Ketika aku terbangun, posisi tidurku sudah berubah. Kali ini aku tiduran menghadap Ayah dan sambil memeluknya seperti guling, bahkan kaki kananku pun naik ke atas paha ayah dan wajahku berada sebelah dada kanannya. Tangan kanan Ayah dengan lembut mengusap-usap punggungku dari luar kaos yang aku pakai. Lalu aku menengok ke arah wajah Ayah, ternyata Ayah tidak tidur, bahkan sambil tersenyum bertanya kepadaku apakah tadi tidurnya pulas. Aku hanya menjawab "Pules, Yah. Ini aja Ifah masih ngantuk. Emang sekarang udah jam berapa, Yah?" sambil aku mengeratkan pelukanku ke tubuh Ayah dan Ayah menjawab "Udah setengah 5 sore, Fah. Kamu mau tidur sampe jam berapa lagi? Sebentar lagi mau maghrib, Ayah juga mau berangkat kerja". Namun aku tidak mempedulikannya dan berusaha melanjutkan tidurku walaupun tidak sampai pulas. Di posisi seperti ini, Ayah semakin erat memelukku dan makin terasa mengusap punggungku dan aku sadari bahwa buah dadaku yang kecil ini semakin menempel di perut Ayah, namun aku tidak peduli karena memang aku masih merasa ngantuk dan sudah terbiasa seperti ini dengan Ayah. Tetapi lagi-lagi aku merasakan penis Ayah mengeras di balik celana pendeknya dan menyentuh paha kanan bagian dalamku yang kebetulan berada di atasnya.
Tanpa aku sadari sudah jam 5 lewat. Sudah sangat sore. Ayah mencium rambut dan keningku lalu berkata "Fah, udah sore. Ayah mau mandi, siap-siap kerja. Kamu mandi juga buruan. Biar nanti siapin bekal buat Ayah kerja". Aku lalu bergegas bangun dari tempat tidur. Aku ke kamar tidurku, mengambil pakaian, handuk, dan lain-lain lalu langsung mandi. Setelah aku mandi, seperti biasa, aku memakai kaos dan celana pendek dan hanya memakai celana dalam tanpa BH karena aku pikir sekalian buat baju tidurku. Kali ini aku memakai kaos Bali yang agak kebesaran dengan celana short yang hanya mampu menutupi setengah pahaku. Saat itu Ayah sudah siap dengan peralatan mandinya dan langsung bergegas mandi sambil aku menyiapkan bekal untuk Ayah bawa.
Setelah semua siap dan Ayah pun sudah rapih dengan pakaian dinas khas petugas keamanannya, aku mengantarkan Ayah sampai ke depan rumah. Sambil memanaskan motornya, Ayah duduk di atas motornya, memakai helm dan lain sebagainya, Ayah bilang "Kamu masuk sana, Fah. Bentar lagi juga Ayah berangkat kok. Itu bajumu ga bener gitu". Ya memang kebetulan saat itu pundak kiriku terlihat, kerah kaos yang aku pakai turun dari bahu akibat dari kaos yang aku pakai memang agak kebesaran. Akhirnya aku mencium tangan Ayah dan ayah mencium dan pipi kiri kananku, lalu aku masuk kembali ke dalam rumah.
Di dalam rumah, sambil aku makan, aku memainkan HP, membalas pesan-pesan yang masuk dari Ryan, Fahmi, beberapa teman SMA, dan grup-grup pertemanan semasa aku sekolah beberapa waktu lalu. Setelah aku selesai makan dan membalas pesan-pesan itu, aku kembali ke kamar tidurku dan menikmati waktu luang dengan bermain Hago sambil menunggu Bang Iky pulang kerja yang katanya jam 10 malam nanti baru pulang dari kantornya. Di fitur chat Hago itu, ada pesan dari Farid. Dia menanyakan kabarku. Aku membalasnya dan bermain beberapa permainan dari aplikasi tersebut. Sambil aku bermain, ternyata Farid kembali membalas pesanku. Akhirnya kamu lanjut berbalas pesan. Farid banyak menanyakan tentang keseharianku, kesibukanku, dan lain sebagainya. Farid juga sangat-sangat banyak memberi masukan tentang pemahaman atas sesuatu dari sisi yang berbeda yang akhirnya sedikit banyak mengusik dan mendominasi caraku berpikir dan melihat dari sudut pandang yang lain.
Tidak terasa sudah jam setengah 11 malam dan seperti ada yang memanggil di depan rumah. Ternyata Bang Iky sudah pulang. Aku menyelesaikan komunikasiku dengan Farid dan membukakan pintu untuk Bang Iky. Ketika aku membuka pintu rumah, Bang Iky sudah di depan pintu dengan wajah kesal karena aku lama membuka pintunya. Bang Iky langsung masuk dan meletakkan makanan yang dia beli di meja makan dan langsung masuk ke kamarnya sambil bilang "Fah. Itu dirapihin martabaknya. Gue mau makan. Emang lu ga mau juga?" dan aku pun mengiyakan lalu merapihkan martabak yang dia beli. Setelah rapih, aku mengambil HP di kamar dan mengambil martabak di meja makan lalu membawanya ke kamar Bang Iky.
Bersambung...