Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Jenny-II

Gill_sexplorer

Guru Semprot
Daftar
2 Jun 2019
Post
570
Like diterima
2.595
Bimabet
Salam hangat bagi suhu dan pembaca yang budiman & horniwan..setelah vakum sekian lama, akhirnya hamba mencoba menghadirkan lagi si semok berbadan tinggi dan sekal, tiada lain si cantik Jenny. Bisa juga untuk melepas kangen bagi penikmat Jenny di kisah petualangan sebelumnya. Hamba tetap masih menggunakan sudut pandang Jenny. Mohon dimaafkan atas cara penulisan yang jauh dari sempurna. Hamba berharap di kisah kali ini Jenny lebih liar & bergelora. Pendek kata, selamat membaca 🙏



Aku membuka mataku, mencoba menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang menerobos masuk dari samping tirai jendela kamar kostku yang tidak tertutup rapat.
Aku melirik jam dinding yang tidak berdetak, namun masih berputar, pukul 8 seperempat.
Terkejut, aku langsung duduk dengan sigap dan menyingkirkan kakiku dari ranjangku, bergeser ke tepi ranjang dan duduk dengan kakiku menapak lantai.
"Celaka, bisa terlambat aku nih" Batinku , sambil menggaruk-garuk rambutku dan menyibak-nyibakkannya agar kurang berantakannya.
Aku membuka layar smartphoneku, dan melihat ada sebuah kata yang sejuk sekali pada layar depan; Sunday.
"Haaahhhh...."
Dengan lega aku langsung merebahkan kembali tubuh bongsorku ke ranjang, membuat 2 kali goyangan memantul dari per springbednya, begitu pula payudaraku yang hanya dilapisi kaos oblong longgar tipis, bergoyang-goyang seperti puding.
Aku bergeser memutar badanku, masih dalam posisi terlentang, mencoba meraih HP ku yang tadi langsung kugeletakkan di lantai sebelum menghempaskan tubuhku ke ranjang.
Biasa, seperti pada umumnya manusia-manusia jaman ini, saat bangun pagi, mata dan jari sepertinya butuh segera diberi konsumsi gadget.
Aku membuka applikasi Whatsapp, langsung menuju ke percakapan paling atas, disitu tertera; Julia.
Cik Julia sekarang sudah pindah kota, masih di propinsi sama, namun berada di kabupaten, yang lokasinya cukup jauh dariku.
Aku kembali mengamat-amati pembicaraan kami semalam.
Kami video call semalam, atau tepatnya sex chat.
Setelah kejadian di pulau itu, cik Julia sering 'main' ke kostku.
Memang orientasi seks cik Julia agak unik, kalau tidak mau dibilang aneh, tapi selama kami bermain bersama, untungnya tidak pernah sekalipun aku diminta menggunakan strapon atau sejenisnya.
Aku selalu dipuaskan dengan kodrat aslinya, seorang lelaki.
Permainan demi permainan, aku semakin merasa cik Julia menuju ke arah 'penormalan'.
Yang awalnya masih feminin sekali, bahkan menggenjotku pun dengan lemah lembut, belakangan ini semakin buas dan kasar, semakin seperti seorang lelaki sesungguhnya.
Aku menggeser percakapan kami ke atas, dan melihat gambar senjatanya dalam posisi mengacung yang dikirimkannya kepadaku, sebagai pembuka untuk mengajakku sex chat semalam.
"Ah cik Julia, cuma kamu yang memuaskanku selama ini, tentunya juga karena adanya perasaan aman dan nyaman bersamamu. Perasaan itu bermula saat aku kamu selamatkan di pulau dulu."

GRUDUGGGG GGGGGG GG

Saat aku tersadar, ternyata sinar matahari yang menerobos kamar tadi sudah berangsur hilang.
Aku menghampiri jendela, mengintip sedikit, melihat ke arah langit.
Kelabu kehitaman.
Aku bergegas keluar dari kamarku untuk mengambil jemuranku yang mungkin sudah setengah kering.
Jemuranku posisinya ada di ujung belakang dari deretan kamar kost, sedangkan kamar kostku kedua dari depan.
Aku berjalan agak cepat, dan sebelum aku sadari, ada suara dari balik pagar di lorong depan kostku "ehem uhuk" Dengan suara batuk yang sangat dibuat-buat.
Ternyata si bapak tukang becak tua dengan giginya yang ompong sekitar 2-3 buah sedang tersenyum nakal kepadaku.
"Astaga" Batinku.
"Ternyata aku belum pakai BH, dan cuma pakai celdam di bawah!" Pikirku lagi sambil mempercepat langkah menuju area jemuran.
"Dasar mesum!" Bisikku pada diriku sendiri sambil menoleh ke belakang.
Ternyata bapak tukang becak sudah berlalu dan menghilang di belokan lorong.
Aku mengambil beberapa celana dalam dan bh sambil meraba dan memencet-mencet busanya, memeriksa mana yang sudah kering betul.
Ternyata semua sudah kering dengan baik, kuambil dan kutumpuk pada tangan kiriku satu demi satu.
Saat aku berbalik, tiba-tiba aku melihat ada satu celdamku yang tersangkut di pagar, lalu dengan cepat kupungut.
"Aihhh" Aku terkejut tapi tidak sampai bersuara keras.
Aku mengangkat celdam hitam berenda dengan lis pinggir pink-ku dengan kedua jari, lalu mengamatinya, melihat ceceran cairan putih kental di bagian selangkangannya.
"Pasti kerjaan bapak tukang becak mesum tadi..cihh!" Keluhku sambil wajahku meringis jijik.
Aku mengurungkan niatku kembali ke kamar, dan pergi ke wastafel dekat WC bersama di sebelah area jemuran.
Kupasang sumbat drain karetnya, lalu kulempar celdam korban onani tadi, sambil kunyalakan kran.
Kukucek-kucek dengan satu tangan, dengan wajah yang masih jijik.
Setelah yakin agak bersih, kubawa ke kamar bersama daleman lainnya yang sudah kering.
"Nanti saja dicuci bersama cucian berikutnya" Pikirku.

BRAKKKK

Aku masuk kamar dengan setengah membanting pintu.

Siang itu setelah hujan reda, aku pergi berbelanja ke minimarket di jalan utama, aku hanya mengenakan baju santai saja, kaos ketat dengan lingkar leher lebar, dengan celana jeans pendek sepaha turun sedikit.
Di ujung lorong sudah ada tukang becak tua tadi, sedang tidur di atas becaknya, dengan keadaan terpal plastik bening masih tertutup, masih ada sisa-sisa air hujan tadi. Hanya sepasang kakinya yang menjulur keluar melewati terpal plastik bening tadi.
Saat sedang membayar di kasir minimarket, timbul niatku untuk iseng, biar dia kentang.
Pakaian yang sedang kukenakan sangat mendukung untuk niat tersebut.
Aku berjalan kembali ke arah lorong,namun tidak langsung berbelok masuk, aku menuju minimarket di sisi satunya,sambil memeriksa apakah si tua itu sudah bangun.
Aku melirik sekilas, rupanya ia sedang berdiri diluar becaknya, menggulung tirai plastik becaknya.
Ia sempat menoleh ke arahku namun dengan cepat aku melihat ke arah lain.
Aku bahkan bisa mendengar suara ketawa nakalnya di belakangku.
Setelah berpura-pura masuk ke minimarket satunya, tapi tanpa berbelanja apa-apa, aku kembali ke arah mulut lorong.
Si tua itu sudah kembali duduk selonjor dalam becaknya, dan terlihat kepulan asap rokok dari mulutnya yang berkumis tebal keputihan.
Tibalah saat menjalankan aksiku.
Tepat beberapa meter dari depan becaknya, aku merogoh kantongku, dan tanpa sengaja menjatuhkan kunci kostku.
Aku menunduk untuk memungutnya, tanpa menutup lubang leher bajuku, seperti yang lazim dilakukan kaum hawa.
Lalu aku kembali berdiri tegak dan melanjutkan berjalan.
Tidak lupa melirik sekilas pada si tua mesum.
Aku mendapatinya menganga sambil rokoknya tetap bertengger di jarinya tanpa dihisap.
"Uh..aduh! Ssss.." Teriak si tua mengangkat kakinya yang tersundut rokoknya sendiri.
Aku dengan sok imut tertawa sambil menutup mulut.
"Rasain kamu" Batinku, "pasti senjata karatanmu itu nanti berdiri kalo mengingat-ingat suguhan gratis tadi."
Sekarangpun dia pasti melihat goyangan pantatku yang lebar naik turun sambil berjalan, tapi hal itu sudah biasa dilakukannya setiap hari.
Aku masuk kamar kostku dengan perasaan kemenangan karena berhasil membalas dendam.
Aku duduk di ranjangku, mulai mengeluarkan isi belanjaan dari minimarket tadi.
Tiba-tiba aku merasa ada bayangan lewat depan kamar kostku.
Aku mengendap-endap memeriksa sambil mengintip dari balik tirai tanpa menyentuhnya.
"Astaga, ngapain dia berani-beraninya masuk pekarangan kost?!" Aku membatin setengah kaget.
Si tua tadi sedang berdiri depan kamarku, badannya setengah membungkuk, menoleh kiri dan kanan beberapa kali.
Tanpa berpikir dua kali, aku segera membuka pintu, ia nampak kaget.
"Cari siapa pak?!" Aku bertanya dengan nada ketus.
"Eh..ee...itu.." Jawabnya terbata-bata sambil memegang kepalanya yang jidatnya sudah lebar akibat rambut menipis di depan.
"Nggak..tadi ada anak kucing kemari non..saya ikuti.." Tambahnya sekenanya.
Aku malah merasa lucu dan mencoba menahan tawa.
"Kucingnya gede atau kecil pak?" Tanyaku sambil berusaha menahan tawa.
"Ge..gede non...gemuk, ka..kayak itu" Sambungnya sambil menunjuk ke arahku.
"Kayak ini?" Aku spontan menggenggam kedua buah payudaraku.
"Nah..iya non..coba saya pegang.." Ucapnya dengan wajah super terangsang sambil mengulurkan kedua tangannya perlahan.
"Enak aja!" Aku menepis tangannya ke samping.
"Non...jangan gitu.." Ia mencoba berkali-kali sehingga terjadi tepis-tepisan ala Wing Chun.
Karena sudah kalap, ia mendorongku ke dalam kamar.
Meski badanku lebih tinggi, tapi ia jauh lebih kuat, meski usianya sudah paruh baya.
Aku terjatuh ke lantai, dan dengan sigap ia menerkamku, mukanya segera ditenggelamkannya ke payusaraku, sambil kedua tangannya menahan kedua tanganku di samping.
"Mmmmhhhmmm hmmmm mmmmm" Terdengar suara paraunya yang seperti tenggelam di bantal.
Bantal nikmat tentunya.
"Pak...pakk...tungguu..." Teriakku perlahan berusaha melepaskan diri.
"Main di tempat lain aja pak.." sambungku.
Seperti sebuah mantra, pak tua menghentikan kegiatannya, mundur dariku, dan duduk di lantai.
" Jangan disini pak, nanti ketahuan tetangga kost" Aku berusaha meyakinkannya setengah berbisik.
"Di ujung lorong aja non..saya kalo malam saya biasa tidur di tanah kosong di belakang dindingnya..ayo!" Ia dengan sigap menarik lenganku.
"Ahhh..bukan begitu caranya pak...sabar dulu" Aku melepaskan pegangan tangannya.
"Bapak duluan kesana, saya nyusul beberapa menit kemudian." Sambungku.
"Oke...awas kalau non bohong ya" Ia meng ultimatumku sebelum menutup pintu kost dan bergegas pergi.
"Huffft......." Aku membuang nafas panjang,masih duduk di lantai.
"Jenny, Jenny...kamu akan terlibat masalah lagi.." Aku berbicara sendiri.

😈"Tapi siapa tau nikmat?"

👼"Kamu pikir dong, sama tukang becak jorok gitu, kalo kena penyakit kelamin?"

😈"Kamu gak liat otot-otot paha dan betisnya kayak pepaya? Pasti enak kamu digenjot!"

👼"Kalo ketahuan tetangga gimana?"

😈"Ah ini lorong buntu, semua sisi belakang rumah, paling-paling tetangganya cuma penghuni kost, semua juga lagi keluar!"

Akhirnya iblis di kepalaku keluar sebagai pemenangnya.
Aku mengintip sekali lagi, mengecek situasi terkini.
Sebelah-sebelah, sepi.
Lorong, sepi.
Saatnya bertindak.
Aku keluar, tidak lupa mengunci kamar kostku, keluar dari pagar, melirik ke arah depan lorong, sepi.
Aku berjalan ke arah belakang lorong.
Selama ini aku bahkan tidak tahu ada apa di belakang lorong ini.
Yang aku tahu, lorong ini buntu.
Melewati satu belokan ke kiri, nampak ujung lorong yang buntu, kiri kanannya berupa dinding. Yang kiri adalah dinding dari sisi belakang deretan ruko, dan yang kanan semacam dinding pagar dari batu setinggi hanya 2 meteran.
Nampak di ujung lorong, ada lubang setinggi perut pada dinding sebelah kanan.
Sudah ada si tua menanti dengan horny, hanya terlihat kepalanya melongok dari balik dinding.
Tangannya diulurkannya sambil memberikan kode untuk masuk ke situ.
Aku menundukkan badan untuk masuk, tapi karena tidak cukup, terpaksa aku merangkak masuk.
Di balik dinding ternyata adalah halaman belakang sebuah bangunan tua berlantai satu beratap genteng kampung, yang sudah ditumbuhi tumbuhan liar di sekelilingnya, bahkan ada yang tumbuh di dalamnya, menembus plafon dan atapnya.
"Sini!" Panggilnya sambil menerobos jalan setapak yang ditumbuhi tumbuhan liar di kiri kanannya.
Rumah tua itu tidak terlalu besar, plafonnya sudah hampir runtuh semua, baik rangka maupun pelapisnya.
Genteng banyak yang sudah pecah, memasukkan cahaya matahari sehingga ruangan agak terang di siang hari begini.
Di sudut ruangan yang dipenuhi jaring laba-laba, tampak agak terang karena banyak lubang di atapnya, ada sebuah sofa tua yang ditutupi terpal biru.
Dibukanya terpal itu, dan terdapat sofa tua yang sudah ketinggalan jaman berwarna hijau lumut.
Dihempaskannya badannya ke sofa tersebut.
Debu halus nampak beterbangan di bawah sinar-sinar yang menerobos masuk.
"Masih empuk nih non, buat kita goyang disini" Si tua menyandarkan punggung dan kedua tangannya ke sandaran sofa, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, diikuti suara tawanya yang sedikit bergema.
"Sini...jangan takut non!" Katanya sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
Aku yang setengah masih tidak percaya akan keadaan yang sedang berlangsung, berjalan dan duduk di sebelahnya.
Aku melihat beberapa kondom bekas berserakan di lantai.
"Oh itu..biasa saya kalo ngentotin bencong, ya disini non." Ucapnya seakan membaca raut heran wajahku menyaksikan semua hal yang agak surreal ini.
"Termasuk teman non yang suka ke kost itu" Ia meneruskan ceritanya sambil menelusupkan tangan keriput dan hitamnya ke balik kaos longgarku,meraba-raba BH ku.
"Dia gak nolak waktu saya unjukin ini" Sambil menunjuk ke arah selangkangannya yang mulai menggembung di balik celana jeans pendeknya.
"Tapi saya udah bosen main sama bool non" Lanjutnya sambil tangan satunya ikut masuk ke bagian punggungku, mencari-cari pengait BH ku.
Aku masih diam seperti terhipnotis, namun sentuhan-sentuhannya mulai membuat aliran darahku berdesir.
"Saya udah dari dulu, kalo ngocok pasti sambil bayangin ngentotin non" Katanya berbisik di telingaku.
Mulutnya bau sekali, namun rabaan dan sentuhan di tubuhku membuatku lupa akan semua hal yang jorok ini; tempatnya, sofanya ,dan si tua ini sendiri.

Klik

Akhirnya kaitan BH ku terlepas.
Segera kedua tangannya pindah ke depan, masuk dari bawah BH ku, meremas-remasnya dengan kasar.
Disingkapkannya BH dan kaosku ke atas, aku pun mengikuti permainan dengan mengangkat tanganku, sehingga ia meloloskan baju dan bh ku keluar dengan lancar, lalu melemparnya ke lantai dengan asal.

Bak singa lapar, ia kembali menenggelamkan mukanya ke tengah payudaraku.
Aku terdorong dan tersandar di sofa.
Dengan lahap ia bergantian menyedot buah dadaku, sambil tangannya tak henti meremasnya.
"Hmmmm ini tete paling enak seumur hidup gue kayaknya...mmmhhhh..mmmm.."

Aku mulai terbawa kenikmatan, kedua tanganku otomatis memeluk kepalanya, sambil mengelus-elus rambutnya, sesekali menjambaknya ketika pentilku digigitnya pelan.
"Ohhh...iyaa pak...disitu..disituuu...." Desahku
"Ooouhhh...isap yang kuat pak....digigitt..." Aku terus meracau sambil menyandarkan kepalaku, melihat ke atas.
Tangan kanannya mencari-cari kancing celana jeansku, mencoba membukanya tanpa meninggalkan payudaraku sekejap pun.
"Ahhh...bapak pinter muasin...aohhhhhhff..."
Aku tidak menyangka diperlakukan begini.
Sempat terbayang aku akan diperkosa langsung seperti binatang tanpa membuat liang sorgaku basah dulu.
Sekarang, liang sorgaku sudah berdenyut-denyut, sudah mulai terisi cairan kenikmatan, siap menyambut senjata si tua ini.
Karena tidak berhasil membuka kancing celanaku, dihentaknya dengan kasar, sehingga terbuka dengan retsletingnya sekalian.
Ia merogoh liang sorgaku dengan kasar, dan dengan mudah meloloskan kedua jarinya ke dalam liang sorgaku yang sudah basah.
Suara berkecipak saat ia mengobok-obok liang sorgaku kian membuatku terangsang hebat.

CUK CUK CUK CPP CPPP CP CP CP...liang sorgaku diobok-oboknya dengan liar selama beberapa menit.


"Hohhhh...pakkk..aku mau...

CPCPCPCPCPCPCPCP....Semakin cepat ia mengocok jarinya.

" Auhhhhhhhhhhh..." Lengkinganku menggema di dinding rumah yang berlumut dan penuh sarang laba-laba itu.

"Hohhhh...hhhhh..hhh....hh............." Aku masih mengatur nafas, perlahan ia menarik keluar jarinya yang sudah berlumuran cairan sorgaku.
Mulut berkumisnya masih terus menghisap, menjilati,menggigit kedua payudaraku bergantian.

"Pak..."

"Mmmmm..mmmmmmm..mm" Ia masih asik bermain di payudaraku yang empuk dan besar, hal yang mungkin baru pertama ia temui dalam hidupnya.

"Pak....masukin donk..." Aku mengemis manja

"Iya non..." Ia mundur dari permainan hisap menghisapnya.
Ia berdiri,membuka kaos oblongnya yang lusuh.
Terlihat otot-otot yang sedikit keriput, namun masih kencang.
"Bukain donk non.." Katanya sambil memberiku kode ke arah celananya.
"Udah sempit nih pak celananya..udah bangun dari tadi ya?" Aku meraba-raba batangnya dari luar celana.
"Buruan buka non, rasanya kayak udah mau meledak nih kontol" Ia berkata sambil meringis seperti menahan kencing.
Aku dengan cepat membuka kancing dan menurunkan retsleting jeansnya, melorotkannya sampai ke lantai, lalu menarik celana dalam lusuhnya juga secepat mungkin.
Nampaknya senjata si tua yang hitam berkilat, terayun-ayun.
"Sini saya hisap pak" Tanpa menunggu persetujuannya, langsung kukulum dengan liar senjatanya.
"Mmhh,.mhhhhh.....mmmmm...."

SRUPPP...SRUP......SRPPPPPPP...

"Aduhhh....enaknyaa....ba..pak.***k taa..."
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh semburan lahar asin di dalam mulutku.
"Ahhhhhhhh....." Suara parau si tua memenuhi ruangan.
Ia segera melepaskan senjatanya dari mulutku dan merebahkan badannya di sofa di sebelahku.
"Ahhh....ahhh...bapak udah keluar non...belum sempat ngerasain memeknya non " Kata si tua masih sambil meringis dengan nafas tersengal-sengal.
"Gak apa-apa pak" Aku bersandar di bahunya, sambil mengelus-elus senjatanya yang berangsur melembek.
"Nanti Jenny bikin keras lagi ya pak..." Ucapku manja sambil memeras senjata si tua yang sudah lembek, mengeluarkan tetes sisa-sisa mani terakhir.
Aku beringsut merendahkan posisi badanku, lalu mengulum senjatanya kembali.
"Aduhhhh...ngiluuu non...aduh..." Ucapnya lirih sambil meremas rambutku.
Akupun tahu, butuh waktu beberapa menit bagi lelaki untuk siap lagi ronde kedua, apalagi untuk lelaki paruh baya seperti si tua ini.
"Hmmm" Aku berdiri di depannya, membelakanginya sambil mengangkang dengan celana jeans pendekku masih di selangkanganku.
"Aku jamin punya bapak bentar lagi keras lagi" Lirikku nakal sambil membelakanginya.
Aku melorotkan celana jeansku pelan-pelan, membiarkannya menikmati sensasi jeans melewati pantat dan paha yang berlemak.
Aku meliriknya dari samping, nampak si tua mulai mengelus-elus kembali batangnya yang masih tertidur.
"Nah sekarang yang ini ya pak..."
Aku menungging dengan kaki kurapatkan, menaik celdamku ke samping, sehingga terpampang jelas lipatan liang sorgaku yang sudah glossy karena sedari tadi sudah dipenuhi cairan orgasme pertamaku.
Aku masturbasi sambil nungging membelakangi si tua, sambil mendesah sendiri "ouhhhhh...mmmmm.....mmmhhh.."
Aku hanya memainkan jari tengahku di antara lipatan liang sorgaku, menggosoknya dengan gerakan memutar.
Aku melirik kembali kearah si tua. Ternyata batangnya sudah setengah keras, sambil dielus-elusnya dengan lembut.
Aku berjalan menghampirinya, berlutut di lantai, lalu menjepit batangnya dengan kedua payudara 38 D ku.
Kutampar-tampar senjatanya dengan kedua payudaraku, kujepit-jepit.
Beberapa menit kemudian, senjata si tua sudah berdiri tegak kembali.
"Cepat masukin non, takut nanti keluar lagi..." Ucapnya setengah meringis.
Aku merangkak naik ke sofa, memposisikan liang sorgaku tepat di atas senjata si tua, memegangnya, dan...

BLESSSSSSSS

Si tua sempat terbelalak tanpa berkata apa-apa.
Aku berpegangan pada sandaran sofa, dan belum menggoyang senjata si tua.
Aku cuma menjepit dengan otot-otot dinding liang sorgaku, melepasnya, menjepitnya lagi, dan seterusnya.
"Ahhhh...goyang dong non....ayoo.." Masih sambil meringis menutup mata, si tua merasakan sensasi demi sensasi jepit-lepas-jepit-lepas.
Perlahan aku menggoyang pinggulku maju mundur, semakin lama semakin cepat.
Setelah 2 menitan goyang, aku merasa akan orgasme lagi.
"Ohhh..ahkkk.....auhhhhhhh..." Lengkingan orgasme keduaku kembali bergema.
Aku menjatuhkan diri ke samping, sudah lelah dengan 2 orgasmeku.
"Terserah bapak mau gaya apa....entot aku sesuka bapak aja...hh..hhh...hohh....." Ucapku dengan sisa-sisa nafasku.
Si bapak ternyata di luar dugaan setelah ejakulasi pertama tadi, mampu bertahan lebih lama, dan senjatanya masih keras.
"Nungging non...mau bapak sodok yang keras dari belakang!"
Si tua membantuku memposisikan diri menungging sambil bertumpu dengan lutut dan sikuku.
Aku cuma pasrah karena sudah kecapekan.
Mungkin pengaruh tubuhku yang bongsor, sehingga stamina bercintaku agak kurang.
"Ahhh udah bapak tunggu-tunggu ngentotin non dari belakang kayak gini...pantat neng montok dan nafsuin banget!" Ujarnya sambil memasukkan senjatanya perlahan, cm demi cm, sampai perutnya menempel di pantatku.
Kedua tangannya meremas-remas, memainkan bongkahan pantatku yang sangat lebar dibanding telapak tangannya.
Digoyangnya senjatanya pelan-pelan, mulai dari pelan sampai dihentak sekeras-kerasnya.
CLEP..CLEPPP....PLAKK..PLAKKKK....PLAKPLAKPLAKPLAK...
Aku digenjotnya seolah staminanya tidak habis-habis.
Si tua merubah posisinya, dari bertumpu dengan lutut, ia mendoggyku dengan posisi berdiri sekarang.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Detik demi detik..menjadi menit, dan akhirnya

"Bapak..u..udah gak kuat non...ohh...."

"Crot di luar aja...pak...uhhh.." Aku menjawabnya terputus-putus karena terguncang-guncang di doggy dengan sekuat tenaga.
Benar-benar goyangan tukang becak, keras dan kasar.
"Aaaaaaa..." Ia mencabut senjatanya dari liang sorgaku, " Telentang non!"perintahnya.
Aku dengan cepat memutar badan menghadap atas, dan si tua pun dengan sigap mendekati wajahku.
"Ahhh.....bapakkkk crotinn muka cantikmu ya...nonnn....ohhhhhhhhhhhh..."

CROTTT CROTTTTTTT CROTTTTTTTTT

Tumpahlah semua cairan sorga si tua hari ini, sampai tetes terakhirnya.

-bersambung-
 
Terakhir diubah:
Salam hangat bagi suhu dan pembaca yang budiman & horniwan..setelah vakum sekian lama, akhirnya hamba mencoba menghadirkan lagi si semok berbadan tinggi dan sekal, tiada lain si cantik Jenny. Bisa juga untuk melepas kangen bagi penikmat Jenny di kisah petualangan sebelumnya. Hamba tetap masih menggunakan sudut pandang Jenny. Mohon dimaafkan atas cara penulisan yang jauh dari sempurna. Hamba berharap di kisah kali ini Jenny lebih liar & bergelora. Pendek kata, selamat membaca 🙏



Aku membuka mataku, mencoba menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang menerobos masuk dari samping tirai jendela kamar kostku yang tidak tertutup rapat.
Aku melirik jam dinding yang tidak berdetak, namun masih berputar, pukul 8 seperempat.
Terkejut, aku langsung duduk dengan sigap dan menyingkirkan kakiku dari ranjangku, bergeser ke tepi ranjang dan duduk dengan kakiku menapak lantai.
"Celaka, bisa terlambat aku nih" Batinku , sambil menggaruk-garuk rambutku dan menyibak-nyibakkannya agar kurang berantakannya.
Aku membuka layar smartphoneku, dan melihat ada sebuah kata yang sejuk sekali pada layar depan; Sunday.
"Haaahhhh...."
Dengan lega aku langsung merebahkan kembali tubuh bongsorku ke ranjang, membuat 2 kali goyangan memantul dari per springbednya, begitu pula payudaraku yang hanya dilapisi kaos oblong longgar tipis, bergoyang-goyang seperti puding.
Aku bergeser memutar badanku, masih dalam posisi terlentang, mencoba meraih HP ku yang tadi langsung kugeletakkan di lantai sebelum menghempaskan tubuhku ke ranjang.
Biasa, seperti pada umumnya manusia-manusia jaman ini, saat bangun pagi, mata dan jari sepertinya butuh segera diberi konsumsi gadget.
Aku membuka applikasi Whatsapp, langsung menuju ke percakapan paling atas, disitu tertera; Julia.
Cik Julia sekarang sudah pindah kota, masih di propinsi sama, namun berada di kabupaten, yang lokasinya cukup jauh dariku.
Aku kembali mengamat-amati pembicaraan kami semalam.
Kami video call semalam, atau tepatnya sex chat.
Setelah kejadian di pulau itu, cik Julia sering 'main' ke kostku.
Memang orientasi seks cik Julia agak unik, kalau tidak mau dibilang aneh, tapi selama kami bermain bersama, untungnya tidak pernah sekalipun aku diminta menggunakan strapon atau sejenisnya.
Aku selalu dipuaskan dengan kodrat aslinya, seorang lelaki.
Permainan demi permainan, aku semakin merasa cik Julia menuju ke arah 'penormalan'.
Yang awalnya masih feminin sekali, bahkan menggenjotku pun dengan lemah lembut, belakangan ini semakin buas dan kasar, semakin seperti seorang lelaki sesungguhnya.
Aku menggeser percakapan kami ke atas, dan melihat gambar senjatanya dalam posisi mengacung yang dikirimkannya kepadaku, sebagai pembuka untuk mengajakku sex chat semalam.
"Ah cik Julia, cuma kamu yang memuaskanku selama ini, tentunya juga karena adanya perasaan aman dan nyaman bersamamu. Perasaan itu bermula saat aku kamu selamatkan di pulau dulu."

GRUDUGGGG GGGGGG GG

Saat aku tersadar, ternyata sinar matahari yang menerobos kamar tadi sudah berangsur hilang.
Aku menghampiri jendela, mengintip sedikit, melihat ke arah langit.
Kelabu kehitaman.
Aku bergegas keluar dari kamarku untuk mengambil jemuranku yang mungkin sudah setengah kering.
Jemuranku posisinya ada di ujung belakang dari deretan kamar kost, sedangkan kamar kostku kedua dari depan.
Aku berjalan agak cepat, dan sebelum aku sadari, ada suara dari balik pagar di lorong depan kostku "ehem uhuk" Dengan suara batuk yang sangat dibuat-buat.
Ternyata si bapak tukang becak tua dengan giginya yang ompong sekitar 2-3 buah sedang tersenyum nakal kepadaku.
"Astaga" Batinku.
"Ternyata aku belum pakai BH, dan cuma pakai celdam di bawah!" Pikirku lagi sambil mempercepat langkah menuju area jemuran.
"Dasar mesum!" Bisikku pada diriku sendiri sambil menoleh ke belakang.
Ternyata bapak tukang becak sudah berlalu dan menghilang di belokan lorong.
Aku mengambil beberapa celana dalam dan bh sambil meraba dan memencet-mencet busanya, memeriksa mana yang sudah kering betul.
Ternyata semua sudah kering dengan baik, kuambil dan kutumpuk pada tangan kiriku satu demi satu.
Saat aku berbalik, tiba-tiba aku melihat ada satu celdamku yang tersangkut di pagar, lalu dengan cepat kupungut.
"Aihhh" Aku terkejut tapi tidak sampai bersuara keras.
Aku mengangkat celdam hitam berenda dengan lis pinggir pink-ku dengan kedua jari, lalu mengamatinya, melihat ceceran cairan putih kental di bagian selangkangannya.
"Pasti kerjaan bapak tukang becak mesum tadi..cihh!" Keluhku sambil wajahku meringis jijik.
Aku mengurungkan niatku kembali ke kamar, dan pergi ke wastafel dekat WC bersama di sebelah area jemuran.
Kupasang sumbat drain karetnya, lalu kulempar celdam korban onani tadi, sambil kunyalakan kran.
Kukucek-kucek dengan satu tangan, dengan wajah yang masih jijik.
Setelah yakin agak bersih, kubawa ke kamar bersama daleman lainnya yang sudah kering.
"Nanti saja dicuci bersama cucian berikutnya" Pikirku.

BRAKKKK

Aku masuk kamar dengan setengah membanting pintu.

Siang itu setelah hujan reda, aku pergi berbelanja ke minimarket di jalan utama, aku hanya mengenakan baju santai saja, kaos ketat dengan lingkar leher lebar, dengan celana jeans pendek sepaha turun sedikit.
Di ujung lorong sudah ada tukang becak tua tadi, sedang tidur di atas becaknya, dengan keadaan terpal plastik bening masih tertutup, masih ada sisa-sisa air hujan tadi. Hanya sepasang kakinya yang menjulur keluar melewati terpal plastik bening tadi.
Saat sedang membayar di kasir minimarket, timbul niatku untuk iseng, biar dia kentang.
Pakaian yang sedang kukenakan sangat mendukung untuk niat tersebut.
Aku berjalan kembali ke arah lorong,namun tidak langsung berbelok masuk, aku menuju minimarket di sisi satunya,sambil memeriksa apakah si tua itu sudah bangun.
Aku melirik sekilas, rupanya ia sedang berdiri diluar becaknya, menggulung tirai plastik becaknya.
Ia sempat menoleh ke arahku namun dengan cepat aku melihat ke arah lain.
Aku bahkan bisa mendengar suara ketawa nakalnya di belakangku.
Setelah berpura-pura masuk ke minimarket satunya, tapi tanpa berbelanja apa-apa, aku kembali ke arah mulut lorong.
Si tua itu sudah kembali duduk selonjor dalam becaknya, dan terlihat kepulan asap rokok dari mulutnya yang berkumis tebal keputihan.
Tibalah saat menjalankan aksiku.
Tepat beberapa meter dari depan becaknya, aku merogoh kantongku, dan tanpa sengaja menjatuhkan kunci kostku.
Aku menunduk untuk memungutnya, tanpa menutup lubang leher bajuku, seperti yang lazim dilakukan kaum hawa.
Lalu aku kembali berdiri tegak dan melanjutkan berjalan.
Tidak lupa melirik sekilas pada si tua mesum.
Aku mendapatinya menganga sambil rokoknya tetap bertengger di jarinya tanpa dihisap.
"Uh..aduh! Ssss.." Teriak si tua mengangkat kakinya yang tersundut rokoknya sendiri.
Aku dengan sok imut tertawa sambil menutup mulut.
"Rasain kamu" Batinku, "pasti senjata karatanmu itu nanti berdiri kalo mengingat-ingat suguhan gratis tadi."
Sekarangpun dia pasti melihat goyangan pantatku yang lebar naik turun sambil berjalan, tapi hal itu sudah biasa dilakukannya setiap hari.
Aku masuk kamar kostku dengan perasaan kemenangan karena berhasil membalas dendam.
Aku duduk di ranjangku, mulai mengeluarkan isi belanjaan dari minimarket tadi.
Tiba-tiba aku merasa ada bayangan lewat depan kamar kostku.
Aku mengendap-endap memeriksa sambil mengintip dari balik tirai tanpa menyentuhnya.
"Astaga, ngapain dia berani-beraninya masuk pekarangan kost?!" Aku membatin setengah kaget.
Si tua tadi sedang berdiri depan kamarku, badannya setengah membungkuk, menoleh kiri dan kanan beberapa kali.
Tanpa berpikir dua kali, aku segera membuka pintu, ia nampak kaget.
"Cari siapa pak?!" Aku bertanya dengan nada ketus.
"Eh..ee...itu.." Jawabnya terbata-bata sambil memegang kepalanya yang jidatnya sudah lebar akibat rambut menipis di depan.
"Nggak..tadi ada anak kucing kemari non..saya ikuti.." Tambahnya sekenanya.
Aku malah merasa lucu dan mencoba menahan tawa.
"Kucingnya gede atau kecil pak?" Tanyaku sambil berusaha menahan tawa.
"Ge..gede non...gemuk, ka..kayak itu" Sambungnya sambil menunjuk ke arahku.
"Kayak ini?" Aku spontan menggenggam kedua buah payudaraku.
"Nah..iya non..coba saya pegang.." Ucapnya dengan wajah super terangsang sambil mengulurkan kedua tangannya perlahan.
"Enak aja!" Aku menepis tangannya ke samping.
"Non...jangan gitu.." Ia mencoba berkali-kali sehingga terjadi tepis-tepisan ala Wing Chun.
Karena sudah kalap, ia mendorongku ke dalam kamar.
Meski badanku lebih tinggi, tapi ia jauh lebih kuat, meski usianya sudah paruh baya.
Aku terjatuh ke lantai, dan dengan sigap ia menerkamku, mukanya segera ditenggelamkannya ke payusaraku, sambil kedua tangannya menahan kedua tanganku di samping.
"Mmmmhhhmmm hmmmm mmmmm" Terdengar suara paraunya yang seperti tenggelam di bantal.
Bantal nikmat tentunya.
"Pak...pakk...tungguu..." Teriakku perlahan berusaha melepaskan diri.
"Main di tempat lain aja pak.." sambungku.
Seperti sebuah mantra, pak tua menghentikan kegiatannya, mundur dariku, dan duduk di lantai.
" Jangan disini pak, nanti ketahuan tetangga kost" Aku berusaha meyakinkannya setengah berbisik.
"Di ujung lorong aja non..saya kalo malam saya biasa tidur di tanah kosong di belakang dindingnya..ayo!" Ia dengan sigap menarik lenganku.
"Ahhh..bukan begitu caranya pak...sabar dulu" Aku melepaskan pegangan tangannya.
"Bapak duluan kesana, saya nyusul beberapa menit kemudian." Sambungku.
"Oke...awas kalau non bohong ya" Ia meng ultimatumku sebelum menutup pintu kost dan bergegas pergi.
"Huffft......." Aku membuang nafas panjang,masih duduk di lantai.
"Jenny, Jenny...kamu akan terlibat masalah lagi.." Aku berbicara sendiri.

😈"Tapi siapa tau nikmat?"

👼"Kamu pikir dong, sama tukang becak jorok gitu, kalo kena penyakit kelamin?"

😈"Kamu gak liat otot-otot paha dan betisnya kayak pepaya? Pasti enak kamu digenjot!"

👼"Kalo ketahuan tetangga gimana?"

😈"Ah ini lorong buntu, semua sisi belakang rumah, paling-paling tetangganya cuma penghuni kost, semua juga lagi keluar!"

Akhirnya iblis di kepalaku keluar sebagai pemenangnya.
Aku mengintip sekali lagi, mengecek situasi terkini.
Sebelah-sebelah, sepi.
Lorong, sepi.
Saatnya bertindak.
Aku keluar, tidak lupa mengunci kamar kostku, keluar dari pagar, melirik ke arah depan lorong, sepi.
Aku berjalan ke arah belakang lorong.
Selama ini aku bahkan tidak tahu ada apa di belakang lorong ini.
Yang aku tahu, lorong ini buntu.
Melewati satu belokan ke kiri, nampak ujung lorong yang buntu, kiri kanannya berupa dinding. Yang kiri adalah dinding dari sisi belakang deretan ruko, dan yang kanan semacam dinding pagar dari batu setinggi hanya 2 meteran.
Nampak di ujung lorong, ada lubang setinggi perut pada dinding sebelah kanan.
Sudah ada si tua menanti dengan horny, hanya terlihat kepalanya melongok dari balik dinding.
Tangannya diulurkannya sambil memberikan kode untuk masuk ke situ.
Aku menundukkan badan untuk masuk, tapi karena tidak cukup, terpaksa aku merangkak masuk.
Di balik dinding ternyata adalah halaman belakang sebuah bangunan tua berlantai satu beratap genteng kampung, yang sudah ditumbuhi tumbuhan liar di sekelilingnya, bahkan ada yang tumbuh di dalamnya, menembus plafon dan atapnya.
"Sini!" Panggilnya sambil menerobos jalan setapak yang ditumbuhi tumbuhan liar di kiri kanannya.
Rumah tua itu tidak terlalu besar, plafonnya sudah hampir runtuh semua, baik rangka maupun pelapisnya.
Genteng banyak yang sudah pecah, memasukkan cahaya matahari sehingga ruangan agak terang di siang hari begini.
Di sudut ruangan yang dipenuhi jaring laba-laba, tampak agak terang karena banyak lubang di atapnya, ada sebuah sofa tua yang ditutupi terpal biru.
Dibukanya terpal itu, dan terdapat sofa tua yang sudah ketinggalan jaman berwarna hijau lumut.
Dihempaskannya badannya ke sofa tersebut.
Debu halus nampak beterbangan di bawah sinar-sinar yang menerobos masuk.
"Masih empuk nih non, buat kita goyang disini" Si tua menyandarkan punggung dan kedua tangannya ke sandaran sofa, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, diikuti suara tawanya yang sedikit bergema.
"Sini...jangan takut non!" Katanya sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
Aku yang setengah masih tidak percaya akan keadaan yang sedang berlangsung, berjalan dan duduk di sebelahnya.
Aku melihat beberapa kondom bekas berserakan di lantai.
"Oh itu..biasa saya kalo ngentotin bencong, ya disini non." Ucapnya seakan membaca raut heran wajahku menyaksikan semua hal yang agak surreal ini.
"Termasuk teman non yang suka ke kost itu" Ia meneruskan ceritanya sambil menelusupkan tangan keriput dan hitamnya ke balik kaos longgarku,meraba-raba BH ku.
"Dia gak nolak waktu saya unjukin ini" Sambil menunjuk ke arah selangkangannya yang mulai menggembung di balik celana jeans pendeknya.
"Tapi saya udah bosen main sama bool non" Lanjutnya sambil tangan satunya ikut masuk ke bagian punggungku, mencari-cari pengait BH ku.
Aku masih diam seperti terhipnotis, namun sentuhan-sentuhannya mulai membuat aliran darahku berdesir.
"Saya udah dari dulu, kalo ngocok pasti sambil bayangin ngentotin non" Katanya berbisik di telingaku.
Mulutnya bau sekali, namun rabaan dan sentuhan di tubuhku membuatku lupa akan semua hal yang jorok ini; tempatnya, sofanya ,dan si tua ini sendiri.

Klik

Akhirnya kaitan BH ku terlepas.
Segera kedua tangannya pindah ke depan, masuk dari bawah BH ku, meremas-remasnya dengan kasar.
Disingkapkannya BH dan kaosku ke atas, aku pun mengikuti permainan dengan mengangkat tanganku, sehingga ia meloloskan baju dan bh ku keluar dengan lancar, lalu melemparnya ke lantai dengan asal.
Bak singa lapar, ia kembali menenggelamkan mukanya ke tengah payudaraku.
Aku terdorong dan tersandar di sofa.
Dengan lahap ia bergantian menyedot buah dadaku, sambil tangannya tak henti meremasnya.
"Hmmmm ini tete paling enak seumur hidup gue kayaknya...mmmhhhh..mmmm.."
Aku mulai terbawa kenikmatan, kedua tanganku otomatis memeluk kepalanya, sambil mengelus-elus rambutnya, sesekali menjambaknya ketika pentilku digigitnya pelan.
"Ohhh...iyaa pak...disitu..disituuu...." Desahku
"Ooouhhh...isap yang kuat pak....digigitt..." Aku terus meracau sambil menyandarkan kepalaku, melihat ke atas.
Tangan kanannya mencari-cari kancing celana jeansku, mencoba membukanya tanpa meninggalkan payudaraku sekejap pun.
"Ahhh...bapak pinter muasin...aohhhhhhff..."
Aku tidak menyangka diperlakukan begini.
Sempat terbayang aku akan diperkosa langsung seperti binatang tanpa membuat liang sorgaku basah dulu.
Sekarang, liang sorgaku sudah berdenyut-denyut, sudah mulai terisi cairan kenikmatan, siap menyambut senjata si tua ini.
Karena tidak berhasil membuka kancing celanaku, dihentaknya dengan kasar, sehingga terbuka dengan retsletingnya sekalian.
Ia merogoh liang sorgaku dengan kasar, dan dengan mudah meloloskan kedua jarinya ke dalam liang sorgaku yang sudah basah.
Suara berkecipak saat ia mengobok-obok liang sorgaku kian membuatku terangsang hebat.

CUK CUK CUK CPP CPPP CP CP CP...liang sorgaku diobok-oboknya dengan liar selama beberapa menit.

"Hohhhh...pakkk..aku mau...

CPCPCPCPCPCPCPCP....Semakin cepat ia mengocok jarinya.

" Auhhhhhhhhhhh..." Lengkinganku menggema di dinding rumah yang berlumut dan penuh sarang laba-laba itu.

"Hohhhh...hhhhh..hhh....hh............." Aku masih mengatur nafas, perlahan ia menarik keluar jarinya yang sudah berlumuran cairan sorgaku.
Mulut berkumisnya masih terus menghisap, menjilati,menggigit kedua payudaraku bergantian.

"Pak..."

"Mmmmm..mmmmmmm..mm" Ia masih asik bermain di payudaraku yang empuk dan besar, hal yang mungkin baru pertama ia temui dalam hidupnya.

"Pak....masukin donk..." Aku mengemis manja

"Iya non..." Ia mundur dari permainan hisap menghisapnya.
Ia berdiri,membuka kaos oblongnya yang lusuh.
Terlihat otot-otot yang sedikit keriput, namun masih kencang.
"Bukain donk non.." Katanya sambil memberiku kode ke arah celananya.
"Udah sempit nih pak celananya..udah bangun dari tadi ya?" Aku meraba-raba batangnya dari luar celana.
"Buruan buka non, rasanya kayak udah mau meledak nih kontol" Ia berkata sambil meringis seperti menahan kencing.
Aku dengan cepat membuka kancing dan menurunkan retsleting jeansnya, melorotkannya sampai ke lantai, lalu menarik celana dalam lusuhnya juga secepat mungkin.
Nampaknya senjata si tua yang hitam berkilat, terayun-ayun.
"Sini saya hisap pak" Tanpa menunggu persetujuannya, langsung kukulum dengan liar senjatanya.
"Mmhh,.mhhhhh.....mmmmm...."

SRUPPP...SRUP......SRPPPPPPP...

"Aduhhh....enaknyaa....ba..pak.***k taa..."
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh semburan lahar asin di dalam mulutku.
"Ahhhhhhhh....." Suara parau si tua memenuhi ruangan.
Ia segera melepaskan senjatanya dari mulutku dan merebahkan badannya di sofa di sebelahku.
"Ahhh....ahhh...bapak udah keluar non...belum sempat ngerasain memeknya non " Kata si tua masih sambil meringis dengan nafas tersengal-sengal.
"Gak apa-apa pak" Aku bersandar di bahunya, sambil mengelus-elus senjatanya yang berangsur melembek.
"Nanti Jenny bikin keras lagi ya pak..." Ucapku manja sambil memeras senjata si tua yang sudah lembek, mengeluarkan tetes sisa-sisa mani terakhir.
Aku beringsut merendahkan posisi badanku, lalu mengulum senjatanya kembali.
"Aduhhhh...ngiluuu non...aduh..." Ucapnya lirih sambil meremas rambutku.
Akupun tahu, butuh waktu beberapa menit bagi lelaki untuk siap lagi ronde kedua, apalagi untuk lelaki paruh baya seperti si tua ini.
"Hmmm" Aku berdiri di depannya, membelakanginya sambil mengangkang dengan celana jeans pendekku masih di selangkanganku.
"Aku jamin punya bapak bentar lagi keras lagi" Lirikku nakal sambil membelakanginya.
Aku melorotkan celana jeansku pelan-pelan, membiarkannya menikmati sensasi jeans melewati pantat dan paha yang berlemak.
Aku meliriknya dari samping, nampak si tua mulai mengelus-elus kembali batangnya yang masih tertidur.
"Nah sekarang yang ini ya pak..."
Aku menungging dengan kaki kurapatkan, menaik celdamku ke samping, sehingga terpampang jelas lipatan liang sorgaku yang sudah glossy karena sedari tadi sudah dipenuhi cairan orgasme pertamaku.
Aku masturbasi sambil nungging membelakangi si tua, sambil mendesah sendiri "ouhhhhh...mmmmm.....mmmhhh.."
Aku hanya memainkan jari tengahku di antara lipatan liang sorgaku, menggosoknya dengan gerakan memutar.
Aku melirik kembali kearah si tua. Ternyata batangnya sudah setengah keras, sambil dielus-elusnya dengan lembut.
Aku berjalan menghampirinya, berlutut di lantai, lalu menjepit batangnya dengan kedua payudara 38 D ku.
Kutampar-tampar senjatanya dengan kedua payudaraku, kujepit-jepit.
Beberapa menit kemudian, senjata si tua sudah berdiri tegak kembali.
"Cepat masukin non, takut nanti keluar lagi..." Ucapnya setengah meringis.
Aku merangkak naik ke sofa, memposisikan liang sorgaku tepat di atas senjata si tua, memegangnya, dan...

BLESSSSSSSS

Si tua sempat terbelalak tanpa berkata apa-apa.
Aku berpegangan pada sandaran sofa, dan belum menggoyang senjata si tua.
Aku cuma menjepit dengan otot-otot dinding liang sorgaku, melepasnya, menjepitnya lagi, dan seterusnya.
"Ahhhh...goyang dong non....ayoo.." Masih sambil meringis menutup mata, si tua merasakan sensasi demi sensasi jepit-lepas-jepit-lepas.
Perlahan aku menggoyang pinggulku maju mundur, semakin lama semakin cepat.
Setelah 2 menitan goyang, aku merasa akan orgasme lagi.
"Ohhh..ahkkk.....auhhhhhhh..." Lengkingan orgasme keduaku kembali bergema.
Aku menjatuhkan diri ke samping, sudah lelah dengan 2 orgasmeku.
"Terserah bapak mau gaya apa....entot aku sesuka bapak aja...hh..hhh...hohh....." Ucapku dengan sisa-sisa nafasku.
Si bapak ternyata di luar dugaan setelah ejakulasi pertama tadi, mampu bertahan lebih lama, dan senjatanya masih keras.
"Nungging non...mau bapak sodok yang keras dari belakang!"
Si tua membantuku memposisikan diri menungging sambil bertumpu dengan lutut dan sikuku.
Aku cuma pasrah karena sudah kecapekan.
Mungkin pengaruh tubuhku yang bongsor, sehingga stamina bercintaku agak kurang.
"Ahhh udah bapak tunggu-tunggu ngentotin non dari belakang kayak gini...pantat neng montok dan nafsuin banget!" Ujarnya sambil memasukkan senjatanya perlahan, cm demi cm, sampai perutnya menempel di pantatku.
Kedua tangannya meremas-remas, memainkan bongkahan pantatku yang sangat lebar dibanding telapak tangannya.
Digoyangnya senjatanya pelan-pelan, mulai dari pelan sampai dihentak sekeras-kerasnya.
CLEP..CLEPPP....PLAKK..PLAKKKK....PLAKPLAKPLAKPLAK...
Aku digenjotnya seolah staminanya tidak habis-habis.
Si tua merubah posisinya, dari bertumpu dengan lutut, ia mendoggyku dengan posisi berdiri sekarang.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Detik demi detik..menjadi menit, dan akhirnya

"Bapak..u..udah gak kuat non...ohh...."

"Crot di luar aja...pak...uhhh.." Aku menjawabnya terputus-putus karena terguncang-guncang di doggy dengan sekuat tenaga.
Benar-benar goyangan tukang becak, keras dan kasar.
"Aaaaaaa..." Ia mencabut senjatanya dari liang sorgaku, " Telentang non!"perintahnya.
Aku dengan cepat memutar badan menghadap atas, dan si tua pun dengan sigap mendekati wajahku.
"Ahhh.....bapakkkk crotinn muka cantikmu ya...nonnn....ohhhhhhhhhhhh..."

CROTTT CROTTTTTTT CROTTTTTTTTT

Tumpahlah semua cairan sorga si tua hari ini, sampai tetes terakhirnya.

-bersambung-
Pasang patok dulu supaya tidak dipatok ayam
 
Salam hangat bagi suhu dan pembaca yang budiman & horniwan..setelah vakum sekian lama, akhirnya hamba mencoba menghadirkan lagi si semok berbadan tinggi dan sekal, tiada lain si cantik Jenny. Bisa juga untuk melepas kangen bagi penikmat Jenny di kisah petualangan sebelumnya. Hamba tetap masih menggunakan sudut pandang Jenny. Mohon dimaafkan atas cara penulisan yang jauh dari sempurna. Hamba berharap di kisah kali ini Jenny lebih liar & bergelora. Pendek kata, selamat membaca 🙏



Aku membuka mataku, mencoba menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang menerobos masuk dari samping tirai jendela kamar kostku yang tidak tertutup rapat.
Aku melirik jam dinding yang tidak berdetak, namun masih berputar, pukul 8 seperempat.
Terkejut, aku langsung duduk dengan sigap dan menyingkirkan kakiku dari ranjangku, bergeser ke tepi ranjang dan duduk dengan kakiku menapak lantai.
"Celaka, bisa terlambat aku nih" Batinku , sambil menggaruk-garuk rambutku dan menyibak-nyibakkannya agar kurang berantakannya.
Aku membuka layar smartphoneku, dan melihat ada sebuah kata yang sejuk sekali pada layar depan; Sunday.
"Haaahhhh...."
Dengan lega aku langsung merebahkan kembali tubuh bongsorku ke ranjang, membuat 2 kali goyangan memantul dari per springbednya, begitu pula payudaraku yang hanya dilapisi kaos oblong longgar tipis, bergoyang-goyang seperti puding.
Aku bergeser memutar badanku, masih dalam posisi terlentang, mencoba meraih HP ku yang tadi langsung kugeletakkan di lantai sebelum menghempaskan tubuhku ke ranjang.
Biasa, seperti pada umumnya manusia-manusia jaman ini, saat bangun pagi, mata dan jari sepertinya butuh segera diberi konsumsi gadget.
Aku membuka applikasi Whatsapp, langsung menuju ke percakapan paling atas, disitu tertera; Julia.
Cik Julia sekarang sudah pindah kota, masih di propinsi sama, namun berada di kabupaten, yang lokasinya cukup jauh dariku.
Aku kembali mengamat-amati pembicaraan kami semalam.
Kami video call semalam, atau tepatnya sex chat.
Setelah kejadian di pulau itu, cik Julia sering 'main' ke kostku.
Memang orientasi seks cik Julia agak unik, kalau tidak mau dibilang aneh, tapi selama kami bermain bersama, untungnya tidak pernah sekalipun aku diminta menggunakan strapon atau sejenisnya.
Aku selalu dipuaskan dengan kodrat aslinya, seorang lelaki.
Permainan demi permainan, aku semakin merasa cik Julia menuju ke arah 'penormalan'.
Yang awalnya masih feminin sekali, bahkan menggenjotku pun dengan lemah lembut, belakangan ini semakin buas dan kasar, semakin seperti seorang lelaki sesungguhnya.
Aku menggeser percakapan kami ke atas, dan melihat gambar senjatanya dalam posisi mengacung yang dikirimkannya kepadaku, sebagai pembuka untuk mengajakku sex chat semalam.
"Ah cik Julia, cuma kamu yang memuaskanku selama ini, tentunya juga karena adanya perasaan aman dan nyaman bersamamu. Perasaan itu bermula saat aku kamu selamatkan di pulau dulu."

GRUDUGGGG GGGGGG GG

Saat aku tersadar, ternyata sinar matahari yang menerobos kamar tadi sudah berangsur hilang.
Aku menghampiri jendela, mengintip sedikit, melihat ke arah langit.
Kelabu kehitaman.
Aku bergegas keluar dari kamarku untuk mengambil jemuranku yang mungkin sudah setengah kering.
Jemuranku posisinya ada di ujung belakang dari deretan kamar kost, sedangkan kamar kostku kedua dari depan.
Aku berjalan agak cepat, dan sebelum aku sadari, ada suara dari balik pagar di lorong depan kostku "ehem uhuk" Dengan suara batuk yang sangat dibuat-buat.
Ternyata si bapak tukang becak tua dengan giginya yang ompong sekitar 2-3 buah sedang tersenyum nakal kepadaku.
"Astaga" Batinku.
"Ternyata aku belum pakai BH, dan cuma pakai celdam di bawah!" Pikirku lagi sambil mempercepat langkah menuju area jemuran.
"Dasar mesum!" Bisikku pada diriku sendiri sambil menoleh ke belakang.
Ternyata bapak tukang becak sudah berlalu dan menghilang di belokan lorong.
Aku mengambil beberapa celana dalam dan bh sambil meraba dan memencet-mencet busanya, memeriksa mana yang sudah kering betul.
Ternyata semua sudah kering dengan baik, kuambil dan kutumpuk pada tangan kiriku satu demi satu.
Saat aku berbalik, tiba-tiba aku melihat ada satu celdamku yang tersangkut di pagar, lalu dengan cepat kupungut.
"Aihhh" Aku terkejut tapi tidak sampai bersuara keras.
Aku mengangkat celdam hitam berenda dengan lis pinggir pink-ku dengan kedua jari, lalu mengamatinya, melihat ceceran cairan putih kental di bagian selangkangannya.
"Pasti kerjaan bapak tukang becak mesum tadi..cihh!" Keluhku sambil wajahku meringis jijik.
Aku mengurungkan niatku kembali ke kamar, dan pergi ke wastafel dekat WC bersama di sebelah area jemuran.
Kupasang sumbat drain karetnya, lalu kulempar celdam korban onani tadi, sambil kunyalakan kran.
Kukucek-kucek dengan satu tangan, dengan wajah yang masih jijik.
Setelah yakin agak bersih, kubawa ke kamar bersama daleman lainnya yang sudah kering.
"Nanti saja dicuci bersama cucian berikutnya" Pikirku.

BRAKKKK

Aku masuk kamar dengan setengah membanting pintu.

Siang itu setelah hujan reda, aku pergi berbelanja ke minimarket di jalan utama, aku hanya mengenakan baju santai saja, kaos ketat dengan lingkar leher lebar, dengan celana jeans pendek sepaha turun sedikit.
Di ujung lorong sudah ada tukang becak tua tadi, sedang tidur di atas becaknya, dengan keadaan terpal plastik bening masih tertutup, masih ada sisa-sisa air hujan tadi. Hanya sepasang kakinya yang menjulur keluar melewati terpal plastik bening tadi.
Saat sedang membayar di kasir minimarket, timbul niatku untuk iseng, biar dia kentang.
Pakaian yang sedang kukenakan sangat mendukung untuk niat tersebut.
Aku berjalan kembali ke arah lorong,namun tidak langsung berbelok masuk, aku menuju minimarket di sisi satunya,sambil memeriksa apakah si tua itu sudah bangun.
Aku melirik sekilas, rupanya ia sedang berdiri diluar becaknya, menggulung tirai plastik becaknya.
Ia sempat menoleh ke arahku namun dengan cepat aku melihat ke arah lain.
Aku bahkan bisa mendengar suara ketawa nakalnya di belakangku.
Setelah berpura-pura masuk ke minimarket satunya, tapi tanpa berbelanja apa-apa, aku kembali ke arah mulut lorong.
Si tua itu sudah kembali duduk selonjor dalam becaknya, dan terlihat kepulan asap rokok dari mulutnya yang berkumis tebal keputihan.
Tibalah saat menjalankan aksiku.
Tepat beberapa meter dari depan becaknya, aku merogoh kantongku, dan tanpa sengaja menjatuhkan kunci kostku.
Aku menunduk untuk memungutnya, tanpa menutup lubang leher bajuku, seperti yang lazim dilakukan kaum hawa.
Lalu aku kembali berdiri tegak dan melanjutkan berjalan.
Tidak lupa melirik sekilas pada si tua mesum.
Aku mendapatinya menganga sambil rokoknya tetap bertengger di jarinya tanpa dihisap.
"Uh..aduh! Ssss.." Teriak si tua mengangkat kakinya yang tersundut rokoknya sendiri.
Aku dengan sok imut tertawa sambil menutup mulut.
"Rasain kamu" Batinku, "pasti senjata karatanmu itu nanti berdiri kalo mengingat-ingat suguhan gratis tadi."
Sekarangpun dia pasti melihat goyangan pantatku yang lebar naik turun sambil berjalan, tapi hal itu sudah biasa dilakukannya setiap hari.
Aku masuk kamar kostku dengan perasaan kemenangan karena berhasil membalas dendam.
Aku duduk di ranjangku, mulai mengeluarkan isi belanjaan dari minimarket tadi.
Tiba-tiba aku merasa ada bayangan lewat depan kamar kostku.
Aku mengendap-endap memeriksa sambil mengintip dari balik tirai tanpa menyentuhnya.
"Astaga, ngapain dia berani-beraninya masuk pekarangan kost?!" Aku membatin setengah kaget.
Si tua tadi sedang berdiri depan kamarku, badannya setengah membungkuk, menoleh kiri dan kanan beberapa kali.
Tanpa berpikir dua kali, aku segera membuka pintu, ia nampak kaget.
"Cari siapa pak?!" Aku bertanya dengan nada ketus.
"Eh..ee...itu.." Jawabnya terbata-bata sambil memegang kepalanya yang jidatnya sudah lebar akibat rambut menipis di depan.
"Nggak..tadi ada anak kucing kemari non..saya ikuti.." Tambahnya sekenanya.
Aku malah merasa lucu dan mencoba menahan tawa.
"Kucingnya gede atau kecil pak?" Tanyaku sambil berusaha menahan tawa.
"Ge..gede non...gemuk, ka..kayak itu" Sambungnya sambil menunjuk ke arahku.
"Kayak ini?" Aku spontan menggenggam kedua buah payudaraku.
"Nah..iya non..coba saya pegang.." Ucapnya dengan wajah super terangsang sambil mengulurkan kedua tangannya perlahan.
"Enak aja!" Aku menepis tangannya ke samping.
"Non...jangan gitu.." Ia mencoba berkali-kali sehingga terjadi tepis-tepisan ala Wing Chun.
Karena sudah kalap, ia mendorongku ke dalam kamar.
Meski badanku lebih tinggi, tapi ia jauh lebih kuat, meski usianya sudah paruh baya.
Aku terjatuh ke lantai, dan dengan sigap ia menerkamku, mukanya segera ditenggelamkannya ke payusaraku, sambil kedua tangannya menahan kedua tanganku di samping.
"Mmmmhhhmmm hmmmm mmmmm" Terdengar suara paraunya yang seperti tenggelam di bantal.
Bantal nikmat tentunya.
"Pak...pakk...tungguu..." Teriakku perlahan berusaha melepaskan diri.
"Main di tempat lain aja pak.." sambungku.
Seperti sebuah mantra, pak tua menghentikan kegiatannya, mundur dariku, dan duduk di lantai.
" Jangan disini pak, nanti ketahuan tetangga kost" Aku berusaha meyakinkannya setengah berbisik.
"Di ujung lorong aja non..saya kalo malam saya biasa tidur di tanah kosong di belakang dindingnya..ayo!" Ia dengan sigap menarik lenganku.
"Ahhh..bukan begitu caranya pak...sabar dulu" Aku melepaskan pegangan tangannya.
"Bapak duluan kesana, saya nyusul beberapa menit kemudian." Sambungku.
"Oke...awas kalau non bohong ya" Ia meng ultimatumku sebelum menutup pintu kost dan bergegas pergi.
"Huffft......." Aku membuang nafas panjang,masih duduk di lantai.
"Jenny, Jenny...kamu akan terlibat masalah lagi.." Aku berbicara sendiri.

😈"Tapi siapa tau nikmat?"

👼"Kamu pikir dong, sama tukang becak jorok gitu, kalo kena penyakit kelamin?"

😈"Kamu gak liat otot-otot paha dan betisnya kayak pepaya? Pasti enak kamu digenjot!"

👼"Kalo ketahuan tetangga gimana?"

😈"Ah ini lorong buntu, semua sisi belakang rumah, paling-paling tetangganya cuma penghuni kost, semua juga lagi keluar!"

Akhirnya iblis di kepalaku keluar sebagai pemenangnya.
Aku mengintip sekali lagi, mengecek situasi terkini.
Sebelah-sebelah, sepi.
Lorong, sepi.
Saatnya bertindak.
Aku keluar, tidak lupa mengunci kamar kostku, keluar dari pagar, melirik ke arah depan lorong, sepi.
Aku berjalan ke arah belakang lorong.
Selama ini aku bahkan tidak tahu ada apa di belakang lorong ini.
Yang aku tahu, lorong ini buntu.
Melewati satu belokan ke kiri, nampak ujung lorong yang buntu, kiri kanannya berupa dinding. Yang kiri adalah dinding dari sisi belakang deretan ruko, dan yang kanan semacam dinding pagar dari batu setinggi hanya 2 meteran.
Nampak di ujung lorong, ada lubang setinggi perut pada dinding sebelah kanan.
Sudah ada si tua menanti dengan horny, hanya terlihat kepalanya melongok dari balik dinding.
Tangannya diulurkannya sambil memberikan kode untuk masuk ke situ.
Aku menundukkan badan untuk masuk, tapi karena tidak cukup, terpaksa aku merangkak masuk.
Di balik dinding ternyata adalah halaman belakang sebuah bangunan tua berlantai satu beratap genteng kampung, yang sudah ditumbuhi tumbuhan liar di sekelilingnya, bahkan ada yang tumbuh di dalamnya, menembus plafon dan atapnya.
"Sini!" Panggilnya sambil menerobos jalan setapak yang ditumbuhi tumbuhan liar di kiri kanannya.
Rumah tua itu tidak terlalu besar, plafonnya sudah hampir runtuh semua, baik rangka maupun pelapisnya.
Genteng banyak yang sudah pecah, memasukkan cahaya matahari sehingga ruangan agak terang di siang hari begini.
Di sudut ruangan yang dipenuhi jaring laba-laba, tampak agak terang karena banyak lubang di atapnya, ada sebuah sofa tua yang ditutupi terpal biru.
Dibukanya terpal itu, dan terdapat sofa tua yang sudah ketinggalan jaman berwarna hijau lumut.
Dihempaskannya badannya ke sofa tersebut.
Debu halus nampak beterbangan di bawah sinar-sinar yang menerobos masuk.
"Masih empuk nih non, buat kita goyang disini" Si tua menyandarkan punggung dan kedua tangannya ke sandaran sofa, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, diikuti suara tawanya yang sedikit bergema.
"Sini...jangan takut non!" Katanya sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
Aku yang setengah masih tidak percaya akan keadaan yang sedang berlangsung, berjalan dan duduk di sebelahnya.
Aku melihat beberapa kondom bekas berserakan di lantai.
"Oh itu..biasa saya kalo ngentotin bencong, ya disini non." Ucapnya seakan membaca raut heran wajahku menyaksikan semua hal yang agak surreal ini.
"Termasuk teman non yang suka ke kost itu" Ia meneruskan ceritanya sambil menelusupkan tangan keriput dan hitamnya ke balik kaos longgarku,meraba-raba BH ku.
"Dia gak nolak waktu saya unjukin ini" Sambil menunjuk ke arah selangkangannya yang mulai menggembung di balik celana jeans pendeknya.
"Tapi saya udah bosen main sama bool non" Lanjutnya sambil tangan satunya ikut masuk ke bagian punggungku, mencari-cari pengait BH ku.
Aku masih diam seperti terhipnotis, namun sentuhan-sentuhannya mulai membuat aliran darahku berdesir.
"Saya udah dari dulu, kalo ngocok pasti sambil bayangin ngentotin non" Katanya berbisik di telingaku.
Mulutnya bau sekali, namun rabaan dan sentuhan di tubuhku membuatku lupa akan semua hal yang jorok ini; tempatnya, sofanya ,dan si tua ini sendiri.

Klik

Akhirnya kaitan BH ku terlepas.
Segera kedua tangannya pindah ke depan, masuk dari bawah BH ku, meremas-remasnya dengan kasar.
Disingkapkannya BH dan kaosku ke atas, aku pun mengikuti permainan dengan mengangkat tanganku, sehingga ia meloloskan baju dan bh ku keluar dengan lancar, lalu melemparnya ke lantai dengan asal.
Bak singa lapar, ia kembali menenggelamkan mukanya ke tengah payudaraku.
Aku terdorong dan tersandar di sofa.
Dengan lahap ia bergantian menyedot buah dadaku, sambil tangannya tak henti meremasnya.
"Hmmmm ini tete paling enak seumur hidup gue kayaknya...mmmhhhh..mmmm.."
Aku mulai terbawa kenikmatan, kedua tanganku otomatis memeluk kepalanya, sambil mengelus-elus rambutnya, sesekali menjambaknya ketika pentilku digigitnya pelan.
"Ohhh...iyaa pak...disitu..disituuu...." Desahku
"Ooouhhh...isap yang kuat pak....digigitt..." Aku terus meracau sambil menyandarkan kepalaku, melihat ke atas.
Tangan kanannya mencari-cari kancing celana jeansku, mencoba membukanya tanpa meninggalkan payudaraku sekejap pun.
"Ahhh...bapak pinter muasin...aohhhhhhff..."
Aku tidak menyangka diperlakukan begini.
Sempat terbayang aku akan diperkosa langsung seperti binatang tanpa membuat liang sorgaku basah dulu.
Sekarang, liang sorgaku sudah berdenyut-denyut, sudah mulai terisi cairan kenikmatan, siap menyambut senjata si tua ini.
Karena tidak berhasil membuka kancing celanaku, dihentaknya dengan kasar, sehingga terbuka dengan retsletingnya sekalian.
Ia merogoh liang sorgaku dengan kasar, dan dengan mudah meloloskan kedua jarinya ke dalam liang sorgaku yang sudah basah.
Suara berkecipak saat ia mengobok-obok liang sorgaku kian membuatku terangsang hebat.

CUK CUK CUK CPP CPPP CP CP CP...liang sorgaku diobok-oboknya dengan liar selama beberapa menit.

"Hohhhh...pakkk..aku mau...

CPCPCPCPCPCPCPCP....Semakin cepat ia mengocok jarinya.

" Auhhhhhhhhhhh..." Lengkinganku menggema di dinding rumah yang berlumut dan penuh sarang laba-laba itu.

"Hohhhh...hhhhh..hhh....hh............." Aku masih mengatur nafas, perlahan ia menarik keluar jarinya yang sudah berlumuran cairan sorgaku.
Mulut berkumisnya masih terus menghisap, menjilati,menggigit kedua payudaraku bergantian.

"Pak..."

"Mmmmm..mmmmmmm..mm" Ia masih asik bermain di payudaraku yang empuk dan besar, hal yang mungkin baru pertama ia temui dalam hidupnya.

"Pak....masukin donk..." Aku mengemis manja

"Iya non..." Ia mundur dari permainan hisap menghisapnya.
Ia berdiri,membuka kaos oblongnya yang lusuh.
Terlihat otot-otot yang sedikit keriput, namun masih kencang.
"Bukain donk non.." Katanya sambil memberiku kode ke arah celananya.
"Udah sempit nih pak celananya..udah bangun dari tadi ya?" Aku meraba-raba batangnya dari luar celana.
"Buruan buka non, rasanya kayak udah mau meledak nih kontol" Ia berkata sambil meringis seperti menahan kencing.
Aku dengan cepat membuka kancing dan menurunkan retsleting jeansnya, melorotkannya sampai ke lantai, lalu menarik celana dalam lusuhnya juga secepat mungkin.
Nampaknya senjata si tua yang hitam berkilat, terayun-ayun.
"Sini saya hisap pak" Tanpa menunggu persetujuannya, langsung kukulum dengan liar senjatanya.
"Mmhh,.mhhhhh.....mmmmm...."

SRUPPP...SRUP......SRPPPPPPP...

"Aduhhh....enaknyaa....ba..pak.***k taa..."
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh semburan lahar asin di dalam mulutku.
"Ahhhhhhhh....." Suara parau si tua memenuhi ruangan.
Ia segera melepaskan senjatanya dari mulutku dan merebahkan badannya di sofa di sebelahku.
"Ahhh....ahhh...bapak udah keluar non...belum sempat ngerasain memeknya non " Kata si tua masih sambil meringis dengan nafas tersengal-sengal.
"Gak apa-apa pak" Aku bersandar di bahunya, sambil mengelus-elus senjatanya yang berangsur melembek.
"Nanti Jenny bikin keras lagi ya pak..." Ucapku manja sambil memeras senjata si tua yang sudah lembek, mengeluarkan tetes sisa-sisa mani terakhir.
Aku beringsut merendahkan posisi badanku, lalu mengulum senjatanya kembali.
"Aduhhhh...ngiluuu non...aduh..." Ucapnya lirih sambil meremas rambutku.
Akupun tahu, butuh waktu beberapa menit bagi lelaki untuk siap lagi ronde kedua, apalagi untuk lelaki paruh baya seperti si tua ini.
"Hmmm" Aku berdiri di depannya, membelakanginya sambil mengangkang dengan celana jeans pendekku masih di selangkanganku.
"Aku jamin punya bapak bentar lagi keras lagi" Lirikku nakal sambil membelakanginya.
Aku melorotkan celana jeansku pelan-pelan, membiarkannya menikmati sensasi jeans melewati pantat dan paha yang berlemak.
Aku meliriknya dari samping, nampak si tua mulai mengelus-elus kembali batangnya yang masih tertidur.
"Nah sekarang yang ini ya pak..."
Aku menungging dengan kaki kurapatkan, menaik celdamku ke samping, sehingga terpampang jelas lipatan liang sorgaku yang sudah glossy karena sedari tadi sudah dipenuhi cairan orgasme pertamaku.
Aku masturbasi sambil nungging membelakangi si tua, sambil mendesah sendiri "ouhhhhh...mmmmm.....mmmhhh.."
Aku hanya memainkan jari tengahku di antara lipatan liang sorgaku, menggosoknya dengan gerakan memutar.
Aku melirik kembali kearah si tua. Ternyata batangnya sudah setengah keras, sambil dielus-elusnya dengan lembut.
Aku berjalan menghampirinya, berlutut di lantai, lalu menjepit batangnya dengan kedua payudara 38 D ku.
Kutampar-tampar senjatanya dengan kedua payudaraku, kujepit-jepit.
Beberapa menit kemudian, senjata si tua sudah berdiri tegak kembali.
"Cepat masukin non, takut nanti keluar lagi..." Ucapnya setengah meringis.
Aku merangkak naik ke sofa, memposisikan liang sorgaku tepat di atas senjata si tua, memegangnya, dan...

BLESSSSSSSS

Si tua sempat terbelalak tanpa berkata apa-apa.
Aku berpegangan pada sandaran sofa, dan belum menggoyang senjata si tua.
Aku cuma menjepit dengan otot-otot dinding liang sorgaku, melepasnya, menjepitnya lagi, dan seterusnya.
"Ahhhh...goyang dong non....ayoo.." Masih sambil meringis menutup mata, si tua merasakan sensasi demi sensasi jepit-lepas-jepit-lepas.
Perlahan aku menggoyang pinggulku maju mundur, semakin lama semakin cepat.
Setelah 2 menitan goyang, aku merasa akan orgasme lagi.
"Ohhh..ahkkk.....auhhhhhhh..." Lengkingan orgasme keduaku kembali bergema.
Aku menjatuhkan diri ke samping, sudah lelah dengan 2 orgasmeku.
"Terserah bapak mau gaya apa....entot aku sesuka bapak aja...hh..hhh...hohh....." Ucapku dengan sisa-sisa nafasku.
Si bapak ternyata di luar dugaan setelah ejakulasi pertama tadi, mampu bertahan lebih lama, dan senjatanya masih keras.
"Nungging non...mau bapak sodok yang keras dari belakang!"
Si tua membantuku memposisikan diri menungging sambil bertumpu dengan lutut dan sikuku.
Aku cuma pasrah karena sudah kecapekan.
Mungkin pengaruh tubuhku yang bongsor, sehingga stamina bercintaku agak kurang.
"Ahhh udah bapak tunggu-tunggu ngentotin non dari belakang kayak gini...pantat neng montok dan nafsuin banget!" Ujarnya sambil memasukkan senjatanya perlahan, cm demi cm, sampai perutnya menempel di pantatku.
Kedua tangannya meremas-remas, memainkan bongkahan pantatku yang sangat lebar dibanding telapak tangannya.
Digoyangnya senjatanya pelan-pelan, mulai dari pelan sampai dihentak sekeras-kerasnya.
CLEP..CLEPPP....PLAKK..PLAKKKK....PLAKPLAKPLAKPLAK...
Aku digenjotnya seolah staminanya tidak habis-habis.
Si tua merubah posisinya, dari bertumpu dengan lutut, ia mendoggyku dengan posisi berdiri sekarang.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Detik demi detik..menjadi menit, dan akhirnya

"Bapak..u..udah gak kuat non...ohh...."

"Crot di luar aja...pak...uhhh.." Aku menjawabnya terputus-putus karena terguncang-guncang di doggy dengan sekuat tenaga.
Benar-benar goyangan tukang becak, keras dan kasar.
"Aaaaaaa..." Ia mencabut senjatanya dari liang sorgaku, " Telentang non!"perintahnya.
Aku dengan cepat memutar badan menghadap atas, dan si tua pun dengan sigap mendekati wajahku.
"Ahhh.....bapakkkk crotinn muka cantikmu ya...nonnn....ohhhhhhhhhhhh..."

CROTTT CROTTTTTTT CROTTTTTTTTT

Tumpahlah semua cairan sorga si tua hari ini, sampai tetes terakhirnya.

-bersambung-
Genre favorit neh..maen sama kakek kakek..
Lanjutkan kenakalannya sama kakek kakek lainnya suhu :adek: :mantap: :semangat:
Saran tambah mulustrasinya suhu :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd