, dengerin gue dulu, gue kenal lo udah lama Dy, gak mungkin lo bakal ke tempat umum kecuali ada keperluan yang penting” si Khalil mulai menjelaskan panjang lebar.

Iya sih, Khalil memang bener, semenjak masuk ke kampus ini, cuman Khalil temanku disini. Disaat aku lagi sendirian, cuman dia yang berani datang ke aku dan nemenin aku. Aku gak pernah ngerasa risih kalau sama dia, ya memang gayanya agak lebay lebay gimana gitu, tapi paling tidak dia mau menjadi temanku saat semua orang tidak ada yang mau. Dialah satu satunya orang yang paling kenal dan ngerti aku.

“Ya memang penting ini Lil, tapi gue gak bisa ngasih tau sekarang, kamu tunggu aja deh, begitu waktunya tepat, gue bakal kasih tau ke kamu.” Ucapku sama dia berjanji sambil menyodorkan tangan layaknya orang mau panco.

“Janji lu ya, awas aja lu, sudah kemarin gue ditinggal di Fx sendirian” jawabnya sambil menerima sodoran tanganku. Sekarang posisi kami kayak orang mau panco, ya begitulah cara kami kalau mengucapkan janji satu sama lain, sebagai sesama perantau, kami berjanji tidak akan berbohong satu sama lain.

“Iya Lil iyaa, janji aku” kataku sambil menatap Khalil

“Ya udah, skuy masuk, bentar lagi kelas Pak Joko” Ucap si Khalil sambil berdiri dari kursi tempat dia duduk

“Kamu udah ngerjain tugas ?” kataku sambil ikut berdiri juga

“Udah dong, gue kan rajin hehe” Ucapnya dengan nada sombong tapi masih cengengesan

“Halah, kemarin juga lo nyontek tugasku” Sahutku

“Hahahaha”

Kelas Pak Joko kulewati dengan mudah, penjelasannya tentang Film Dokumenter Etnografi membuatku tertarik untuk membuat film tersebut. Prosesnya yang unik dimana kita harus ke pedalaman mencari sebuah suku atau kampung yang terpencil, kemudian menetap disana sambil merekam kegiatan kegiatan unik yang hanya dilakukan oleh masyarakat disana, semuanya membuatku penasaran.

Kelas selesai jam 16.30. Setelah kelas, aku pun langsung berlari ke parkiran, di pikiranku hanya ada satu, aku harus cepat cepat pulang, aku harus siap siap untuk bertemu Shani. Pikiran itu yang terus menghantuiku selama dijalan menuju pulang, tak peduli berapa kecepatan sepeda motor yang sedang kupacu itu. Apakah aku akan menabrak orang? Apakah aku akan ditilang ? Apakah aku akan bertabrakan ? itu semua tak terpikirkan lagi, aku hanya memikirkan satu, Aku harus ketemu Shani !!!!!

Sesampai di halaman rumah aku langsung memakirkan motorku di halaman, Aku masuk ke rumah tanpa salam dan tanpa permisi, aku langsung berlari menuju kamarku. Sampai sampai Mbok Siti, pembantu yang dikirim dari Kalimantan buat ngurusin aku pun heran.

“Den, mau kemana, kok buru buru?” tanyanya dengan ekspresi kebingungan

“Mau jalan mbok, oh iya mbok, malam gak usah masak ya, Aku makan di luar malam ini, sama kayak kemarin” teriakku sambil berlari ke lantai 2, dimana kamarku berada.

“Oh iya Den, Hati hati” balas Mbok Siti teriak

Aku pun langsung mandi, selesai mandi aku langsung mengambil handuk lalu mengeringkan tubuhku. Setelah itu aku pun langsung membuka lemariku, memilih baju yang akan kugunakan. Untuk pertama kalinya aku bingung dengan pakaian yang kupakai, padahal aku tipe orang yang cuek dengan masalah pakaian. Aku pun mencoba beberapa setelan baju mulai dari T Shirt, Hoodie Jumper, Hoodie Zipper, dan Sweater. Sampai aku memutuskan bahwa aku akan memakai T-Shirt warna putih dilapisi jaket bomber berwarna hijau tua dengan beberapa patch yang terjahit, Aku memakai celana jeans hitam slim fit yang memang cocok buatku karena aku tak suka celana yang terlalu ketat, dan aku memakai sepatu Vans SK8 Hi yang memang jadi andalanku kalau berpergian. Setelah menentukan pakaian, tak lupa aku memakai Pomade untuk membuat rambutku yang shaky ini menjadi model undercut.

Setelah semuanya selesai, aku pun lari ke lantai bawah.

“Mbok, aku jalan ya” teriakku sambil berlari

“Hati hati Den” Kata Mbok Siti beteriak juga

Langsung kupacu motorku itu ke arah PIM, tak peduli seberapa macetnya jalan, aku berusaha menerobosnya dengan meliuk liuk melewati celah yang sempit. Tak jarang klakson dari kendaraan kendaraan itu bersahutan meneriakiku yang ugal ugalan. Tapi aku tak peduli, aku harus sampai tepat waktu.

Akhirnya aku sampai di parkiran PIM, pada pukul 19.20. Aku langsung berjalan cepat ke arah pintu depan. Sesampainya disana sudah terlihat Shani dan temannya sedang menungguku.

“Hey, Ardy, baru aja datang?” tanya Shani saat aku menghampirinya

“Iya heh heh, heh” jawabku sedikit kecapekan

“Kamu lari ? astaga, santai aja coba Dy, aku gak kemana mana juga kok” ucapnya sedikit kaget

“Heh Heh Iyaa Kak Shani, takutnya aja bikin kamu nunggu kelamaan” jawabku sambil masih mencoba mengatur nafas

“Udah, udah, nih minum dulu” Shani pun menyodorkan aku sebotol air mineral yang masih disegel. Aku pun membuka tutupnya dan meminum air itu sampai habis tak bersisa.

“Masya Allah, capek banget ya, sorry ya bikin kamu kayak gini” ujar Shani dengan perasaan bersalah

“Ah gak papa Kak, ya mau gimana lagi, macet parah tadi soalnya” jawabku yang sudah kembali dapat mengatur nafas

“Ditambah lagi kamu pakai maps ya ? Hahahaha” tiba tiba Shani ketawa

“Heh sembarangan, kalau ke PIM doang mah hafal aku” aku pun ikut ketawa

Aku yang ketawa itu sempat melirik ke temannya Shani, dia menatapku dengan ekspresi bingung dan penasaran, sepertinya dia ingin berusaha mengingat dimana dia pernah bertemu aku.

“Oh gitu, oh iya kenalin ini Gra..” tiba tiba kata kata Shani dipotong

“Oh aku ingat, kakak ini yang kepalanya angguk angguk aja pas Hi-Touch ya ?” Katanya sedikit teriak. Itupun membuat aku dan Shani kaget.

“Astaga, kupikir apa, kagetnya aku, Iyaa, namaku Ardy. Kamu Gracia ya ?” tanyaku setelah sedikit tenang dari teriakannya yang tiba tiba itu

“I-Iya, aku Gracia kak, m-maaf ya kak k-kemarin nyeletuk gitu” Kata gracia terbata bata

“Gre, kamu gak papa ?” Tanya Shani yang melihat tingkah laku Gracia

“Ah aku gak papa kok Ci, cuman gak enak aja sama yang kemarin hehe” Jawab Gracia mencoba mencairkan suasana.

“Haha santai aja gre, eh betul aja kan kupanggil gre?” tanyaku ke Gracia

“Iya kak, kakak gak usah manggil aku Kak juga ya kayak Ci Shani, soalnya kita seumuran haha” Ucap Gracia tiba tiba ketawa

“Oh gitu, oke oke hehe” ketawaku sedikit agak kupaksa

“Yee padahal beda setahun doang, tapi ya udah lah, yok jalan” Ajak Shani ke kami berdua.

Kami langsung menuju ke Studio XXI, Katanya Shani, Gracia pengen nonton Terminator. Aku pun mengiyakan permintaan Gracia, terlihat raut wajah cerianya setelah aku mengiyakan keinginannya itu. Kami berjalan menuju lantai 2. Aku dan shani jalan berdua agak sedikit maju dari Gracia. Kami membahas berbagai macam hal, mulai dari kuliah, lari ke hobi, lari ke cita-cita, dll.

Setelah sampai di loket tiket, ternyata hanya ada film untuk yang sekarang, dan filmnya udah mulai 5 menit yang lalu.

“Ada 3 seat kosong gak mba untuk yang sekarang ?” aku bertanya kepada mba XXI nya

“Ada Mas tapi paling atas, dipojok kiri, A1,A2,A3.” Jawab Mba XXI

“Yang di tengah gak ada mba?” Aku bertanya lagi untuk memastikan, karena Gracia ingin duduk ditengah agar dapat posisi nonton yang lebih bagus katanya

“Sisa itu mas” Jawab Mba XXI

“Jadi gimana nih ?” Aku pun bertanya sambil menatap wajah Shani dan Gracia, terlihat raut wajah bete dari Gracia, seakan akan menunjukkan kekesalannya

“Ya udah gapapa deh, padahal pengen ditengah, tapi ya udah, daripada gak nonton sama sekali, kapan lagi coba aku nonton kalau gak sekarang” kata Gracia merajuk

“Kamu gimana Kak Shani ?” aku menoleh ke arah Shani sambil bertanya

“Iyaa, aku nurut Gre aja, kasihan dia dari kemarin pengen nonton itu” Jawab Shani dengan nada lembut

“Oke deh Mba, yang paling atas di pojok 3 ya” Ucapku mengiyakan

"Totalnya 150 ribu mas” ucap Mba XXI nya sambil mengetik sesuatu di komputernya

Aku pun mengeluarkan uang 50 ribuan 3 lembar dari dompetku, kemudian menyerahkannya kepada Mba XXI itu. Setelah menerima uang dariku, Mba nya pun memberikan aku 3 tiket. Setelah dapat tiket, kami pun langsung menuju ke Studio 2. Di dalam studio aku duduk di tengah antara Shani dan Gracia. Aku sempat berpikiran aneh, biasanya cewek kalau duduk selalu berdekatan, ini kenapa mereka malah mau aku duduk di antara mereka ? tapi aku tak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Film pun berlangsung dengan seru, aku sempat teriak saat karakter Sarah Connor yang diperankan oleh Linda Hamilton kembali lagi di serial film ini. Bagaimana tidak, Terminator 1 dan 2 merupakan salah satu film terbaik sepanjang masa yang menjadi salah satu favoritku. Masih terekam jelas di ingatanku, Arnold Schwarzenegger yang mengejar Linda Hamilton di film pertama, malah membantu Linda di Film kedua. Kedua film itu aku tonton bersama ayahku. Bisa dibilang kenapa aku pengen belajar Film dan Tv itu semua karena kecintaan ayahku terhadap film.

“Ci Shani, Kak Adry, Aku ke toilet yah, udah gak tahan” ucap gracia di pertengahan film sambil berdiri lewat di depanku dan Shani, meninggalkan aku dan Shani berdua.

“Dy, ini momen yang pas kalau kamu mau nembak dia, cepetan Dy, kamu panggil dia, kamu pegang tangannya, kamu tembak dia, dan voilah kalian pacaran, CEPETAN !!!!” Suara hatiku tiba tiba berkata seperti itu ke aku seakan akan menyuruhku untuk melakukan itu secepatnya

Akhirnya setelah beberapa saat, aku pun mengumpulkan niatku, saat aku baru saja mau memanggil Shani, dia memanggilku duluan.

“Ardy” Bisik Shani ke aku

Aku yang menoleh tiba tiba dicium oleh Shani, jujur aku menikmati ciuman itu, bibirnya yang lembut dan tipis, nafasnya yang terhirup olehku, seakan akan waktu berjalan begitu lambat. Aku memejamkan mataku dan membalas ciumannya. Beruntungnya di deretan kami tidak ada orang. Kok bisa ya Mba nya bilang sisa kursi di pojok ini sementara deretan kami kosong ? ah tapi itu gak perlu kupikirkan sekarang. Yang kupikirkan hanyalah Shani dan hanya Shani. Setelah hampir 1 menit kami pun melepaskan ciuman kami.

“Dy, Aku tau ini terlalu cepat, tapi, aku suka sama kamu Dy.” Ucapnya setelah kami berciuman

“Aku tau aku ini member JKT, aku seharusnya gak boleh punya hubungan, tapi aku juga gak bisa nahan perasaanku ke kamu, kamu itu unik, kamu gak seperti cowok cowok yang pernah kutemuin sebelumnya” Shani melanjutkan penjelasannya

“Dy, kamu mau kan jadi pacarku ?”

Aku yang udah mengumpulkan niat tadi malah kaget, dan gak bisa berkata kata. Ternyata apa yang kurasa dirasakan juga oleh Shani.

“Kak Shani, aku sebenarnya pengen nyatain ini juga ke kamu, cuman aku gak tau apakah orang dengan sifat seperti aku ini layak buat dapat cewek ?” ucapku kepada Shani

“Jadi aku takut kalau…” tiba tiba Shani menaruh jari telunjuknya di mulutku, menyuruhku diam.

“Aku gak akan ninggalin kamu Dy, Aku janji, seandainya aku ingkar janji, kamu boleh sebarin hubungan kita ke semua orang, dan otomatis karirku pasti hancur Dy, jadi kamu mau kan ?” ucapnya setelah aku diam.

Aku yang mendengar itu malah tambah kaget

“Eeeeeh, I-iya Kak S-shani, a-aku mau jadi p-pacarmu” jawabku sedikit terbata bata

Tiba tiba aku langsung dipeluk oleh Shani dari samping. Aku melihat ekspresi shani yang bahagia, seperti tengah memeluk boneka kesukaannya, tapi boneka yang dipeluknya itu aku.

Aku yang sedang menikmati pelukan itu langsung tertuju kepada Gracia yang baru kembali dari toilet, terlihat dia sedang berjalan di lantai paling bawah. Sontak itu pun membuatku kaget.

“Kak, kak, Ada gracia” sahutku ke Shani

Kami pun langsung membetulkan posisi kami ke posisi semula. Gracia yang baru datang langsung duduk di tempat duduknya, sambil menikmati minuman yang kelihatannya baru saja dia beli. Aku dan Shani pun bersikap biasa saja, seolah olah tidak terjadi apa apa sewaktu Gracia pergi.

Sekitar 15 menit kemudian,

“Dy, Gre, aku ke toilet sebentar ya” tiba tiba Shani pamit ke aku

“Oh iya kak Shani” Aku pun mengiyakannya

“Oke ci” sahut Gracia

Shani pun langsung berdiri dan pergi ke toilet, meninggalkan aku dan Gracia berdua.

“Kak Ardy” Bisik Gracia ke aku

Aku pun menoleh, saat menoleh tiba tiba Gracia menciumku, aku pun langsung bingung. Kenapa yang dilakukannya persis dengan apa yang dilakukan Shani ? tapi masalahnya, aku gak begitu kenal dengan dia. Aku merasakan bibirnya yang halus memainkan bibirku yang agak sedikit kasar karena rokok ini. aku pun secara tak sadar membalas ciumannya, meskipun pikiranku masih bingung, kenapa Gracia tiba tiba menciumku ? Setelah 30 detik, akhirnya ciuman kami pun selesai.

“Jujur, aku suka sama kakak, tapi aku pikir kakak itu cuek.” Ucapnya setelah menciumku

“Tapi, setelah dengar cerita dari ci Shani, aku semakin tertarik dengan Kakak. Sifat kakak yang Introvert tapi juga easygoing. Cuek tapi peduli disaat yang bersamaan. Aku pengen jadi pacar Kakak. Tapi aku juga sadar kok Kak, Kakak suka sama ci Shani kan ? dan ci Shani sepertinya juga suka sama Kakak”

Aku yang mendengar itu pun diam. aku tak bisa berkata apa apa. Aku baru saja dicium oleh Shani, yang baru saja menjadi pacarku. Setelah itu aku dicium lagi oleh Gracia, yang merupakan sahabat pacarku.

“Pokoknya kak, aku akan berjuang agar bisa bikin kakak sayang sama aku, pokoknya aku gak akan nyerah kak, Kakak harus jadi milik Gracia, bukan milik ci Shani, ingat itu kak” ucapnya sambil menatap tajam ke aku.

Ingin rasanya aku berkata bahwa aku udah jadi pacar Shani, tapi aku gak bisa, ada sesuatu yang menghalangiku untuk mengucapkannya entah apa itu. Aku pun terdiam, aku bingung, aku gak tau harus berkata apa, seakan akan pikiranku kosong. Aku juga gak bisa ngerasain apa apa. Tak lama setelah itu, Shani pun datang.

Aku hanya diam saja selama sisa film itu dimainkan. Setelah filmnya selesai. Aku pun langsung pamit ke Shani dan Gracia untuk langsung pulang. Aku berkata bahwa aku ada rapat kelompok mendadak. Mereka pun mengiyakan.

Setelah meninggalkan mereka, aku pun langsung berjalan menuju ke arah parkiran, sambil masih mencoba mencerna ini semua. Setelah sampai di parkiran, aku pun langsung menyalakan motorku, setelah membayar parkir. Aku pun menuju arah pulang. Di jalanan, aku hanya terdiam, tak mampu memikirkan apa apa selain kejadian tadi. Otakku masih mencoba memproses semuanya.

Aku pun sampai di rumah, aku memarkirkan motorku di halaman, Mbok Siti ternyata masih bangun, dia menungguku pulang. Aku pun yang masih kebingungan ini pun masuk ke dalam rumah dengan ekspresi lesu, dan bingung. Aku tidak memperhatikan Mbok Siti. Mungkin Mbok Siti sadar ada yang salah denganku, tapi dia tidak berani membicarakannya. Sesampaiya di kamar, aku pun langsung berbaring tanpa melepas pakaianku kecuali sepatu.

“Kok jadi gini ya ?” tanyaku pada diriku sendiri
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd