Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D







L O C K E D



> PART 1
> PART 2
> PART 3
> PART 4
> PART 5
> PART 6
> PART 7
> PART 8
> PART 9
> PART 10
> PART 11
> PART 12
> PART 13
> PART 14
> PART 15
> PART 16




P R A K A T A


Saya pernah lihat sebuah quote yg saya lupa dari siapa. Isinya

Jika kamu tidak menemukan cerita yg kamu inginkan, buatlah.

Kira-kira kurang lebih seperti itu kalimatnya.

Dan berangkat dari kata tersebut, akhirnya saya mencoba mengetes diri untuk mencoba membuat cerita yg saya inginkan, yg terinspirasi dari sebagian kisah hidup saya.

Ya, cerita yg saya tulis ini 20-30% terinspirasi dari kisah saya sendiri. Dimana sebagai bumbu pemanis sebuah cerita, maka ada tambahan dan mungkin pengurangan dari cerita asli untuk membuat alur yg di inginkan bisa berhubungan.

Tidak banyak yg bisa saya katakan, tapi satu hal yg saya sangat harap, tolong beri kritik dan saran dari apapun itu yg berhubungan dengan cerita saya. Agar saya semakin bisa maju dan menjadi lebih baik kedepanya.

Salam semprot and happy reading. ;°
Ijin nyimak suhu,, mantap
 
PART 1





Memulai, apa yg terbesit dalam pikiran kalian dengan satu kata yg terdiri dari 7 huruf tersebut?

Secara umum, memulai adalah sebuah kata yg mengartikan sebuah tindakan ketika seseorang mengawali melakukan sesuatu. Namun dalam penerapannya, kata tersebut bisa digunakan untuk mengartikan banyak hal. Dan hal itu juga berlaku sama untuk seorang pria atau mungkin lebih pantas di sebut seorang remaja yg saat ini sedang berjalan santai dengan satu tangan yg dimasukan di saku depan celananya.

Dia juga mengartikan hal yg sama untuk kata di atas seperti kebanyakan orang lainya. Karena memang dia juga sama seperti orang umum kebanyakan.

Virgo, itulah namanya. Nama lengkapnya Virgo El Pamungkas, seorang maba beberapa minggu lalu namun telah berganti gelar dan resmi menjadi seorang mahasiswa sekarang itu sedang berjalan dengan santai menuju ke arah kantin setelah mendapatkan balasan chat dari teman yg juga baru dikenalnya beberapa minggu lalu saat dirinya menjalani Ospek.

Seni rupa, itulah jurusan yg di ambil Virgo. Jurusan yg sejujurnya bukanlah keinginannya. Namun ketimbang memilih jurusan lain seperti dokter, akuntansi, management, atau yg lainya, Seni rupa menurutnya adalah jurusan yg mungkin sangat relate dengan kemampuannya saat ini. Karena jujur, dia nyaris tidak unggul dalam semua mata pelajaran saat SMA kecuali olahraga. Bisa lulus saja sudah merupakan anugerah buatnya.

Alasan satu-satunya dia memilih jurusan Seni rupa tak lain adalah karena dia pikir dirinya cukup bisa dalam hal menggambar.

Menggambar sampul buku dari baliknya dengan cara di tempelkan ke jendela, atau menggambar anime dan kartun sewaktu SMA bukankah sudah cukup untuk di jadikan sebagai dasar bahwa ia cukup handal bukan?

Maka berangkat dari keyakinan di atas, itu sudah cukup menjadi sebuah alasan dan bekal bagi Virgo untuk tak ragu lagi memilih jurusan Seni rupa.

Bagaimana? Ingin menghantam jakunya? Mari lakukan sama-sama.

Tidak, tidak. Dia hanya bercanda. Tentu saja alasanya bukan itu, gila apa!

Alasannya adalah karena Suami dari kakak sepupu perempuan yg rumahnya menjadi penampungan untuk dirinya saat ini menyarankan dirinya untuk mengambil jurusan yg sama, berbekal dari pengalaman Virgo selama tinggal disana sering di ajari olehnya, bahkan sering membantu perkerjaan suami sepupunya itu. Jadi sedikit banyak dirinya tahu lah tentang dasar tehnik menggambar. Dan hal itu menjadikannya semakin tertarik dengan seni.

Dan sebenarnya pula, Virgo tak ingin tinggal bersama kakak sepupunya yg bernama Nessa itu karena tentu saja ia tak enak menumpang tinggal di tempat saudaranya yg sudah menikah itu. Tapi mau bagaimana lagi, sebab tantenya, ibu dari Nessa menyarankannya untuk tinggal disana. Takut merepotkan dan mengganggu privasi adalah sedikit dari banyak alasan lainya.

Namun, justru beberapa waktu lalu sebelum dirinya berangkat ke daerah timur pulau jawa ini, Nessa dan suaminya yg bernama Reno menghubungi Virgo dan mereka sendiri malah yg menginginkannya untuk tinggal disana. Hitung-hitung biar ada tambahan penghuni di rumah mereka yg besar namun hanya di isi 2 orang saja karena belum mempunyai anak. Sehingga mau tak mau, Virgo pun akhirnya mau-mau saja.

Untuk saat ini mungkin cukup dulu dengan perkenalan Virgo, karena akhirnya dia sampai juga di area kantin saat ini. Tinggal mencari keberadaan temannya yg untungnya sudah sangat akrab dengan dirinya.

Sebuah lambaian tangan di ujung pojokan sudah cukup untuk menyadarkan Virgo posisi keberadaan temanya itu, membuatnya seperti orang terhipnotis karena dengan sendirinya dia berjalan mendekat.

Ya iyalah! Kan tujuannya memang kesana ogeb.

Sesampainya di sana, Virgo langsung menarik kursi yg berlawanan dengan Danang dan duduk disana. "Alam belom berangkat nang?" Tanyanya sembari merogoh saku celana untuk mengambik bungkus rokok beserta teman setianya, korek.

Danang menggeleng samar sebagai balasan awal karena sedang menghembuskan asap rokok dulu sebelum menjawab dengan ucapan. "Tiga minggu kenal dia udah lebih dari cukup buat tau kebiasaan dia yg selalu berangkat mepet waktu kalo kelas pagi kayak gini. Apalagi ini hari senin."


Virgo yg sedang mengapit rokok di bibirnya pun mengangguk membenarkan sambil membakar ujung rokok itu dengan api dari koreknya. Setelah berhasil tersulut, Virgo menghisapnya dalam-dalam sebleum akhirnya di keluarkan perlahan. "iya sih. Ntar kalo udah 3 bulanan nitip absen doang kali kayaknya tuh orang"

Ya, selain Danang yg saat ini duduk di depanya, Virgo juga mempunyai satu lagi teman yg juga di kenalnya beberapa minggu lalu karena mereka yg satu kelompok saat Ospek juga. Dan untungnya, mereka bertiga ternyata satu kelas juga. Di tambah pula dengan nyambungnya mereka saat mengobrol atau satu frekuensi lah kalau di bilang, maka semakin akrab lah mereka dan hampir selalu bersama-sama kemanapun.

"Nah tuh doi, baru di omongin udah nongol" Danang menunjuk arah belakang Virgo dengan dagunya untuk memberi tahu dimana objek yg di bicarakan. Namun Virgo tak mau repot-repot menolehkan kepalanya kebelakang hanya untuk melihat satu temannya lagi itu. Toh nanti kemari juga, pikirnya.

"Hallo-hallo madefaker, Alam is here! Do you miss me?" Sapa riang Alam setelah mendekat sambil menabok pelan bahu Virgo yg sedang menghisap rokok, untung tak sampai membuatnya tersedak. Lalu kemudian menarik bangku tepat di sebelah Virgo dan mendaratkan pantatnya di sana.

Danang dan Virgo yg di beri sapaan meriah dari Alam hanya bisa menatap malas lebih ke jijik ke pada satu temanya itu, terutama dari Danang.

"Lo mampus aja gue ngga peduli Lam" Timpal Danang dengan tangan menjejak rokok yg sudah memendek itu ke asbak yg berada di atas meja depannya.

"Iya-iya gue tau kok kalo gue ngangenin" Sahut Alam kalem tak peduli dengan omongan Danang yg sama sekali tak ia masukan hati. Karena fokusnya lebih kepada rokok yg ada meja. Dia kemudian mengambil rokok yg bodo amat punya siapa itu lalu mengambilnya sebatang. "Temen-temen gue emang gitu, gengsinya tinggi buat ngakuin sesuatu, ya kan?" Alam melirik satu persatu temanya dengan alis yg ia naik-turunkan sebelum akhirnya meraih korek di meja dan menyalakan rokoknya.

"Najis!" Timpal Virgo terkekeh geli. "Yg di bilang Danang tadi itu yg sebenarnya yg kita pinginin. Ya kan nang?" Virgo mencari persetujuan yg segera di angguki oleh Danang.

Danang kemudian melirik layar ponselnya sebentar sebelum beralih menatap Alam yg asik mengeluarkan asap dari mulutnya. "Ini lima menit lagi kelas mulai, serius lo ngudud?" Ucap Danang memperingati, namun tak di gubris Alam sama sakali. "Gue mau masuk ini sama Virgo"

Decakan di berikan Alam juga setelahnya. " Lima menit tuh masih lama. santai dikit napa sih" Tatapan sengit di berikan Alam yg justru malah menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. "Nikmatin setiap detik hidupmu kawan, jangan sia-siakan" Lanjutnya lagi dengan kata-kata sok bijaknya.

Danang memilih tak peduli dan langsung mengangkat tubuhnya sambil menggunakan tasnya. "Bodo amat lah sama lo" Gumamnya cuek memilih menatap Virgo yg melakukan hal sama seperti dirinya.

"Tunggu lah cuks! Tunggu bentar kenapa!" Kesal Alam mendongakan kepala menatap dua temanya bergantian. "Ngabisin rokok dulu bentar ini lho"

Tatapan jengah di layangkan Virgo pada manusia yg merasa tak punya dosa satu ini. "Ini 4 menit lagi bego!"


"Udah-udah ayo buruan! Ntar kelar kelas ngerokok sepuas lo sampe kering tuh paru-paru" Danang menepuk bahu Alam mencoba membujuk agar segera bangkit.

"Benta-bentar! Sampai setengah aja rokok gue deh" Coba Alam menawar tak mau kalah sambil menunjukan rokoknya yg baru berkurang sedikit saja.

"Dah ayo buru" Tangan Danang langsung terulur ke arah belakang kepala Alam, lalu menarik kerah leher Alam yg membuat sang empu langsung tersedak karena tercekek kerah leher bajunnya sendiri. Sehingga mau tak mau ia pun berdiri untuk mengikuti tarikan Danang.

"Uhhukk! Uhukk! Le-pasin bang- uhhuk!! SAT!!" Ronta alam yg rokok di tangannya entah sudah hilang kemana, karena tanganya saat ini lebih berfokus menarik kerah lehernya berlawanan dengan tarikan Danang yg sepertinya punya niat terselubung untuk mencoba membunuhnya dengan dalih mengajaknya untuk masuk kelas.

Sedangkan Virgo yg berjalan paling belakang mengikuti mereka dengan tas Alam di tangannya yg hampir saja tertinggal itu hanya bisa terkekeh melihat kelakuan dua temanya yg tentu saja berhasil menjadi perhatian seisi kantin karena kehebohanya.

Yah dimana ada suatu perkumpulan, maka bisa dipastikan akan ada seseorang yg menjadi badut/pelucu untuk perkumpulan itu. Dan sepertinya tugas itu di emban apik oleh Alam.

Kayaknya gue bakal betah sama mereka Batin Virgo dengan lengkungan ke atas di bibirnya yg tentu saja masih asik melihat kehebohan dua orang di depanya tanpa ada niatan ingin membantu atau melerai.






"Mau langsung balik kalian ini?" Ucap sebuah suara dari kursi di sebelah Virgo yg di duduki Alam, bertanya pada Virgo dan Danang tentang kegiatan mereka.

Kelas kedua mereka baru saja selesai. Yg adalah kelas terakhir untuk mereka hari ini, sehingga Alam pun bertanya seperti itu pada kedua temanya, Virgo yg duduk di sebelah kirinya dan Danang yg duduk tepat di kanannya.

Danang yg sudah lebih dulu membereskan peralatannya ke dalam tas pun mengendikan bahunya."Kayaknya. Ngga tau juga mau kemana gue"

"Lu Vir?" Tambah Alam kali ini menoleh menatap Virgo.

"Ya pulang juga paling." Balas Virgo mengendikan bahunya. "Ga ada ngapa-ngapain juga. Mending ngegame atau tidurlah dirumah" Virgo kemudian berdiri dari duduknya dan mengenakan tasnya sambil menatap Alam yg masih setia duduk "Kenapa emangnya?"

"Ke kos gue aja yuk lah" Tawar Alam menaik turunkan alisnya menatap Virgo, kemudian beralih ke Danang. "Gimana?"

Danang mengernyit menatap Alam. "Dih emang gue cowok apaan main lo ajak ke kosan aja" Seloroh Danang yg kemudian melengos dan berjalan kedepan kelas meninggalkan Alam dan Virgo yg hanya bisa melongo karena tiba-tiba otak mereka macet dan buffering, masih mencoba mencerna apa maksud dari Danang yg sudah berjalan duluan itu.

Virgo yg akhirnya sadar duluan apa maksud dari Danang pun langsung tertawa ngakak. "Anjing! Sampah banget lawakanya. Lawakan taun kapan itu"

"Eh sempak! Gue masih normal anjing!" Teriak Alam yg akhirnya juga mengerti apa maksud dari Danang. Dia pun segera berdiri dan mengambil tasnya sebelum akhirnya berlari mengejar Danang yg sudah hampir mencapai pintu kelas.

Danang yg mendengar teriakan dari Alam pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah teman sengkleknya yg berlari menuju kearahnya itu. "Terus maksud lo apa ngajakin gue ke kos lu? Gini-gini gue punya standar tinggi ya! Ngga sembarangan orang bisa ajakin gue maen ke kosan!"

Virgo yg berjalan santai menyusul mereka kembali terkekeh geli mendengar balasan dari Danang. Dan sepertinya Virgo tidak sendirian, karena teman-temannya yg masih tersisa di kelas pun juga ikut tertawa mendengar celotehan absurd dari duo biji itu.

Berhasil menyusul dan tepat di belakang dua temanya, Virgo kemudian mengulurkan tanganya dan merangkul leher kedua temanya yg sedang sikut-sikutan itu agar berhenti. "Emang kita ngapain ke kos lu Lam? Bete juga ngga ngapa-ngapain kan?"

"Ya ngapain kek gitu. Gabut gue di kos sendirian anjir! Belom tau tempat-tempat bagus juga di sini buat nongkrong kan."

Seperti yg di sebutkan Alam barusan, dia memang bukan berasal dari kota tempatnya saat ini. Dan itu juga berlaku untuk Danang dan Virgo. Jadi dari ketiga orang yg sedang bersama ini, bisa di bilang mereka semua adalah perantau.

Untuk Alam, dia berasal dari Kalimantan. Sedangkan Danang, dia berasal dari Malang, cukup dekat dengan kota ini di banding dua lainya. Sedangkan alasan mereka memilih untuk berkuliah diluar daerah asal tak lain karena ingin merasakan jauh dari rumah.

Mungkin itu memang alasan klasik dan terkesan sepele. Namun untuk seorang laki-laki, itu adalah salah satu hal yg menurut mereka harus di lakukan. Sebab sebagai seorang pria, wawasan dan kemandirian adalah hal wajib yg harus dimiliki sebagai bekal kedepan. Dan terutamanya adalah untuk mendapat kenalan teman sebanyak-banyaknya.

Untuk latar belakang mereka. Alam dan Danang tergolong keluarga kalangan menengah ke atas. Virgo juga sih. Ayah Alam adalah seorang pengusaha sukses pertambangan di sana. Sedangkan ibunya seperti ibu kebanyakan, yaitu ibu rumah tangga.

Dan untuk Danang, kedua orang tuanya berkerja dengan jabatan yg cukup penting di sekolah yg ternyata juga yayasan milik mereka sendiri. Juga, ayah Danang memiliki beberapa usah lainya di sana.

Danang juga memiliki seorang kakak laki-laki yg berkerja di sebuah perusahaan besar bidang SDA di Swedia. Setelah menamatkan kuliahnya di sana yg adalah hasil dari beasiswa, Kakak Danang pun langsung di rekrut oleh sebuah perusahaan Multi Nasioal yg menjadi salah satu d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin, BUKAN lewat staff lain) dari beasiswanya di sana. Jadi bisa di bilang keluarga Danang sangat amat cukup bahkan kelebihan untuk urusan Harta.

Tidak seperti Virgo yg tinggal dengan kakak sepupunya atau seperti Alam yg tinggal di kos. Danang sendiri tinggal di sebuah apartemen yg untungnya cukup dekat dengan kampusnya ini. Dan Gedung apartemen yg di huni Danang itu adalah salah satu bidang usaha dari beberapa usaha lainya milik ayah Danang. Jadi kalian bisa bayangkan betapa kayanya keluarga Danang.

"Di apartment gue juga bisa kali, dari pada ke kos lo" Seru Danang yg saat ini posisinya berada di antara Alam dan Virgo, alias di tengah keduanya.

"Tapi Kos gue campuran nyet, lumayan bisa tepe-tepe gitu ama cewek-cewek di kos gue" Jelas Alam tak mau kalah seperti sales yg mencoba menarik pelanggan dengan kelebihan-kelebihan produk yg di tawarkan.

Danang menaikan alisnya."Lah lu kira tetangga gue batangan semua?"

"Tapi kan pada apatis kayak lo cok, ngga bisa di godain." Ledek Alam yg berhasil membuat Danang mendelik naik pitam. Sedangkan Virgo sendiri langsung terkekeh geli dengan ejekan Alam. Alhasil sikut-sikutan antara Danang dan Alam pun kembali berlanjut setelah sempat gencatan senjata tadi.

"Heh sumpah lo pada ngga bisa apa kalem dikit gitu?" Lerai Virgo melihat dua teman di sampingnya yg sikut-sikutan dan balas membalas serangan. "kayak bocah banget kalian"

Danang yg berhasil mengapit kepala Alam di ketiaknya menoleh pada Virgo di sampingnya. "Ini cunguk yg mulai duluan. Prinsip gue mah, ada yg jual gue borong"

"Eh elo anjing main miting-miting tanpa notif dulu" Elak Alam tak terima, yg kelihatan mulai kewalahan dengan lancaran serangan dari Danang. "Eh monyet! Sakit ******!" Jerit Alam mencoba berontak karena tanganya yg tiba-tiba di kunci oleh Danang kebelakang.

Dan perkelahian antara dua mahluk absurd di samping Virgo di sepanjang lorong pun tak terhindarkan. Dan mau tak mau hal itu pun menarik perhatian para mahasiswa yg berpapasan dengan mereka di sepanjang jalan. Tentunya, hal itu cukup membuat Virgo menjadi malu atas tingkah polah dua temanya.

"Woy udah sih ya lord! Liat nyet pada ngeliatin kalian!" Lerai Virgo lagi namun tak mau memisahkan. Jelas di merasa malu meski bukan dia yg lihat banyak orang. Namun dia teman dua manusia yg sedang gelud di sampingnya ini, jadi otomatis dia juga ikut tertangkap frame orang yg melihat.

Ternyata hal itu percuma saja, leraian Virgo tak segera di indahkan dan malah semakin asik saling gelud dan saling sikut.

Hanya geleng-geleng kepala yg bisa Virgo lakukan sambil melihat keduanya. Apalagi di tambah semakin banyak orang yg melihat mereka.

"Bodo amat lah, malu gue punya temen kalian" Virgo yg sudah menyerah melerai dan malu karena dilihat banyak orang akhirnya memilih untuk berjalan lebih cepat meninggalkan dua orang yg masih tetap sikut-sikutan tanpa rasa malu dan cuek dengan sekitar itu. "Gue tunggu di parkiran!" Tambahnya sempat menatap belakang sebentar sebelum akhirnya berjalan lebih cepat lagi untuk menciptakan jarak sejauh-jauhnya dengan Alam dan Danang yg hanya bisa menciptakan malu untuknya itu.



Sesampainya di sebelah motor miliknya yg berada di parkiran kampus bagian barat, Virgo segera memasukkan kuncinya lalu mendorong motornya kebelakang untuk keluar dari barisan.

Kampus Virgo memiliki dua buah parkiran, terletak di timur dan barat. Begitu juga dengan gedung kampusnya yg memiliki dua bagian utama. Maka untuk efisiensi mahasiswa dan para dosen, di buatlah dua parkiran agar mobilitas mereka lebih cepat dan tak perlu berjalan jauh. Pasalnya antara gedung A dan B jaraknya lumayan jauh jika jalan kaki, karena besarnya gedung Universitasnya ini. Apalagi di tambah dengan bangunan-bangunan kecil di sekelilingnya. Untung tak sampai seperti Universitas Indonesia yg harus menggunakan bus karena saking luasnya.

Sesudah memakai kedua sarung tangan dan baru akan berganti mengenakan helmnya, Virgo di kejutkan oleh sebuah tepukan di bahunya, membuatnya urung menggunakan helmnya demi melihat siapa yg menepuknya.

Dan setelah menoleh kebelakang, ternyata sosok perempuan lah yg menepuk pundaknya.

"Virgo kan?" Tanya perempuan itu sanksi. Karena jujur ia kurang yakin dan takut jika salah menyebut nama. Pasalnya mau menyapa saja sudah membuatnya cukup malu dan itupun sudah ia berani-beranikan, apalagi kalau sampai salah nama, bisa malu tujuh turunan dia.

Virgo mengernyitkan dahinya memandang perempuan di depan matanya ini dengan seksama, membuat si cewek yg di tatap Virgo jadi salah tingkah karena intensya Virgo melihat. Masalahnya, Virgo tidak asing dan familiar dengan wajah perempuan ini. "Kita sekelas bukan sih?"

Anggukan cepat di berikan sang gadis sebagai jawaban kalau Virgo benar. "iya kita satu jurusan" Wajahnya masih setia di tundukkan.

Nah ini dia masalahnya. Pasalnya Virgo sama sekali tak ingat siapa nama perempuan di depanya ini. Sedangkan si cewek malah tau namanya. Lagian saat dirinya bertanya apakah mereka satu kelas, itu cuma peruntungan untuk Virgo. Karena dia yakin belum mengenal mahasiswa dari jurusan lain satupun. Dan juga, sepenuhnya Virgo yakin jika dia tidak setampan dan semenawan itu untuk tiba-tiba jadi perbincangan dan terkenal di kalangan mahasiswa. Maka satu-satunya kemungkinan yg sangat rasional ya mereka satu jurusan. Dan ternyata memang benar.

Virgo sudah mencoba memeras ingatanya untuk mencari nama, namun itu hal yg mustahil. Mau tak mau akhirnya dia menyerah untuk mencoba mengingat-ingat siapa nama orang di depanya ini. Alhasil hanya garuk-garuk alis lah yg bisa Virgo lakukan. "Sorry banget ini, tapi gue ngga inget nama lo" Terang Virgo to the point "Tapi gue inget kok muka lo. Gue emang sulit inget nama orang baru" Tambahnya mencoba berkilah agar tak terlihat terlalu apatis dan cuek terhadap teman satu kelasnya.

"Ah ngga papa, baru juga tiga minggu kan, jadi wajar lah" Jawab si cewek tersenyum maklum, namun terlihat jika dia sedang gelisah. Dan Virgo menangkap gesture itu.

"Oh iya ada apa manggil gue?" Tanya Virgo langsung, karena memang sepertinya itu yg di inginkan sang cewek di depanya ini karena tak enak untuk mengungkapkan niat. Jadi dengan senang hati Virgo memancingnya.

Dan benar tebakan Virgo, perempuan di depanya terlihat makin gelisah. Sepertinya sedang menimbang-nimbang apakah harus bicara apa maksudnya atau tidak.

"Ehhmmmm... gimana ya" Gelisah sang cewek yg tanganya tak henti meremas satu sama lain sambil menundukan wajahnya.

Virgo tersenyum melihat kegelisahan perempuan di depanya. "Udah bilang aja gapapa. Ngga usah ngga enak sama temen. Santai aja"

Dan kata 'teman' yg baru saja Virgo ucapkan sepertinya cuku berhasil membuat perempuan nyaman cewek di depanya ini. Karena dia sudah mau untuk mengangkat kepalanya dan menatap Virgo.

Manis, kata pertama yg terlintas di otak Virgo untuk menggambarkan wajah cewek di depanya ini setelah ia dapat benar-benar fokus menilai.

Sang perempuan yg kembali teringat akan tujuannya kenapa menghampiri Virgo pun terlihat agak panik. "Eemm gue boleh minta tolong ngga buat anterin ke Rs. Husada? Temen gue kecelakan waktu mau jemput gue tadi. Mau naik Ojol tapi hape gue malah keburu mati abis baterainya" Terang sang cewek mengungkap apa maksud hayinya dan juga menunjukan ponselnya yg benar-benar mati takut jika di kira berbohong.

"Kenapa ga bilang dari tadi ya ampunnn" Seru Virgo yg dengan cepat kemudian memakai helm miliknya. Lalu kemudian mengambil satu helm full face lagi yg selalu tersedia dia atas jok belakang motor R25'nya. Itupun sebenarny atas perintah kakak sepupunya Nessa yg suatu waktu bisa saja menghubungi dirinya untuk minta di jemput jika suaminya harus pulang malam akibat lembur dan tak bisa menjemputnya. Jadi jika Virgo sedang berada di luar pun tak perlu harus kembali pulang dulu hanya untuk mengambil helm.

Virgo mengulurkan helm tersebut pada cewek di depannya "Nih pake dulu."


Tangan sang cewek segera mengambil uluran helm dari Virgo dan memakainya.

Virgo yg sudah nangkring di atas motor pun segera menstarter menghidupkan meain motorny sembari menunggu cewek di sampingnya ini yg masih berusaha mengaitkan kaitan helmnya.

Tak sabar melihat dan juga tak mau membuang waktu lebih lama, Virgo langsung menarik lengan si perempuan untuk mendekat padanya. Dan hal itu sukses membuat si cewek terkejut dan mendongak untuk menatap Virgo.

Tangan Virgo kemudian mengambil alih apa yg coba di lakukan si perempuan yg hanya bisa terdiam menatap Virgo yg hanya terlihat matanya saja itu karena tertutup helm full face hitam yg ia kenakan.

'klik'

Virgo yg selesai meng'klik'kan kaitan helm si perempuan pun menaikan sebelah alisnya bingung tak kala melihat perempuan di depanya ini malah hanya diam saja dan tak segera naik ke belakang.

"Hei, Udah ayo naik" Seru Virgo yg ampuh membuat perempuan di depanya terkejut. Ternyata melamun.

"E-eh iya sorry" Dengan gelagapan sang cewek langsung mendekat dan naik ke jok belakang dengan mudah setelah tangannya berpegangan pada pundak Virgo. Sepertinya bukan kali pertama naik motor bertangki di depan.

"Tunjukin jalannya ya! Soalnya gue baru di sini, jadi belom hapal jalan-jalanya" Virgo menolehkan kepalanya ke samping.

"Iya!" Respon si cewek menyanggupi.

Dan tanpa basa-basi lagi, Virgo segera menjalankan motornya untuk keluar area kampus menuju tempat yg di inginkan cewek di belakangnya ini.

Namun baru saja beberapa meter motornya berjalan, Virgo melihat Alam dan Danang yg berjalan beriringan di depanya yg juga sama melihat ke arahnya. Alhasil Virgo pun mengarahkan motornya ke sana untuk memberi tahu duo biji itu terlebih dahulu.

Virgo menghentikan motornya tepat di samping Alam dan Danang, membuat duo biji itu menatap Virgo dengan pandangan menyelidik. Tentu saja hal itu karena ada sesosok mahluk berjeans panjang ketat yg menampilkan keseksian nangkring nyaman di jok belakang motor Virgo. Apalagi di tambah dengan tangan mahluk seksi itu yg berpegangan nyaman di pinggangnya.

"Siapa nyuk?" Todong Alam langsung sangat penasaran dengan orang yg di bonceng Virgo.

"Kalian duluan ya ke kos lu Lam, gue mau nganterin ini dulu ke RS" Jelas Virgo sambil mengendikan kepalanya kebelakang dan lebih memilih mengabaikan pertanyaan tak mutu dari Alam. "Sharelok aja ntar gue nyusul kesitu"

Danang yg sepertinya bisa menebak situasinya pun mengangguk mengiyakan walaupun dia sebenernya sama penasarannya seperti Alam. Tapi Toh dia nanti bisa bertanya saat di kos Alam."Iya ntar gue share lokasi. Tiati lo bawa anak orang"

Virgo pun mengangguk sebagai tanda, kemudian kembali menjalankan motornya lagi untuk keluar dari area kampus dan menuju tempat yg di inginkan.

Melihat Virgo yg lempeng saja mengendari motor dan tak menjawab pertanyaannya, Alam menjadi kesal. "Monyet tuh orang. Gue di abaikan"

Dan sama seperti Virgo yg meninggalkan Alam tanpa jawaban, Danang pun melakukan hal yg sama dengan melanjutkan jalanya menuju parkiran tanpa menghiraukan gerutuan Alam.

Melihat Danang yg tiba-tiba berjalan di depanya lagi tanpa ada sepatah kata, kekesal Alam pun semakin menjadi. "Wah si anjing! Main tinggal-tinggal aja." Seru Alam dengan keras sengaja biar Danang mendengarnya. "Punya temen gini amat ya tuhan. Salah milih temen kayaknya gue" Tambah Alam yg mendongak ke ke atas langit, lalu menepuk jidatnya pelan sebelum melangkahkan kakinya lagi untuk mengejar Danang.







"Vir! Depan belok ya! Udah deket kok, kanan Jalan!" Teriak perempuan di boncengan belakang menunjukkan jalan.

Virgo yg mendengar arahan dari cewek di boncengannya pun mengacungkan jempol tanganya sebagai tanda mengerti. Dan dengan Perlahan, Virgo pun mulai memelan laju motornya untuk berbelok sesuai intruksi yg di berikan oleh navigator handal di belakangnya.

"Pelan-pelan aja! Udah deket kok" Seru si cewek lagi meminta Virgo untuk tidak memacu kendaraannya ngebut lagi setelah mereka baru saja melewati belokan.

Tak ada balasan dari Virgo, namun dia mengikuti perintah orang di belakangnya dan tidak menambah kecepatannya lagi. Dan tak lama kemudian dia dapat melihat bangunan yg menjadi tujuannya ada di depan kanan jalan sesuai yg di ucapkan si cewek barusan.

Setelah melihat lalu lintas di depan dan di belakangnya lewat spion, Virgo pun membelokan motornya dan masuk ke area Rumah sakit. Lalu ia menghentikan motornya tepat di depan loby Rumah sakit.

Akhirnya mereka sampai juga.

Dengan cekatan, cewek di boncengan Virgo turun dari atas motor dengan berpegangan pada bahu Virgo sebagai tumpuan. Sehingga kakinya pun berhasil menginjak beton Rumah sakit dengan sempurna.

"Makasih ya Vir udah mau nganterin" Ucap si perempuan menatap Virgo dengan tangan yg sedang berusaha melepaskan helm di kepalanya. Tak lupa senyum di berikanya.

Virgo yg sudah berhasil melepas helm'nya lebih dahulu pun menatap cewek di sampingnya dan membalas senyumnya. "Santai aja". Dia pun menangka kesusahan yg di alami perempuan di depanya "Sini gue bantuin" Tawar Virgo sebuah bantuan.

Dengan patuh si cewek pun mendekat tepat di hadapan Virgo karena memang kesulitan dan butuh bantuan.

"Ini helm jarang di pake. Hampir jadi hiasan doang di motor, makanya jadi macet dan susah gini" Jelas Virgo yg tanganya sibuk membuka kaitan helm. "nah udah" Virgo kemudian menarik helm dari kepala sang cewek dan membuat beberapa helai rambutnya jadi berantakan. Lalu kemudian dia mengaitkan helmnya pada besi di jok motor belakangnya seperti awal.

"Lo kalo naik motor selalu ngebut gitu?" Tanya si cewek yg sampai sekarang masih belum Virgo tahu namanya sambil merapikan rambutnya dengan di sisir menggunakan tanganya.

Virgo mengalihkan fokus menatap cewek di sampinya. "Emang ngebut banget ya?" Yg di angguki si cewek sebagai jawaban "Tapi kok lo ngga takut kayaknya tadi? Biasanya kalo cewek takut kan udah teriak-teriak. Minimal nyubit pinggang lah"

"Gue udah biasa juga sih sebenernya naik motor. Dan sering di ajak ngebut juga." Terang si cewek membuat Virgo mengangukan kepala mengerti. "Tapi ya tetep aja deg-deg'an kalo di ajak ngebut. Apalagi lo kenceng banget tadi" Lanjut si cewek yg sepertinya sudah biasa dengan Virgo, tak lagi canggung.

Virgo meringis tak enak. "Sorry deh. Lupa kalo bawa cewek tadi, kebiasan sendiri soalnya" Jujur Virgo dengan tangan yg menggaruk sebelah alisnya tak gatal. Namun Virgo kemudian teringat satu hal, Nama si perempuan cewek di depanya ini. "Eh btw, gue belom tau nama lo loh. Padahal lo udah naik motor gue dan juga udah gue anterin sampe sini malah"

"Astaga!" Si cewek menepuk jidatnya refleks. Lupa mengenalkan diri pada Virgo yg sudah repot-repot mau menolong dirinya. "Sorry-sorry Vir sampai lupa hehehe"

Virgo di buat terkekeh geli melihat ekspresi cewek di depanya.

Tangan si cewek kemudian terulur ke depan Virgo dengan senyuman cantik yg terukir menambah kadar manis. "Gue Vio. Violin"

Tentu saja sambutan segera di berikan Virgo tak lupa dengan senyuman sejuta watt nya. " Gue Virgo hehehe"

Keduanya sama tersenyum saling menatap atas perkenalan mereka yg lebih manusiawi ini, namun setelahnya tawa kompak keluar menyadari ke absurd'an mereka sendiri.

"Eh tapi makasih banget loh ya udah mau nganterin gue. Ngga tau gue gimana kalo ngga ada lo." Ujar Violin berterimakasih lagi. "Untung banget lo langsung mau."

Virgo mengibaskan tanganya tersenyum tipis. "Halah selow aja. Sama temen ini"

Namun meski Virgo berkata seperti itu, Violin tetap merasa berhutang budi dan harus membalasnya."Terus gue harus gimana nih sebagai ucapan ucapan makasih?"

Decakan pun keluar dari Virgo. "udah gue bilang kan, temen mah selow aja. Ucapan makasih aja udah cukup buat gue mah" Jujur Virgo apa adanya.

Tentu Vio tak bisa menerimanya begit saja dan menggeleng tegas. "Ya ga bisa gitu dong. Gue hutang budi sama lo"

Sebuah ide muncul di otak Vio, dengan cekatan di kemudian meraih sling bagnya lalu di buka dan mengambil dompet dari sana.

Virgo yg tahu gerak-gerik Vio akan melakukan apa pun seketika mengerutkan wajahnya. "Itu kalo tangan lo beneran ngeluarin uang dengan maksud ngasih ke gue, serius gue bakal tersinggung dan ga bakal mau kenal lo lagi"

"Eh" Seketika Vio terkejut dan menatap Virgo. "Kok gitu sihhh? Jangan gitu donggg!" Rengek Vio karena tebakan Virgo memang benar.

"kan gue udah bilang makasih aja cukup" Wajah Virgo kali ini berubah menjadi datar. Jelas saja ia merasa tersinggung walaupun niat Vio sepenuhnya memang baik "Ngga semuanya bisa di nilai dengan uang Vio"

Dan kata-kata terakhir dari Virgo cukup menyentak hati Vio. Dia sadar bahwa dia sudah menyinggung Virgo. "maaf, gue nggak bermaksud"

Vio menundukan kepalanya karena merasa tidak enak. Sedangkan helaan napas keluar dari Virgo ketika melihat wajah Vio yg menunduk sedih. Ya, dia sadar jika tak ada maksud lain dari Vio kecuali berterimakasih saja. Dan Virgo rasa dirinya terlalu berlebihan dengan bernada dingin tadi.

"Traktir. Traktir gue di kantin kapan-kapan" Ucap Virgo yg terlintas ide itu di kepalanya.

Seketika Violin mendongakan kepalanya dan menatap Virgo dengan sumringah mendengarnya. "Siaaappp!"

Mau tak mau lengkungan pun ikut terbit dari Virgo, efek dari senyuman Violin. "Udah sana masuk. Malah kelamaan di sini. Temen lo gimana itu?"

Kembali Vio menepuk jidatnya. Bisa-bisanya dia lupa akan tujuannya kesini. "Astagaaa! Yaudah gue masuk dulu ya"

Virgo mengangguk sebagai balasan. Kemudian memakai helmnya kembali. "yaudah gue duluan ya" Pamit Virgo menatap Vio sembari menstarter motornya.

Anggukan dan senyuman manis di pun berikan Vio "Hati-hati, jangan ngebut-ngebut"

Jempol di acungkan Virgo "Siippp!!"

Virgo yg kemudian menginjak gigi motornya dan menarik gas motornya pelan meninggalkan loby Rumah sakit dengan lambaian tangan dan senyuman dari Violin yg mengiringi kepergianya.





Aku adalah hujan,
Dan kamu adalah yg selalu berteduh.



~DCW~
Nyeduh kopi dan bersiap marathon ☕😁
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd