Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Vivi: Jurnal Perselingkuhanku [CGU]

Siapakah fucking hero CGU favorit kalian?


  • Total voters
    66

caligula1979

Semprot Addict
Daftar
24 Jun 2012
Post
487
Like diterima
2.825
Bimabet
Halo mupengers!!
Kita jumpa lagi dalam Caligula Universe (CGU), kali ini kita akan membahas kisah Vivi, salah satu minor character yang sebelumnya pernah muncul dalam cerita:



Kini Vivi akan tampil sebagai main character yang dikupas habis kisahnya dari awal. Cerita ini akan diupdate seminggu sekali, jadi tunggu sampai Senin depan untuk lanjutannya. Selamat menikmati!

Daftar isi:
Chapter 1: Selingkuh Pertamaku
Chapter 2: Return of the Lust (page 3)

Chapter 3: Naughty Nephews Again (page 5)
Chapter 4: Epilog (page 6)

Bonus Stories:
Bonus 1
Bonus 2
Bonus 3
Bonus 4

Bonus 5
Bonus 6
Bonus 7
Bonus 8
Bonus 9
Final Bonus A
Final Bonus B

Post Credit Ending

Cerita CGU lainnya:



Selingkuh Pertamaku


Namaku Vivian Theresia Widjaja (31 tahun), biasa dipanggil Vivi, seorang ibu rumah tangga dengan dua anak perempuan kembar buah pernikahanku dengan Martin (36 tahun), senior yang menjadi pacarku di bangku kuliah. Martin mengelola sebuah toko alat-alat listrik warisan dari orang tuanya. Toko itu lokasinya strategis, yaitu di kompleks ruko dekat gerbang masuk kompleks tempat tinggal kami. Ia seorang yang ulet dan mahir bisnis, selain menjalankan toko listrik, ia juga main saham dan berlanjut ke properti sehingga keuangan kami semakin meningkat, toko listrik yang bangunan tua itu pun direnovasi menjadi lebih baru dan besar. Seiring kesibukannya yang bertambah, kadang aku kesepian bila ia harus ke luar kota, intensitas hubungan seks kami juga menurun padahal saat itu kami sedang berusaha untuk punya anak. Akhirnya menjelang tahun ke dua pernikahan kami, di usiaku yang ke 25, aku positif hamil. Suami dan keluarga kami menyambut senang berita ini. Bulan pertama aku masih rutin ke toko membantu pekerjaan suami seperti biasa, namun memasuki bulan kedua ia menyuruhku istirahat di rumah saja. Kadang mamaku datang menemani, tapi bila tidak ada orang alhasil tinggallah diriku dengan segala kesepian yang ada. Hanya acara televisi dan internet wifi yang selalu menemani, itupun sudah membuatku bosan. Suatu hari aku sedang ke mall untuk belanja bulanan. Saat itu weekend sehingga mall sedang ramai, lift pun lumayan penuh. Ketika membuka di lantai berikutnya, bertambah lagi orang yang masuk sehingga aku terdesak ke pinggir. Ketika lift bergerak naik tiba-tiba... deg, jantungku berhenti sepersekian detik saat kurasakan ada tangan menyentuh pantatku dari belakang, yang kuyakin bukan tidak sengaja. Mataku melirik ke samping melihat pantulan seorang pria setengah baya berkulit gelap di belakangku dari dinding lift. Ia juga melirik ke dinding, namun ekpresi wajahnya terlihat tenang dengan sebuah senyum kecil. Tangannya mulai berani lebih jauh dengan meremas bongkahan pantatku. Aku hanya bisa menggigit bibir bawah menahan agar tidak mendesah. Jantungku berdebar-debar, aku tidak tahu harus bagaimana, terlalu malu untuk berontak dalam keadaan seperti ini ditengah orang banyak. Ketika lift membuka di lantai berikutnya, anehnya aku bukannya segera turun menghindari pelecehan lebih lanjut, namun tetap pada posisiku. Masih lantai dua, tiga lantai lagi dari tujuanku ke supermarket yang terletak di basement, namun perjalanan ini terasa panjang. Kami sempat bertatapan lagi lewat dinding lift, kulihat ia kembali tersenyum, sepertinya ia sudah merasa memang aku suka diperlakukan seperti itu. Wajahku memerah, menahan nafsu dari yang tidak bisa kutahan ini. Kini bahkan ia menempelkan bagian selangkangannya di pantatku, aku bisa merasakan batang penisnya yg sudah mengeras. Tangannya hendak masuk lewat bawah rokku dan meraba pahaku ketika pintu lift membuka di basement. Aku bergegas berjalan lurus dengan cepat tanpa menengok ke belakang. Nafasku benar-benar memburu, ini pertama kalinya aku dilecehkan seperti itu, perasaanku sungguh campur aduk antara takut, malu, kesal namun sebagian diriku malah menikmatinya, naluri seksku menginginkan lebih jauh kalau saja tidak ada perasaan dilecehkan secara seksual. Begitu masuk ke gerbang supermarket aku menengok ke belakang sekilas, syukurlah pria itu tidak mengikutiku. Saat berbelanja bayangan pelecehan itu terus membayangiku, setiap ada yang lewat di belakangku aku merasa was-was dan berdebar-debar, takut pria tadi mengikutiku dan berbuat lebih jauh.

Beberapa hari setelahnya pun, memori itu Masih belum hilang, terus terlintas di benakku dan membangkitkan gairahku sehingga seringkali kurasakan basah pada selangkanganku.
"Oh enak banget say... ayo lebih cepat!!" rengekku kepada Martin saat penisnya menghujam-hujam vaginaku.
Posisiku bertumpu pada bantal yang disusun dua dengan sedikit mengangkat pantat ke atas sehingga perutku yang mulai membesar tidak tertekan.
"Uuuhh Vi enak banget memek kamu... ooohh" lenguh suamiku itu sambil mengocok penisnya, kedua tangannya meremas-remas payudaraku yang sensitif terhadap rangsangan.
"Aaanggghh.. udah mau nih... aahh!"
Martin pun semakin mengencangkan sodokan penisnya ke dalam vaginaku hingga akhirnya sampailah aku pada puncak kenikmatan.
"Ooohh... keluarrrhh Tinn!" aku menceracau tak karuan dengan tubuh menggelinjang dahsyat.
Tangan Martin mengarahkan wajahku menengok ke belakang lalu wajahnya mendekati wajahku dan kami pun berpagutan bibir. Ia terus menghujam penisnya di dalam vaginaku membuatku semakin melayang saat menikmati orgasme. Kurasakan tusukan penisnya semakin dalam menghujam vaginaku, ini adalah tanda ia akan segera menyusulku ke puncak kenikmatan. Kugunakan sisa tenagaku untuk menjepit penis suamiku di dalam vaginaku. Martin melenguh-lenguh di ambang orgasme hingga akhirnya aku merasakan sentakan terakhir yang dalam sekali di vaginaku dan tertumpahlah spermanya yang hangat di dalam rahimku. Kami berpelukan lemas di ranjang.
“Kamu nafsuan banget belakangan ini” kata Martin sambil menyeka keringat di dahiku.
“Lagi pengen” kataku memeluknya mesra.
"Vi, kayanya belakangan ada sesuatu yang ngeganggu, kok nggak cerita ?" sambil tangannya membelai rambutku.
Perhatian dan kelembutan Martin sungguh meluluhkan hatiku, namun aku tidak berani menceritakan tentang pelecehan di lift itu.
“Ya mungkin efek hamil juga, terus kita udah jarang ML” jawabku, aku tidak berbohong, memang seperti itu juga yang kurasakan.
Ia lalu menelentangkan tubuhku dan membelai perutku yang belum terlalu besar dengan lembut.
“Ya pokoknya banyak istirahat sama makan yang bener aja yah!” katanya lalu mencium perutku
Aku menarik selimut menutupi tubuh telanjang kami, mengakhiri hari itu dengan obrolan mesra pasca orgasme sebelum kami akhirnya tertidur tanpa busana.



Sebuah salon mobil
Pukul 13.20


Aku tengah menunggu mobilku dicuci di ruang tunggu sambil memainkan smartphoneku. Dua puluh menit berlalu hingga smartphoneku lowbatt. Setelah mencharge di stopkontak dekat situ, aku mengambil sebuah majalah dan membuka-bukanya. Setelah selesai satu buku aku bangkit untuk ke toilet. Di sana aku bertemu si mas yang menerima kunci mobilku dan bertugas mencucinya sedang mencuci tangan.
“Mobil saya... udah mas?” tanyaku
“Satu lagi bu, abis ini, ditunggu aja” jawabnya
“Ooohh.... ya udah!” aku pun melewatinya menuju ke toilet wanita.
Betapa terkejutnya aku ketika baru melangkah ke dalam tiba-tiba tubuhku didekap dan didorong masuk, sebuah tangan kokoh membekap mulutku sebelum aku sempat teriak. Dengan cekatan ia menutup pintu dan menguncinya, lalu tubuhku dihimpitnya ke dinding. Ternyata orang itu adalah si mas pencuci mobil tadi.
“Ssshh... jangan teriak yah bu!” katanya menempelkan telunjuk di depan bibirnya, “kita ena-ena bentar sambil nunggu!”
Tangan satunya mulai menyingkap rok selututku dan merabai pahaku masuk terus ke selangkanganku.
“Hhhmm!!” desahku tertahan saat kurasakan jemarinya menggerayangi selangkanganku dari luar celana dalam.
Aku bingung, harusnya aku teriak dan lari keluar, namun perasaan terangsang ini mencegahku. Entahlah, ada sebagian rasa penasaran ingin tahu bagaimana rasanya disetubuhi pria lain selain suamiku.
“Aaahhhh shhhhh” tanpa sadar aku mendesah, aku tak bisa melawan gejolak hasrat yang timbul.
Aku pun bersandar di tembok seolah aku telah pasrah. Si mas itu semakin liar menggerayangi tubuhku dan aku tidak mengerti mengapa aku menikmati pelecehan ini. Aku meronta namun kekuatanku yang sudah dilanda birahi bukanlah tandingan kekuatan pria yang juga tengah sangat bernafsu. Hingga akhirnya ia berhasil membuka gaun yang kupakai. Matanya semakin nanar memandangi tubuhku yang tinggal memakai pakaian dalam berwarna hitam itu. Kembali didekapnya tubuhku, ia memagut bibirku namun kututup rapat bibirku sehingga ia hanya bisa menjilati bibirku. Bagaimanapun tangannya tidak tinggal diam, terus menggerayangi tubuhku yang nyaris telanjang. Tangan kanannya menyusup masuk celana dalamku dan mulai merabai permukaannya yang berbulu.
“Hhhmm!!”aku mendesah tertahan merasakan jemarinya mengelusi bibir vaginaku.
Rontaanku melemah, takluk oleh rangsangannya. Ahhh pria ini nampaknya berhasil memancing sisi liarku. Aku merasakan nikmat pada vaginaku saat jemarinya mengelusi bibir vaginaku dan menyusup di antara bibir itu mengais-ngais. Dan tanpa bisa kucegah, bibirku pun membuka membiarkan lidahnya menyapu telak di dalam rongga mulutku. Tak lama kemudian, bibirnya mulai turun ke dadaku dan menyingkapkan cup braku.
“Toketnya montok bu!” komentarnya memandang nanar ke payudaraku lalu melumatnya dengan gemas hingga aku mendesah.

Aku pasrah ketika pria itu melumat dan meremas payudaraku bergantian meninggalkan bekas cupangan memerah dan air liur. Vaginaku pun makin basah oleh dua jarinya yang bergerak keluar-masuk hingga akhirnya...
“Aahhh!!” desahku panjang karena tak sanggup bertahan lagi
Aku orgasme dengan perlakuan pria itu, vaginaku mengucurkan banyak sekali cairan kewanitaan hingga membasahi celana dalamku dan tangannya.
“Gimana bu? Enak gak?” tanyanya sambil menyeringai menatapku.
Ia menarik tangannya dari celana dalamku dan memamerkan tangannya yang belepotan cairanku. Aku terlalu lemas setelah orgasme sehingga hanya pasrah ketika pria itu berjongkok dan menurunkan celana dalamku dan melepaskannya. Ia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku, bibirnya menyentuh bibir vaginaku. Dijilati dan dihisapnya cairan yang membasahi kewanitaanku itu. Sapuan-sapuan lidahnya pada vaginaku memberi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Setelah melahap cairan orgasmeku, ia berdiri lagi membuka celana berikut celana dalamnya. Aku menelan ludah melihat di hadapanku seorang pria dengan penis bersunat yang sudah ereksi.
“Saya tahu ibu kepengen kok nyobain ini!” katanya sambil memegangi penisnya, “liat aja udah basah kaya gitu” lalu dipeluknya tubuhku dan ia arahkan benda itu ke vaginaku
“Jangan... jangan!” di mulut aku masih menolak, namun sebenarnya aku pun tak sabar menunggu dimasukinya, “aauuhh!!” kurasakan kepala penisnya mulai menembus vaginaku
Dengan sekali dorong, penis itu masuk seluruhnya membuat tubuhku menggeliat dan merintih antara ngilu dan nikmat. Penisnya terasa memenuhi rongga vaginaku, lebih besar dari milik suamiku. Aku mulai kehilangan kendali, rasa nikmat ini semakin jelas dan aku menginginkan yang lebih jauh lagi. Tubuhku makin memaksaku untuk takluk pada hasrat terlarang ini. Pria yang tak kukenal itu mulai menggenjotku dalam posisi berdiri.
"Saya bakal puasin ibu" celoteh pria itu sambil terus menggejot vaginaku, "oohh bu.... uennaakk banget memeknya" tangannya meremas payudara dan pantatku
Beberapa menit kemudian, aku merasakan seluruh syarafku berkumpul di satu titik antara bibir vagina dengan klitorisku, lalu beberapa detik kemudian seluruh otot di bagian itu terasa mengejang. Kurasakan kontraksi yang sangat sensasional pada dinding vaginaku.
“Bu!! Bu!!” aku membuka mataku merasakan tubuhku diguncang pelan.
“Maaf Bu, mobilnya sudah selesai” kata si mbak karyawan salon mobil itu setelah membangunkanku.
Tak terasa, ternyata aku tertidur di sofa ruang tunggu dan bermimpi erotis sampai merasakan basah pada vaginaku.
“Oh, udah ya mbak! Makasih ya!” aku bangkit dan tidak lupa mengambil smartphone ku yang sedang dicharge lalu ke kasir untuk membayar.
Sungguh mimpi yang aneh, kukira hanya ABG saja yang mengalami seperti ini yang biasa dikenal sebagai mimpi basah.




Peristiwa berikutnya yang semakin memicu hasrat liar dalam diriku adalah ketika menghadiri jamuan pemberkatan rumah baru salah seorang teman kuliah Martin. Sore hari, kami pun tiba di rumah berlantai dua yang megah dengan halaman luas yang membuat kami terkagum-kagum, rumah kami di kompleks jelas kalah lah dibanding yang satu ini. Ada sekitar dua lusin tamu yang datang, rata-rata berpakaian semi-formal. Acara dibuka dengan kebaktian di garasi besar yang disulap menjadi ruang kebaktian mini yang masih menyisakan space yang cukup lega. Di tengah kebaktian aku hendak buang air kecil dan keluar dari tempat dudukku tak lama setelah seorang wanita di belakang kami keluar untuk ke toilet. Aku mengikuti tanda arah bagi tamu yang ingin ke toilet menyusuri koridor taman belakang sambil mengagumi rumah ini. Sebuah belokan di ujung, pasti di sana toiletnya. Ketika aku membelok telingaku menangkap suara wanita bercengkrama dengan pria.
“Kalau kebaktiannya bosenin, kita disini aja dulu cik!” suara seorang pria
Hah, ternyata si wanita yang tadi keluar sebelum aku bersama seorang pria setengah baya entah siapa, keduanya nampak akrab, wanita itu nampak sedang merokok. Sebelum terlihat, aku memepetkan tubuh di tembok di mana aku masih bisa melihat mereka. Kulihat pria itu menggoda si wanita Chinese berparas cantik yang usianya kira-kira sebaya denganku itu, tangannya mencoba menyingkap rok gaun yang dipakainya.
“Apaan sih pak? Ntar ada yang liat!” wanita itu menepis tangannya tapi dengan gaya genit
“Kalau gitu di dalam aja cik biar ga ada yang liat, mau yah? bentar aja” si pria itu terus merayu
“Udah yah Pak, saya balik dulu!” wanita itu mematikan rokoknya dan membuang ke tong sampah di depan toilet.
“Bentar aja cik, pasti puas!” si pria meraih pergelangan tangan wanita itu ketika hendak beranjak.
“Heii...” wanita itu menjerit kecil namun tidak melawan ketika diseret masuk ke toilet, pintu tertutup lalu terdengar dikunci dari dalam.
Aku menutup mulut dan menahan nafas saja menyaksikan adegan itu. Aku memandang sekeliling, tidak ada siapapun dekat sini. Kemudian perlahan-lahan aku mendekati toilet itu, kudekatkan telinga pada pintunya dan menangkap suara-suara tawa dan desahan manja yang ditahan. Aku pun menunda buang air kecil dan berjalan cepat kembali ke ruang kebaktian.
“Napa?” tanya Martin melihatku agak nervous.
“Agak dingin aja di depan” jawabku, karena memang udaranya sedang dingin waktu itu.
Aku tidak konsen mendengar apa yang dikotbahkan si pendeta yang ngomongnya pelan dan bikin ngantuk itu. Fantasi liarku mulai membayangkan apa yang saat ini sedang terjadi di toilet sana, orang dewasa sudah pasti tahu jawabannya. Sekitar sepuluh menitan baru wanita itu kembali ke tempat duduknya.
“Kok lama?” tanya suaminya
“Ngerokok dulu, sambil keliling liat-liat” jawab wanita itu, tidak bohong sih, tapi tidak lengkap.
Usai kebaktian dan pemberkatan, kami menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah. Kuperhatikan wanita itu nampak serasi dengan suaminya, ia juga membawa anak yang didampingi baby sitternya. Tidak ada yang kurang dari mereka, suaminya ganteng, istrinya cantik, tapi mengapa ia mau-maunya main gila dengan si bapak yang status dan tampangnya jauh di bawahnya, yang sepertinya pembantu di rumah ini atau petugas catering karena kulihat pria itu membersihkan piring yang sudah dipakai dan mengisi kembali tempat makanan yang mau habis. Bayangan erotis dan berbagai pertanyaan memenuhi benakku hingga pulang. Apakah kini selingkuh sudah menjadi selingan dalam kehidupan pernikahan? Apakah seks tidak harus dengan cinta? Apakah mencari kenikmatan di luar suami sendiri sah-sah saja?



Di toko ada seorang pegawai senior bernama Pak Idrus (64 tahun), ia sudah lama bekerja di toko sejak jaman orang tuanya Martin.

Pak Idrus mengurus bagian gudang, ia hafal barang-barang apa yang sudah habis dan perlu distock, juga barang yang masih ada atau tidak, orangnya juga jujur sehingga dipercaya oleh Martin dan keluarganya sejak dulu. Pria itu humoris dan mudah bergaul, tapi juga agak cunihin, kulihat beberapa kali ia bercanda sambil mencolek-colek pegawai wanita kami. Sejak menikah dengan Martin dan menjadi nyonya atas toko kami, ia sudah sering mencuri-curi pandang ke arahku terutama bila memakai pakaian yang agak menonjolkan lekuk tubuhku. Namun aku dulu tidak pernah punya pikiran aneh-aneh dan menganggap semua itu biasa saja, kadang malah aku merasa bangga orang mengaggumiku. Namun sejak berbagai hasrat liar yang membuat libidoku naik belakangan ini, aku merasakan bahwa Pak Idrus yang sudah lama menduda setelah istrinya meninggal itu, bukan hanya memandang kagum padaku, namun juga disertai birahi, aku yakin dalam pikirannya ia ingin menikmati tubuhku, istri majikannya ini, namun dihalangi oleh norma dan batasan.
“Wah jadi cik udah sebulan lebih ada isi? Baru tau saya, soalnya gak keliatan, bodynya masih bagus” katanya ketika baru mengetahui aku tengah hamil.
Aku pandangi dia, matanya benar-benar menunjukkan keheranannya. Tak dapat disangkal, aku merasa tersanjung, keheranannya merupakan pujian yang jujur padaku namun di saat yang sama pula aku merasa agak risih karena pria itu tak lepas-lepasnya memandangiku. Semua masih berlangsung
biasa saja hingga ketika Martin harus mengikuti seminar properti di Jakarta selama tiga hari.
“Cik, benerin pintunya mau kapan jadinya?” tanya Pak Idrus
Sehari sebelum pergi, Martin memang telah meminta tolong pada Pak Idrus untuk memperbaiki pintu belakang yang engselnya berkarat.
“Nanti abis tutup toko aja Pak!” jawabku spontan karena jam-jam segini di rumah sedang tidak ada orang dan aku juga ingin pintu itu segera diperbaiki karena tidak nyaman, apalagi takutnya malam ada maling masuk.
Hari itu ada pelanggan terakhir sepasang suami istri membeli barang banyak, baru pindahan katanya. Setelah ngobrol ternyata mereka adalah tetangga baru kami yang hanya jarak beberapa rumah. Kemarin aku memang sempat melihat truk besar sedang menurunkan muatan di sana. Kami berkenalan, pria itu adalah pendeta dan istrinya yang cantik itu bernama Imelda. Karena banyak ngobrol, toko pun tutup lebih telat hari itu. Setelah tutup, Pak Idrus menumpang ke mobilku ke pulang ke rumah. Aku tidak ada pikiran negatif apapun termasuk ketika di mobil ia terus memandangiku di bangku belakang. Saat itu hujan sudah mulai turun rintik-rintik. Kupersilakan Pak Idrus masuk ke dalam rumah dan kuperlihatkan padanya pintu yang engselnya rusak itu, kuberikan engsel baru beserta perkakas yang sudah disiapkan dan pria itu pun mulai bekerja. Kusuguhkan teh hangat dan kue padanya.
“Makasih cik!” katanya sambil terus bekerja membuka sekrup pada engsel lama
Sekitar sepuluh menit kemudian, ketika aku sedang chatting WA dengan Martin di kamar terdengar suara pria itu memanggilku. Aku pun segera ke belakang.
“Eeerr... ini cik, saya perlu ada bantuan buat megangin pintunya waktu pasang yang baru!” katanya.
“Oh iya, boleh” aku menahan daun pintu itu sementara Pak Idrus memasang engselnya.
Perbaikan pintu berjalan lancar-lancar saja, setelah melumuri minyak, Pak Idrus mengetes pintu itu. Sudah dapat dibuka dan tutup dengan lancar, namun di luar hujan turun semakin deras.
“Udah bener pintunya, tapi ujan gede, bapak tunggu di sini aja, saya siapin makan!”
“Gak perlu cik, nanti di kontrakan aja!” kata pria itu memegang tanganku.
Darahku berdesir merasakan tangan kasarnya, kami saling pandang sejenak, lalu ia melepas tanganku.
“Makan dulu aja Pak, udah waktunya, lagian bantuin habisin juga, kan cuma saya sendirian” kataku
Aku langsung ke dapur dengan berdebar-debar, aku baru sadar hanya kami berdua di rumah ini, pria dan wanita dewasa di tengah hujan deras dan menjelang malam sehingga menambah erotis suasana di rumah ini.

“Ooh... makasih cik!” katanya menerima makan malam yang kuantar padanya.
Sementara dia makan, kutinggal dia sambil memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci, lalu kunyalakan sehingga mesin itu bekerja. Setelahnya aku kembali ke ruang tengah.
“Mau tambah lagi pak makannya?” tanyaku melihat di piringnya sudah mau habis
“Ngga cik, udah cukup, makasih” katanya.
“Hujannya kok belum berenti juga” keluhku memandang keluar melihat hujan masih deras.
“Iya cik, lagi musim hujan”
“Kalau gitu, sudahlah, hari ini bapak di sini aja, itu di belakang ada kamar, tinggal dipasang sprey aja” kataku
“Tapi cik, apa ga ngerepotin, saya juga gak enak”
“Ga apa-apa kok, hari ini aja, hujannya terlalu gede, bapak ke sana aja dulu gebutin kasurnya, kan udah lama, pasti debuan!” kataku
“Hhhm... ya udah kalau gitu, maaf banget yah cik jadi ngerepotin, ngeganggu juga””
“Ah justru saya yang repotin bapak jadi kejebak hujan kaya sekarang”
Kamar untuk pembantu itu memang sudah setahun kosong. Pembantu sekarang memang rese, kami tiga kali pakai pembantu, satu orang baru beberapa bulan minta berhenti, dua lagi kupecat karena yang satu suka bawa pria ke sini, yang satu lagi pemalas.
“Maaf ya pak debuan, udah lama ga dipake” kataku ketika menyusulnya ke kamar belakang mendapatinya sedang menggebuti kasur dengan lidi.
“Ahh... ga papa cik, ini lebih bagus dari kontrakan saya!” katanya, “aah... mari sini sama saya aja!” ia mengambil sprei yang kukeluarkan dari lemari kamar tersebut.
“Ini buat pake abis mandi pak!” kataku menunjukkan satu stel pakaian suamiku yang sudah tidak terpakai lagi, “kamar mandi di sebelah situ, itu TV juga ada, tinggal colok stekernya”
“Iya cik, makasih ya!”
“Saya tinggal dulu kalau udah”
Aku meninggalkannya dan kembali ke kamarku di atas. Kulepaskan semua pakaianku dan masuk ke kamar mandi, lalu kunyalakan kran shower hingga air hangat pun mengucur membasahi tubuh telanjangku. Ketika sedang menshampoo rambutku, tiba-tiba aku merasakan tubuhku didekap dari belakang, dua telapak tangan kasar itu langsung meremasi payudaraku.
“Aaahh... bapak?!” aku terkejut menengok ke belakang menemui Pak Idrus yang langsung memagut bibirku.
Aku pun memalingkan wajah sehingga pagutannya terlepas, “apa-apaan ini pak!” aku mulai meronta.
Ooohh... gila! Aku kembali ke alam sadarku, kenapa aku malah membayangkan seperti itu. Fantasi erotis mulai muncul lagi, bayangan tentang yang dilakukan si wanita dan penjaga rumah di acara pemberkatan itu dibandingkan dengan kondisiku sekarang yang berduaan di rumah dengan pria asing di tengah cuaca hujan. Tanganku meremas payudaraku yang bersabun dan memainkan putingnya, uuhh... aku merasa enak, putingku menegang. Tanganku yang satunya menuju ke selangkangan dan membelai vaginaku yang juga sudah bersabun.

Aku pun segera menyelesaikan mandiku agar tidak berfantasi aneh-aneh lagi. Kupakai piyama pink-ku yang berbahan sutra dengan celana yang pendek, lalu turun untuk makan malam. Pak Idrus sudah tidak kelihatan saat itu, mungkin sedang nonton di kamarnya. Semuanya berjalan biasa saja, aku video call dengan Martin, di situ aku jujur memberi tahu bahwa Pak Idrus malam ini menginap karena hujan dan pintunya sudah selesai diperbaiki. Martin pun tidak ada keberatan apa-apa. Setelahnya aku sempat nonton sebentar hingga sudah pukul delapan lebih, kumatikan TV hendak tidur, namun aku harus mengunci semua pintu terlebih dulu. Aku pun turun ke bawah untuk mengunci gerbang lalu pintu depan. Aku melihat di belakang, kamar yang ditempati Pak Idrus masih menyala. Anehnya, bukan langsung masuk kamar untuk menjaga jarak, aku malah melangkah ke kamar itu, maksud awalnya ingin mengecek saja. Pintunya sedikit terbuka dan terdengar suara TV di dalam.
“Pak!” sapaku
“Eh... cik! Iya kenapa cik? Kok belum tidur?”
“Abis ini, mau cek-cek aja dulu, bapak masih ada perlu apa gak? Selimut udah kan?”
“Gak kok, ga butuh apa-apa lagi, ini lebih dari cukup!” kata pria itu
Sebenarnya aku sendiri bingung bagaimana menyampaikan maksud hatinya, getaran nafsu dalam diriku seperti tak terbendung mengingat kejadian dan fantasi yang mengusik birahi dan pandanganku tentang seks. Cuaca yang dingin dan rintik-rintik hujan menciptakan suasana erotis. Terus-terang aku butuh belaian, libidoku sedang naik, namun tak mungkin mengutarakannya terus-terang. Aku ingin mencoba memberikan isyarat, entah bagaimana respon Pak Idrus. Karena merasa aman dengan kehadiran pria yang adalah pegawai lama keluarga suamiku, aku kini malah duduk di bangku di kamar itu dan mengajak Pak Idrus ngobrol. Aku mulai tanya-tanya tentang kehidupan keluarganya di kampung dan pria itu menceritakan anak dan cucunya, yang masih tinggal di kampung hanya satu dari tiga anaknya yang semua sudah berkeluarga.
“Bapak ga mau nikah lagi buat nemenin di hari tua?” tanyaku.
“Pengen sih tapi bapak belum ketemu yang pas” jawabnya
Lalu ia melanjutkan bercerita ia pernah menikah lagi kedua kalinya, namun istrinya yang sebih muda sepuluh tahun itu jahat, ia kabur dengan pria selingkuhannya setelah mencuri sebagian harta keluarga Pak Idrus. Mungkin karena pengalaman inilah ia trauma dan belum mau mencari pasangan lagi. Aku juga jadi ikut prihatin mendengar ceritanya. Entah nafsu apa yang menyelimutiku, aku beranjak dari bangku dan duduk di sebelah Pak Idrus di tepi ranjang. Sambil membayangkan pria itu adalah suamiku, kuraih tangannya lalu kuletakkan di dada kiriku.
“Eeeehhh... ada apa ini cik??” ucapnya kaget, tapi tidak menarik tangannya.
“Hidup bapak cukup banyak kesulitan dan sudah lama mengikuti keluarga kita, biarlah sekarang saya bantu bapak ngerasain sedikit kenikmatan sebagai rasa terma kasih saya" kataku meremas lebih erat tangan keriput itu.
Pak Idrus terdiam tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Istri bosnya menggodanya untuk melakukan perselingkuhan.
“Maksud cik Vivi..??? “ tanyanya lagi
“Saya mengerti bapak butuh itu, sama saya juga, jadi kita sama-sama butuh” tanganku yang satunya bergerak mempreteli kancing-kancing piyamaku sehingga terlihatlah tubuhku yang memakai bra krem di baliknya.

“Tapi... tapi cik…” kata Pak Idrus bergetar. “saya akui saya suka sama cik, cantik, seksi, baik, tapi kita udah berkeluarga”
“Terus kenapa?” sergahku lirih. “saya cuma butuh kehangatan, bukan minta bapak nikahin saya”
“Ohh... Vivi what are you doing?” umpatku dalam hati, debaran jantungku berpacu dalam balutan pertaruhan harga diri, baru sekali-sekalinya seumur hidup menggoda orang lain selain suamiku.
Sudah tanggung, tidak bisa mundur lagi, bayangkan saja dengan suamiku. Aku sudah tak mampu menghindari situasi nikmat ini, aku telah menyeret kami berdua dalam pusaran birahi. Instingku mengatakan bahwa Pak Idrus, duda yang sudah lama tidak bercinta itu pasti akan menyambut hasratku untuk memuaskan dahaga seksualnya yang sudah lama tidak terpenuhi. Aku pun mendorong pria itu hingga terbaring di ranjang dan kutindih tubuhnya. Segera kulumat bibir Pak Idrus dengan penuh gairah, menumpahkan birahiku yang meluap–luap. Pak Idrus yang awalnya malu-malu pun perlahan membalas pagutanku, bibir kami saling beradu dengan ganasnya, lidah kami menyeruak ke dalam rongga mulut satu sama lain. Sambil terus berciuman perlahan kuelus batang penisnya dari luar celananya, sedikit demi sedikit kurasakan penisnya mulai menegang. Tangan Pak Idrus mulai berani meremas payudaraku yang masih terbungkus bra. Gairah kami berdua mulai merasuki akal sehat ketika satu persatu kami saling melucuti pakaian yang kami kenakan hingga akhirnya kami telanjang sama sekali. Sejenak Pak Idrus tertegun melihat tubuh polosku dengan perut yang mulai nampak. Demikian juga diriku yang memandangi batang penis Pak Idrus yang kepalanya bersunat itu.
“Cik Vivi, mimpi apa saya bisa kaya gini sama cik,..” ucapnya mengagumi ketelanjanganku, “berbaring aja cik, lagi hamil gini enaknya rebahan!” katanya sambil membaringkan tubuhku di ranjang dengan lembut, ia posisikan tubuhku agar nyaman dan memposisikan diri di sampingku.
Pandangan mata pria itu hanyut dalam pesonaku, tak hentinya ia kagum menelusuri seluruh lekuk tubuhku yang kini berbaring telentang. Tangannya yang kasar mengusap gemas namun lembut seluruh permukaan tubuhku. Kemudian diciumnya payudara kiriku, dikulumnya putingku yang telah mengeras sementara tangannya merambat turun ke selangkanganku.
“Aahh... pak!!” desahku menggeliat saat tangannya merambahi vaginaku, “iyah, isep yang kuat!” racauku menikmati lumatannya pada payudaraku.
Kurasakan geli yang sangat hebat di putingku akibat hisapan dan gigitan kecilnya, ditambah lagi tangannya yang sudah mengelusi bibir vaginaku, jemarinya mulai masuk mengais-ngais liang senggamaku. Mulutnya mulai turun, menciumi perutku yang sedang tumbuh janin hingga akhirnya ke selangkanganku.
“Auuukhhkhkh…!!” desahku ketika lidah Pak Idrus menyapu seluruh bagian vaginaku.
Tubuhku mengejang ketika pria itu mengecup dan menyedot klitorisku. Kombinasi sedotan, jilatan, dan tusukan lidahnya membuatku menggeliat-geliat dalam sensasi geli yang nikmat, suamiku saja tidak selihai ini melakukan oral seks. Kini jemarinya menggesek-gesek klitorisku, sementara jarinya mengobok-obok dinding dalam vaginaku. Kudekap kepalanya lalu mendorongnya hingga seluruh mulut pria itu terbenam di selangkanganku. Ia merespon dengan menjilati dinding vaginaku dengan membuat gerakan memutar.

Gairah yang meledak-ledak akan segera menggapai puncaknya jika aku tak menghentikannya melumat vaginaku. Aku memastikan vaginaku sudah sangat basah oleh cairan precum dan air liur pria itu sehingga siap diterobos oleh penisnya.
“Pak… masukkan sekarang... saya udah pengen banget!” pintaku dengan suara lirih karena sudah dikuasai nafsu birahi.
“Posisinya nyamping aja yah cik, saya ga bisa nindih cik, ntar perutya kena!” kata Pak Idrus.
“Iya, terserah bapak aja, pokoknya aman!” kataku.
Aku membaringkan tubuhku menyamping lalu diangkatnya kaki kananku sambil mengarahkan penisnya ke liang senggamaku. Ia gesek-gesekkan kepalanya pada bibir vaginaku lalu ditekannya perlahan.
“Aaaahhh!!” desahku meringis merasakan penetrasi penis pegawaiku itu ke dalam vaginaku
Oohh... akhirnya aku sudah bukan istri setia lagi, ini adalah penis kedua setelah milik suamiku yang memasuki liang senggamaku.
“Sorry Tin, ini cuma hubungan badan, gua bener-bener butuh!” aku bergumul dalam hati.
“Sakit cik?” tanya Pak Idrus
“Agak... tapi gak apa-apa, terusin pak!” ujarku.
Pak Idrus melakukan gerakan tarik-dorong beberapa kali untuk melesakkan penisnya ke vaginaku. Aku hanya dapat merintih merasakan sensasi antara perih dan nikmat yang bercampur jadi satu. Kuperhatikan penisnya lebih panjang sedikit dari milik suamiku dan begitu terasa memenuhi rongga vaginaku.
“Hhhmphh...memek cik enak, seret banget... uuhhh!!” lenguh Pak Idrus sambil terus menusuk vaginaku, pujian itu membuatku semakin terangsang saja.
“Punya bapak juga keras banget.... uuuhh....” racauku
Setelah beradaptasi sebentar, Pak Idrus mulai menyodok–nyodok penisnya secara konstan di dalam vaginaku, tangannya meraih payudaraku meremas-remas dan mempermainkan putingnya. Aku menengok ke arahnya dan pandangan kami bertemu dan bertatapan penuh arti, ekspresi tatapan mata kami seakan berbicara ‘aku membutuhkanmu!’ Perasaanku sudah tidak dapat dilukiskan lagi, kenikmatan dan guilty feeling telah berselingkuh di belakang suamiku bercampur baur jadi satu. Setelah beberapa saat lamanya dalam posisi ini, aku merasakan tubuhku mengejang hebat, dinding vaginaku berkontraksi meremasi penis Pak Idrus, kemudian sssrrr... cairan hangat mengucur dari vaginaku membasahi selangkangan kami. Beberapa detik kemudian kurasakan penisnya menyemburkan sperma di dalam vaginaku, sepertinya banyak sekali sampai kurasakan meluap keluar vaginaku. Aku tidak malu-malu lagi mendesah sejadi-jadinya, suaraku sahut-menyahut dengan erangan orgasme pria itu. Kami orgasme secara bersamaan, Pak Idrus membiarkan penisnya dalam vaginaku menikmati gelombang nikmat ini surut, benda itu berangsur-angsur menyusut dalam vaginaku. Kami tergolek bersebelahan dengan nafas terengah-engah dan tubuh bersimbah keringat. Rasa bersalah akibat berselingkuh itu masih ada, namun aku juga mulai memahami arti nikmat yang sejati dari hubungan seks, yaitu seks kadang bisa dengan cinta, tapi kadang tidak perlu seperti yang baru kulakukan ini. Aku yakin si wanita di pemberkatan rumah itu juga berpikir seperti aku sekarang ini.

“Pak!” panggilku setelah merasa cukup tenaga, “sekarang biar saya layani bapak!”
“Oh, cik mau apa emang?”
Kujawab dengan meraih penisnya yang sudah setengah ereksi itu dan menggeser tubuhku ke bawah. Aku tertegun menatap benda itu, perkiraanku tepat, lebih panjang sedikit dari milik suamiku yang aku hafal benar ukuran dan karakteristiknya. Ssllrrpp.... lidahku menyapu batangnya yang masih berlumuran cairanku dan sperma.
“Uuugghh... mantap cik!!” lenguh Pak Idrus meremas rambutku.
Aku baru pertama kali melihat penis bersunat dari dekat, lucu juga bentuknya mirip helm. Kufokuskan jilatan dan hisapanku pada wilayah helm itu yang mengakibatkan pria itu menggeliat dan melenguh menahan nikmat. Kupraktekkan teknik oral seks yang biasa membuat suamiku berkelejotan pada pegawai tuaku ini, hasilnya tidak beda jauh. Penis itu kurasakan mulai mengeras lagi dalam genggaman tanganku. Kulihat dari dekat betapa bonggol penisnya berkilat karena basah dan tegangnya desakan darah birahinya. Lubang kencingnya yang nampak menantang dengan precumnya kujilati.
“Enak cik... terusshh.... mantap bangetthh!” Pak Idrus menceracau tersendat-sendat karena nikmatnya oral seksku.
Sebentar saja benda itu sudah keras dan siap tempur lagi. Kini aku naik ke selangkangannya dan mengarahkan penis yang sudah tegak lagi itu ke vaginaku. Lalu kuturunkan perlahan pantatku, sedikit demi sedikit penis Pak Idrus masuk ke dalam vaginaku yang masih basah sehingga memudahkan penetrasinya. Erangan kami mengiringi proses bersatunya kelamin tersebut. Setalah hampir seluruh batang penisnya masuk ke dalam vaginaku, kugoyangkan perlahan pantatku sehingga terasa batang penisnya mengaduk–aduk rongga vaginaku.
“Eemmpphh… eemmpphhh… enak banget cik, terus goyang ayo!!” desah Pak Idrus sambil ikut menggoyang–goyangkan pinggulnya serta tangannya meremasi kedua payudaraku
Aku mulai menaikkan tempo genjotanku, terdengar suara berdecak dari tumbukan kelamin kami yang basah. Tak lama kemudian aku merebahkan tubuhku di atas tubuh Pak Idrus dengan penisnya yang masih menancap di vaginaku. Kulumat bibirnya dengan ganas, kukulum lidahnya yang terasa sangat hangat. Pak Idrus pun bereaksi dengan bergerak menyodokkan penisnya yang masih berada di dalam vaginaku. Perlahan kuarahkan payudaraku ke mulutnya yang langsung disambutnya dengan kuluman lembut dan hisapan pada putingku.
“Sodok lebih keras Pak... aahhh... saya mau keluar lagiih!!” erangku ketika kurasakan lagi dorongan orgasme yang hendak melandaku lagi.
“Siap cik... uuhh... bapak juga!”
Aku makin liar menaik-turunkan tubuhku, begitu juga pria itu menyodok-nyodokkan penisnya ke atas hingga akhirnya gelombang nikmat itu kembali menerpaku. Mataku merem-melek menikmati sensasi vaginaku yang berkontraksi cepat dan mengeluarkan cairan orgasmeku. Pada saat yang sama pula kurasakan semburan-semburan hangat di dalam sana. Kami mengerang nikmat berbarengan, remasannya pada payudaraku terasa lebih keras. Tubuhku akhirnya lunglai rebah di atas badan pegawai tuaku ini lalu berguling ke samping agar perutku tak tertekan. Hening sejenak, hanya terdengar suara nafas kami yang saling memburu pasca orgasme. Tubuh kami sudah berkeringat yang bercampur dan saling menempel di kulit masing-masing.

Aku merasakan perasaan yang campur-aduk setelah perselingkuhan pertamaku ini. Aku tidak menyangka, wanita yang lahir dan tumbuh dalam keluarga yang konservatif seperti aku ini demikian mudah runtuh oleh nikmatnya perselingkuhan. Malam itu, karena kelelahan aku pun tertidur di kamar pembantu dalam dekapan Pak Idrus, pria kedua yang meniduriku setelah Martin. Hari-hari berikutnya hubungan gelap ini masih berlanjut. Pak Idrus memang menjaga sikap di depan orang lain, namun kini ia tak malu-malu lagi meminta jatah padaku. Biasa ia mendatangiku di rumah sambil membeli makan siang, pernah kami melakukan quickie sex di toko ketika pegawai wanita kami tidak masuk, dan jadwal paling nyaman dan aman tentunya ketika suamiku ke luar kota. Sejak hubungan itu, perlakuanku terhadap suami mulai lebih perhatian, aku berusaha melakukan tugasku sebaik mungkin sebagai istri, mungkin sebagai kompensasi atas rasa bersalah atas perselingkuhanku. Empat bulan setelah perselingkuhan dengan Pak Idrus, beliau mudik lebaran, itu adalah terakhir kalinya ia pulang kampung. Kami menerima kabar dari anaknya bahwa Pak Idrus meninggal dua hari setelah terjatuh dari pohon ketika memetik buah bersama anak dan cucunya. Aku bingung harus sedih atau senang dengan berita duka itu, yang jelas dengan kematiannya maka skandal kami pun terkubur. Kini aku berkonsentrasi mempersiapkan persalinan. Aku melahirkan sepasang bayi kembar perempuan beberapa bulan setelahnya, mereka lahir sehat dan cantik, membawa sukacita bagi keluarga kami. Kami menamai mereka Jeni dan Jena. Pak Idrus mulai terlupakan dari kehidupanku seiring kesibukanku mengasuh si kembar, namun perselingkuhan itu bukanlah menjadi yang terakhir....

To be continued....
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Waktu mimpi enak2 apa ga ngeflek tuh cairan Lanjut cik...
 
Nah, ini biangnya mantab mantab. Lanjutkan perjuanganmu Cik.
 
Haha you know my style
hahaha, kalo ngikutin sejak cgu 1 ya tentu tahu style master cgu
dan satu lagi ketinggalan, DP one hole, cause no analstyle :haha:

cuman nebak2 nih, ntar siapa lagi legend di cerita master lainnya yg jadi cameo.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd