Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Unnamed Inhumans

Setujukah bikin sequel?

  • Gak setuju

    Votes: 2 3,6%
  • Setuju, di thread ini

    Votes: 17 30,4%
  • Setuju, di thread baru

    Votes: 37 66,1%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
Wkwkwk ngarep... Egh,,,, ini gan Fauzi yg jago sodok2


Bola billyard ya, maap kalo salah

jago?
Masih belajar Om...

Ngarep buat sesuatu yg bagus dianjurkan pemerintah om...
Hahahahahaaaa
 
udah sabtu ya gan,,, jangan lupa Updet nya ^_^
 
Sabtu nih. Hari terakhir 2016.

Berhubung ane jomblo, updatenya ntar malem ya hahai
 
Episode 9:
Broken Heart, Broken Body


POV Puri

Kamis, 8 Mei 2014.

Rinai hujan basahi aku~
Temani sepi yang mengendap~
Kala aku melihatmu~
Dan semua saat manis itu~

Lagu Hujannya Utopia mengalun merdu mengajakku untuk bangun pagi ini.

“Duuuh, yang lagi kasmaran, alarmnya.” Ledek kak Rivin yang baru keluar dari kamar mandi.
“Loh, udah bangun duluan kak.”
“Kamu yang kesiangan. Tuh udah setengah enam.” Dia menunjuk ke arah jam dinding
‘’Astaga!”

Hari ini aku menumpang menginap di kostan Kak Rivin agar bisa tiba di kampus pagi-pagi. Praktikum lapangan ke Pulau Harapan akan berangkat satu jam lagi. Aku buru-buru mandi, lalu bersiap-siap berangkat.

“Kak, aku berangkat ya.” Aku pamit
“Iya, hati-hati. Praktikannya dijaga ya, jangan pacarnya doang hahaha.” Ledeknya
“Biarin.” Aku menjulurkan lidah.

Aku dan Hari adalah asisten praktikum untuk mata kuliah ini. Jadi gak salah kalo kak Rivin bilang seperti itu. Aku dan Hari baru jadian satu bulan lalu, dan gosip sudah menyebar sampai ke senior-senior.

Di pulau, kami berdua lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Mulai dari makan siang, briefing malam, dan waktu kosong. Foto selfie memenuhi handphone kami berdua.

“Woi! pacaran mulu. Kerja, Woi!” Ledek Jamet sambil melingkarkan kedua tangannya di depan mulut menyerupai pengeras suara.
“Lagi jam kosong, Woi!” Balas Hari
“Pacar baru, Woi! Temen dilupain, Woi!”

Aku hanya tertawa menimpali candaan mereka.

---

Tujuh bulan kemudian, aku mulai mengerjakan skripsi.

Sekarang Hari sering main ke rumahku di akhir pekan, dan sudah akrab dengan semua orang rumah. Seperti orang pacaran kebanyakan, kami berdua tak luput dari beberapa kali perselisihan. Tapi hal itu bisa diatasi dengan saling bicara baik-baik.

“Sayang, aku mau ke Cibinong ya besok.” Aku bicara manja
“Asik deh yang udah mulai skripsian.”
“Kan demi masa depan.”
“Aku gak ikut dulu ya, besok ada kuliah pagi.”
“Okeeee.”

Tidak lama kemudian, nyokap dan bokap keluar dari dalam rumah.

“Pur, Har, kalian di sini aja dulu ya sampai sore.” Kata nyokap
“Pada mau ke mana deh?” Tanyaku
“Kondangan anaknya Pak Suseno. Mau ikut?”
“Nggak deh, mau istirahat aja. Capek.”
“Yaudah.”
“Hati-hati, Ma, Pa.” Hari nyahut.

Kami berdua salam ke bokap dan nyokap. Lalu mereka berdua pergi naik motor, meninggalkan kami berdua di rumah.

“Gak berasa ya.” Hari menghela nafas
“Apaan?” Tanyaku
“Kamu udah skripsian.”
“Kamu juga ntar skripsi.”
“Iya, habis itu lulus. Habis itu kerja.”
“Habis itu?”
“Habis ituuuuu.... minum dulu aaah.”

Hari melengos pergi ke dapur. Aku ikuti dia karena pembicaraan tadi belum selesai. Dia mengambil gelas, dan mengambil air dari dispenser.

“Habis itu apaan, Hariiii.” Aku manja
“Apa aja boleh~”
“S2 boleh?” tanyaku
“Boleh.” Dia mengangguk.
“Kalo nikah boleh?”
“Boleh gak ya~”

Aku cemberut.

“Puri sayang, aku selalu nemenin kamu kok.” Dia meletakkan gelas di meja, lalu berjalan kearahku
“Bener?” aku memeluknya
“Bener gak ya~.”

Kami saling tatap tanpa ada kata-kata lagi, lalu bibir kami berdua perlahan mendekat dan saling bersentuhan. Aku berusaha meresapi tiap kecupan bibirnya.

---

Kurang dari setahun kemudian. Aku sudah lulus dan lanjut mengambil S2. Hubunganku dengan Hari semakin intim, dan dia baru memulai skripsi.

“Sayaang, pokoknya abis ini lebih sering main ke rumah yah.” Pintaku
“Iya, dua minggu sekali deh ya.”
“seminggu sekaliiii.”
“Atur deh, atur.”

Aku melanjutkan suapan nasi gorengku. Kami sedang makan di satu restoran di dekat kampus. Sudah seminggu kami tidak sempat bicara seintens sekarang, terlebih setelah Hari memulai skripsinya.

“Kamu mulai ngambil data kapan, yang?” Tanyaku
“Bulan depan kayanya. Masih harus mantepin metodenya dulu.” Jelasnya
“Semangat yaaaa. Demi masa depan.”

Usai menyelesaikan makan, kami lanjut nonton film di Margo Platinum. Setelah film selesai dua jam kemudian, kami menuju ke depan mall untuk pulang. Aku terus menatap layar handphone untuk melihat posisi gojek yang menjemputku.

“Maaf ya, sayang, belum bisa anterin kamu.”
“Gapapa kok.”
“Nanti kalo kerja, aku langsung nabung deh buat beli motor.”
“Iyaaaa, Hari sayaaang.” Sambil kucubit pipinya

Abang gojek sudah datang. Aku pamit ke Hari, lalu meluncur pulang.

---

“Ya kamu lah yang harus hubungin duluan! Cowok kok gak insiatif.” Bentakku
“Ya mau gimana, aku udah telepon, WA, tapi kamunya juga jarang bales.” Katanya
“Kamu juga harusnya tahu doooong, aku lagi banyak tugaaas.”
“Aku lagi banyak tugas~”
“Oh gitu. sekarang ngeledek?”
“Yaaa harusnya gimana? Aku juga lagi sibuk skripsian.”

Kami berantem lagi untuk ke sekian kalinya di teras rumahku.

Minggu kemarin, Hari harusnya ada jadwal ke rumahku saat arisan keluarga. Tapi dia malah mangkir karena harus ke lapangan lagi ngambil data yang kurang. Lagian, jadi orang ceroboh banget sampai ada data yang ketinggalan.

“Aku juga kan lagi main ke rumah kamu nih sekarang.” Dia membujukku
“Iya, telat seminggu tapi.”
“Ngaruhnya?”
“Ya gak jadi ketemu Satria, kan. Dia nanyain terus.”

Satria adalah sepupu kecilku yang nempel terus sama Hari. Makanya, setiap arisan keluarga aku minta Hari selalu dateng karena Satria pasti bakal nyariin dia. Kecuali kejadiannya kaya minggu kemarin.

“Lah, kok ke situ? Kan masalahnya dari tadi...” Hari menurunkan nada bicaranya
“Terserah, lah.” Aku membalikkan badan.
“Jangan ngambek gitu dong.”
“Terserah.”
“Oke, oke, aku minta maaf.”

Hari memijit-mijit bahuku.

---

TENG... TRENG...

Suara gerbang terbuka. Aku masuk pelan-pelan.

“Sendalnya bawa masuk aja.” Suara Hari berbisik pelan dari balik jendela

Aku menyatukan ujung jari jempol dan telunjuknya, memberi tanda OK. Lalu, aku mengendap-endap masuk ke rumah Hari supaya tidak terlihat tetangga. Dia langsung membuka dan menutup kembali pintu rumahnya dengan cepat.

“Nyokap sama Kenia lama di sana?” Tanyaku sambil memeluknya
“Abis maghrib baru pulang palingan.” Dia balas memeluk. “Mau makan dulu gak?”
“Boleh deh hehehe.”

Usai makan, aku menarik Hari ke kamarnya.

“Dih, gak sabaran banget.” Ledek Hari
“Kamu kemana aja siiiiih. Di kampus juga gak ketemu.”
“Aku lagi males ngampus. Skripsian di rumah dulu aja.”
“Kabarin kenapa kek.”

Aku mengecupnya ganas, meluapkan rasa kangen di hati. Hari pun membalas tidak kalah ganas. Kami berpagutan sambil berdiri. Lalu, Hari menuntunku hingga terlentang di kasurnya. Kemudian, dia meremas-remas payudaraku, berusaha meningkatkan gairah kami berdua.

Kami saling melepas baju satu sama lain. Hari menciumi dan menjilati belakang telinga hingga leherku. Hal itu membuatku mulai mendesah dan balas meremas penisnya dari luar.

Lidah Hari menyapu leherku, lalu bergerak turun hingga payudaraku. Dia mulai menghisapnya bergantian tanpa henti. Desahanku makin menggema di penjuru kamar, lalu direspon Hari dengan menyusupkan tangannya ke dalam celana jeansku.

“Ahhhhh... Hariii...”
“Hmmm.. Sluurrpp.. Slurrppp ” Hari terus menjilati payudaraku.
“Hariii... celananya dibuka ajah..”

Hari membuka celanaku hingga akhirnya aku sepenuhnya telanjang. Selanjutnya disusul Hari membuka celana sendiri, menunjukkan penisnya yang tegak dan panjang.

“Sini gantian.” Pintaku.
“Nanti.”

Tidak kusangka Hari langsung mengarahkan kepalanya ke selangkanganku. Aku merespon dengan melebarkan kedua pahaku, mengizinkan kepalanya menyelinap. Hari menjilati vaginaku sampai rasanya selangkangku membanjir.

Lidahnya bermain-main di dekat lubang kenikmatanku. Nikmatnya sungguh tak terbayangkan, membuatku menekan kepalanya semakin dalam ke selangkanganku. Aku pun mengejang tak karuan dan memuncratkan cairan cintaku hingga mengenai wajahnya.

“Ahhhh....” Desahku. “Sini gantian sekarang.”

Aku menarik Hari agar dia tidur telentang. Kulumat bibir dan lidahnya dalam-dalam, lalu turun ke leher dan putingnya. Hari mendesah dengan suara yang berat.

Aku turunkan lagi jilatanku ke ke kedua pahanya. Kuelus penisnya pelan secara searah dari pangkal ke kepalanya, lalu kuulangi beberapa kali. Aku ingin membuat dia penasaran terlebih dulu agar rangsangannya semakin kuat.

“Ahhhh.. Puri.. sumpah enaaak...” Hari buka suara.

Kalau Hari sudah buka suara, itulah tandanya kunaikkan level permainan. Kumasukkan penisnya ke mulutku, lalu kujepit di antara lidah dinding atas mulutku. Selanjutnya, kuputar lidahku di dekat kepalanya.

Kulepaskan penisnya dari mulutku, meninggalkan banyak ludahku di sana. Dengan tiba-tiba, kukocok kencang batang penisnya hingga Hari belingsatan.

“Aaaaaaggghhhhhh.....” Hari mendesah keras.

Kuhentikan sebentar, lalu kumasukkan penisnya ke mulutku lagi. Kugerakkan naik turun, diselingi dengan permainan lidahku di lubang kencingnya. Cukup lama aku bermain di sana, tapi belum ada tanda Hari akan mengeluarkan spermanya.

“Lama banget sih.” Aku mengeluh manja
“Tahan lama dong.”
“Terus gimana?”
“Pakai yang bawah aja~.”
“Dasar.”

Aku bergerak menindih Hari. Kuselipkan penisnya di antara kedua pahaku, lalu kuturunkan posisiku. Penis Hari perlahan masuk ke dalam lubang kenikmatanku, memberikan sensasi yang tak terhingga. Setelah penisnya masuk, aku terjatuh menindih seluruh badannya.

“Enak banget ya?” Tanya Hari
“He-eh, gak bisa gerak lagi.”
“Yaudah aku yang gerak.”

Kedua sikuku bertumpu kepada bantal dekat kepala Hari. Nafasku terburu-buru, berhembus di telinga kirinya. Sementara itu, Hari bergoyang menarik turunan penisnya agar memberikan kenikmatan untuk kami berdua.

Kami bermain cukup lama pada posisi tersebut sampai membuatku orgasme lagi. Badanku mengejang sesaat, menekan pinggulku kuat-kuat, lalu lemas seketika. Tumpuanku hilang dan badan kami saling melekat satu sama lain. Aku mendapatkan orgasme keduaku.

Hari membiarkanku istirahat sebentar. Setelah nafasku kembali normal, dia mengelus rambutku dan mencumbu penuh nafsu. Aku beguling ke samping, memberikan kesempatan Hari untuk mendominasi.

Hari mulai meraba-raba selangkanganku. Kemudian, dia menggesek-gesek klitoris dan memasukkan dua jarinya ke dalam lubang kenikmatanku lagi. Seketika nafsuku bangkit untuk ketiga kalinya.

“Masukin lagi, sayang.” Aku meminta

Hari bergerak menindihku. Tangannya mengarahkan penisnya, lalu didorongnya pelan hingga pelan-pelan lubang kenikmatanku terasa penuh. Setelah itu, Hari menghisap lidahku dalam-dalam.

Setelah puas menciumku, Hari menggerakkan penis maju dan mundur dengan tempo tinggi. Hal tersebut membuatku tidak dapat menahan rintihan rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuh. Aku tahu Hari sekarang pasti sedang mengejar puncak bagi dirinya.

“Puriii.. mau keluaaaaar...” Hari berusaha bicara dalam desahannya
“Cepetiiin.. aku jugaaa.. ahhh...” Aku mengejar orgasme ketigaku

Badanku mengejang mendapatkan orgasme ketiga kalinya. Dengan cepat ia melepaskan penisnya. Aku segera duduk bertumpu lutut untuk segera mengulum penisnya. Tidak sampai semenit, penisnya menumahkan seluruh sperma ke dalam mulutku.

Kusimpan semuanya hingga pipiku menggembung. Setelah kurasa selesai, aku menelan seluruh sperma Hari. Kujilati kepala penis Hari dan kuhisap lubang kencingnya untuk membersihkan sisa-sisa sperma.

---

Percumbuan kami berlangsung setidaknya sebulan sekali. Semuanya berlangsung di rumahku atau di rumahnya. Namun, semuanya terasa semakin monoton karena komunikasi kami semakin tidak berjalan baik. Rasa-rasanya WA dan telepon menjadi tidak berguna.

Pertengkaran terus terjadi karena masalah yang berulang.

Kesibukan masing-masing menjadi faktor besar dalam retaknya hubungan kami. Tidak ada orang ketiga atau pun penolakan dari keluarga besar. Semuanya murni karena kesibukan dan komunikasi.

Aku meminta Hari untuk bertemu denganku sore ini di kafe dekat kampus.

“Udah lama, yang? Maaf aku telat. Tadi bimbingan dulu.” Hari beralasan.
“Gapapa.” Aku berbicara datar.
“Aduh, jangan marah dong. Maafin, Please.”

Dengan sedikit sekali basa-basi di awal, akhirnya aku tuturkan keinginanku padanya.

“Kita temenan aja ya, Har.” Kataku singkat
“Maksudnya?”
“Iya. Kita udahan.”
“Gimana? Gimana? Aku belum ngerti....”
“Ya kita putus.”

Jelas sekali Hari shock dengan keputusanku. Meski pun berat, keputusanku sudah bulat. Aku simpan dalam-dalam semua kenangan indah kami, dan yang kuingat hanyalah semua bagian buruknya agar tidak semakin sakit. Semua pembelaan Hari pun aku mentahkan.

7 Juni 2016, kami resmi putus.

Beberapa waktu kemudian, tampaknya permintaanku untuk berteman tidak diindahkan Hari. Dia menjadi sangat membenciku dan tidak mau berbicara sama sekali denganku. Semua usahaku mendekatinya tidak berhasil.

Bahkan, Hari tiba-tiba menghilang selama tiga bulan. Teman-temanya tidak ada yang tahu pasti. Hanya ada pesan singkatnya melalui whatsapp kepada Jamet yang mengatakan bahwa Hari menemani ibunya dinas ke Eropa.

---

Aku sendirian di rumah. Bokap dan nyokap pergi arisan seperti biasa. Kuhabiskan waktu akhir pekan dengan memasak ikan tuna balado. Selesai memasak, aku makan sendiri masakan tersebut. Namun ketika suapan pertama selesai aku telan, seluruh badanku kaku. Aku tidak bisa bergerak. Badanku seketika dilapisi struktur seperti semen. Secepat kilat pandanganku tertutup semen terebut.

Untungnya, kejadian itu tidak berlangsung lama. Lapisan semen yang membungkusku terlepas keping demi keping. Kepalaku menjadi sangat pusing, kemudian badanku gemetar hebat.

“AAAAHHHH.... SAKIIIIIIIT....” Aku teriak sekencang-kencangnya.

Tiba-tiba badanku lemas dan pandangan berkunang-kunang. Aku terkapar di lantai, di antara kepingan-kepingan semen yang tadi melapisi tubuhku. Lalu, aku merasakan badanku dibopong seseorang ke tempat yang bersih, lalu dia membuatkan teh manis hangat untukku.

Ketika pandanganku pulih kembali, aku mencoba melihat orang yang menolongku tadi.

“SETAAAAAAN!!!”


---

Hari ini, Jumat dini hari, 9 Desember 2016.

POV Hari

“Mereka adalah bagian dari diriku, Hari!” Puri berkata dengan lantang
“Maksudnya? Gimana? Aku.. Gue.. gue, gak ngerti....” Gue tidak tahu harus memanggilnya apa.
“So, you are that ghosts.” Kata agen May.

Gue memerhatikan Puri yang duduk di bangku, dengan layar gadget di sebelah kanannya. Dia tidak seperti Puri yang gue lihat minggu lalu. Sekarang badannya kurus, pipinya tidak gemuk lagi seperti dulu. Bahkan, kantungnya matanya tebal dan berwarna gelap.

“Hari, Itu Kenia!” Lina menyolek gue.

Lina menunjuk ke pojok ruangan di dekat Puri duduk. Kenia pingsan dengan jaket hampir terpakai di badannya seperti orang yang gue lawan tadi.

Gue berlari ke arah Kenia, tapi tiba-tiba sesosok bayangan menendang. Dia si setan yang tersisa tadi.

“Setannya tinggal satu. Kita lawan bareng-bareng.” Gue berkata.
“Satu, Har? Coba lihat lagi.” Puri berkata sambil tersenyum sinis.

Badan Puri gemetar hebat. Dia berteriak sekencang-kencangnya. Gue jadi agak kasihan melihat Puri yang tiba-tiba menjadi semakin kurus, pipinya makin tirus, wajahnya pucat, dan kantong matanya semakin menghitam.

Seketika badannya tampak seperti amuba yang membelah diri berkali-kali. Kemudian, terciptalah beberapa setan lagi yang langsung berdiri berjejer di hadapan kami.

"She's inhuman!" Agen May berkata dengan tegas.

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:

Puri Ananda Mawardi



Lina (Akilina Soemita)



Agen May (Melinda Qiaolian May)


Kak Rivin



Kenia Dwi Lasya
 
Terakhir diubah:
Selamat tahun baru 2017 semuanya :banzai:

Tebak yuk gan, sampe episode 9 ini selain prolog, ane udah mention kejadian apa aja yang beneran ada di MCU. Mulai dari film sampai serialnya.
 
cerita agan bikin ane pengen download serialny :D, sayang lepie lagi matot :(
 
Episode 10
Klimaks di Menara


POV Hari

“Listen, our priority is to save Hari’s sister.” Agen May memberikan instruksi
“I can cover you.” Kata Lina
“Cover me then.”

Lina bergerak maju terlebih dulu menuju Kenia, disusul agen May. Lina bersusah payah menangani keroyokan 5 setan yang berusaha menyerang mereka. Sementara itu, gue berlari menuju Puri untuk menyadarkannya.

“Puri! Sadar! Kamu.. Elu.. ngapain? kenapa bisa sampai kaya begini?!” Gue mengguncang badannya yang semakin lemas.
“Aku ketemu orang lain, Hari. Dia yang ngertiin aku.” Jawabnya lemah, lebih seperti berbisik.

DORR! DORR!

Tiba-tiba datang tembakan yang mengenai punggung satu agen yang paling dekat dengan pintu. Aku langsung menunduk. Dua orang bule berpakaian rompi dan bersenjata meringsek masuk ke ruangan. Sesaat setelah melangkah masuk, mereka langsung tergeletak jatuh seiring suara tembakan lainnya.

DORR! DORR!

Ternyata dua agen lainnya telah kembali dari lantai bawah.

“Protect the door!” Perintah agen May kepada dua agen tersebut.

Sekarang mereka berjaga di depan pintu. Gue kembali berusaha menghentikan Lina dari tindakan gilanya. Tapi, sepertinya Puri sangat lemah sehingga tidak dapat berkata-kata lagi. Atau mungkin dia menghindari gue.

---

POV Lina

Gue sekarang harus berhadapan 5 setan yang silih berganti muncul dan menghilang ke balik tembok. Hanya gue yang dari tadi bisa mengerti dan bisa memberikan pukulan kepada mereka, sedangkan agen May babak belur diserang dari berbagai arah.

“Fitz! Come in! Fitz! Anybody!” Agen May berteriak kepada earphonenya. Gue tebak dia berusaha melapor ke markas pusat
“Agent May, listen to me.” Gue memanggilnya. “Take their punch, first! Then, give them payback!”

Gue menunjukkan caranya, cara yang sama saat pertama gue dan ibu Hari melawan si setan. Gue menerima pukulan salah satu setan di perutku. Kemudian, dengan cepat gue tangkap tangannya, lalu gue hantam kepalanya berkali-kali. Terakhir, gue lempar jauh-jauh.

“Seems like de Javu.” Agen May bicara datar. Seperti biasa.

Dengan cepat dia belajar. Lalu berkali-kali menerima serangan dan berkali-kali juga membanting si setan. Dua setan dengan mudah dia kalahkan hingga menjadi cairan. Aku juga melawan tiga dari mereka, dan telah berhasil kukalahkan satu.

Sekarang perkelahian menjadi imbang dalam segi jumlah. Dua lawan Dua.

---

POV Hari

“Agggghhh!! Sakiiiit!!” Puri teriak keras. Badannya menggeliat di bangkunya.

Gue menoleh ke perkelahian Lina. Setannya tinggal dua. Gue berusaha mencerna kejadian yang berlangsung sangat cepat ini. Kelihatannya kekalahan ai setan berdampak pada badan Puri.
“Puri, sadar! Lu gak mungkin menang. Berhenti sekarang, please.”
“...”
“Puri! Itu adek gue! Puri! Lu boleh dendam sama gue, tapi jangan bawa-bawa dia!” Gue menunjuk Kenia. “Lu tega sama Kenia? Apa salahnya?!”

Sementara itu, di luar ruangan terjadi baku tembak antara dua agen dan beberapa orang yang belum terlihat jumlahnya. Kedua agen tersebut bersembunyi di balik tembok. Tapi, gue yakin gak bertahan lama. Agen May bahkan berbalik menuju pintu dan mengeluarkan handgunnya.

“Handle the ghosts!” Perintah agen May ke Lina
“Aye-aye!” Lina melanjutkan perkelahiannya

Baku tembak semakin memanas.

“Take them down and bring the liltle girl out fast! Puri is not important anymore.” Terdengar di luar sana ada suara cowok berkomunikasi dengan seseorang. Mungkin ke anak buahnya.

Kepala Puri langsung terangkat, matanya melotot, melihat ke arah gue, lalu melihat ke arah Kenia, lalu melihat ke arah gue lagi. Gue dapat merasakan ada yang berubah dari sikap Puri, mungkin efek suara orang tadi.

"What are you talking about?!" Puri berteriak dengan suara lemah.

Tidak ada jawaban dari luar sana,

"Honey! Answer me! What are you talking about!"

Suara Puri makin melemah, ditambah serak akibat teriakannya. Tidak ada jawaban sama sekali dari luar sana. Tidak ada jawaban dari orang yang disebut Honey oleh Puri. Gue gak tau apakah suara Puri memang lemah hingga tidak sampai keluar, atau Honey di luar sana pura-pura tidak dengar.

Puri kembali melihat gue. Matanya menatap gue nanar di antara keremangan lampu di ruangan gelap ini.

“Kenia... Hari...” gumamnya. “Aku minta maaf.... sama kalian berdua.” Katanya
“Please, berhenti, Puri.” Gue hanya bisa berkata itu
“Aku gak bermaksud nyerang ibu kamu.”
“Iya, udah. Makanya berhenti, Puri.”
“Dani.. Dani mana?”
“Dia udah aman. Please, berhenti makanya.”

Puri mengangguk.

"Irfan. Tolong cari dia." Kata Puri.

Seketika badan Puri gemetar, matanya terpejam menahan sesuatu dan tangannya mengepal. Dua setan yang sedang berkelahi dengan Lina tiba-tiba berhenti, lalu mereka bearlih ke arah gue. Gue pun langsung mengambil kuda-kuda.

Akan tetapi, mereka ternyata bukan ingin melawanku, melainkan mengambil beberapa bilah pisau di bawah bangku yang Puri duduki. Kedua setan tersebut lalu pergi keluar menuju aksi baku tembak. Awalnya kukira para agen akan diserang, tapi ternyata mereka hanya dilewati begitu saja.

Si setan justru menyerang semua penembak di luar. Terdengar suara tebasan-tebasan pisau dan teriakan beberapa orang. Akhirnya, suara menjadi sunyi. Agen May dan dua agen lainnya berlari keluar.

“Chase them!” Perintah agen May ke kedua agennya

Tidak lama kemudian, komunikasi agen May normal kembali. Terdengar suara penjelasan dari agen yang bernama Fitz di seberang sana. Berdasarkan rekaman dan DNA sampel cairan, dia menjelaskan kekuatan inhuman milik Puri yang serupa dengan kejadian di Rusia, hanya saja lebih banyak.

“Too late, Fitz. We Win.” Kata agen May.

---

Setengah jam kemudian, menjelang subuh, kami masih di menara saidah. Sekarang banyak agen berpakaian jas lab di sini. Mereka berusaha membawa Puri dengan selamat beserta bangku dan perangkat elektroniknya.

Puri pingsan dan belum siuman sejak kata-kata terakhirnya tadi. Cari Irfan katanya. Irfan siapa? Nama Irfan di dunia ada jutaan orang.

Kelompok tadi pun tidak berhasil ditangkap, bahkan yang terluka pun tidak ditemukan. Mereka lari entah ke mana dan menggunakan apa. Tapi bisa dipastikan mereka adalah Watchdog karena meninggalkan tanda muka anjing khas kelompok tersebut di tembok setiap lantai.

Orang berjaket yang gue lawan tadi juga menghilang, hanya meninggalkan jaket dan helmnya yang sekarang menjadi barang sitaan S.H.I.E.L.D.

Perjuangan gue tadi kok rasanya jadi sia-sia.

“Okay, that’s all. We’ll tell her parents today.” Kata agen May.
“No, Just let me.” Kata gue. “I’m an agent, right?”

Agen May mengangguk dan meninggalkan kami. Gue menelepon Jamet.

“Halo, Met.”
“Halo, Har. Gimana kondisi?”
“Panjang ceritanya.” Gue menghela nafas. “Bisa jemput, gak? Gue di menara Saidah nih.”
“HAH??!!”
“Kagetnya ntar aja. Bisa jemput gak?”
“Oke. Gue baru masuk tol nih.”

Cukup lama kami menunggu Jamet. Kemudian, saat subuh, Jamet menelepon dengan kabar ia sudah sampai di bawah menara Saidah. Satu agen yang mengawalnya langsung naik ke atas gedung untuk berkumpul kembali dengan agen yang lain.

Satu-satu para agen berseragam sudah meloncat naik ke quinjet. Terdapat satu korban tembak dari pihak S.H.I.E.L.D.

“Thank you, agent May.”
“No worry.”
“Abaaaaaang!!” Kenia lari memelukku.

Kenia sudah pulih sejak selesainya penangangan medis di tempat kejadian. Agen May tersenyum kepadanya

“Kenia will be in danger after this. Please take it.” Agen May memberikan gue sekotak multivitamin minyak ikan.
“Terrigen?” Tanya gue, hanya memastikan.
“Asiiiik. Berubaaah! Berubaaaah!” Kenia kegirangan.
“And this video.”

Di tangan gue sekarang ada sebuah terrigen untuk Kenia dan rekaman video mesumnya bersama Dani. Sepertinya tanpa avengers datang pun kejadian sudah kacau buat gue. Terrigen itu pastinya akan gue simpen dulu sama nyokap. Kenia jelas belum siap jadi inhuman.

“Oke, Lina, time to go.” Ajak agen May.
“Tunggu, Lina...” Gue menahan Lina. “Ikut pergi juga?”
“Misi gue gagal, Hari. Dua-duanya. Gue harus training ulang.”
“Dua-duanya?”
“Satu, perintah dari atas, nyari si setan. Dua, keinginan gue sendiri, bikin lu move on dari Puri. Yah, seminggu doang pasti gak bakal berhasil sih.”
“Hah?”

Lina mengecup pipi gue, lalu dia meloncat ke Quinjet sebagai orang terakhir setelah Agen May. Pesawat tersebut lalu terbang dan menghilang. Saat itu gue baru teringat sesuatu.

“Sewa apartemennya gimana!!!!!” Gue teriak ke langit.

---

Malam minggu, 31 Desember 2016.

Gue, Jamet, Eda, Dani, dan Kenia yang merengek minta ikut sedang berada apartemen gue. Ide ini atas usul Kenia yang tahu apartemen gue tidak terpakai setelah kejadian itu. Setelah anak-anak tahu gue dipinjemin apartemen, mereka ikut menjilat gue untuk tahun baruan di sana.

Sekarang, di sini banyak makanan tersaji hasil patungan. Sebenarnya sih, lebih banyak sumbangannya Eda. Di sini ada pizza, roti, sate ayam, sprite, sampai air putih. Semuanya tentu udah abis sama Dani dari tadi kalo gak ditahan Eda.

“Guys, sebelum makan-makan, gue mau bacain surat ini dulu ya.” Kata gue.
“Dari Lina?” Tanya Eda
“Yoi. gue buka ya...”

Kemarin, ada agen S.H.I.E.L.D. yang mengantarkan surat itu ke gue. Katanya dari Lina. Makanya, gue simpen surat itu sekarang untuk dibaca ramai-ramai. Gue pikir, anak-anak berhak tahu kabar Lina karena mereka sudah ikut terlibat dalam kejadian tiga minggu lalu. Untungnya, belum ada yang tahu kekuatan gue, kecuali adek gue sendiri.

“Lina balik ke sini lagi gak, ya?” tanya Jamet
“Ini makanya gue mau bacain.” Gue mengibas-ngibaskan kertas surat
“Apartemennya siapa yang bayar jadinya, bang?” tanya Kenia.
“Ini makanya mau dibacain, adek.”
“Har...” panggil Dani
“Apaan?”
“Bacain.”
“Kampret.” gue ketawa. “Gue bakar nih suratnya.”

Gue buka surat itu.

Hai, Hari.

Gimana kabar? Kalo kabar gue sehat-sehat aja di sini. Latihannya emang keras, tapi gue tahu ini supaya gue lebih baik lagi. Kalo sekarang lu lagi tinggal di kostan, pindah aja ke apartemen, sewanya jadi tanggungan S.H.I.E.L.D., sekaligus lu jadi agen lapangan aktif di Indonesia. Direktur udah setuju, tinggal nunggu konfirmasi dari lu.

“Anjiiiir! Agen S.H.I.E.L.D.” Ledek Eda
“Emang lu bisa apa sih, Haaaar.” Tambah Dani
“Apa aja boleh~” jawab gue bercanda

Kenia cuma senyum-senyum doang. Waaah bahaya ini surat. Kalo gitu tadi gak gue bacain deh.

“Ssst.. Lanjut dulu dong, lanjut.” Kata Jamet

Tugasnya mudah kok Har, cukup cari kejadian terrigenesis di Jakarta dan wilayah sekitarnya, sama cari kejadian yang menyangkut alien dan watchdog. Alat-alat agensinya nanti dikirim kalau lu udah konfirmasi tinggal di apartemen. Sekarang, pakai aja barang-barang gue dulu yang ada di kamar.


Gue menoleh ke Kenia. Kami bertatap-tatapan.

Eda langsung lari ke kamarnya Lina. Dari luar sini terdengar dia membuka resleting suatu tas. Kami semua menengok penasaran apa yang akan di lakukan Eda di sana.

“Barang-barang yang kayak gini, Har.” Dia keluar sambil memutar-mutar sepasang bra dan celana dalam.
“Bukan dari tas yang itu bego.” Kata gue
“Iiiiih, Edaaaa!” Dani menghampiri Eda dan menjewernya. “Taruh lagi itu!”
“Gue lanjut baca gak nih?”

Soal Puri, gue pernah sekali lagi ngeliat dia latihan. Kayanya perkembangannya lambat. Bayangannya, maksudnya si setan, punya pikiran sendiri, jadi masih sulit dikendaliin. Tapi, untungnya badannya Puri udah gak sekurus kemarin.

Puri sempat buka mulut, kejadian gas meledak di kafe itu murni perbuatan dia. Dia marah karena Eda gak biarin Jamet cerita. Makanya, dia nyulik Dani supaya Eda ngerasain apa yang dia rasain. Kehilangan orang yang disayang. Lebay sih. Nah, kalo serangan di lab ekol itu karena dia cemburu lu bareng gue hahaha. Kalo soal penculikan Kenia, itu titipan permintaan pacar barunya Puri, yang ternyata watchdog.

“So, pacarnya Puri tahu kalo dia Inhuman.” Eda menyimpulkan

Jangan lupa kabarin orang tuanya Puri lho. Puri di sini belum diizinin pergi keluar, apalagi bawa-bawa alat elektronik. Gue juga gitu. Makanya gue cuma diizinin kirim surat. Jadul banget ya.

“Kamu udah kabarin orang tuanya belum, Har.” Tanya Jamet
“Udah.” Jawab gue singkat.
“Terus, apa reaksinya?”
“Ya, nangis.”
“S2nya gimana? Kemaren kan gak ikut UAS dia.”
“Gak tau, mungkin cuti, mungkin mengundurkan diri.”

Gue terdiam sejenak. Sejujurnya gue gak mau ada sangkut paut lagi sama Puri.

Secepatnya gue akan balik ke Indonesia kalau gak ditugasin ke negara lain. Oke deh, segitu dulu ya. Salam ke nyokap lu, Kenia, Jamet, Eda, apalagi Dani.

Bye.

Gue menyelesaikan kata terakhir dari surat itu. Kemudian, Kenia meminta surat itu untuk dibacanya bareng Dani.

“Kamu udah kasih tau ke ibumu, kan, Har?” Tanya Jamet lagi
“Suratnya? Belom.” Jawab gue
“Bukan. Kejadian kemarin.”
“Udah lah, selengkap-lengkapnya.”

Makan-makan pun dimulai. Sudah ketebak yang paling rakus pasti Dani. Perbincangan kami sekarang beralih penuh candaan dan cerita tentang kampus dan rencana kerja. Eda masih menoleh-noleh ke dalam kamar Lina. Dia berbisik ke Dani, yang membuat mereka saling ledek-ledekan.

“Bang, yang ini gimana?” Kenia menujukkan satu bagian di surat itu

Hasil tes darah Kenia nunjukkin ada gen inhuman di dalamnya. Buat Kenia, hati-hati waktu makan minyak ikannya. Selain itu, akibat efek ‘bareng Dani’, beberapa hormonnya terpicu untuk diproduksi lebih banyak dari biasanya. Salah satu efeknya, you know. Mungkin Dani juga kena efeknya.

“Efeknya apaan, Bang?.” Tanya Kenia polos.
“Dani udah baca juga yang ini?” Tanya gue dengan berbisik.

Kenia mengangguk. Gue merespon dengan menempelkan jari telunjuk ke mulut. Menyuruhnya untuk diam.

“Nanti aja, jangan di sini.” Gue berbisik ke telinga Kenia.

Sial, Dani udah tahu Kenia punya bibit inhuman. Mungkin gak ya Dani tahu gue Inhuman? Gue pun tau sekali efek kejadian itu, Dani juga pasti tahu, karena kami sama-sama anak biologi.

“Temen-temen, bentar lagi nih!” Jamet memanggil kami untuk menonton televisi.
“Apaan?” Tanya Eda
“Itu, Noah mau nyanyi.”
“Sial. Gue kira udah mau ganti tahun.”

Kami kembali larut dalam tawa, kegembiraan, dan kekenyangan. Waktu sebelum pergantian tahun kami isi dengan main jempol, truth or dare, dan apapun yang seru. Hitung mundur tahun baru kami lakukan bersama, dituntun acara televisi. Dani heboh meniupkan terompet kecil yang ia beli tadi sore.

“Berisik, woi.” Eda merebut terompetnya Dani

Akhirnya, malam itu kami semua bersenang-senang hingga semuanya lelah.

---

Jam 3 pagi, Jamet dan Eda sudah tertidur di kamar gue. Kenia dan Dani tidur di kamarnya Lina. Sementara gue gak bisa tidur karena kepikiran isi surat tadi dan Dani. Gue menghabiskan waktu menonton film dari laptop di tempat kami tadi berkumpul, tentunya dengan headset supaya gak berisik.

“Har..” Seseorang menepuk gue dari belakang
“Eh, gak tidur, Dan?” gue kaget, melepas headset
“Kebangun, haus.”
“Tuh masih ada air di kulkas.” Tunjuk gue ke kulkas

Dani beranjak mengambil gelas, lalu membuka kulkas. Selesai mengambil air, dia duduk di samping gue dengan malas.

“Har...” Panggil Dani. “Kenia udah nunjukin?”
“Hah?” Gue bengong.
“Suratnya itu. Kenia inhuman?”
“Gak tau.” Gue pura-pura bego.
“Sejak kejadian sama kak Puri kemarin, gue banyak cari tahu soal inhuman. Kemampuannya Itu diturunin dari nenek moyang, kan?”
“Bisa jadi.”

Gue menutupi kepanikan dengan melanjutkan nonton film. Gue gak tau harus ngomong apa ke Dani.

“Jujur deh, Har. Kenia fix punya gen Inhuman, lu jadi agen S.H.I.E.L.D...” Dani berbicara pelan supaya tidak terdengar yang lain. “Berarti lu juga inhuman, kan?”

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Lina (Akilina Soemita)


Puri Ananda Mawardi



Agen May (Melinda Qiaolian May)



Kenia Dwi Lasya



Persadani Putri
 
Terakhir diubah:
Mau ngasih pemberitahuan gan.

Pertama, saga tentang setan udah kelar nih. Tapi cerita yang udah jadi dan ide yang ada di kepala masih panjang hahaha. Ini cuma sekedar pembukaan. So, jangan sungkan ngasih kripik sarannya supaya redaksional cerita ini jadi lebih baik.

Kedua, ane mau pergi ke tempat tanpa sinyal dari tanggal 7 sampe 10. Jadi, jadwal update sabtu pada milih ane majuin jadi jumat atau selasa/rabu double update?

Ketiga, absen dong yang doyan marvel hahaha.

Thanks ya, para pembaca :beer:
 
Wadaw,,, nasib Puri gimane ni???

Jum'at juga ga papa om,,, ^_^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd