Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE LUCKY BASTARD (RACEBANNON - REVIVAL)

Bimabet
THE LUCKY BASTARD – PART 39

----------------------------------------
62234_10.jpg

Karen menghampiriku dengan telanjang bulat. Sepertinya dia berusaha mengusir kegelisahan dan ketidak nyamananku dengan caranya. "Sini..." dia memelukku dengan tubuhnya yang halus. Dia tidak peduli kalau aku belum melucuti bajuku sama sekali. Dia berusaha mencium bibirku yang kaku. Senyum manis khasnya. Yang dari tadi kulihat, namun jauh rasanya.

Aku meremas pantatnya yang lembut. Hampir terlalu keras, karena reaksi kagetnya terlihat. "Pelan-pelan...." senyumnya lembut padaku. Dia berusaha membuka kemejaku perlahan, sembari menciumi leherku dengan penuh perasaan. Bibir lembutnya terasa geli di tubuhku setiap kali ciuman itu mendarat. Perlahan dia mencopot semuanya, celanaku juga, sambl terus menciumi semua bagian tubuhku yang ia temukan. Pakaian dalamku, dengan perlahan, sambil merasakan semua begian tubuhku yang dapat ia sentuh dengan bibirnya.

Aku berusaha menyentuh seluruh permukaan badannya. Dan berusaha menahan emosiku, sambil membelai lembut punggungnya dan bagian tubuhnya yang lain. Dia terus menciumi leherku dengan mesranya. Tangannya membelai lembut penisku dengan segala harapan agar kepalaku dapat melupakan rasa tidak enak di tempat tadi.

Mendadak kupeluk dia dengan erat. Kusambut ciumannya dengan bibirku, dan kami berciuman dengan sekuat tenaga. Karen mencabut ciumannya, tersenyum kepadaku, dan kami berciuman kembali. Aku memutar badannya, agar berada di bawah badanku. Aku meremas pantatnya dengan kuat, dan mendadak aku merambah ke buah dadanya, meremasnya juga dengan keras dan mempermainkan putingnya. Karen tampak kaget. Dia berusaha mendorong badanku, agar aku tidak leluasa mengerjainya.

Aku malah makin bernafsu karenanya, kucium dia dengan sekuat tenaga, dan dengan ganas menyerbu lehernya. Terus turun dan menciumi kulit dadanya, lalu berlanjut ke putingnya. Kucium, kukulum dan kugigit pelan dengan penuh nafsu. Tanganku meraba bibir vaginanya, sambil dengan kasar aku mencoba memasukkan jariku kedalam.

"Uhh.. geli..." Karen tampak kepayahan. Dia berusaha melepaskan diri dari seranganku. Aku malah makin ganas. Selain meraba dan berusaha masuk ke lubang vaginanya, tanganku satu lagi malahan bergerak aktif meremas pantatnya dengan penuh hasrat. "Pelan pelan, please......." Karen tampak kepayahan.

"Uhhh.... Ahh.. Jangan gini... Uhh...." Aku malah menggigit-gigit putingnya, menjilatinya, menstimulasinya gila-gilaan. Aku berhenti, lantas membalikkan badannya. Aku menyingkap pahanya, menimpa badannya dan berusaha langsung mencari jalan masuk ke dalam.

"Sayang... Belum basah..... " Karen berusaha menghentikanku. Aku malah memeluk lehernya, sambil satu tangan meremas buah dadanya dengan penuh nafsu.

"Stop.. gak enak... stop.." Karen tampak panik. Aku berusaha terus masuk ke bibir vaginanya yang belum sepenuhnya nyaman untuk hubungan seksual. "Stop" muka Karen terlihat panik. "Udah.. stop.. sakit..." Karen mulai berontak. "Aah... Ahh.... Sakit... Fuck... Lepas.. Lepas!" Penisku sudah mulai merayap masuk ke dalam lubang Vaginanya.

Karen mendadak berbalik dan menamparku. "Apa-apaan?" serunya kencang. Mukanya terlihat marah dan terganggu.

"Lo mau ngapain gue?! Kan udah gue bilang pelan-pelan?"
"Gue cuma.."
"Kalo lo emang lagi marah jangan kasarin gue dong!" bentaknya.
"Sori... gue kebawa nafsu... " Aku berusaha memegangnyha.
"Keluar" dia menepis tanganku.
"Karen"
"Keluar!"
"Sayang maaf... gue gak mikir tadi.."
"Keluar!"

Kami berpandangan dalam gelap. Ekspresinya sekilas tidak dapat kudeskripsikan. Aku dengan enggan mengambil pakaianku yang tercecer, dibawah tatapan tajamnya. Aku keluar dari kamar itu dengan langkah yang kuyu. Aku bahkan tak berani melihat mukanya. Bagaimana bisa aku melepas emosi kemarahanku ke seks? Kasus yang benar-benar berbeda dengan Nica dan Mbak Mayang. Angry seks yang menjurus ke arah dominasi menganggu Karen. Sangat mengganggunya.

Aku melewati pintu. Kudengar di belakang suara pintu tertutup dan suara kunci. Aku hanya terdiam. Terdiam menunggu pagi.

----------------------------------------

"Hei.. gue sangkain lo balik...." Bisik Karen pagi itu, menemukanku tertidur dengan memakai pakaian seadanya di sofa. Karen hanya memakai kimono tidur tanpa dalaman sama sekali. Aku bisa melihatnya dengan jelas, karena kimono tersebut hanya dipakai sekenanya olehnya.

Dia duduk dan melihatku dengan prihatin. Tangannya mengelus kakiku pelan.
"Lo bener gak suka ada di situasi kayak semalem?" tanyanya. Aku menghela nafas, dan berusaha duduk.

"Gak nyaman aja, gak prepare..." bisikku.
"Dan lo jadi marah?"
"...." aku hanya mengangguk.

"Ya gitu resikonya... Sorry... Dan maaf, gue gak nyaman sama seks kayak semalem... Gue harap lo ngerti" dia mengulum bibirnya, dan kami seperti bercermin. Kami berdua memancarkan aura awkward yang tidak enak pagi itu.

"Lain kali kalo emang gak nyaman, gak ikut pun gak papa..."
"Enggak kok, gue aja yang ga nyangka kalo acaranya super crowded gitu... next time better" senyumku tipis. Karen membalas senyumanku. Dia lantas mendekat kepadaku. "Bagi" bisiknya dengan malu-malu mengambil rokok dari dekatku. Aku membakar rokoknya dengan canggung.

Kami berdua merokok dalam diam.

"Maafin gue.." bisikku, sambil menggenggam tangannya.
"Gapapa" dia mematikan rokoknya dalam asbak, lalu merayap ke arahku, memelukku dari samping dan membenamkan kepalanya di bahuku. "Jangan kayak gitu lagi tapi ya... Gue kaget... Gak nyaman..." bisiknya dengan suara yang pelan. Aku mengangguk, mencium keningnya dan mendekapnya dalam diam.

----------------------------------------
----------------------------------------
----------------------------------------

Pemandangan yang indah. Karen memakai kemejaku, dengan bentuk badannya yang indah menerawang, tanpa dalaman. Di dapur itu dia sedang menyiapkan sereal dan oatmeal untuk sarapan kami. Mendadak aku menerawang, pikiranku melayang. Bagaimana jika kami bukan hanya sekedar pacar, tetapi memang pasangan yang telah menikah?

Aku menatap lekat ke wajah Karen yang sedang membuka lemari es, mengeluarkan kotak susu.

"Apaan ngeliatin mulu..." senyumnya.
"Enggak kok" balasku tersenyum.
"Emang ada yang aneh?" tanyanya.
"Enggak"
"Serius, aneh ya pake kemeja gini dalemnya ga pake apa-apa lagi?" senyumnya sambil membawa sarapan yang telah siap ke atas meja. Dia tak langsung duduk di kursinya. Tapi ke pangkuanku dan lantas menciumku mesra.

Tak lama kemudian dia melepasnya dan memeluk leherku. "Gue gak mau rumah gue ilang... Maafin semalem..." bisiknya. Pelukannya makin erat. Aku menjawab dengan menepuk dan mengelua punggungnya dan menghirup aroma rambutnya.

----------------------------------------

Karen. Karen. Dan Karen. Aku berharap dia tak pernah menguap, menguap seperti Nica dan Dian. Ada yang menguap dengan sendirinya, ada yang menguap dengan terpaksa.

Aku mengobrol dengannya di sofa, mengobrol tentang apapun, menyelami cerita kami lebih dalam. Tentang keberhasilan dan kegagalan. Merasakan pedihnya cerita dan senangnya cerita. Tertawa bersama, kesal bersama. Aku harap pertengkaran aneh seperti kejadian telat dan kejadian premier film tidak terjadi lagi dan tidak merusak kepercayaan hatiku dengannya.

Perempuan yang menarik. Yang tegas sekaligus galau. Yang dewasa sekaligus kolokan. Yang berani sekaligus penakut. Aku berharap bisa memperbaiki kesalahanku. Aku tidak bisa menjadikan dirinya korban kegalauan dan kemarahanku seperti yang sudah-sudah.

Aku berulang kali tertidur di pahanya. Berulang kali memeluknya. Aku tak ingin kehilangannya. Aku membenamkan diriku ke dalam dirinya dan berharap tidak akan pernah bisa keluar lagi.

----------------------------------------
----------------------------------------
----------------------------------------
desain10.jpg

"Cieeee" ledek Anggia saat aku masuk ke dalam ruanganku.
"Aduh... apalagi sih..."
"Muncul di infotaintment dia..."
"Aduh..."

Aku menaruh tasku, lalu beranjak ke teras, merokok sebatang-dua batang sebelum kerja. Beberapa karyawan muda masuk dan senyum-senyum melihatku. Nica terlihat turun dari ojek online, dan dia hanya melirikku dengan muka datar. Masuk dengan pura-pura tak melihatku disana.

"Gila lo" senyum Anggia nakal. Dia mendadak muncul di sebelahku.
"Apa sih.... "
"Nih" dia memperlihatkan foto yang dia ambil, dengan televisi menayangkan sebuah klip dari acara infotainment. Disana terlihat aku dan Karen, bergandengan di acara premier, dan beberapa momen candid kami disana. Ada juga wawancara dengan Karen. "Ada videonya kok" Anggia memperlihatkan sebuah video.

"Iya, aku ngerasa nyambung ama dia.. Apa? Oh, dia temennya temenku... Oh bukan dia bukan dari dunia hiburan kok.... Kenapa? Hahaha... bisa aja, doain yang baik-baik ya" senyum Karen dan jawaban yang teratur itu menghiasi video tersebut.

"Udah deh tutup. Gue pikir elo bukan tipe yang nonton infoteinmen..." kesalku.
"Pembantu gue yang nonton di dapur... hahaha... "
"Dasar"
"Pas gue bilang... lah itu kan temenku si itu... Pembantu gue langsung seneng gitu.. katanya wah Mbaknya temennya artis..."
"Udah ah... Seneng banget sih lo.."
"Seneng dong, fuckboy jadi bintang infotainment.." bisiknya bandel. Aku hanya menggerutu sambil melanjutkan merokok.

"Hiburan tau buat gue, soalnya minggu ini gue bakal ketemu keluarganya Adrian lagi...." seringai miris Anggia terlihat.
"Waduh.."
"Iya, bener, waduh..."
"Acara apaan"
"Pembubaran panitia pernikahan adeknya. Di PP. Restoran apa ga tau.... Adrian lupa lupa mulu nanya ortunya" tampang Anggia berubah kesal.
"Gapapa lo dateng?"
"Gue mau nunjukin, gue bukan Adrian yang kalo ketemu hal susah terus kabur" serunya tajam sambil menatap ke langit.

----------------------------------------

"Siapa pacar baru Karen?"
"Dari akun Instagramnya, pacar baru Karen tampaknya berprofesi sebagai desainer"
"Tambatan baru hati Karen setelah putus dengan Ramses"
"Komentar Ramses soal pacar baru Karen"

What. The. Actual. Fuck.

Satu-satu kubaca. Berita sampah. Gak mutu. Ngubek-ngubek akun instagram orang. Gemas, langsung ku-private semua akunku. Facebook, twit**ter, instagram. Siapa pula Ramses ini. Oh, produser gitu, sial, padahal tadinya hanya mengenal Karen sebatas Karen yang sering muncul di televisi dan iklan, bukan Karen yang ini. Wow.. umurnya 40 tahun si Ramses ini, sudah pernah dua kali kawin cerai, mantan istrinya pekerja seni juga. Wah, bukan sembarang pekerja seni, tapi yang benar-benar terkenal. Tampangnya not bad. Terlihat kharismatik, dan penampilannya menipu umurnya. Dua tahun pacaran dengan Karen? Wow. Aku menelan ludah.

Wow. Sampai membahas mereka sedetail ini. Putusnya kapan, ada liputan liburan mereka. Sampai ada liputan membicarakan pernikahan. Aku meringis sendiri. Pikiranku berkelana kemana mana. Hatiku merasa tidak nyaman. Bagaimana gaya pacaran mereka dulu? Beda umurnya jauh sekali. Hampir 15 tahun. Bisa gila aku memikirkan beda umur sejauh itu. Aku dan Nica beda 8 tahun tapi. Tapi kami berdua orang biasa. Pacaran wajar-wajar saja. Seks nya pun wajar. Tapi gimana. Dulu dia apakah nginep-nginepan seperti aku sekarang?

Stop. What are you doing? Lo sendiri pacaran sama Dian lima tahun. Tapi Dian dokter. Terus? Maksudnya dia ngapain aja sama si Ramses ini? Lo sama Dian udah ngapain aja? Iya tau tapi. Jangan karena dia maen film, sinetron terus lo cap yang enggak-enggak dong. Enggak enggak apa? Nah ini kepala lo lagi mikirin apa?

Udah anjir. Udah. Tutup. Liat Whastapp aja.

Nayla :
- "Kakaaaaaaaak ada di infotainmentttttttttttt. Hihihihihihihihihihihi"
- "Duh gue ntar ke Jakarta jadi deg-degan jiahahahaha"

Rendy :
- "Bantuin gue dong, temen-temen gue nanyain elu mulu nih. Temen gue yang wartawan tapi"

Karen :
- "Dear udah makan siang? Ntar gue nginep ya?"

Ibu :
- "Kamu kok ada di Infotaintment nak?"

What. The. Actual. Fuck

----------------------------------------
yolo-i10.jpg

"Duh maaf ya...." senyum awkward Karen mewarnai acara makan malam itu. Aku memasang muka kesal sambil merokok.
"Resiko kan?" kesalku sambil senyum agak sinis.
"Iyaaa.... Biarin, paling bentar lagi juga ilang beritanya oke?" Aku cuma mengangguk dan meminum minumanku dengan enggan.

"BTW, weekend ini mau nemenin gue kan?"
"Ngapain?"
"Ada syuting video klip, cuman Mbak Janice ga bisa nemenin... Ya.. itu kalo lo mau sih..."
"Gapapa kok"
"Serius?"
"Iya"
"Asik"

"Gue bakal bosen gak?"
"Kayaknya bakal... Bawa buku atau apa gitu, bawa laptop, ya?" senyumnya sedikit merajuk kepadaku. Aku mengangguk, mengiyakan. Lagipula aku bisa dengan perlahan menelan semua hal yang berhubungan dengan dunia hiburan ini. Lihat saja nanti.

----------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Wah fuckboy bertahan berapa lama nih sama si Karen?
Di awal terasa nyaman, tapi ke belakang berbalik 100%, kayaknya ngak bakal lama deh sama Karen, or just sex only....?
 
Halo semuanya,

Maaf belom bisa apdet lagi karena kesibukan di RL. Di satu sisi saya pengen cepet cepet beresin apdetnya karena ada cerita baru yang mau gak mau harus dipost setelah mdt season 1 beres.... supaya kontinuitas waktunya tepat.

Jadi malam ini, diatas jam 9 malam saya bakal maraton apdet lucky bastard sampai tamat.

Stay tune
RB
 
Maaf belom bisa apdet lagi karena kesibukan di RL. Di satu sisi saya pengen cepet cepet beresin apdetnya karena ada cerita baru yang mau gak mau harus dipost setelah mdt season 1 beres
cerita baru terkait penanti atau berbeda total ama yg lainnya?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd